Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.D DENGAN SALAH SATU


ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI DI PONDOK
PRASI KELURAHAN BINTARO

DISUSUN
OLEH
NISA SURYANA
067STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAATAN
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami


menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW.
Laporan pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.D
Dengan Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Hipertensi Di Pondok Prasi
Kelurahan Bintaro” disusun untuk memenuhi nilai tugas PBP yang diberikan oleh
Ibu misroh mulyaningsih. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu
selaku dosen mata kuliah, pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan laporan pendahuluan ini.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun laporan pendahuluan ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penyusun mohon saran dan kritiknya. Terimaksih

Mataram, 16 maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Penyakit Hipertensi.................................................................2
2.2. Konsep asuhan keperawatan keluarga..................................................11
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATA
3.1. Pengkajian ............................................................................................19
3.2. Diagnose askep keluarga......................................................................20
3.3. Rencana asuhan keperawatan keluarga.................................................20
3.4. Implementasi.........................................................................................21
3.5. Evaluasi.................................................................................................21
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................
4.1 Pengkajian.............................................................................................22
4.2 Diagnosa keperawatan keluarga...........................................................27
BAB V PENUTUP
5.1 kesimpuan ............................................................................................31
5.2 saran......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikit 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga beresiko
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan
makin tinggi tekanan darah, maka makin besar resikonya (Amin Huda Nuraif
& Hardi Kusuma, 2015).
Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui proses
pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka
suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemagan
umum, penderitaan, ketidakberdayaan, dan akhirnya kematian. Maka
kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan
pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau paliatice
care.
Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan pada pasien kronis untuk membantu pasien menghadapi
penyakitnya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa konsep asuhan keperawatan pada kasus hipertensi?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar penyakit hipertensi dan penyakit apa saja
yang termasuk dalam penyakit kronis dan bagaimana pentalaksanaannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikit 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga beresiko menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, maka
makin besar resikonya (Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015).
2.1.2 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu: (Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015)
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas, saraf simpatis sistem renin. Angiotensin
dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan polistemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan.
Hipertensi berdasarkan usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan/ atau tekanan diastoliknya sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:

2
1. Elastisitas dinting aurta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunya konteraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
(Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015)
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade I (ringan) 140-159 90-99
6 Grade II (sedang) 160-179 100-109
7 Grade III (berat) 180-209 100-119
8 Grade IV (sangat >210 >120
berat)

3
2.1.3 Patway Faktor predisposisi usia, jenis kelamin,
merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
alkohol, konsentrasi, garam dan obesitas

Kerusakan vaskuler Hipertensi


pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokonstriksi
Mk: Resiko
Gangguan sirkulasi Suplai O2 ke otak ketidakefektifan
Otak
menurun perfusi jaringan ke
otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi Spasme
pembuluh darah arteriol Koroner Sitemik
Ginjal

Blood flow darah Mk: Resiko Iskemia


Vasokonsttiksi
menurun Cedera miokard

Afterload
Respon RAA Mk: Nyeri meningkat
akut
MK: penurunan
Merangsang curah jantung Fatigue
aldosteron

Retensi Na Edema Mk: Intoleransi


Mk. Kelebihan Volume Aktivitas
Caran

(Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015)

4
2.1.4 Patofisiologi
Manurut Amin Huda kusuma (2015), hipertensi dapat disebabkan
menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer (esensial) dan hupertensi
sekunder. Pada hipertensi primer faktor yang mempengaruhinya yaitu
genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis dan sistem renin, dsn
faktor yang meningkatkan resiko hipertensi primer ini seperti:
obesistas, merokok dan alkohol. Sedangkan hipertensi sekunder
penyebabnya yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma (2015) Faktor
predisposisi (utama) terjadinya hipertensi yakni usia, jenis kelamin,
merokok, stres, kurang olahraga, genetik, alkohol konsentrasi garam,
dan obesitas.
Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan vaskuler (peredaran
pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari peredaran
pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi karena
terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga menyumbat
pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di otak, ginjal, retina, dan
pembuluh darah terganggu.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan

5
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian di ubah menajdi II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang di pompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner &
Suddarth, 2005).
1. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur
dari peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah
terjadi karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot)
hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di
otak terjadi dan membuat suplai O2 ke otak menurun sehingga

6
muncul Masalah keperawatan “Resiko Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan ke Otak”
2. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur
dari peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah
terjadi karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot)
hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di
ginjal terjadi karena vasokonstriksi pembuluh darah (kontrasi
dinding otot hingga menyumbat pembuluh darah) sehingga terjadi
blood flow (aliran darah menurun) sehingga terjadi respon RRA
(Renin-Angiotensin-Aldosteron) dan yang merangsang adalah
Aldosteron dan menyebabkan retensi natrium darah dan
menyebabkan edema sehingga muncul masalah keperawatan
“Kelebihan Volume Cairan”
3. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur
dari peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah
terjadi karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot)
hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di
retina. Kelainan pada pembuluh darah ini menyebabkan kelinan
pada retina yaitu retinopati hipertensi dengan arteri yang besarnya
tidak teratur, episudat pada retina, udema retina dan perdarahan
retina. Spasme (penyempitan) pembuluh darah dapat berupa:
pembuluh darah (terutama arteri retina) yang berwarna lebih pucat,
kapiler pembuluh yang menjadi lebih kecil atau irreguler (karena
spasme lokal), dan percabangan arteriol yang tajam sehingga
muncul masalah keperawatan “Resiko Cedera”
4. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur
dari peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah
terjadi karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot)
hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi

7
pada pembuluh darah yang mengalirkan O2 mengalami penurunan
dan terjadilah PJK (Penyakit jantung Koroner) dimana kondisi
pembuluh darah jantung tersumbat oleh lemak dan menyebabkan
terjadinya iskemia miokard (kondisi yang terjadi ketika aliran
darah berhenti pada sebagian jantung, menyebabkan kerusakan
pada otot jantung, jika salah satu arteri ini tersumbat secara tiba-
tiba sebagian jantung menjadi kekurangan oksigen sehingga
muncul masalah keperawatan “Nyeri akut”.
5. Gangguan peredaran darah sitemik terjadi karena gangguan
sirkulasi sehingga menyebabkan terganggunya peredarahan darah
sistemik (peredaran darah besar) ini mengalami kontraksi dinding
otot hingga menyumbat pembuluh darah sehingga aliran darah
keseluruh tubuh terganggu, sedangkan Afterload meningkat
(tekanan dimana jantung harus bekerja untuk mengeluarkan darah
selama sistol, dengan kata lain beban akhir dari jantung untuk di
edarkan ke seluruh tubuh) dan tentu orang yang mengalami
gangguan ini akan cepat merasa lelah (Fatigue) sehingga muncul
masalah keperawatan “Intoleransi Aktivitas”
2.1.5 Menifestasi klinis
Menurut Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015 Tanda dan gejala
pada hipertensi dapat dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang sepsifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala, kaku kuduk dan kelelahan. Dalam kenyataan
ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.

8
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
meengeluh sakit kepala, pusing, lemas kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual, muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Sobel (1999), yaitu:
1. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Mengurangu berat badan yang berlebihan
b. Mengurangi bahkan menghentikan konsumsi alkohol
c. Mengurangi intake garam pada makanan
d. Melakukan olahraga ringan secara teratur
Cara lain yang secara independen mengurangi resiko
penyakit arteri terutama adalah berhenti merokok. Pada pasien
dengan hipertensi ringan sampai sedang (tekanan diastolik 90-105
mmHg) dan (sistolik 160-180 mmHg) terapi non farmakologi
dapat dicoba selama 3 sampai 6 bulan sebelum mempertimbangkan
pembrian terapi farmakologis.
Pada hipertensi berat perubahan gaya hidup dan terpai
farmakologi harus dijalani secara bersama-sama. Pola makan
makanan yang tinggi kalium dan kalsium serta rendah natrium juga
merupakan metode terapi non farmakologis pada lansia penderita
hipertensi ringan.
2. Penatalaksanaan farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu: mempunyai efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas
dan efek samping yang ringan atau minimal, memungkinkan
penggunaan obat ecara oral tidak menimbulkan intoleransi, harga
obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien, dan
memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Berdasarkan penelitian terbaru pada obat-obat
antihipertensi yang tersedia sekarang ini angotensin converting
enzyme inhibitor (ACE inhibitor), angiotensin-receptor blokcer

9
(ARBS) calsium channel blocker, diuretik tipe tiazid, beta
blocker, semua menurunkan komplikasi penyakit hipertensi.
Deuretik tiazid merupakan terapi dasar antihipertensi pada
sebagaian besar peneliti. Pada penelitian-penelitian tersebut,
termasuk antihypertensive And lipid Lowering Tratment To
Prevent Heart Attack Trial, deuritik lebih baik dalam mencegah
komplikasi kardiovaskuler akibat penyakit hipertensi.
Pengecualian datang dari Australian National Blood Pressure
Trial, yang melaporkan hasil yang sedikit lebih baik pada pria
kulit putih yang memulai terapi hipertensi dengan ACE inhibitor
dari pada mereka yang memulai dengan deuretik. Deuritik
menambah kemampuan obat obat hipertensi, berguna untuk
mengontrol tekanan darah dan lebih terjangkau daripada obat-
obat antihipertensi lain.
Deuritik seharusnya dipakai sebagai pengobatan awal terapi
hipertensi untuk semua pasien, baik secara sendiri maupun
kombinasi dengan 1 dari golongan obat antihipertensi lain (ACE,
inhibitor, ARBs, β Boler, CCB), karena memberikan manfaat
pada beberapa peneliti. Namun jika obat ini tidak ditoleransi
secara baik atau merupakan kontraindikasi, sedangkan obat dari
golongan lain tidak, maka pemberian obat dari golongan lain
tersebut harus dilakukan.
2.1.7 Komplikasi
(Menurut Wijaya, 2013 dalam (jurnal Rohmatul Azizah, Rita Dwi
Hartanti, 2016)
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam
tubuh organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut:
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi,

10
beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor
dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko
stroke, apabila tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system
penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang
masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam
tubuh.
4. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya
retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisasi untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan.

2.2 konsep asuhan keperawatan keluarga


2.2.1 pengertian keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap tiap anggotan
keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011)

11
2.2.2 tipe keluarga
Menurut Mubarak (2011) keluarga dibagi beberapa tipe yaitu:
1. Traditional nuclear adalah keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu,
dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi
sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
2. Extended family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3. Reconstituted nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan yang baru.
4. Middle Age/Aging Couple adalah suami sebagai pencari uang, istri
dirumah,/keduanya bekerja di rumah, anak anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
5. Dyadic Nuclear adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak, keduanya/salah satunya bekerja diluar rumah.
6. Single Parent adalah satu orang tua sebagai akibat
perceraian/kematian pasangannya dan anak anaknya dapat tinggal
dirumah/di luar rumah.
7. Dual Varrrier adalah suami istri berkarir dan tanpa anak.
8. Commuter Married adalah suami istri orang karir dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu
waktu tertentu.
9. Single Adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri
dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
10. Three Generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
11. Institutional adalah anak anak atau orang dewasa tinggal dalam
suatu panti panti.

12
12. Comunal adalah satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang
monogami dengan anak anaknya dan bersama sama dalam
penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage adalah satu perumahan terdiri atas orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak anak.
14. Unmaried parent and Child adalah ibu dan anak dimana
perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
15. Cohibing couple adalah dua orang/satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa pernikahan
2.2.3 tahap dan tugas perkembangan keluarga
Berikut adalah tahap tahap perkembangan keluarga menurut (Mubarak
dkk, 2011) disertai dengan tugas pada setiap perkembangannya.
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning familiy)
Keluarga baru dimulai pada saat masing masing individu, yaitu
sumai dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing masing, secara psikologis
keluarga tersebut memiliki keluarga baru. Tugas perkembangan
pada keluarga ini antara lain :
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain
d. Merencanakan anak
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk kehamilan.
2. Tahap II keluarga dengan kehamilan anak pertama (child bearing
family)
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam
keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya
untuk memenuhi kebutuhan bayi. Tugas perkembangan pada tahp
ini antara lain :

13
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Membagi peran dan tanggung jawab.
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan.
d. Mempersiapkan biaya bayi.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
g. Mengadakan kegiatan keagamaan.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun berakhir
saat usia 5 tahun. Tugas perkembangan pada keluarga ini antara
lain :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
b. Membantu anak untuk bersosialisai.
c. Bearadaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan keluarga yang sehat.
e. Pembagian waktu untuk pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertuamemasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak,
pendidikan, dan semangat belajar.
b. Tetap memepertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan.

14
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
d. Menyediakan aktivitas untuk anak.
e. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
meningat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antar anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
d. Perubahan sitem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching
center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga
atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
a. Meperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua yang sedang memasuki masa tua.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan suami istri, kakek, dan nenek.

15
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak anak.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal.
Tugas pekembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai.
c. Memulihkan hubungan antrara generasi muda dan generasi tua
d. Keakraban dengan pasangan.
e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
f. Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban
pasangan.
8. Tahap VII keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut sampai salah satu pasangan
meninggal, sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan
pada tahap ini antara lain :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan.
c. Mempertahnkan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat.
e. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian.

16
2.2.4 fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut (Mubarak dkk, 2011) adalah sebagai berikut :
1. Fungsi biologis, yaitu fungsi meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
2. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman
bagi keluarga, memberikan perhatian, memberikan kedewasaan
kepribadian anggota keluarga, serta meberikan identitas pada
keluarga.
3. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan masing masing, dan meneruskan nilai nilai budaya.
4. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan saat ini dan menabung untuk keluarga
dimasa yang akan datang.
5. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan, memberikan perilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai
dengan tingkat perkembangannya
2.2.5 struktur keluarga
Struktur keluarga oleh Fredman dikuti dari (Mubarak dkk, 2011)
digambarkan sebagai berikut:
1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada
hirearki kekuatan.
2. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkain perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan.

17
3. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
4. Struktur niali dan norma
Nilai adalah sistem ide ide, sikap kenyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
2.2.6 peran keluarga
Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya,
seperti cara masyarakat membagi peran – perannya menurut
pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem.
Menurut Mubarak (2011) peran keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peran sebagai provider atau penyedia.
2. Sebagai pengatur rumah tangga.
3. Perawatan anak, baik yang sakit maupun yang sehat.
4. Sosialisasi anak.
5. Rekreasi.
6. Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga paternal
dan maternal
7. Peran teraupetik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan).
8. Peran seksual.

18
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 pengkajian
menurut Mubarak (2011) Pengkajian adalah tahapan seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga
yang dibinanya.Data data yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, pekerjaan dan pendidikan,
jenis kelamin, hubungan, dan genogram.
b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya, mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut.
d. Agama.
e. Status sosial ekonomi keluarga.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga (Mubarak dkk, 2011)
a. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
b. Struktur keluarga
1) Pola pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Struktur nilai dan norma keluarga
c. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehata

19
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
d. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek
2) Stresor jangka panjang
3) Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor
4) Strategi koping yang digunakan
5) Strategi adaptasi fungsional
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
f. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. analisa data
analisa data berisi data obyektif dan subyektif serta masalah dan
penyebab.

Data Masalah Penyebab


DS: Ketidakmampuan,
DO ketidaktahuan,
ketidakmampuan

2. perumusan diagnosa
a. diagnose actual
problem + etiologi (ketidakmampuan, ketidakmauan,
ketidaktauan) + 5 tugas keluarga
b. diagnose resiko
c. problem + etiologi (ketidakmampuan, ketidakmauan,
ketidaktauan) + 5 tugas keluarga
d. diagnosa potensial
problem tanpa etiologi

20
3. penilaian scoring

No Kreteria Skor Bobot


1 Sifat masalah 1
Skala :
a. skala: tidak/ kurang sehat 3

b. Ancaman kesehatan 2

c. Keadaan sejahtera 1

2 2
Kemungkinan masalah bisa diubah
Skala
3
a. Mudah
2
b. Sebagia
1
c. Rendah

3 1
Potensi masalah untuk dicegah
3
a. Tingi
2
b. Cukup
1
c. Rendah
4 1
Menonjolnya masalah
Skala
2
a. Masalah berat harus segera
ditangani
1
b. Ada masalah tetapi tidak harus
segera ditanganani 0
c. Masalah tidakdirasakan
Total

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau

21
mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi.
3.4 Implementasi
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal hal dibawah ini :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3.5 Evaluasi
Langkah langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada indivu maupun keluarga adalah sebagai berikut :
1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan
bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
2. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.
3. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi.
4. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai.
5. Bandingkan keadaan yang nyata dengan kriteria standar untuk
evaluasi.
6. Identifikasi penyebab.
7. Perbaiki tujuan berikutnya

22
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 pengkajian
1. Data Umum
a. Kepala Keluarga KK : David Zyarumaluh
b. Alamat dan Telepon : Pondok Prasi Kelurahan Bintaro
c. Pekerjaan KK : Pensiunan Polri
d. Pendidikan KK : SMP
e. Komposisi Keluarga :
Status Imunisasi
Ket.

Pendidikan
Hub Kel. KK

Na
Jenis Kel.

No B Polio DPT Hepatitis


Umur

Campak
ma C
G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1. Da L KK 63 SMP
vid

2 Swil P Istri 57 SMP


asmi

3 Me P Ana 25 D3
ry k

f. Tipe Keluarga : Keluarga besar


g. Suku Bangsa : Sumba
h. Agama : Katolik
i. Status sosial ekonomi keluarga : keluarga mampu
j. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn.D mengatakan sering berkumpul bersama keluarga dan sesekali
pergi jalan-jalan ke pinggir pantai dekat rumah.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap 6: dilihat dari anak pertamanya yang sudah menikah

23
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Sampai saat ini semua tugas perkembangan keluarga terpenuhi
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn.D Mengatakan selama 6 bulan terakhir belum ada keluarga
yang sakit hanya Tn.D yang sering mengeluh pusing
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Orang tua Tn.D Mempunyai riwayat penyakit jantung dan asma.
Sedangkan orang tua Ny.S mempunyai riwayat penyakit DM dan
asma
e. Genogram

Ket:

: laki- laki

: perempuan

X : Meninggal

……. : tinggal serumah

: pasien

3. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Milik sendiri

24
Denah rumah

1 9 Ket :

1. ruang tidur (nmr 1, 2, 3)

7 2 8 6 2. Ruang dapur (nmr 4)


3. wc (nmr 5)
3 4 5
4. Tempat nyuci (nmr 6)
5. Gudang (nmr 7)
6. Teras (nmr 9)
7. Ruang Tv, Tamu, dan
Makan (nmr 8)

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Tn.D mengatakan sering berkomunikasi atau mengobrol dengan
tetangga dekat rumahnya
3. Mobilitas geografis keluarga (lama keluarga tinggal di dusun atau
pindahan)
Sejak tahun 1980 Tn.D dan keluarga tinggal di Sumbawa. Pada
tahun 2013 keluarga Tn.D pindah ke Pondok Prasi kelurahan
Bintaro
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Keluarga
Tn.D juga ikut gotog royong di pantai dekat rumahnya
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn.D terdiri dari suami, istri dan 4 orang anak. Satu orang
anak belum meenikah.
4. Struktur keluarga
1. Struktur peran
Tn.D sebagai KK, Ny.S sebagai istri dan 1 orang anak yang belum
menikah. Tn.D mencaru nafkah dengan gaji pensiunannya.

25
2. Nilai dan norma kleuarga
Keluarga Tn.D beragam katolikdan mematuhi ajaran dan norma
agama. Tn.D tidak punya keyakinan yang bertentangan dengan
kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga
Anggota keluarga berkomunikasi langsung dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Keluarga sering diskusi dengan anggota lainnya.
4. Struktur kekuasaan keluarga (siapa pengambil keputusan)
Tn.D sebagai KK mengambil keputusan.
5. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Hubungan antar keluarga bail. Bila ada keluarga yang sakit
langsung membawanya ke dokter pribadi keluarga
2. Fungsi sosialisasil
Keluarga Tn.D sering berkumpul dan mengobrol bersama dengan
anggota keluarga yang lain.
3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengetahui tanda dan gejala penyakit hipertensi

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan


Apabila Tn.D sakit keluarga selalu membawanya ke dokter
spesialis dalam. Apabila ada anggota keluarganya yang lain
sakit langsung dibawa ke dokter.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
KeluarGa Tn.D mmiliki alat kesehatan seperti: tabung oksigen,
alat tensi da obat-obat untuk merawat Tn.D setiap hari.
Keluarga Tn.D juga membatasi mengkonsumsi micin, gaam dan
maknan yang banyak mengandung minyak. Tn.D tidak pernah
mengontrol tekanan darah setiap hari hanya cek kesehatan 1 kali
setiap bulan. Tn.D jarang berolahraga setiap hari hanya jalan
kaki sesekali. Tn.D tidak pernah ikut posyandu lansia. Saat
Tn.D ditanya Tn.D tidak tau ada posyandu lansia di desanya.

26
Dirumah Tn.D sering bising oleh cucu-cucunya yang bermain.
Didepan rumah Tn.D ada beberapa tenda rumah warga yang
sering ramai oleh orang-orang yang tinggal disana. Tn.D juga
sering mengeluh pusing.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
rumah yang kuat
Lingkungan keluarga Tn.D kurang baik dilihat dari jumlah
keluarga Tn.D 8 dengan kamar tidur yang hanya 3, 1ruang tamu
sekaligus ruang Tv dan ruang keluarga. 1 dapur, 2 kamar mandi
dan jendela jarang dibuka.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehat
Tn.Dmemiliki BPJS. Tn.D rutin memeriksa kesehtan 1 kali
sebulan ke RS terdekat
4. Fungsi reproduksi
Istri Tn.D sudah menopause dan memiliki 4 orang anak
5. Fungsi ekonomi
Penghasilan gaji pensiunan Tn.D hanya 1-3 jt setiap bulan dan
hanya mampu mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.

6. Stres dan koping keluarga


1. Stresor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek: Tn.D sering mengeluh pusing
Stressor jangka panjang: Tn.D khawatir dengan penyakit hipertensi
dan jantung yang dideritanya
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor
Tn.D selalu rutin minum obat dan cek kesehatan 1 kali setiap bulan
3. Strategi koping yang digunakan
Tn.D selalu bermusyawarah dengan anak dan istrinya untuk
menyelesaikan masalah
4. Strategi adaptasi disfungsional (pengambinghitaman,penggunaan
ancaman,dll)
Apabila Tn.D merasa pusing Tn.D selalu meminum obat yang
diresepkan dokter.

27
7. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga
(menggunakan table)
Tekanan darah Tn.D 140/80 mmHg sedangkan istrinya Ny.S 120/70
mmHg
8. Harapan keluarga
Tn.D berharap agar selalu diberi kesehatan
4.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga
1. Analisis dan sintesis data
No Data Masalah Penyebab

1 Subjektif : Ketidakmampua Kurangnya


keluarga Tn.D pengetahuan
- Tn.D Mengatakan tidak
merawat anggota mengenai
pernah control Td setiap
keluarga yang sakit peraatan
hari
anggota
- Tn.D jarang olahraga
keluarga yang
- Tn.D tidak mengikuti
sakit
posyandu lansia dan
tidak tau ada posyandu
lansia di desannya
Objektif :

- TD: 140/80mmHg
- Terlihat ada beberapa
tenda pengungsian di
depan rumah Tn.D yang
sering ramai oleh warga
di sana

28
2. Perumusan diagnosis keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (PES)

1 Ketidakmampuan keluarga Tn.D dalam merawat anggota keluarga


yang sakit, ditandai dengan : Tn.D tidak pernah control TD, jarang
olahraga, tidak mengikuti posyanadu lansia, lingkungan yang bising,
dan Tn.D sering mengeluh pusing.

Penilaian (Skoring) diagnosis keperawatan

No Kriteria Skor bobot

Sifat masalah
1
Skala
1
a. Skala: Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan
( 2)
c. Keadaan sejahtra

2 1
Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala
(2)
a. Mudah
b. Sebagian 1
c. Rendah 2
0

3 Potensial masalah untk dicegah

Skala
a. Tinggi (3)
b. Cukup
2
c. Rendah
1
Menonjolnya masalah

29
4 Skala 1
a. Masalah berat harus segera ditangani
2
b. Ada masalah, tapi tidak perlu harus
Segera ditangani 1
c. Masalah tidak dirasakan

(0)

Total 7 5

Penetapan Skoring Prioritas Diagnosa Perawatan

______________________ x 5 = 3,5

10

3. Prioritas diagnosis keperawatan


Prioritas Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor

1 Ketidakmampuan keluarga Tn.D dalam merawat anggota 3,5


keluarga yang sakit

30
4. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana
Umum/Khusus Kriteria/Standar Intervensi

Ketidakmampuan Keluarga dapat Setelah dilakukan - Menganjurkan


keluarga Tn.D mengetahui cara tindakan keluarga
dalam merawat merawat keperawatan 3x membuat
anggota keluarga anggota pertemuan daftar cek TD
yang sakit keluarganya diharaokan setiap hari
yang sakit keluarga Tn.D - Menganjurkan
mampu merawat keluarga
anggota berolahraga
keluarganya yang setiap pagi
sakit. Dengan seperti jalan-
ktereria hasil: jalan pagi
- Menganjurkan
- Keluarga
mengikuti
mengetahui
posyandu
cara
lansia
mengontrol TD
- Keluarga
mengetahui
aktivitas
olahraga yang
dapat
mempertahank
an TD dalam
batas normal
- Keluarga Tn.D
mau mengikuti
posyandu
lansia

31
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikit 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga beresiko
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan
makin tinggi tekanan darah, maka makin besar resikonya (Amin Huda Nuraif
& Hardi Kusuma, 2015).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi itu adalah dari
kebiasaan atau gaya hidup masyarakat yaitu faktor herediter yang di dapat dari
keluarga, faktor usia, jenis kelamin, konsumsi garam yang berlebihan, kurang
berolaraga dan obesitas.
3.2 Saran
Perlunya upaya penyuluhan dari pihak pelayanan maupun pendidikan
kesehatan tentang masalah yang berkaitan dengan hipertensi. Dengan
penyuluhan tersebut masyarakat dapat mengetahui informasi yang lebih
banyak lagi tentang hipertensi.

32
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Rohmatul, Rita Dwi Hartanti. 2016. Hubungan Antara Tingkat Stress
Dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonopringgo Pekalongan: Program Studi Ners STIKES Muhamadiyah
Pekajangan.
Ibrahim. Volume II No I. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi Idea
Nursing Jurnal Journal Vol II No I. Syiah Kuala Universty.
Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2. Medication
Jogja: Jogjakarta.
M. Wilkinson Judith. 2016. Diagnosa Keperawatan Diagnosa NANDA_I
Intervensi NIC Hasil NOC Edisi 10. EGC: Jakarta.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika: Yogyakarta.
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.
Pokjo Tim SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definis dan Indikator Diagnostik Edisi I. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Indonesia: Jakarta.

33
LAMPIRAN:

(Gambar 1: pemeriksaan tekanan darah pada Tn.D Dan keluarga)

34

Anda mungkin juga menyukai