T
DENGAN HIPERTENSI
DI JALAN CARINGIN BABAKAN CIPARAY RT 02
MAHASISWA:
SISKA ZELAN FEBRINA
NIM :
1420119004
A. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode.
Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan
darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg)
(Sunarwinadi, 2017). Hipertensi sering dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-
diam karena dapat menyerang siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu
penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Hipertensi juga beresiko menimbulkan
berbagai macam penyakit lainnya yaitu seperti gagal jantung, jantung koroner, penyakit
ginjal dan stroke, sehingga penanganannya harus segera dilakukan sebelum komplikasi dan
akibat buruk lainnya terjadi seperti dapat menurunkan umur harapan hidup penderitanya.
Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau
lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg,
serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (NOC, 2015).
B. Etiology
Penyebab hipertensi dibagi 3 yaitu (Pudiastuti R D, 2016):
1. Secara genetis menyebabkan kelainan berupa:
a. Gangguan fungsi barostat renal
b. Sensitifitas terhadap konsumsi garam
c. Abnormalitas transportasi natrium kalium
d. Respon SSP (Sistem Saraf Pusat) terhadap stimulasi psiko-sosial
e. Gangguan metabolisme (glukosa, lipid, dan resistensi insulin)
2. Faktor lingkungan
a. Faktor psikososial: kebiasaan hidup, pekerjaan, stress mental, aktivitas fisik, status sosial
ekonomi, keturunan, kegemukan, dan konsumsi minuman keras
b. Faktor konsumsi garam
c. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cartison) dan beberapa obat
hormon, termasuk beberapa obat anti radang (anti-inflamasi) secara terus-menerus (sering)
dapat meningkatkan tekanan darah seseorang, merokok dan minum minuman beralkohol
juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi
C. Faktor resiko
Faktor Risiko yang melekat pada penderita Hipertensi dan tidak dapat diubah,antara lain :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Genetik
Faktor Risiko yang dapat diubah
Faktor Risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain :
1. Merokok
2. Diet rendah serat
3. Dislipidemia
4. Konsumsi garam berlebih
5. Kurang aktivitas fisik
6. Stres
7. Berat badan berlebih/ kegemukan
8. Konsumsi alkohol
D. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi juga banyak dungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO menetapkan
klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gela-gejala
dari gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala
hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau
organ lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala yang jelas dari kerusakan dan
ganggguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, klasifikasi hipertensi adalah :
Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi :
Stage I (ringan) 140-159 90-99
Stage II (sedang) 160-179 100-109
Stage III (berat) 180-209 110-120
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari pada
perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari ras kulit putih).
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi (melebihi dari 30 gram), kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok,
minum alkohol, minum obat-obatan (Ephedrine, Prednison, Epineprin).
b. Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut:
Daftar Pustaka
Andjani, T. A. (2016). Perbedaan Pengaruh Masase Punggung Dan Slow Stroke Back Massage (SSBM)
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPT PSTW Jember. 38. Aspiani, R.
Y. (2014).
Kusuma, H., & Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: MediAction.
Judith, M. W. (2014). Diagnosis Keperawatan edisi 10 Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
NOC.
Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC,
Edisi 10. Jakarta : EGC.
Hidayati RN, Roifah I, Ibnu F. Improved The Behavior of The Prevention of Recurrence of Hypertension
on The Elderly Through Empowerment Support Group. 2018;(April).
H. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
DS : Hipertensi Nyeri Akut
DO: KerusakanVaskular
pembuluh darah
- skala nyeri 3
- TD : 170/90
Penyumbatan pembuluh
- Nadi : 90 x/menit darah
- TD : 170/90
Otak
DO : Sistemik
- TD : 170/90
Vasokonstriksi
- Nadi : 90 x/menit
- RR : 19xmenit
- S : 36,5 Afterload
Fatigue
Intoleransi aktivitas
DS : Hipertensi Resiko cedera
Gangguan Sirkulasi
Retina
Spasme arteriol
Risiko cidera
DS : Hipertensi Gangguan pola
tidur
Klien mengatakan sulit tidur
KerusakanVaskular
DO :
pembuluh darah
- pasiem terlihat lemas dan lesu
Penyumbatan pembuluh
darah
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
Otak
Tupen :
Tupen :
Kolaborasi
4 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Intervensi mandiri 1.Memberikan informasi dasar
tidur keperawatan selama 2x24 jam 1.Ajarkan pasien dan orang terdekat dalam menentukan rencana
diharapkan klien dapat mengenai faktor yang berkontribusi perawatan.
mempertahan kebutuhan tidur terjadinya gangguan pola tidur 2. Memberikan kenyamanan
dalam batas normal. Dengan criteria (misalnya, fisiologis, psikologis, pola pada saat tidur
hasil : hidup, perubahan shift kerja yang 3.Memaksimalkan jam tidur
1. Jam tidur normal sering, perubahan zona waktu yang pasien
2. Pola tidur baik cepat, jam kerja yang panjang dan 4.Memberi rasa nyaman dan
3.Perasaan segar sesudah tidur berlebihan, dan faktor lingkungan mempercepat proses tidur.
4.Tidur dari awal sampai habis di lainnya). 5.Meningkatkan pola tidur.
malam hari secara konsisten. 2.Fasilitasi untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur. 6.Meningkatkan agar bisa tidur
3.Anjurkan pasien untuk beristirahat pada malam hari.
4.Ajarkan pasien bagaimana
7. sesuai dengan dokter untuk
melakukan relaksasi otot autogenik
dapat mengetahui pemberian
atau bentuk non – farmakologi
obat terhadap siklus tidur atau
lainnya untuk memancing tidur.
bangun klien
5.Mulai/terapkan langkah langkah
kenyamanan seperti pijat, pemberian 8. memberikan tindakan yang
posisi, dan sentuhan afektif. tepat dalam hal peningkatan
6.Bantu pasien untuk membatasi tidur tidur
siang dengan menyediakan aktivitas
yang meningkatkan kondisi terjaga,
dengan tepat.
Kaloborasi
1. Kaloborasi dengan dokter dalam
pemberian obat tidur
2. Diskusikan dengan keluarga
mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur
II. Laporan Kasus
IDENTITAS
NAMA: Ny T USIA : 68 thn P/L
MENIKAH/TIDAKMENIKAH/JANDA/DUDA SUKU : SUNDA AGAMA : ISLAM
PENDIDIKAN: TIDAK TAMAT SD/TAMAT ALERGI: Ny. T mengatakan tidak
SD/SMP/SMU/PT mempunyai alergi makanan maupun
obat-obatan
ALAMAT: Jln Caringin, babakan ciparay rt 02
RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN DAN PENYAKIT 3 BULAN TERAKHIR:
Klien mengeluh sering merasa pusing dikepala bagian belakang,
Ny. T mengatakan ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.
GENOGRAM
\
Catatan:
Klien merupakan anak ke 1 dari 4 bersaudara. Klien menikah dengan seorang laki- laki. Ny T
merupakan anak ke satu dari 4 bersaudara. Saat pengkajian klien mengatakan bahwa sudah
beberapa tahun yang lalu suami klien telah meninggal dunia. Sejak istrinya meninggal klien
tinggal sendiri.
Keterangan:
: Perempuan : Meninggal
: Laki-laki : tinggal dalam satu rumah
: Klien
RIWAYAT JATUH
WAKTU : > 3 TAHUN/ 2 TAHUN/1 TAHUN/ < 6 BULAN YG LALU
LOKASI & PENYEBAB:
Di kamar mandi,lantainya licin
DAMPAK PADA KESEHATAN:
Pasien mengatakan nyeri dibagian pinggang
*GEJALA ‘FEAR OF FALLING’: ADA/ TIDAK ADA
(*Lingkari jawaban yang menunjukkan kondisi klien)
STATUS KESEHATAN SAAT INI
KELUHAN UTAMA (PQRST):
Ny I mengeluh pusing dikepala bagian belakang dan merasa kurang nyaman di daerah
tungkuk, nyeri seperti ditusuk dan ditekan, skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan hilang
timbul sehingga membuat Ny I sulit tidur di malam hari dan Ny I mengatakan bahwa
dirinya sering bulak balik ke kamar mandi, dan Ny I mengatakan pernah jatuh di kamar
mandi saat mencuci baju
KEPALA: LEHER:
Distribusi rambut merata, bersih, tidak ada lesi Tidak ada peningkatan tekanan CVP, tidak
pada kulit kepala, uban di kepala sudah mulai ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
merata. nyeri saat klien menelan.
MATA: DADA:
Simetris, pupil sama kiri dan kanan, tidak Pergerakan dinding dada simetris, ictus
terdapat katarak pada kedua mata, cordis tidak terlihat, tidak teraba krepitasi
penglihatan kurang baik. di lapang paru, getaran sama di seluruh
lapang paru dan punggung, tidak ada suara
nafas tambahan, suara nafas vesikuler.
HIDUNG: ABDOMEN
Septum terletak ditengah, simetris, tidak Tidak tampak asites, pada pemeriksaan
terdapat polip, bersih, tidak ada gangguan perkusi terdengar hipersonor. Tidak nada
penciuman nyeri tekan di abdomen klien.
Mukosa bibir klien tampak kering, mulut Klien mengatakan genitalia bersih, tidak
bersih, nafas tidak berbau, lidah bersih, tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak ada
ada pembesaran tonsil (T1). Gigi klien mulai kelainan.
berkurang, ada gigi yang hilang dan rusak.
Tampak adanya karies di gigi klien. Tidak ada
gangguan di mulut dan tenggorokan klien.
TELINGA: EKSTREMITAS:
Letak simetris, telinga tidak megeluarkan
cerumen/kotoran, fungsi pendengaran baik 5 5
5 5
INTEGUMEN: REFLEKS:
Kulit klien tampak keriput, elastisitas kulit klien Reflex patella, babinski (+), kaki sebelah kiri
berkurang, Tidak ada kelainan di kulit klien. (+)
Gangguan Sirkulasi
Otak
· 4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2 Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Untuk mengetahui pola
tidur leperawatan selama 2x24 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur aktivitas dan tidur klien
jam diharapkan klien dapat
3. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 2. Untuk mengetahui faktor
mempertahan kebutuhan
tidur dalam batas normal. 4. Tetapkan jadwal tidur rutin pengganggu tidur klien
Dengan criteria hasil : 5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama 3. Agar tidak ada gangguan pola
1. Jumlah jam tidur dalam
sakit tidur pada malam hari
batas normal 6-8 jam /hari
2. Pola tidur, kualitas dalam 6. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau 4. Agar memiliki jam tidur yang
batas normal cara nonfamakologi lainnya tetap
3. Perasaan segar sesudah 7. Kolaborasi pemberian obat tidur
5. Agar klien mengetahui
tidur atau istirahat 8. Diskusikan dengan keluarga mengenai
4. Mampu mengidentifikasi teknik untuk meningkatkan tidur pentingnya tidur cukup selama
hal-hal yang meningkatkan sakit
tidur.
6. Agar klien mengetahui cara
menurunkan gangguan pola
tidur
7. Untuk menurunkan gangguan
pola tidur klien
8. Agar keluarga dapat
meningkatkan kualitas tidur
klien .
3. lmplementasi dan Evaluasi
Tgl/ jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
28 juli 1. Membina hubungan saling percaya S : Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala
2022/ 14.00 Respon : Klien kooperatif dan mau mulai berkurang
memperkenalkan dirinya O:
2. Melakukan pengecekan TTV - Klien tampak rileks (Skala Nyeri 3)
Respon : - TTV
TD : 170/100 TD : 140/80 mmhg
S : 36,5 N : 75
N : 80 x / menit
RR : 18x/menit
RR : 18 x/ menit A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Ny I mengatakan jarang memeriksa
tekanan darahnya dan ia mengatakan
belum pernah mendapat pendidikan
tentang penyakit.
3. Identifikasi karakteristik nyeri
Respon :
Klien mengeluh pusing dikepala bagian
belakang dan merasa kurang nyaman di
daerah tungkuk, nyeri seperti ditusuk dan
ditekan, skala nyeri 4, nyeri yang dirasakan
hilang timbul
4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
Respon :
Klien mengatakan tidak mengetahui
penyabab penyakitnya.
Klien banyak bertanya tentang penyakit
yang dialaminya
5. Melakukan edukasi kepada klien mengenai
proses penyakit, perawatan penyakit, dan
regimen serta jadwal terapinya
Respon :
Klien dapat menjelaskan kembali mengenai
proses penyakit, perawatan penyakit, dan
regimen serta jadwal terapinya
1. Menanyakan kembali teknik S : Klien mengatakan sudah tidak ada gangguan
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa pola tidur
nyeri O : - Jumlah jam tidur klien dalam batas normal
Repon : - Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
Klien mengerti dan dapat melakukan teknik - Mampu mengidentifikasi hal-hal yang
relaksasi nafas dalam meningkatkan tidur
2. Melakukan pengecekan TTV A : Masalah teratasi
Respon : P : Intervensi dihenetikan
TD : 170/100
S : 36,5
N : 80 x / menit
RR : 18 x/ menit
3. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Respon :
Klien mengeluh susah tidur karena nyeri
pada kepala dan tidak nyaman pada
tengkuk
4. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfamakologi lainnya
Respon :
Panduan
Pengkajian Barthel digunakan untuk mengidentifikasi apa yang klien bisa
lakukan/kerjakan, tidak untuk mendokumentasikan apa yang klien mungkin bisa lakukan
(verbal).
Tujuan utama adalah untuk menetapkan tingkat kemandirian klien dari segala bantuan
(fisik atau verbal), baik minor atau tidak.
Performa klien harus dikaji berdasarkan bukti yang tersedia.
Menggunakan alat bantu diperbolehkan untuk memfasilitasi kemandirian.
NO AKTIVITAS NILAI
1. Makan
0= dependen
10
5= bantuan
10= mandiri
2. Mandi
0= bantuan 10
5= mandiri
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok gigi
0 = bantuan 5
5 = mandiri
4. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu
0= dependen 10
5= membutuhkan bantuan
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
0 = incontinent (atau membutuhkan enema) 10
5 = bantuan
10 = mandiri
6. Mengontrol berkemih
0= incontinent (kateter atau dependen)
5= bantuan 10
10= mandiri
NO AKTIVITAS NILAI
7. Aktivitas toilet
0= dependen 10
5= bantuan
10= mandiri
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, termasuk duduk di tempat tidur
0= tidak mampu untuk duduk
5= membutuhkan bantuan satu atau 2 orang 10
10= membutuhkan sedikit bantuan (minor)
15= mandiri
9. Berjalan di jalan datar (jika tidak mampu lakukan dengan kursi roda)
5= menggunakan kursi roda lebih dari 25 m 15
10= berjalan dengan bantuan satu orang (> 25 m)
15= berjalan mandiri (bisa dengan menggunakan tongkat ( > 25 m)
10. Naik turun tangga
0= tidak mampu 0
5= bantuan
10= mandiri
JUMLAH 90
Penilaian:
0 – 20 : Ketergantungan
21- 60 : Ketergantungan berat/ sangat tergantung
61 – 90 : Ketergantungan sedang (moderat)
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
PENGKAJIAN UCLA LONELINESS SCALE (SKALA KESEPIAN)
Petunjuk Pengisian:
5. ✓
Seberapa sering anda merasa menjadi
bagian dari teman-teman?
6. ✓
Seberapa sering anda merasa memiliki
banyak kesamaan dengan orang-orang
disekitar anda?
7. ✓
Seberapa sering anda merasa tidak ada satu
orang pun yang dekat dengan anda?
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sangat
Pernah kadang Sering
8. Seberapa sering anda merasa bahwa hobi ✓
atau ide anda tidak ditanggapi oleh orang
disekitar anda?
orang lain?
15. Seberapa sering anda mendapatkan ✓
Bandung,…../…./…….
………………………
Sumber:
Folstein, M., Folstein, S.E., McHugh, P.R. (1975). “Mini-Mental State” a practical method for grading
the cognitive state of patients for the clinician. Journal of Psychiatric Research, 12(3): 189-198.
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Usia : 68 tahun
Instruksi: berikan tanda centang pada jawaban yang benar, dan jumlahkan semua point salah.
Bandung,…./…/……..
……………………
Sumber: Burns, (1999). Assessment scales in old age psychiatry. Martin Dunitz Ltd. London,
p. 56-57.
PENGKAJIAN RESIKO JATUH
8. Klien lansia yang sehat umumnya dapat mengerjakan test dengan waktu sekitar 10 detik.
Klien lansia yang lemah ‘frail’ atau gangguan mobilitas membutuhkan waktu sekitar 2
menit atau lebih.
9. Observasi meliputi waktu berjalan, fase transisi (pada saat berdiri, memulai berjalan,
berputar balik, keseimbangan, melangkah, dan duduk di kursi), daya ingat.
Kriteria berdasarkan usia
sil:
Indikator ha
Tanggal : 28
Bandung,…../…./…….
……………………
Sumber:
Jacobs, M., & Fox, T. (2008). Using the “Timed Up and Go/TUG” test to predict risk of falls.Assisted Living
Consult.
MORSE FALL SCALE (MFS) / SKALA JATUH MORSE
Usia : 68 tahun
o Normal 0
o Lemah (tidak bertenaga) 10
o Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20
f. Status Mental 0
……………………
Keterangan:
Instruksi: Lingkari jawaban yang mengekspresikan perasaan klien dalam seminggu terakhir. Berikan
nilai sesuai dengan jawaban di kriteria penilaian.
NO PERTANYAAN JAWABAN NILAI
1. Apakah Bapak/Ibu sekarang ini merasa puas dengan Ya/Tidak 0
kehidupannya?
2. Apakah Bapak/Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan Ya/Tidak 0
atau hobi akhir-akhir ini?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa hampa/kosong didalam hidup Ya/Tidak 0
ini?
4. Apakah Bapak/Iibu sering merasa bosan? Ya/Tidak 1
5. Apakah Bapak/Ibu merasa bersemangat di setiap waktu? Ya/Tidak 0
6. Apakah Bapak/Ibu merasa takut sesuatu yang buruk akan Ya/Tidak 0
terjadi pada Bapak/Ibu?
7. Apakah Bapak/Ibu merasa bahagia di setiap saat? Ya/Tidak 0
8. Apakah Bapak/Ibu merasa tidak berdaya? Ya/Tidak 0
9. Apakah Bapak/Ibu memilih untuk tinggal di rumah, Ya/Tidak 0
dibanding pergi keluar dan melakukan hal yang baru?
10. Apakah Bapak/Ibu akhir-akhir ini sering pelupa? Ya/Tidak 0
11. Apakah Bapak/Ibu berpikir bahwa hidup sekarang ini Ya/Tidak 0
menyenangkan?
12. Apakah Bapak/Ibu sering merasa tidak berharga akhir- Ya/Tidak 0
akhir ini?
13. Apakah Bapak/Ibu selalu bersemangat untuk beraktivitas? Ya/Tidak 0
14. Apakah Bapak/Ibu sering merasa sedih dan putus asa? Ya/Tidak
15. Apakah Bapak/Ibu merasa orang lain hidup lebih baik Ya/Tidak
dibanding Bapak/Ibu?
Total 1
Penilaian:
Instruksi: lengkapi pernyataan dibawah ini dengan mengisi kotak berdasarkan angka sesuai dengan
kondisi klien. Jumlahkan semua point dan bandingkan dengan kategori yang tersedia.
Pengkajian Skor
A. Apakah asupan makanan klien berkurang dalam tiga bulan terakhir berhubungan 2
dengan kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan mengunyah.
0= asupan makanan berkurang berat ‘severe’
1= asupan makanan berkurang moderat
2= tidak ada pengurangan asupan makan
B. Penurunan BB dalam tiga bulan terakhir 3
0 = penurunan BB lebih dari 3 kg
1 = tidak mengetahui
2 = kehilangan berat badan 1-3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
C. Mobilitas 2
0 = terbatas pada tempat tidur atau kursi
1 = dapat bangun dari tempat tidur tapi tidak dapat bergerak
bebas keluar ruangan.
2 = mobilitas bebas
D. Mengalami stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir 0
0 = Ya 2 = Tidak
E. Masalah kognitif dan saraf 2
0 = demensia atau depresi berat
1 = demensia ringan
2 = tidak ada masalah kognitif
F. Indeks Massa Tubuh ‘Body Mass Index’ 3
0 = BMI kurang dari 19
1 = BMI ≥ 19 < 21
2 = BMI ≥ 21 < 23
3 = BMI ≥ 23
JIKA BMI TIDAK DAPAT DITENTUKAN, ITEM TERSEBUT DAPAT DIGANTI DENGAN PENGUKURAN
LINGKAR BETIS ‘ÇALF CIRCUMFERENCE’
F2. Lingkar Betis (cm) 0
0 = LB < 31
3 = LB ≥ 31
Total Skor (Skor maksimal 14) 12
Kategori:
PENGKAJIAN PHYSICAL ACTIVITY SCALE FOR ELDERLY (PASE) ‘AKTIVITAS FISIK LANSIA’
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan baik dan teliti, untuk lansia yang tidak bisa
membaca dan menulis bisa dibacakan.
2. Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur menurut pendapat anda sendiri.
3. Lengkapi pertanyaan di bawah ini dengan melingkari jawaban yang sesuai dengan
aktivitas anda.
Keterangan :
1. Selama 7 hari terakhir, seberapa sering Anda melakukan aktivitas dengan duduk
seperti membaca, menonton tv atau membuat kerajinan tangan?
(0) Tidak pernah, lanjut ke pertanyaan nomor 2
(1) Jarang ( 1 – 2 hari), lanjut ke pertanyaan 1a dan 1b
(2) Kadang ( 3 – 4 hari), lanjut ke pertanyaan 1a dan 1b
(3) Sering (5 – 7 hari), lanjut ke pertanyaan 1a dan 1b
1b. Rata-rata, berapa lama waktu yang Anda gunakan dalam melakukan aktivitas tersebut?
2a. Berapa lama rata- rata waktu yang Anda butuhkan untuk aktivitas fisik?
3. Dalam 7 hari terakhir, seberapa sering Anda melakukan aktivitas olahraga ringan
atau rekreasi, seperti memancing dari perahu atau dermaga atau aktivitas lain yang
sepadan?
(0) Tidak pernah, lanjut ke pertanyaan nomor 4
(1) Jarang (1 – 2 hari), lanjut ke pertanyaan 3a dan 3b
(2) Kadang ( 3 – 4 hari), lanjut ke pertanyaan 3a dan 3b
(3) Sering ( 5 – 7 hari), lanjut ke pertanyaan 3a dan 3b
3a. Aktivitas olahraga ringan apa yang Anda lakukan? Jalan jalan santai
3b. Rata-rata, berapa lama waktu yang Anda gunakan dalam melakukan aktivitas
tersebut?
4b. Rata-rata, berapa lama waktu yang Anda gunakan dalam melakukan aktivitas tersebut?
5. Selama 7 hari terakhir, seberapa sering melakukan aktivitas olahraga berat dan
kegiatan rekreasi seperti lari, berenang, bersepeda, atau aktivitas yang
sepadan?
(0) Tidak pernah, lanjut ke pertanyaan nomor 6
(1) Jarang ( 1 – 2 hari), lanjut ke pertanyaan 5a dan 5b
(2) Kadang ( 3 – 4 hari), lanjut ke pertanyaan 5a dan 5b
(3) Sering ( 5 – 7 hari), lanjut ke pertanyaan 5a dan 5b
5b. Rata-rata, berapa lama waktu yang Anda gunakan dalam melakukan aktivitas
tersebut?
6. Dalam 7 hari terakhir, seberapa sering anda melakukan latihan khusus untuk
meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot, seperti angkat beban atau push up,
dan lain-lain ?
(0) Tidak pernah, lanjut ke pertanyaan nomor 7
(1) Jarang (1 – 2 hari), lanjut ke pertanyaan 6a dan 6b
(2) Kadang (3 – 4 hari), lanjut ke pertanyaan 6a dan 6b
(3) Sering (5 – 7 hari), lanjut ke pertanyaan 6a dan 6b
6a. Aktivitas apa yang Anda lakukan? Tidak pernah
6b. Rata-rata, berapa lama waktu yang Anda gunakan dalam melakukan aktivitas tersebut?
9. Dalam 7 hari terakhir, apakah Anda terlibat dalam kegiatan berikut? Harap jawab
YA atau TIDAK untuk setiap item.
a. Aktivitas perbaikan rumah seperti mengecat dinding, YA /TIDAK
10. Selama 7 hari terakhir, apakah Anda bekerja dengan bayaran atau sebagai
sukarelawan?
(1) Tidak
(2) Ya (lanjut ke pertanyaan 10.a dan 10.b)
10a. Berapa jam per minggu Anda bekerja untuk gaji dan atau sebagai sukarelawan?
Jam ………….
10b. Manakah dari kategori berikut yang paling menggambarkan jumlah aktivitas fisik yang
diperlukan pada pekerjaan Anda dan atau pekerjaan sukarelawan?
Page | 58
Page | 59
TERAPI AKTIVITAS INDIVIDU / KELOMPOK
A. Latar Belakang (jelaskan secara singkat kenapa perlu dilakukan aktivitas ini;
kaitannya dengan masalah kesehatan lansia apa)
Hipertensi ini menyebabkan perlunya penanganan yang sesuai, karena jika
tidak segera ditangani akan menyebabkan komplikasi seperti jantung,
gangguan tidur, atau pecahnya pembuluh darah yang akan menyebab stroke.
Senam lansia sangat bermanfaat untuk mencegah atau melambatkan
kehilangan fungsional pada lansia dan dapat memperlancar proses
degenerasi karena perubahan usia.
B. Tujuan
Umum : setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama
1x30 menit diharapkan lansia dapat mempraktekkan senam lansia untuk
kesehatan dan kebugaran
Khusus :
1. Lansia dapat mengetahui pengertian senam lansia
C. Metode
Ceramah dan demonstrasi
Page | 60
D. Media dan Alat
Media : Leaflet
Alat : Leaflet
E. Sasaran
Lansia RT 02 terutama pada Ny. T
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : Kamis 04 Agustus 2022
Tempat : Rumah Ny T
Page | 61
G. Setting Tempat
: Mahasiswaa
: Lansia
:Media Penyuluhan
H. Susunan Kegiatan
No Tahap Kegiatan
1 Pra Interaksi dan Apersepsi - Mengucapkan salam
(5 Menit )
- Melakukan kontrak waktu dengan
peserta
- Menjelaskan tujuan dan maksud dari
kegiatan dengan topik penting nya
Senam lansia untuk lansia yang
memiliki hipertensi
2 Interaksi - Penyampaian materi pentingnya
(20 Menit) senam lansia untuk lansia hipertensi
- Langkah – langkah senam lansia
- Demonstrasi senam lansia
3 Terminasi - Memberikan kesempatan kepada
(5 Menit ) klien untuk mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
aktivitas kelompok
- Memberikan pujian atas apa yang
telah di ungkapkan
- Memberikan kesempatan untuk
Page | 62
No Tahap Kegiatan
klien bertanya tentang terapi yang
bersangkutan
- Penutup
I. Materi TAK
1. Pengertian Senam lansia hipertensi
Senam lansia adalah olahraga yang cocok bagi lansia karena gerakan di dalamnya
menghindari gerakan loncat-loncat (low impact), melompat, kaki menyilang, maju
mundur, menyentak-sentak namun masih dapat memacu kerja jantung-paru dengan
intensitas ringan-sedang. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam
tubuh manusia setelah latihan teratur.
Page | 63
b. Gerakan peregangan leher
Jenis gerakan ini bisa menjadi salah satu bentuk latihan perengangan untuk lansia.
Gerakan ini dapat membantu meregangkan otot, meningkatkan kelenturan, serta
melatih persendian pada bagian leher. Untuk melakukannya, Anda hanya cukup
menolehkan kepala ke kanan dan kiri, menundukkan dan menegakkan kepala, serta
memiringkan kepala ke samping kanan dan kiri. Masing-masing gerakan kepala
dilakukan selama 8 kali.
Selain itu, Anda juga bisa melakukan gerakan memutar leher. Caranya, secara
perlahan putar kepala Anda ke arah bahu kiri, tahan selama 5 detik, kemudian
kembali ke posisi awal. Lakukan hal yang sama ke arah bahu kanan. Adapun gerakan
ini bisa dilakukan dalam tiga putaran di setiap sisi.
c. Mengangkat lengan
Gerakan senam ini dapat membantu meningkatkan kekuatan bahu dan lengan lansia.
Jenis gerakan ini bisa Anda lakukan dalam posisi duduk atau sambil berdiri, dengan
tetap menjaga posisi kaki tegak di atas lantai. Untuk mempraktikkannya, tarik napas
perlahan kemudian angkat kedua lengan Anda ke atas kepala sambil
menghembuskan napas. Tahan posisi selama satu detik, kemudian turunkan lengan
sambil menarik napas kembali. Lakukan hal tersebut selama 10-15 kali.
Agar mendapatkan otot yang lebih kuat, Anda bisa mempraktikkan gerakan ini sambil
menggenggam barbel ringan atau barang lainnya. Selain itu, cara serupa juga bisa
Anda lakukan dengan menggerakkan lengan lurus ke depan atau merentangkannya
ke samping
d. Peregangan pinggang
Setelah leher dan lengan, area otot punggung dan pinggang lansia juga butuh
peregangan. Untuk mempraktikkannya, Anda perlu berdiri tegak dengan kaki terbuka
selebar pinggul dan posisi lengan berada pada samping badan. Kemudian, miringkan
badan Anda ke samping kanan, tahan selama dua detik dan kembali ke posisi semula.
Lakukan hal yang sama ke arah sisi kiri, hingga mengulang tiga kali untuk setiap sisi.
Selain memiringkan badan, Anda juga bisa meregangkan otot pinggang dengan
Page | 64
gerakan memutar pinggang. Anda hanya cukup memutar pinggang ke kanan dan
tahan selama kurang lebih 5 detik, lalu kembali ke posisi semula. Lakukan hal yang
sama dengan memutar pinggang ke sisi kiri Anda.
e. Berdiri satu kaki
Selain peregangan, gerakan senam ini juga bisa berupa latihan keseimbangan untuk
lansia. Cara ini bisa Anda praktikkan dengan melakukan gerakan berdiri satu kaki.
Untuk mempraktikkannya, Anda hanya cukup berdiri pada belakang kursi atau suatu
benda yang kokoh untuk Anda jadikan pegangan. Setelah itu, angkat satu kaki Anda
sambil tangan memegang benda yang ada pada depan Anda. Kemudian tahan posisi
selama 10 detik.
Lakukan gerakan yang sama dengan mengangkat kaki pada sisi lainnya. Ulangi selama
10-15 kali untuk masing-masing sisi kaki Anda.
f. Gerakan jinjit
Selain melatih keseimbangan kaki, gerakan ini memperkuat area betis dan
pergelangan kaki. Dengan kaki yang kuat, lansia dapat berjalan lebih mudah dan bisa
melakukan aktivitas fisik lainnya secara baik.
Untuk mendapatkan manfaat tersebut, Anda bisa melakukan gerakan jinjit. Caranya,
Anda hanya cukup berdiri di belakang kursi. Sambil berpegangan pada kursi tersebut,
tarik napas kemudian hembuskan napas sambil perlahan mengangkat tumit atau
melakukan jinjit setinggi mungkin.
Tahan posisi tersebut selama satu detik, kemudian tarik napas kembali sambil
menurunkan tumit Anda secara perlahan. Ulangi gerakan tersebut selama 10-15 kali.
Lalu istirahat sejenak dan lakukan kembali gerakan yang sama selama 10-15 kali lagi.
Daftar Pustaka
Arif M. 2017. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media
Aesculapius FKU.
Page | 65
Liza, Merianti. Wijaya, Krisna. 2015. Pelaksanaan Senam lansia Untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Wherda Kasih Sayang Ibu Batu
Sangkar. Jurnal.
Kusuma, H., & Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Judith, M. W. (2014). Diagnosis Keperawatan edisi 10 Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria
Hasil NOC.
Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil
NOC, Edisi 10. Jakarta : EGC.
J. Media TAK
Page | 66
Dokumentasi dalam pengkajian dan tindakan dalam senam lansia
Page | 67
Saat melakukan penyeluhan mengenai senam lansia untuk penderita hipertensi pada NY.T
Page | 68
Saat Ny T mengikuti senam lansia
Page | 69
Page | 70