Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan

Keperawatan Pasien dengan Halusinasi


Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Pengampu : Rohanah, S.Pd, M.KM

Disusun Oleh :

NAMA : NURHAFIFAH
NIM : P27901118080
PRODI : D3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANGERANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. Masalah Utama
GSP : Halusinasi
II. Proses terjadinya masalah
A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi
adalah:
a. Biologis
b. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami.
c. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah
satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
d. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.

B. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Mekanisme Koping
Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan
berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal. (Stuart, 2007).

C. Jenis Halusinasi

Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit


tertentu, seperti skizofrenia. Namun terkadang juga dapat
disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba ,demam,depresi atau
demensia, berikut ini jenis jenis halusianasi yang mungkin saja
mengintai pikiran manusia. (Yudi hartono;2012;109)

a. Halusinasi Pendengaran (Audio)


Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari
bunyi,musik,kebisingan atau suara.Mendengar suara ketika tidak ada
stimulus pendengaran adalah jenis yang paling umum dari halusinasi
audio pada penderita gangguan mental.Suara dapat didengar baik di
dalam kepala maupun di luar kepala seseorang dan umumnya
dianggap lebih parah ketika hal tersebut datang dari luar
kepala,suara bisa datang berupa suara wanita maupun suara pria
yang akrab atau tidak akrab.Pada penderita skizofrenia gejala umum
adalah mendengarkan suara suara dua orang atau lebihyang
berbicara pada satu sama lain,ia mendengar suara berupa kritikan
atau komentar tentang dirinya , perilaku atau pikirannya.
b. Halusinasi penglihatan
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan.isi dari
halusinasi dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh
seperti manusia.Misalnya,seseorang merasa ada orang berdiri di
belakangnya
c. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa.biasanya
pengalaman ini tidak menyenangkan.Misalnya seorang individu
mungkin mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus
menerus.Jenis halusinasi ini sering terlihat di beberapa gangguan
medis seperti epilepsi dibandingkan pada gangguan mental
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini
biasanya tidak menyenangkan seperti mau muntah ,urin,feses asap
atau daging busuk .Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia
dan dapat diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra
penciuman.Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh
virus,trauma,tumor otak atau paparan zat zat beracun atau obat
obatan
e. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh .Halusinasi sentuhan ini
umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau
pada kulit.
f. Halusinasi somatik
Ini mengacu paX CASda saat seseorang mengalami perasaan tubuh
mereka merasakan nyeri yang parah misalnya akibat mutilasi atau
pergeseran sendi.pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami
penyerahan oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap
dalam perut.
D. Tahap Halusinasi

Pada gangguan jiwa,Halusinasi pendengaran merupakan hal yang


paling sering terjadi,dapat berupa suara suara bising atau kata kata
yang dapat mempengaruhi perilaku sehingga dapat menimbulkan
respon tertentu seperti berbicara sendiri,marah,atau berespon lain
yang membahayakan diri sendiri orang lain dan lingkungan. (Yudi
Hartono ;2012;108)

Tahap halusinasi :

a. Sleep desorder adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum


muncul halusinasi

1) Karakteristik : Seseorang merasa banyak masalah,ingin


menghindar dari lingkungan takut diketahui orang lain bahwa
dirinya banyak masalah.
2) Perilaku : Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus
sehingga terbiasa menghayal dan menganggap hayalan awal
sebagai pemecah masalah

b. Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan : Cemas


sedang

1) Karakteristik : Klien mengalami perasaan yang mendalam


seperti cemas,kesepian,rasa bersalah,takut,dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
cemas.
2) Perilaku : Klien terkadang tersenyum,tertawa sendiri,
menggerakan bibir tanpa suara,pergerakan mata yang cepat respon
verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi
c. Condeming adalah tahap halusinasi menjadi menjijikan : Cemas
berat

1) Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan.


Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang presepsikan.Klien mungkin
merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri
dari orang lain

2) Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda tanda sistem syaraf


otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut
jantung,pernafasan dan tekanan darah,rentang perhatian dengan
lingkungan berkurang dan terkadang asyik dengan pengalaman
sendori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realita.
d. Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa :
Cemas berat
1) Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan
terhadap halisinasi dan menyerah pada halusinasi trsebut.
2) Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi,sulit
berhubungan dengan orang lain,respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang,biasanya hanya beberapa detik saja.
e. Conquering adalah tahap halusinasi panik umumnya menjadi
melebur dalam halusinasi
1) Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
mengikuti perintah halusinasi.
2) Perilaku : Perilaku panik,resiko tinggi mencederai,bunuh diri atau
membunuh orang lain.(Yudi Hartono ;2012;108)
E. Rentang Respon
Rentang Respon Halusinasi
Adaptif Maladaptif
Pikiranlogis Distorsipikiran Gangguanpikir/delusi
Persepsikuat Ilusi Halusinasi
Emosikonsisten Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon
Pengalaman kurang Perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasa Isolasi sosial
Berhubungan sosial Menarik diri

Halusinasi merupakan salah satu mal adaptif individu berada dalam


rentang respon neurobiology. Jadi merupakan persepsi paling
adaptif jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera. Klien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus itu tidak ada, di antara
kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu
hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan
stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien
mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap
stimulus pancaindera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.

F. Mekanisme Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi


stressor: pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu

a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
b. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan
Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses
masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi
cemas(Iskandar;2012;58)
III. Masalah Keperawatan
a. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendri dan orang lain (Akibat)

Perubahan persepsi sensori Halusinasi (Masalah Utama)

Isolasi sosial (Menarik diri) (Penyebab)

(Budi ana dkk;2011;148)

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu di data


Perubahan sensori perseptual : halusinasi.
Data Subjektif:
1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata.
2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus
yang nyata.
3. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
4. Klien merasa makan sesuatu.
5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
6. Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan
didengar.
7. Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.
Data Objektif:
1. Klien berbicara dan tertawa sendiri.
2. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
3. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu.
4. Disorientasi.
IV. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Risiko Perilaku Kekerasan
Risiko Mencederai diri.
V. Rencana Tindakan Keperawatan

DX Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Halusinasi Tujuan Umum : a. Setelah 2x SP 1 Halusinasi
Pasien mampu pertemuan 1. Mengidentifikasi jenis
mengontrol halusinasi pasien mampu halusinasi pasien
yang dialaminya menyebutkan 2. Mengidentifikasi isi
Tujuan Khusus : waktu, isi, halusinasi pasien
1. Pasien dapat frekuensi 3. Mengidentifikasi waktu
mengenali timbulnya halusinasi pasien
halusinasinya halusinasi, dan 4. Mengidentifikasi
2. Pasien dapat respon frekuensi halusinasi
mengontrol terhadap pasien
halusinasinya halusinasi 5. Mengidentifikasi situasi
3. Pasien dapat b. Setelah 2x halusinasi pasien
mengikuti pertemuan 6. Mengidentifikasi respons
program pasien mampu halusinasi pasien
pengobatan menyebutkan 7. Mengajarkan pasien
secara optimal cara menghardik halusinasi
mengontrol 8. Menganjurkan pasien
halusinasi : memasukkan cara
menghardik, menghardik halusinasi
minum obat, dalam jadwal kegiatan
bercakap – harian
cakap, dan SP 2 Halusinasi
melakukan 1. Mengevaluasi jadwal
aktifitas kegiatan harian pasien
c. Setelah 2x 2. Memberikan pendidikan
pertemuan kesehatan tentang
pasien mampu penggunaan obat secara
mendemonstras teratur
ikan cara 3. Menganjurkan pasien
menghardik, memasukkan dalam
minum obat, jadwal kegiatan harian
bercakap – SP 3 Halusinasi
cakap, dan 1. Mengevaluasi jadwal
melakukan kegiatan harian pasien
aktifitas 2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap –
cakap
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP 4 Halusinasi
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang
biasas dilakukan pasien
dirumah)
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
VI. Sumber

DAFTAR PUSTAKA

Budi Ana dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC

Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Iskandar Dkk (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama


Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Yudi Hartono Dkk. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

Hari / Pertemuan : Senin, 27 Juli 2020 / I


SP / dx : I / Halusinasi Pendengaran
Ruangan : Kenanga
Nama Kien : Ajeng

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan mendengar suara laki – laki
2) Klien mengatakan suaranya datang ketika ia sendiri pada siang dan
malam hari
b. Data Objektif
1) Klien tampak tertawa sendiri
2) Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
a. Mengontrol halusinasi dan mengontrol halusinasi dengan menghardik
b. Mengontrol halusinasi dengan 6 benar minum obat
c. Mengontrol halusinasi dengan bercakap - cakap
d. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari – hari
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.
b. Mengidentifikasi isi, waktu dan frekuensi halusinasi klien.
c. Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi.
d. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi.
e. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : menghardik, minum obat,
bercakap – cakap, melakukan kegiatan.
f. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi kedalam
jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik, “Assalamualaikum Ibu, selamat pagi, perkenalkan saya
Nurhafifah, Ibu bisa manggil saya suster Fifah, saya yang akan merawat ibu
pagi ini sampai 3 hari ke depan.”
“Sebelumnya nama Ibu siapa ya?”
“AJENG?... Oke baikalh kalau begitu…”
b. Evaluasi / validasi : “Bagaimana perasaan ibu hari ini ?”
c. Kontrak :
1) Topik : “Baiklah bu, pagi ini bagaimana jika kita berbincang – bincang
tentang suara yang mengganggu ibu dan cara mengontrol suara - suara
yang ibu dengar, apa Ibu bersedia ?”
2) Waktu : “Berapa lama Ibu ingin kita berbincang – bincang ? Baiklah 10
menit ya bu.”
3) Tempat : “dimana ibu ingin kita berbincang – bincang ? Baiklah di
taman ya bu.”
2. Fase Kerja
“Apakah Ibu sering mendengar suara tanpa wujudnya ? saya percaya ibu
mendengar suara tersebut. Tapi saya sendiri tidak mendengar suara tersebut.”
“Apakah Ibu mendengar suara tersebut terus – menerus atau sewaktu –
waktu ? Kapan waktu yang paling sering ibu dengar suara itu ? Berapa kali
dalam sehari Ibu dengar suara itu ? Pada saat keadaan apa suara itu Ibu dengar
? Apakah waktu ibu sendiri ? Apa yang Ibu rasakan saat mendengar suara itu ?
Apa yang Ibu lakukan ketika mendengar suara – suara itu ? Apa dengan cara –
cara itu, suara itu hilang ?”
“Apa yang Ibu alami atau yang Ibu rasakan namanya halusinasi. Ada 4
cara untuk mengontrol halusinasi : menghardik, minum obat, bercakap – cakap,
dan melakukan kegiatan.”
“Bagaimana kalau kita latihan cara pertama yaitu menghardik ?
Bagaimana Ibu bersedia ? Baiklah kita mulai ya Bu.”
“Baiklah saya akan mempraktikan terlebih dahulu, setelah itu Ibu
mempraktikan kembali apa yang saya lakukan. Seperti ini bu, jika ada suara itu
muncul Ibu katakana dengan keras “Pergi saya tidak mau dengar, kamu palsu”
sambil menutup kedua telinganya ya bu. Seperti ini.”
“Coba sekarang ibu ulangi apa yang saya lakukan tadi ? Bagus sekali
Ibu.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik ?”
“Coba Ibu lakukan sekali lagi. Wah bagus sekali bu.”
b. Rencana tindak lanjut
“Ibu lakukan cara itu ketika Ibu mendengar suara itu dan dilakukan sampai
suara itu hilang.”
“Ibu bisa berlatih cara itu 3x dalam sehari yaitu pada jam 09.00, 14.00, dan
jam 20.00. Latihan cara ini akan dimasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian Ibu. Ibu beri tanda (M : Mandiri), Jika Ibu berlatih cara ini sendiri
tanpa dibantu atau diingatkan. Ibu beri tanda (B : Bantuan), jika ibu berlatih
cara ini diingatkan atau dibantu. Dan beri tanda (T : Tidak), jika ibu tidak
melakukan.”
c. Kontrak
1) Topik : “Bagaimana besok kita berbincang – bincang tentang cara
kedua minum obat untuk mengontrol halusinasi Ibu. Apakah Ibu
bersedia ?”
2) Waktu : “Jam berapa Ibu ingin berbincang – bincang ? Baiklah jam
10.00 WIB ya bu. Berapa lama Ibu ingin berbincang – bincang ? baiklah
15 menit ya bu.”
3) Tempat : “Dimana besok kita ingin berbincang – bincang ? baiklah
ditaman ya bu.”
“Baiklah bu kalau begitu saya permisi, sampai jumpa besok. Selamat
pagi. Lanjutkan Aktivitas Ibu. Assalamualaikum bu.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

Hari / Pertemuan : Selasa, 28 Juli 2020 / II


SP / dx : II / Halusinasi Pendengaran
Ruangan : Kenanga
Nama Kien : Ajeng

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
1) Klien mendengar suara laki-laki
2) Klien mengatakan suara itu datang ketika klien sendiri, di siang dan
malam hari
b. Data Objektif
1) Klien tampak tertawa sendiri
2) Klien tampakmengarahkan telinga ke suatu tempat
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi pandangan
3. Tujuan : Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan 6 benar
minum obat
4. Tindakan Keperawatan :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar
c. Menjelaskan manfaat dan kerugian minum obat
d. Menganjurkan klien memasukkan minum obat ke dalam jadwal kegiatan
harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : “Assalamualaikum ibu, selamat pagi. Masih ingat dengan
saya ? Ya bu benar, saya suster Fifah yang akan merawat ibu pagi ini”
b. Evaluasi / validasi : “Bagaimana perasaan ibu hari ini ?”
“Apakah ibu masih mendengar suara-suara itu ?”
“Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin ?
Bagaimana, apakah dengan menghardik suara-suara itu hilang ?”
“Coba ibu praktekkan kepada saya bagaimana ibu melakukannya, wah
bagus sekali bu”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibu, wah bagus bu”
c. Kontrak
1) Topik : “Baiklah bu sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan latihan
cara kedua untuk mengontrol halusinasi yaitu minum obat dengan
prinsip 6 benar. Apakah ibu bersedia ?”
2) Waktu : “Sesuai dengan janji kita kemarin, kita akan latihan cara
iniselama 10 menit ya bu”
3) Tempat : “Ibu ingin kita berbincang dimana ?Baiklah ditaman ya bu”
2. Fase Kerja
“Ibu, apa ibu hari ini sudah dapat obat dari perawat ?”
“Ibu, perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran ibu jadi tenang dan
tidur dengan nyenyak”
“Obatnya ada 3 macam ya bu. Yang warna orange itu namanya CPZ bu diminum
3x sehari gunanya supaya tenang dan mengurangi rasa marah. Yang warnanya
putihh itu ThP diminum 3x sehari bu gunanya agar rileks dan tidak kaku.
Sedangkan yang warnanya merah jambu itu namanya HcP diminum 3x sehari,
gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang ibu dengar. Sebelum ibu
minum obat, ibu lihat terlebih dahulu di plastik obat, apakah benar nama ibu
tertulis disitu, kemudian ibu lihat jenis obatnya. Ibu lihat juga berapa butir yang
harus ibu minum ? setelah itu ibu lihat juga waktunya kapan saja untuk
meminum dan juga ibu bisa tanyakan kepada suster cara meminumnya seperti
apa ? dan setelah ibu meminum obat, ibu bisa masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian. Obat ini diminum 3x sehari ya bu pada jam 07:00 pagi – 13:00
siang, dan jam 19:00 malam. Bila nanti sehabis minum obat, ibu terasa kering
ibu bisa mengatasinya dengan menghisap es batu, bila terasa kunang-kunang
ibu bisa beristirahat sejenak. Dan ibu tidak boleh berhenti minum obat sampai
dokter memperbolehkannya ya bu”
“Cara mengisi jadwalnya bu seperti ini, ibu beri tanda ceklis di kolom (M :
mandiri) jika ibu minum obat tanpa bantuan dan tidak diingatkan. Ibu beri
tanda di (B : Bantuan) jika ibu minum obat diingatkan dan beri tanda di (T :
tidak) jika ibu tidak meminum obatnya”
3. Fase Terapeutik
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih hari ini ?”
“Sudah berapa cara yang sudah kita pelajari untuk mengontrol halusinasi ?
coba ibu sebutkan. Ya bagus bu”
b. Rencana tindak lanjut
“Jadwal minum obatnya sudah kita buat ya bu, yaitu jam 07:00 – 13:00 dan
jam 19:00. Nah sekarang kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan ibu ya bu
dan jangan lupa diminum secara teratur ya bu”
c. Kontrak
1) Topik : “Baiklah bagaimana kalau kita besok bertemu lagi ? untuk
melihat manfaat minum obat dan berlatih cara ketiga untuk
mengontrol halusinasi ya bu”
2) Waktu : “Jam berapa ibu ingin kita bertemu dan berapa lama bu besok
ingin kita berbicang-bincang ? Baiklah kita besok akan bertemu jam
09:00, selama 15 menit ya bu”
3) Tempat : “Dimana ibu ingin kita bertemu ? Baiklah di taman ya bu”
“Tidak terasa sudah 10 menit kita berbincang. Sampai jumpa besok ya
bu, selamat pagi, assalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

Hari / Pertemuan : Rabu, 29 Juli 2020 / III


SP / dx : III / Halusinasi Pendengaran
Ruangan : Kenanga
Nama Kien : Ajeng

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan mendengar suara laki-laki
2) Klien mengatakan suara itu datang ketika ia sendiri pada siang dan
malam hari
b. Data Objektif
1) Klien tampak tertawa sendiri
2) Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat
2. Diagnosa keperawatan : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
4. Tindakan keperawatan :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Menjelaskan dan melatih cara bercakap-cakap saat halusinasi
c. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan bercakap-cakap ke dalam
jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : “ Assalamualaikum Ibu Selamat pagi? Masih ingat
dengan saya? Ya benar saya suster Fifah yang akan merawat Ibu hari ini”
b. Evaluasi atau validasi: “ Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah
halusinasinya masih sering muncul? “
“Apakah ibu telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari kemarin? “
"Coba Ibu bisa jelaskan dua cara yang sudah kita pelajari kemarin?"
“Coba saya lihat jadwal kegiatan ibu. Wah bagus sekali, semuanya
dilakukan secara teratur “
c. Kontrak
1) Topik : “ Baiklah Bu, sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan
berlatih cara ketiga untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Apakah ibu bersedia? “
2) Waktu : “ sesuai janji kita kemarin ya Bu, kita akan berbincang-
bincang selama 15 menit ya Bu "
3) Tempat: “ Dimana Ibu ingin kita berbincang-bincang? Baiklah di
taman ya Bu”
2. Fase Kerja
“Ibu masih Suka mendengar suara-suara tersebut? “
“ Baiklah Bu, jika kemarin kita sudah berlatih cara menghardik dan minum
obat. Sekarang kita coba cara ketiga untuk mengontrol suara-suara tersebut.
Caranya adalah jika Ibu mulai mendengar suara-suara tersebut, Ibu bisa
langsung mencari teman untuk mengobrol dengan ibu "
“ Contohnya seperti ini. “ Ayo kita ngobrol dengan saya! “, atau bisa meminta
perawat untuk berbicara dengan ibu "
“ Coba Ibu Praktekkan. Wah bagus sekali Bu”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“ Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi? “
“ Jadi Sudah berapa cara yang kita gunakan untuk mengontrol suara-suara
tersebut Bu? Coba Ibu sebutkan. Wah bagus sekali Bu”
“ Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan ibu ya”
b. Rencana Tindak Lanjut
“ jangan lupa Bu untuk melakukan cara-cara yang sudah kita pelajari agar
suara-suara tersebut tidak terdengar lagi "
“ nanti Beri tanda jika Ibu melakukannya Bu, seperti kemarin”
c. Kontrak
1) Topik : “Bagaimana kalau kita besok Bertemu lagi untuk berlatih Cara
yang keempat untuk mengontrol suara-suara tersebut. Bagaimana
apa Ibu bersedia ?”
2) Waktu : “Jam berapa Ibu ingin kita bertemu dan Berapa lama kita
besok bertemu ? Baiklah Bu jam 10:00 dan 15 menit untuk kita
berbicara ya Bu”
3) Tempat : “ di mana Ibu ingin kita bertemu besok ? Baiklah di ruang
tamu ya Bu”
“ Tidak terasa sudah 15 menit kita berbicara ya Bu. Kalau begitu saya
permisi ya Bu. Selamat beraktifitas Selamat pagi, Assalamualaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

Hari / Pertemuan : Kamis, 30 Juli 2020 / IV


SP / dx : IV / Halusinasi Pendengaran
Ruangan : Kenanga
Nama Kien : Ajeng

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan mendengar suara laki-laki
2) Klien mengatakan suara datang ketika sendiri dan datangnya di siang
dan malam
b. Data Objektif
1) Klien Tampak tertawa sendiri
2) Klien mengarahkan telinganya ke suatu tempat
2. Diagnosa Keperawatan : gangguan persepsi sensori, halusinasi pendengaran
3. Tujuan : klien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian client
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
dengan dimulai dari dua kegiatan
c. Mengajarkan klien memasukkan kegiatan untuk mengendalikan halusinasi
ke dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik : “ Assalamualaikum, masih ingat dengan saya bu? Ya,
benar”
b. Evaluasi / Validasi “ Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah masih ada
halusinasinya? Apakah ibu telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari
untuk menghilangkan suara suara yang mengganggu? coba saya lihat
jadwal kegiatan hariannya? Bagus sekali Bu, Ibu minum obat dan latihan
bercakap-cakap dengan secara teratur. Apakah suara-suara itu masih
sering terdengar Bu? Syukurlah kalau mulai berkurang”
c. Kontrak :
1) Topik : “ Baiklah Ibu sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan
melakukan latihan cara melakukan aktivitas fisik sesuai jadwal.
Apakah ibu bersedia?”
2) Waktu : “ Berapa lama waktunya kita berbincang? Bagaimana jika 15
menit? Baiklah”
3) Tempat : “ Ibu mau berbincang di mana tanda tanya Bagaimana jika
duduk di ruang tamu?”
2. Fase Kerja
“Apa saja yang ibu lakukan? Apa saja kegiatan yang bisa dilakukan? (Terus
tanyakan sampai didapatkan kegiatan malam) Wah banyak sekali Bu
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut)
bagus sekali ibu dapat melakukannya, kegiatan yang lain kita latih lagi agar dari
pagi sampai malam Ibu ada kegiatan”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“ Bagaimana perasaan Ibu setelah kita melakukan kegiatan tadi. Apakah
selama kegiatan tersebut suara-suara itu datang? Bagus sekali Bu Jadi
selama latihan suara-suara itu tidak ada ya Bu? Jadi ibu dapat melakukan
kegiatan untuk menghilangkan suara-suara. sekarang Coba ulangi
langkah-langkah yang tadi telah kita lakukan.
b. Rencana tindak lanjut
“Bagus sekali Bu, sekarang masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Bagus sekali Bu. Jam berapa ibu akan melakukan kegiatan ini? Baiklah Bu
jam 06.00 dan jam 15.00. setelah bangun tidur ya bagus.”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik “ Bagaimana Bu jika besok kita berbincang-bincang tentang
kebersihan diri Ibu? Apakah ibu bersedia?”
2) Waktu “ Ibu ingin jam berapa tanda tanya Bagaimana jika jam 11. 00?
Berapa lama Ibu ingin berbincang-bincang? Bagaimana jika 15
menit?”
3) Tempat “ Ibu inginnya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana
jika di ruang tamu? Baiklah Bu Saya besok akan kembali lagi, sampai
jumpa besok, saya Permisi Bu. Assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai