Anda di halaman 1dari 173

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW 03

KELURAHAN BABAKAN CIPARAY

Disusun Oleh :

1. Laurensia Wulandita Ansiga 13. Tri Omega Utami (1420119008)


(1420119027)

2.Nur Intan Mutia Farawahdini 14. Ridwan Prawira Kusuma (1420119016)


(1420119031)

3. Pipit Pratiwi (1420119032) 15. Niken Theresia Br Barus (1420119043)

4. Nomi Kogoya (1420119046) 16. Shalsabila Febrianti

5. Annita Dowansiba (1420119063) 17. Firdawati Ella Febrianti (1420119009)

6.Ayu Sita Utami (1420119006) 18. Tonijio N Dorosario Da Luz


(1420119029)

7.Tanti Lestari (1420119018) 19. Sintia Girimis

8. Silvi Putri Yantika (1420119030) 20. Leni Yuliani (1420119013)

9. Aristia Nurdayanti (1420119035) 21 Siska Zelan Febrina ( 1420119004)

10. Natauly Ekaristina Malau (1420119012) 22. Sintia girimis(1420119052)

11. Rida Silpia (1420119053) 23.Shalsabila (1420119040)

12. Silvy Oktaviani

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan MMRW
sesuai yang di harapkan.

Dalam proses pengerjaan laporan ini, kami melakukan berbagai penelitian yang tak
lupa mendapatkan bimbingan, arahan dan pengetahuan hingga kami mampu menyelesaikan
laporan ini dengan baik. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, dan
terutama rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tonny sukmana, S.E selaku Kepala Desa di Kelurahan Babakan Ciparay


2. drg. Sri widiawati , MKM Mirdajati., S.Kep., Ners selaku pembimbing dari
Puskesmas Caringin Kelurahan Babakan Ciparay
3. Ns. Stephanie Melia., MNS, Anni Sinaga, S.Kp.,M.Kep, Ns. Roselina Tambunan,
M.Kep., Sp.Kom selaku dosen pembimbing mata kuliah Nursing Praktice 6
4. Alex Akbar selaku Ketua RW 03 Kelurahan Babakan Ciparay
5. Ketua RT 01, 02, dan 04 Kelurahan babakan Ciparay
6. Para Kader RT 01, RT 02, dan RT 04 Kelurahan babakan Ciparay
Kami berharap, laporan ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat Kelurahan Babakan
Ciparay khususnya masyarakat RW 03 mulai dari RT 01, 02 dan 04. Untuk kedepannya lebih
memperhatikan kesehatan khususnya kesehatan dalam komunitas.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan


laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman kami. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
demi kesempurnaan laporan ini untuk ke depannya.

Bandung, 01 Agustus 2022

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan yang berjudul : Laporan Pelaksanaan Praktik Keperawatan Komunitas di RW 03


Kelurahan Babakan Ciparay

Disusun oleh : Mahasiswa Institut Kesehatan Immanuel Bandung Kelompok RW 03

Program Studi : Sarjana Keperawatan 2019

Bandung, 01 Agustus 2022

Menyetujui,

Kepala Lurah Kepala UPTD Puskesmas Caringin

Tonny Sukmana, S.E drg. Sri Widiawati, MKM

Ketua RW Koodinator Mata Kuliah Np 6

Alex Akbar Ns. Stephanie Melia., MNS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Metode Penulisan 3
1.4 Sistematika Penulisan 3
BAB 2 4
TINJAUAN TEORI 4
2.1. Konsep Dasar Masyarakat 4
A. Definisi Masyarakat 4
B. Ciri-Ciri Masyarakat 4
C. Tipe-Tipe Masyarakat 5
D. Ciri-Ciri Masyarakat Indonesia 7
E. Ciri-Ciri Masyarakat Sehat 8
F. Indikator Masyarakat Sehat 8
G. Masalah-Masalah Kesehatan Masyarakat Di Indonesia 9
2.2. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 10
A. Pengertian Keperawatan Komunitas 10
B. Tujuan Keperawatan Komunitas 10
C. Fungsi Keperawatan Komunitas 11
D. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA
(American Nurse Association) 12
E. Falsafah Keperawatan Komunitas 12
F. Area Keperawatan Komunitas 15
G. Sasaran Keperawatan Komunitas 18
2.3. Konsep Dasar Keluarga 19

iii
A. Pengertian Keluarga 19
B. Tipe Keluarga 19
C. Struktur Keluarga 22
D. Fungsi Keluarga 23
E. Tugas Keluarga 24
F. Tahapan Keluarga Sejahtera 25
G. Teori Perkembangan Keluarga 26
2.4. Konsep Dasar Gerontik 27
A. Definisi 27
B. Proses Menua 27
C. Batasan Lansia 28
D. Tipe-Tipe Lansia 29
E. Teori Penuaan 29
F. Perubahan-Perubahan Multisistem Yang Terjadi Pada Lansia 32
G. Dampak Kemunduran Dan Masalah-Masalah Kesehatan Pada Lansia 33
H. Karakteristik Penyakit Lansia Di Indonesia 35
I. Peran Perawat Pada Klien Lansia Sesuai Proses Penuaan 36
2.5. Konsep Pendidikan Promosi Kesehatan 38
A. Konsep Pendidikan Kesehatan 38
B. Pendidikan Kesehatan Dan Promosi Kesehatan 39
C. Tujuan Pendidikan Kesehatan 40
2.6. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan 40
A. Definisi Kesehatan Lingkungan 40
B. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungansasaran Kesehatan Lingkungan 41
C. Sasaran Kesehatan Lingkungan 42
D. Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia 42
2.7 Ruang Lingkup Kesehatan Komunitas 45
BAB III 48
HASIL SURVEI MAWAS DIRI 48
3.1 Profil RW 48
49
3.2 Hasil Survei Mawas Diri 49
3.3 Analisa SWOT 90
3.4 ANALISA DATA 91

iv
3.5 Daftar masalah Keperawatan 95
3.6 Prioritas masalah 95
3.7 Prioritas masalah keperawatan 95
3.8 POA ( Rencana Asuhan Keperawatan ) 96
DAFTAR PUSTAKA 110

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 14
Gambar 2 48
Gambar 3 49

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktik kesehatan masyarakat
yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Seiring
dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut
perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang.

Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran
yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,
juga memandang klien secara komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi
kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di
dunia maupun di Indonesia.

Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam program Visi Indonesia
Sehat 2015 telah dirancang Kementrian Kesehatan RI sesuai Milenium Development
Goals (MDG’s). Tujuan utamanya adalah tercapainya kesejahteraan yang merata di
seluruh dunia. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam program tersebut
juga berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu garapannya
adalah bidang kesehatan. Program kesehatan yang dapat langsung meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan status kesehatannya adalah menekankan
pada pola piker paradigma sehat. Paradigma sehat artinya lebih menekankan promotive
dan preventif tanpa meninggalkan kuratif dan rehabilitative.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan Musyawarah Masyarakat Rukun


Warga (MMRW) yaitu pertemuan seluruh warga desa/RW dengan berbagai pihak secara
lintas sector dan lintas program untuk membahas hasil Survey Mawas Diri atau
memaparkan hasil pengkajian komunitas terkait masalah kesehatan dan merencanakan
penanganan atau penanggulangan masalah kesehatan yang sesuai dari survey mawas diri.

1
Untuk membahas permasalahan yang ditemukan selama survey tersebut diadakan
kegiatan untuk berumbuk bersama warga melalui kegiatan Musyawarah Masyarakat
Rukun Warga 03 (MMRW 03). Untuk lebih memasyarakatkan kegiatan tersebut, nama
kegiatannya adalah Musyawarah Masyarakat Rukun Warga 03 (MMRW 03). Kegiatan
MMRW nantinya akan melibatkan Tokoh Masyarakat, Pukesmas, Kader desa, RW dan
RT. Dalam kegiatan tersebut nantinya mahasiswa mampu menggali permasalahan yang
ditemukan dan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat untuk mengatasi
masalah tersebut. MMRW dilakukan dengan tujuan agar masyarakat mengenal masalah
kesehatan di wilayahnya, masyarakat sepakatuntuk menanggulangi masalah kesehatan
dan masyarakat dapat menyusun rencana rencanakerja untuk menanggulangi masalah
kesehatan.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah yang sedang dihadapi pada masyarakat di wilayah desa rw
03 babakan ciparay dan menggali potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah
tersebut. Dan mahasiswa dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan pemeliharaan status
kesehatan masyarakat
2. Tujuan Khusus
1. Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan, dan perilaku
yang paling menonjol di masyarakat
2. Menginventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung
upaya mengatasi masalah kesehatan
3. Menyusun rencana tindak lanjut untuk mengatasi masalah kesehatan
4. Diperolehnya dukungan semua lapisan masyarakat dalam upaya
mengatasi masalah kesehatan
5. Merumuskan persepsi yang sama antara masyarakat, lintas sector dan
pukesmas
6. Memberikan informasi tentang kebutuhan masyarakat berdasarkan survey
mawas diri maupun berdasarkan usulan dalam bentuk komunikasi
terbuka

2
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan adalah :
a. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengambil masalah komunitas
yang terdapat di wilayah Caringin RW 03 untuk diberikan asuhan keperawatan.
Dalam pengumpulan data metode yang 6 digunakan adalah : wawancara, observasi
dan pengukuran terhadap seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
b. Studi kepustakaan dengan mempelajari literatur yang mendasari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada keluarga.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam laporan ini ini, disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan, metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II KONSEP TEORI
Berisikan Konsep dasar masyarakat, Konsep dasar keperawatan komunitas,
Konsep dasar keluarga, Konsep dasar gerontik, Konsep pendidikan promosi
kesehatan, Ruang lingkup kesehatan lingkungan, Ruang lungkupp kesehatan
komunitas.
BAB III HASIL SURVEY MAWAS DIRI
Berisi Profil RW, Hasil survey mawas diri, Analisis SWOT, Analisa data,
Daftar masalah keperawatan, Prioritas masalah keperawatan, Planning of action,
Rencana asuhan keperawatan.
BAB IV IMPLEMENTASI KEGIATAN
Berisi Implementasi dan evaluasi, Rencana tindak lanjut dan Pembahasan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Berisi simpulan dan saran

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Masyarakat

A. Definisi Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa inggris memakai istilah society yang berasal dari bahasa
latin socius, yang berarti “kawan”.
1. Koentjaraningrat (1990:144) dalam Cholila,I.M. (2022).  mengemukakan
pandangannya mengenai Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang
saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah saling “berinteraksi”.
2. Maclver dan Page (dalam Soekanto, 2015:21) dalam Cholila,I.M. (2022). 
Menyatakan Masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara,
wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan
pengawasan tingkah laku serta kebebasankebebasan manusia. Keseluruhan yang
selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan
hubungan sosial. Dan masyarakat selalu berubah. Untuk menghadapi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam, manusia
menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Selain itu demi
menyesuaikan dan menghadapi manusia lain sering kali ada proses komunikasi
untuk menyempurnakan dan memperluas relasi agar tercapainya kedamaian di
lingkungannya.

Berdasarkan pengertian masyarakat yang sudah dikemukakan di atas dapat di


ambil kesimpulan bahwa masyarakat merupakan suatu kesatuan yang saling
membutuhkan mahkluk lainnya demi terwujudnya equilibrium kehidupan sosial.

B. Ciri-Ciri Masyarakat
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

4
1. Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat. Di dalam masyarakat terjadi
interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara perseorangan, antara kelompok-kelompok,
maupun antara perseorangan dengan kelompok. Untuk terjadinya interaksi
sosial harus ada 2 syarat, yaitu :
● Kontak Sosial, dan
● Komunikasi.
2. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu. Suatu kelompok masyarakat
menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai
tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup yang kecil (RT/RW),
desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan negara.
3. Saling tergantung satu dengan yang lainnya. Anggota masyarakat yang hidup
pada suatu wilayah tertentu saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai
keterampilan sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing dan saling
melengkapi.
4. Memiliki adat istiadat/budaya tertentu. Adat istiadat dan budaya diciptakan
untuk mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat yang mencakup bidang yang
sangat luas diantara tata cara berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada
di masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian
ataupun sistem kekerabatan dan sebagainya.
5. Memiliki identitas bersama. Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas
yang dapat dikenali oleh anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk
menopang kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok
dapat berupa lambang-lambang, bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari
perumahan, benda-benda tertentu, seperti : alat pertanian, senjata tajam,
kepercayaan dsb.

C. Tipe-Tipe Masyarakat
1. Berdasarkan perkembangannya
a. Cresive Institution

5
Merupakan lembaga masyarakat yang paling Primer, yang secara tidak
sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakatnya. Misalnya : yang berkaitan
dengan hak milik, perkawinan, agama dsb.

b. Enacted Institution
Lembaga masyarakat yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan
tertentu. Misalnya : lembaga utang-piutang, perdagangan, pertanian,
pendidikan.
2. Berdasarkan sistem nilai yang diterima oleh masyarakat
a. Basic Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang sangat penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, diantaranya adalah keluarga
dan sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi dasar yang pokok.
b. Subsidiary Institution
Yaitu lembaga-lembaga masyarakat yang muncul tetapi dianggap kurang
penting karena hanya untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja.
Misalnya : pembentukan panitia, pelantikan, dsb.
3. Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
a. Approved / Social Sanctioned Institution
Sebuah lembaga masyarakat yang memang diterima oleh masyarakat yang
lain. Misalnya : Sekolah-sekolah, Koperasi tau Perusahaan dsb.
b. UnSanctioned Institution
Merupakan lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat
yang lain, walaupun kadang-kadang tidak mungkin untuk diberantas.
Misalnya : kelompok penjahat, gelandangan dan pengemis, kelompok tuna
susila, dsb.
4. Berdasarkan penyebarannya
a. General Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang didasarkan atas factor
penyebarannya, seperti agama, karena dapat dikenal semua masyarakat
dunia.
b. Restricted Institution
Lembaga masyarakat yang banyak menganut agama-agama tertentu saja,
seperti Budha banyak dianut oleh masyarakat Thailand, Vietnam ;

6
KristenKatolik banyak dianut masyarakat Itali, perancis dan Islam banyak
dianut masyarakat Arab, dsb.

5. Berdasarkan fungsinya
a. Operative Institution Yaitu lembaga masyarakat yang menghimpun pola-
pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan, seperti misalnya lembaga industri.
b. Regulative Institution Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi
adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari
lembaga itu sendiri. Misalnya : lembaga-lembaga hukum.

D. Ciri-Ciri Masyarakat Indonesia


Ditinjau dari Struktur Sosial dan Kebudayaannya, masyarakat Indonesia dapat dibagi
menjadi 3 (Tiga) Kategori dengan Ciri-Ciri masing sebagai berikut:
1. Masyarakat desa
Memiliki ciri-ciri diantaranya adalah :
a. Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.
b. Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat sebagai organisasi social.
c. Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib.
d. Tingkat buta huruf relative masih tinggi.
e. Berlaku hokum tidak tertulis yang diketahui dan dipahami oleh setiap
orang.
f. Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan keterampilan.
g. System ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan sebagian kecil dijual dipasaran untuk memenuhi kebutuhan
lainnya.
h. Semangat gotong royong dalam bidang social dan ekonomi sangat kuat.
2. Masyarakat madya
a. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan tidak
begitu kuat.

7
b. Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai semakin terbuka
terhadap pengaruh dari luar.
c. Timbul rasionalitas dalam berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan
terhadap kekuatan gaib mulai berkurang.
d. Terdapat lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama
pendidikan dasar dan menengah.
e. Tingkat buta huruf mulai berkurang.
f. Hukum tertulis mulai diberlakukan mendampingi hukum tidak tertulis.
g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi pasaran,
sehingga uang mulai semakin dominan penggunaannya.
h. Gotong royong tinggal diterapkan untuk keperluan-keperluan social
dikalangan keluarga dan tetangga saja, selebihnya kegiatan-kegiatan umum
lainnya didasarkan pada upah.
3. Masyarakat modern
a. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
b. Hubungan natar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling
pengaruh mempengaruhi.
c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang dapat
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga keterampilan.
e. Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.
f. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
g. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas
penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.

E. Ciri-Ciri Masyarakat Sehat


1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative terutama untuk ibu dan anak.
3. Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar
yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan
mutu lingkungan hidup.

8
4. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status social
ekonomi.
5. Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit

F. Indikator Masyarakat Sehat


Menurut WHO, beberapa indikator masyarakat sehat antara lain :
1. Indikator yang berhubungan dengan Status Kesehatan Masyarakat.
a. Indikator Komprehensif
● Penurunan angka kematian kasar
● Umur Harapan Hidup yang semakin meningkat.
b. Indikator Spesifik
● Penurunan angka kematian ibu dan anak
● Penurunan angka kematian karena penyakit menular.
● Penurunan angka kelahiran.
2. Indikator Pelayanan Kesehatan.
a. Rasio antara jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang seimbang.
b. Distribusi tenaga kesehatan yang merata.
c. Tersedianya informasi yang lengkap tentang sarana dan fasilitas pelayanan
kesehatan.

G. Masalah-Masalah Kesehatan Masyarakat Di Indonesia


1. Jenis masalah
a. Tingginya angka pertumbuhan penduduk.
b. Tingginya angka kematian ibu dan anak
c. Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit menular
d. Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit tidak menular
e. Masalah kesehatan lingkungan :
● Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum memadai.
● Sarana air bersih dan fasilitas kesehatann yang belum merata.
● Pembinaan program peningkatan kesehatan lingkungan belum berjalan
seperti yang diharapkan.
2. Penyebab masalah
1. Faktor sosial ekonomi

9
● Tingkat pendidikan yang masih rendah
● Tingkat penghasilan yang rendah
● Kurangnya Kesadaran pemeliharaan kesehatan
2. Gaya hidup dan perilaku masyarakat
● Banyak kebiasaan masyarakat yang merugukan kesehatan
● Adat istiadat yang tidak menunjang peningkatan kesehatan
3. Lingkungan masyarakat
● Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan.
● Kurangnya tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.
4. System pelayanan kesehatan
● Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh
● Upaya pelayanan kesehatan yang sebagaian besar masih berorientasi
pada pelayanan kuratif.

2.2. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

A. Pengertian Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu
yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit
menular. Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat
maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni,
& Supriyono, 2015).

Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan


kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak

10
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni,
& Supriyono, 2017).

B. Tujuan Keperawatan Komunitas


1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki. Tujuan proses keperawatan dalam
komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat
melalui upayaupaya sebagai berikut :
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
2. Tujuan khusus
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan atau
keperawatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan atau keperawatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
f. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau
keperawatan.
g. Mendorong dan menigkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan atau keperawatan.
h. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri.
i. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.

11
C. Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006)

D. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas


Menurut ANA (American Nurse Association)
1. Asumsi
a. Sistem pemeliharaan yang kompleks.
b. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
c. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar
praktek penelitian.
d. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
e. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer
2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang
lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara
mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan

12
E. Falsafah Keperawatan Komunitas
Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-
sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4
hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan


manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya
manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.

13
Gambar 1

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sebagai berikut :

1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada
lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan
minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga,
komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko
tinggi antara lain : daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
2. Kesehatan.
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan.
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.
4. Keperawatan.
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier.

14
F. Area Keperawatan Komunitas
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi
kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan
utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua orang
melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat. Meskipun praktik
yang dilakukan berada pada berbagai jenis organisasi dan masyarakat, semua
perawat kesehatan komunitas berfokus pada populasi. Populasi dapat didefinisikan
pada mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh : tetangga,
komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok etnik atau ras khusus yang
mengalami beban berlebihan dari outcome kesehatan yang rendah. Populasi juga
dapat berpartisipasi dalam progra khusus seperti perawatan maternitas untuk remaja
yang hamil, atau mereka yang terkena penyakit-penyakit khusus seperti HIV/AIDS
atau tuberkulosis; atau faktor resiko seperti hipertensi, kurangnya akses terhadap
erawatan. Meskipun perawat kesehatan komunitas melayani indvidu dan keluarga,
fokus utama adalah populasi.

Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok
meliputi :

1. Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologis, pekerja sosial,


nutrisionis dan pendidik kesehatan
2. Organisasi kesehatan pemerintah
3. Penyedia layanan kesehatan
4. Organisasi dan koalisi masyarakat
5. Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hukum dan unit
gawat darurat
6. Industri dan bisnis
7. Institusi penelitian dan pendidikan

Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan kesehatan individu,


keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi inti dari pengkajian, jaminan dan

15
kebijakan pengembangan. Fungsi inti diaplikasikan dalam cara sistematik dan
komprehensif. Proses pengkajian meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan
harapan populasi dan dipandu dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh
melalui regulasi, advokasi pada penyedia layanan kesehatan profesional lain untuk
memenuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki populasi, koordinasi pelayanan
komunitas atau ketentuan langsung pelayanan. Srategi asuransi meliputi
ketersediaan, bisa diterima, dapat diakses dan kualitas layanan. Kebijakan
ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian, prioritas ditentukan oleh populasi dan
dengan pertimbangan dari subpopulasi dan komunitas pada resiko terbesar, seperti
bukti keefektifan dari berbagai aktivitas atau strategi.

Perawat kesehatan komunitas proaktif dengan menghormati kecenderungan


pelayanan kesehatan dan sosial, merubah kepedulian, dan aktivitas legislatif serta
kebijakan. Fungsinya sebagai advokat pada populasi yang mereka layani. Seperti
advokasi untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan lingkungan,
menciptakan kondisi yang emperbaiki dan mempertahankan kesehatan populasi dan
merupakan peranan kunci dari perawat kesehatan komunitas.

Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dapat diberikan secara langsung


pada semua tatanan pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang


mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap
2. Di rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada keluarga di
rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care dapat
meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai
institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan
karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program screening kesehatan,
mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan.
4. Di tempat kerja/industri

16
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri,
pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan
kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok
serta pengawasan makanan.
5. Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus akut,
penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada individu,
kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan
yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan
kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti wreda, dan
panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga pemasyarakatan
(Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat
perlakukan kekerasan
b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV (ODHA/Orang
Dengan Hiv-Aids), dan WTS.

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan
mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan
pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatannya.

17
G. Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran yang dituju untuk keperawatan komunitas dibagi menjadi beberapa,
diantaranya :

1. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus
dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhannya, seperti;
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a) Wanita tuna susila

18
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti wredha
b) Panti asuhan
c) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d) Penitipan balita

2.3. Konsep Dasar Keluarga

A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling kebergantungan.

Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017) mengatakan keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik,
mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.

Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang
perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi
berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu
keluarga

B. Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal
bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:

19
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami
dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan
anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear
family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga
yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini
biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang
bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
akhir minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan
lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone),
yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang
tuadinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut

20
akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu
untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.

2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan
seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.

21
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

C. Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur
keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu proses
simbolik, transaksional untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam
keluarga.
2. Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung
pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual)
dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga.
Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih,
misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:


a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota keluarga
memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.

22
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan authenticity),
struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya
peraturan yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3. Struktur Peran Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi
status atau tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga adalah posisi formal pada keluarga, seperti
ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa amanbagi seluruh anggota keluarga, dan
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung
keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan
sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial
dan spiritual.
b. Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai
keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah
yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga
menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.

D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut:

23
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan
mempertahankan saat terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan
melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan
dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.

E. Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :
1. Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang
dialami anggota keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya
masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah
terhadap masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit,
adalah sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga
kesehatan, dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar atau salah
dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga
harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan

24
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga
terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi lingkungan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumbersumber keluarga yang
dimiliki, manfaat dan keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap
keluarga terhadap hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke
fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan
adanya pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,
fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.

F. Tahapan Keluarga Sejahtera


Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017) adalah :
1. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu kebutuhan
pengajaran agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan. Dengan kata lain
tidak bisa memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I
Keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, tetapi belum
bisa memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, seperti pendidikan, KB, interaksi
dalam keluarga, lingkungan sosial dan transportasi.Indikator keluarga tahap I
yaitu melaksanakan ibadah menurut kepercayaan masing-masing, makan dua
kali sehari, pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan
dari tanah, kesehatan (anak sakit, KB dibawa keperawatan pelayanan
kesehatan).
3. Keluarga Sejahtera Tahap II
Pada tahap II ini keluarga sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal,
dapat memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, tetapi belum dapat memenuhi

25
kebutuhan perkembangan (kebutuhan menabung dan memperoleh informasi.
Indikator keluarga tahap II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan
melaksanakan kegiatan agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai
lauk pauk minimal satu tahun terakhir, luas lantai rumah perorang 8 m2, kondisi
anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun keatas
memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu
membaca dan menulis, anak usia 7-15 tahun bersekolah semua dan dua anak
atau lebih PUS menggunakan Alkon.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, setelah
memenuhi keseluruhan kebutuhan psikososial, dan memenuhi kebutuhan
perkembangan, tetapi belum bisa memberikan sumbangan secara maksimal pada
masyarakat dalam bentuk material dan keuangan dan belum berperan serta
dalam lembaga kemasyarakatan.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Memenuhi indikator keluarga tahap sebelumnya ditambah dengan upaya
keluarga menambahkan pengetahuan tentang agama, makan bersama minimal
satu kali sehari, ikut serta dalam kegiatan masyarakat, rekreasi sekurangnya
dalam enam bulan, dapat memperoleh berita dari media cetak maupun media
elektronik, anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

G. Teori Perkembangan Keluarga


Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari waktu-
kewaktu dengan pola secara umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017). Paradigma
siklus kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan anak paling
tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Duvall dan Miller, 1987 dalam
Zakaria, 2017)

- Tahap I Keluarga pemula (Keluarga baru menikah - hamil)


- Tahap II Keluarga mengasuh anak (anak tertua bayi - umur 30 bulan)
- Tahap III Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berusia 2-6 tahun)
- Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berusia 6 – 13 tahun)
- Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berusia 13 – 20 tahun)

26
- Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai dengan anak terakhir meninggalkan rumah) Tahap
- VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension)
- Tahap VIII Keluarga dalam masa pension dan lansia (hingga pasangan
meninggal dunia).

2.4. Konsep Dasar Gerontik

A. Definisi
Seseorang dikatakan lansia apabila berusia 60 tahun atau lebih, yang disebabkan
faktor tertentu yang menghalanginya untuk memenuhi kebutuhan dasar fisik, mental
dan sosial (Nugrogo, 2014).

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55


tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

B. Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh
dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan
secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :

1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan

27
kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada
lansia seringkali terlihat kurus.
2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan
pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga
menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi
karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB
yang dapat menyebabkan wasir.
5. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang
aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas
kegiatan sehari-hari.

Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa,
kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai
tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid
atau perilaku anti sosial lainnya.

Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU) adalah
pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.

28
C. Batasan Lansia
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun


2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI) Mengatakan lanjut usia merupakan


kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:

1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun


2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

D. Tipe-Tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.

E. Teori Penuaan
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan
perubahan secara komulatif dan serta berakhir dengan kematian. Proses menua

29
merupakan suatu yang fisiologis yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan
orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :
a) Teori Instrinsik Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia
timbul akibat penyebab dalam diri sendiri.
b) Teori Ekstrinsik Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan pengaruh lingkungan.

Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :

a) Teori Genetik Clock


Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik
untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei
(inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi
tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi
sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit akhir yang katastrofal. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi.
b) Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik.
sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek
umur sebaliknya menghindarinya dapat memperpanjang umur. menurut
teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut.
Sebagai salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik
adalah hipotesis error catastrope.
c) Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi oleh zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Pada proses metabolisme tubuh ,
suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan mati.

30
d) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan-bahan organik seperti KH dan protein.
radikal ini menyebabkan sel–sel tidak dapat beregenerasi. Tidak stabilnya
redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti
karbohidrat dan protein radikal ini menyebabkan selsel tidak dapat
regenerasi.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
2. Teori Sosial
a) Teori aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
b) Teori Pembebasan
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan (disengagement teori). Teori tersebut menerangkan bahwa
dengan berubahnya usia seseorang secara berangsur–angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya
sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu:
● Kehilangan peran
● Hambatan kontrol social
● Berkurangnya komitmen
c) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok
dari teori kesinambungan adalah :
● Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
● Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

31
● Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a) Teori Kebutuhan manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia
Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan
dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada
tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan
tersebut tercapai.
b) Teori individual
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan
masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu
terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama.
Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah
subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

F. Perubahan-Perubahan Multisistem Yang Terjadi Pada Lansia


Pada lansia terjadi perubahan-perubahan akibat proses menua diantaranya adalah
perubahan pada sistem pencernaan seperti :

1. Kehilangan gigi penyebab utama periodontal disiase yang biasa terjadii setelah
umur 30 tahun
2. Indra pengecap menurun,adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap, hilangnya sensivitas saraf pengecap lidah terutama rasa
manis,asin,pahit
3. Rasa lapar menurun
4. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau gangguan pada sistem
gastrointestinal seperti penyakit gastritis
5. Fungsi absorbsi melemah
6. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang

32
Lansia yang menderita gastritis akan mengalami perubahan pada sistem
pencernaannya. Patofisiologi Gastritis Akut Membran mukosa lambung menjadi
edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami
erosi super fisial, bagian ini mengekskresi sejumlah gerak lambung yang
mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial dapat
terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasian dapat mengalami ketidak
nyamanan, sakit kepala, mulas, mual dan anoreksia. Sering disertai dengan muntah
dan cegukan.

G. Dampak Kemunduran Dan Masalah-Masalah Kesehatan Pada Lansia


Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa
anak, dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu dimana
akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur dan fisiologis dari beberapa
sel/jaringan/organ dan system yang ada pada tubuh manusia (Mubarak,2009:140)

Kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik,


diantaranya yaitu :

● Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
● Rambut kepala mulai memutih atau beruban
● Gigi mulai lepas (ompong)
● Penglihatan dan pendengaran berkurang
● Mudah lelah dan mudah jatuh
● Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah akibat penurunan kelemahan
● otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi
● Gangguan gaya berjalan
● Sinkope-dizziness;

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :

● Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik


● Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik dari pada hal-hal yang baru
saja terjadi
● Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
● Sulit menerima ide-ide baru

33
1. Dampak kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada lansia dipandang dari sudut biologis mempunyai
dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut usia.
Jika berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak
dikemukakan. Selain berbagai macam kemunduran ada sesuatu yang dapat
meningkat dalam proses menua, yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini
yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah pada masa tua. Coba dilihat
sepintas mengenai beberapa dampak kemunduran tersebut yaitu semakin
perasanya orang yang memasuki lanjut usia. Misalnya kemunduran fisik, yang
berpengaruh terhadap penampilan seseorang. Pada umumnya saat usia dewasa,
seseorang dianggap tampil paling cakap, tampan atau paling cantik.
Kemunduran fisik yang terjadi pada dirinya membuat membuat yang
bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka
miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan daya tarik dirinya.

2. Masalah yang dialami oleh lansia


a. Mudah jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya
multifaktor. Dari faktor instrinsik misalnya : gangguan gaya berjalan,
kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau
pusing. Untuk faktor ekstrinsik, misalnya lantai licin dan tidak rata,
tersandung benda, penglihatan yang kurang karena cahaya kurang terang,
dan sebagainya sehingga dapat menyebabkan keterbatasan dalam
melakukan aktivitas.
b. Mudah lelah
Hal ini disebabkan oleh Faktor psikologis seperti perasaan bosan, keletihan,
atau depresi dan penyebab lainnya adalah :
1) Gangguan organis: anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang
(osteomalasia), gangguan pencernaan,kelainan metabolisme (diabetes
melitus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal
hati, gangguan sistem peredaran darah dan jantung.
2) Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang
melelahkan daya kerja otot.

34
3) Berat badan menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh :
● Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya
gairah hidup atau kelesuan serta kemampuan indera perasa
menurun
● Adanya penyakit kronis
● Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
● Faktor sosio
● Ekonomis (pensiunan)
c. Gangguan Kardiovaskuler
1) Nyeri dada
2) Sesak nafas pada kerja fisik
3) Palpitasi
4) Edema kaki
d. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Nyeri pinggang atau punggung
2) Nyeri sendi pinggul
e. Keluhan pusing
f. Kesemutan pada anggota badan
g. Berat badan menurun
h. Gangguan eliminasi
1) Inkontinensia urin atau ngompol
2) Inkontinensia alvi
i. Gangguan ketajaman penglihatan
j. Gangguan pendengaran
k. Gangguan tidur
l. Mudah gatal

H. Karakteristik Penyakit Lansia Di Indonesia


1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis
2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK

35
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb

I. Peran Perawat Pada Klien Lansia Sesuai Proses Penuaan


Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan
kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini
tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana. Dalam proses tersebut, peran
perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat lansia, berdasarkan proses
penuaan yang terjadi, yaitu:

1. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).


Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan
kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami oleh lansia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Perawatan bagi lansia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-
hari bisa dipenuhi sendiri.
b. Perawatan bagi lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan
bantuan orang lain untuk melakukan kebutuhannya sendiri.

Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-hal yang


berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya, dan untuk itu perawat harus mengetahui dasar perawatan bagi
pasien lansia.

Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam


usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul

36
bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik
akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan
infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai
pembimbing mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,
kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal
makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur
atau sebaliknya.
2. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.
Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salah
satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama
lansia. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan
kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta
menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan
pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang
membutuhkan kehadiran orang lain.
3. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.
Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan
orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu
yang asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab Peran perawat
disini melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang
perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana
aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang
disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai motivator
atau membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa
putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu
dilakukan karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan
psikis yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja
terjadi, perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari
dan pengeseran libido.
Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat
dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan

37
dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru
tetap memberikan rasa puas dan bahagia.

2.5. Konsep Pendidikan Promosi Kesehatan

A. Konsep Pendidikan Kesehatan


A Joint Committee on Terminologi in Health Education of United States (1951)
(Susilo, 2011: 2), mendefinisikan pendidikan kesehatan adalah suatu proses
penyediaan bahwa pendidikan kesehatan adalah pengalaman yang bertujuan untuk
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku yang ada hubungannya dengan
kesehatan perseorangan ataupun kelompok, selanjutnya menurut A Joint Committee
on Terminologi in Health Education of United States (1951) (Susilo, 2011: 2), pada
tahun 1973 definisi pendidikan kesehatan diubah menjadi suatu proses yang
mencakup kegiatankegiatan dari intelektual, psikologi dan social yang diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara sadar
dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.

Notoatmodjo (2003: 16) menjelaskan bahwa pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok,
atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku
pendidikan, sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan
pendidikan di dalam bidang kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif.

Notoatmodjo (2011: 111-112), menjelaskan bahwa dilihat dari segi pendidikan,


pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan.
Konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada
bidang kesehatan. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah
yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau
masyarakat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam

38
masyarakat yang selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan
(lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu, dan sebagainya).

Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa
saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan,
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat
mengerjakan sesuatu, namun tidak semua perubahan semacam itu terjadi karena
belajar saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapet berjalan menjadi dapat
berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses
kematangan.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri: belajar adalah
kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam diri individu, kelompok, atau
masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil
belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu
terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan (Notoatmodjo 2011: 112).

Bertolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan kesehatan itu
juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang
nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya. Berangkat dari konsep
pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau
kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan perilaku mereka, untuk mencapai tingkat kesehatannya secara optimal.

B. Pendidikan Kesehatan Dan Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan berkembang dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan
sebenarnya merupakan revitalisasi atau pembaruan dari pendidikan kesehatan.

Definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat (health


promotion) pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari
tingkat pencegahan penyakit. Menurut level and clark sebagaimana dalam
notoatmodjo (2010,22) mengatakan adanya 4 tingkat pencegahan penyakit dalam
perspektif kesehatan masyarakat, yakni:

39
1. Health promotion (peningkatan/ promosi kesehatan)
2. Specific promotion (perlindungan khusus melalui imunisasi)
3. Early diagnosis an prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)\
4. Rehabilitation (pemulihan)

Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang terencana untuk perubahan perilaku


hidup sehat melalui pemberian informasi dan pengetahuan kesehatan agar dapat
berperilaku hidup sehat dalam kehidupannya.

C. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2012) menyebutkan tujuan pendidikan kesehatan ialah:

1. Mengetahui pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan
teratur
2. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap hidup sehat
3. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan
4. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan
5. Memiliki kemampuan dan kecakapan (life skills) untuk berperilaku hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari
6. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambah tingginya badan dan berat badan
(proporsional)
7. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan
penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan
sehari-hari
8. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (arus informasi dan
daya hidup tidak sehat)
9. Memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat kesehatan yang
optimal serta mempunya daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit

40
2.6. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

A. Definisi Kesehatan Lingkungan


Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

B. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungansasaran Kesehatan Lingkungan


Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu:
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

41
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat
(3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

C. Sasaran Kesehatan Lingkungan


Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan
lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang
berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.

D. Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia


Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia
permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain:
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

42
● Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
● Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
● Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml
air).
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
● Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
● Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
● Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
● Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
● Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
● Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
● Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :

● Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan


ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
● Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
● Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup
● Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis

43
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
● Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
● Penyimpanan sampah
● Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
● Pengangkutan
● Pembuangan Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita
dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut
agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar,
Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk
Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada
lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki
gajah dan usaha-usaha sanitasi. Binatang pengganggu yang dapat menularkan
penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa
dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan
sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari
kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman

44
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,
jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi
umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi:
● Persyaratan lokasi dan bangunan
● Persyaratan fasilitas sanitasi
● Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
● Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
● Persyaratan pengolahan makanan
● Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
● Persyaratan peralatan yang digunakan
● Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan
problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll.
Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan
ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan
bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya
infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,
berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak
pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota
dibanding pedesaan.
Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil
kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran
pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadwal penerbangan,
terganggunya ekologi hutan.

45
2.7 Ruang Lingkup Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan promotif, pencegahan preventif, pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
kuratif, pemulihan kesehatan rehabilitatif dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya resosialisasi. Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas,
kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun
kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan,
melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah home nursing.

46
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan
rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya,
dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta,
patah tulang mapun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok- kelompok
yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,
AIDS.

47
BAB III

HASIL SURVEI MAWAS DIRI

3.1 Profil RW
A. Data Demografi

Gambar 1

Wilaya RW 3 Kecamatan Babakan Ciparay yang terdiri dari 1433 Kepalah Keluarga
( KK ) . Berdasarkan metode pengkajian “ Windshield survey “ Data demografi masyarakat
akan disajikan sebagai berikut :

● Utara : Berbatasan dengan dengan lingkungan RW 4


● Selatan : Berbatasan dengan Margahayu Selatan
● Timur : Berbatasan dengan RW 2 Jl. Makamporin
● Barat : Berbatasan dengan lingkungan RW 6
Karakteristik wilayah RW 6 Kecamatan Babakan Ciparay adalah berupa daratan
rendah yang merupakan daerah kota madya . Gambaran geografis RW 3 Kec Babakan
Ciparay Kota Bandung adalah berupa kumpulan perumahan yang padat .
Hasil pengelolahan data yabg berasal dari wawancara dan observasi ditampilkan pada
table berikut

48
Elemen Deskripsi

Perumahan Sebagian besar bangunan rumah di RW 3 Kec. Babakan Ciparay


termasuk bangunan permanent dan lantainya kedap air , jarak antar
rumah cukup dekat kurang dari 1 meter .

Lingkungan Sebagian besar rumah tidak memiliki halaman . depan warga rumah
/ daerah langsung berbatasan dengan jalan . jalan utama di RW 3 Kec. Babakan
ciparay cukup sempit .

Kebiasaan Kebiasaan warga RW 3 kec. Babakan ciparay berkumpul untuk


melakukan pengajian kegiatan keagamaan .

Transportas Jalan utama terdiri jalan aspal . dan mayoritas penduduk memiliki
i transportasi pribadi yaitu sepeda motor .

Pusat Terdapat posyandu , poswindu , mempunyai 11 masjid , mempunyai


pelayanan sekolah TK, SD , SMP .

Gambar 2

3.2 Hasil Survei Mawas Diri


HASIL SURVEI MAWAS DIRI

49
PENYAKIT YANG DIDERITA KELUARGA DALAM 6 BULAN
TERAKHIR
3% 1%
7%

18%

35%

42%
1%

ASMA BATUK PILEK TBC HIPERTENSI


ASAM URAT HIPERTERMI IMS

MASALAH KESEHATAN DEGENERATIVE DALAM 6 BULAN


TERAKHIR

15%
2%

35%

10%

38%

HIPERTENSI REMATIK ASAM URAT OSTEOPOROSIS DM

MASALAH KESEHATAN KETURUNAN

7%
5%

33% 55%

TEKANAN DARAH TINGGI DM


GANGGUAN JIWA KANKER

1. Jenis Kelamin

50
Jenis Kelamin

48; 20%

Laki-laki
Perempuan

252; 85%

Gambar 3.1
Diagram jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Jalan Caringin RW. 03 Bandung,
tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas bahwa jumlah laki-laki sebanyak 85% dan jumlah perempuan
sebanyak 20%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk RW.03 jumlah kepala keluarga
sebanyak 252 dengan jenis kelamin laki – laki dan sebanyak 48 dengan jenis kelamin
perempuan. Jadi total keseluruhan jumlah penduduk kepala keluarga berdasarkan jenis
kelamin adalah 300 orang.

2. Pendidikan

DIPLOMA;
DIPLOMA IV/STRATA 1; 6; 2% tidak tamat SD; 4; 1%
23; 8% SD; 87;
SARJANA; 2; 1% 29%

SLTP; 51;
17%

pendidikan
SLTA; 127; 42%

Gambar 3.2
Diagram jumlah penduduk menurut pendidikan di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal
29 Juli 2022.

Interprestasi:

51
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Sebagian masyarakat RW.03 Berpendidikan
SLTA 42%, SD 29%, SLTP 17%, DIPLOMA 8%, SIPLOMA IV/STRATA I 2%, dan
Sarjana 1%.

3. PEKERJAAN

Lainnya; 10;Tidak
3% bekerja; 10; 3%
Buruh harian lepas;
Karyawan BUMN; 1; Guru; 2; 1% 80; 27%
0%

Karyawan Swasta;
60; 20% pedagang; 20; 7%

Ibu Rumah Tangga;


35; 12%
PNS; 10; 3%
TNI; 2; 1%
Wiraswasta; 70; 23%

Gambar 3.3
Diagram jumlah penduduk menurut pekerjaan di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29
Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Sebagian masyarakat di RW. 03 yang
pekerjaannya berprofesi Buruh harian lepas dengan jumlah sekitar 27%.

4. KELUARGA MEMPUNYAI KEYAKINAN YANG MENDUKUNG KESEHATAN

KEYAKINAN KELUARGA MENDUKUNG


KESEHATAN
55; 18%

245; 82%

Ada Tidak ada

Gambar 3.4
Diagram jumlah penduduk menurut keyakinan keluarga mendukung kesehatan di Jalan
Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

52
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa keluarga mempunyai keyakinan mendukung
Kesehatan di RW.03 ada dengan jumlah 82%
5. KONSEP AGAMA MENDUKUNG KESEHATAN

KONSEP AGAMA MENDUKUNG KESEHATAN


Iya Tidak

117; 39%

183; 61%

Gambar 3.5
Diagram jumlah penduduk menurut konsep agama mendukung kesehatan di Jalan Caringin
RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Konsep agama mendukung Kesehatan di
RW.03 tidak dengan jumlah 61%.

6. KEBERADAAN KELUARGA BERSAMA ANGGOTA KELUARGA


11%

3%

24% Pagi hari


Siang hari
Sore hari
62% Malam hari

Gambar 6.1
Diagram jumlah penduduk menurut keberadaan keluarga Bersama anggota keluarga di Jalan
Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

53
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Keberadaan keluarga kumpul Bersama
anggota keluarga di RW.03 tidak dengan jumlah 62% pada malam hari.

7. KEBERADAAN ANGGOTA KELUARGA KELUAR DARI RUMAH


5; 2%
5; 2%

40; 13%

160; 53%

90; 30%

05.00 WIB 06.00 WIB 07.00 WIB 08.00 WIB Diam dirumah

Gambar 3.7
Diagram anggota keluarga keluar dari rumah di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29
Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Keberadaan anggota keluarga keluar dari
rumah di RW.03 setiap pukul 06.00 WIB dengan jumlah 53%.
8. ANGGOTA KELUARGA YANG SERING KELUAR RUMAH
1%
8%

7%

Ayah
Ibu
Anak
Menantu
Cucu

83%

Gambar 3.8
Diagram anggota keluarga yang sering keluar di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29
Juli 2022.

54
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa keluarga yang sering keluar dari rumah di
RW.03 yaitu ayah dengan jumlah 83%.

9. STATUS KEPEMILIKAN
30; 10%
45; 15%

35; 12%

190; 63%

Sewa Milik sendiri Numpang Ngontrak

Gambar 3.9
Diagram status kepemilikan di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan status kepemilikan RW.03 yaitu Milik sendiri
dengan jumlah 190 dan 63%.
10. TIPE RUMAH

TIPE RUMAH
12; 4%
44; 15%

244; 81%

Permanen Semi permanen tidak permanen

Gambar 3.10
Diagram Tipe rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:

55
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan tipe rumah RW.03 yaitu permanen dengan jumlah
81%.
11. LANTAI

LANTAI
50; 17%

Tegel
semen

250; 83%

Gambar 3.11
Diagram Lantai Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan lantai rumah di RW.03 yaitu Tegel sekitar 83%.

12. ADA JENDELA DI SETIAP KAMAR

103; 34%

197; 66%

Tidak Ya

Gambar 3.12
Diagram Jendela di setiap kamar Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan jendela di setiap kamar di RW.03 yaitu ya dengan
jumlah 66%.

13. ADA JENDELA DI SETIAP RUMAH

56
JENDELA DI SETIAP RUMAH

112; 37%

188; 63%

Tidak Iya

Gambar 3.13
Diagram Jendela di setiap kamar Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan jendela di setiap rumah di RW.03 yaitu ya dengan
jumlah 63%.
14. DIBUKA ATAU TIDAK SETIAP HARI

140; 47%
160; 53%

Ya Tidak

Gambar 3.14
Diagram Jendela sering dibuka atau tidak Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan jendela di buka atau tidak di RW.03 yaitu tidak
dengan jumlah 53%.

15. PENCAHAYAAN DALAM RUMAH DI SIANG HARI

57
PENCAHAYAAN RUMAH DI SIANG HARI

110; 37%

190; 63%

Terang Remang

Gambar 3.15
Diagram pencahyaaan rumah di siang hari Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan pencahayaan rumah di siang hari di RW.03 Terang dengan
jumlah 63%.

16. KONDISI VENTILASI RUMAH


3; 1%

129; 43%

168; 56%

Baik Cukup Kurang

Gambar 3.16
Diagram kondisi ventilasi rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan kondisi ventilasi rumah di RW.03 Baik dengan jumlah
56%.
17. Kondisi pencahayaan rumah

58
kondisi pencahayan rumah
24% 25%

cukup
baik
kurang

51%

Gambar 3.17
Diagram kondisi penchayaan rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.

Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan kondisi pencahayaan rumah di RW.03 Baik dengan
jumlah 51%.

18. Kondisi kebersihan rumah

kondisi kebersihan rumah

6%

bersih
tidak bersih

94%

Gambar 3.18
Diagram kondisi kebersihan rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan kondisi pencahayaan rumah di RW.03 bersih dengan
jumlah 94 %.
19. Halaman di sekitar rumah

59
halaman di sekitar rumah
20%

tidak ada
ada

80%

Gambar 3.19
Diagram halaman di sekitar rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan halaman di sekitar rumah di RW.03 ada dengan jumlah 20
%.

20. Lokasi halaman


lokasi halaman
2% 20%

di samping
depan
tidak ada

79%

Gambar 3.20
Diagram lokasi halaman rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan lokasi halaman rumah di RW.03 tidak ada dengan jumlah
79 %.

21. Pemanfaatan pekarangan

60
pemanfaatan pekarangan
1% 1% 1%
8%
1%

kebun
teras
garasi
tidak ada
jemuran baju
kolam

89%

Gambar 3.21
Diagram pemanfaatan pekarangan rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan pemanfaatan pekarangan rumah di RW.03 kebun dengan
jumlah 8 %.
22. Sumber air masak dan minum
sumber air masak dan minum

41%

46%
air mineral
sumur
PAM

13%

Gambar 3.22
Diagram sumber air masak dan minum RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan sumber air masak dan minum di RW.03 PAM dengan
jumlah 41 %.

23. Jika di PAM/Sumur

61
jika di PAM/Sumur
26%

dimasak
tidak ada

74%

Gambar 3.23
Diagram jika di PAM/SUMUR RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram jika di PAM/SUMUR RW di RW.03 di masak dengan jumlah 74%.
24. SUMBER AIR MANDI

sumber air mandi/mencuci


22%

PAM
SUMUR

78%

Gambar 3.24
Diagram Sumber air mandi atau mencuci di RW.03. Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan sumber air mandi dan mencuci di RW.03 dengan jumlah
78%.

25. TEMPAT PENAMPUNGAN AIR SEMENTARA

62
TEMPAT PENAMPUNGAN AIR SEMENTARA

31%
36%

BAK
GENTONG
EMBER

33%

Gambar 3.25
Diagram Tempat penampungan air sementara di RW.03. Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan tempat penampungan air sementara di RW.03 dengan
jumlah 36%.
26. KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN AIR

KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN AIR

113; 38%

187; 62%

tertutup terbuka

Gambar 3.26
Diagram kondisi tempat penampungan air RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan kondisi tempat penampung air RW.03 dengan jumlah
62%.
27. KONDISI AIR DALAM PENAMPUNGAN

63
KONDISI AIR DALAM PENAMPUNGAN
50; 17%

1; 0%

249; 83%

Berwarna berbau berasa tidak berasa/berwarna

Gambar 3.27
Diagram kondisi air dalam penampungan RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan bahwa kondisi air penampungan di RW.03 tidak
berasa/berwarna dengan jumlah 83%.
28. ADA JENTIK DALAM PENAMPUNGAN AIR

JENTIK DALAM PENAMPUNGAN AIR


5; 2%

295; 98%

Ya Tidak

Gambar 3.28
Diagram jentik dalam penampungan air di RW.03.
Interpretasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan bahwa jentik dalam penampungan air di RW.03 ya
berjumlah 98%.
29. PEMBUANGAN SAMPAH

64
ada yang
ada pengelola;
ambil; 30; 17; 6%
10%

ditimbun; 70;
23% pasar; 183;
61%

Gambar 3.29
Diagram pembuangan sampah RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan bahwa pembuangan sampah di RW.03 masyarakat
biasanya membuang sampah di pasar dengan jumlah 61%.
30. PEMBUANGAN LIMBAH

PEMBUANGAN LIMBAH

69; 23%

231; 77%

Ada Tidak ada

Gambar 3.30
Diagram pembuangan limbah RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari hasil diagram diatas menunjukkan bahwa pembuangan limbah di RW.03 Ada
dengan jumlah 77%.
31. JENIS JAMBAN YANG DIGUNAKAN

65
JENIS JAMBAN YANG DIGUNAKAN

PLESENGAN;
62; 21%
CEMPLUNG; LEHER ANGSA
10; 3%
CEMPLUNG
PLESENGAN

LEHER ANGSA;
228; 76%

Gambar 3.31
Diagram jenis jamban yang digunakan RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari hasil diagram diatas menunjukkan bahwa jenis jamban yang digunakan
masyarakat di RW.03 yaitu leher angsa dengan jumlah 76%.
32. PEMBUANGAN AIR LIMBAH
Gambar 3.32
Diagram pembuangan air limbah di RW.03
22; 7%

278; 93%

Got Resapan

Interpretasi:
Dilihat dari hasil diagram diatas menunjukkan bahwa pembuangan limbah di RW.03 yaitu
got dengan jumlah 93%.
33. KONDISI SALURAN PEMBUANGAN

66
kondisi saluran pembuangan
34; 11%

266; 89%

Lancar tersumbat

Gambar 3.33
Diagram kondisi saluran pembuangan RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa kondisi saluran pembuangan di RW.03
Lancar dengan jumlah 89%.
34. KEPEMILIKAN KANDANG TERNAK

KEPEMILIKAN KANDANG TERNAK


14; 5%

286; 95%

Ada Tidak ada

Gambar 3.34
Diagram kondisi kendang ternak di RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa kondisi kadang ternak di RW.03 tidak ada
dengan jumlah 95%.
35. TINGKAT PENDIDIKAN YANG ADA

67
TINGKAT PENDIDIKAN YANG ADA
31%
35%

SMP
TK
SD
TK, SD, SMP

5%
29%

Gambar 3.35
Diagram Tingkat pendidikan yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Tingkat pendidikan yang ada di RW.03 TK,
SD, SMP dengan jumlah 29%.

36. PROTAP BENCANA


protap penanganan bencana
14%

ada
tidak ada

86%

Gambar 3.36
Diagram Protap penanganan bencana yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa T Protap penanganan bencana yang ada di
RW.03 Tidak ada dengan jumlah 86%.

37. PERTOLONGAN BENCANA


pertolongan bencana

45%

tidak ada
ada
55%

68
Gambar 3.37
Diagram pertolongan bencana yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa pertolongan bencana yang ada di RW.03
Tidak ada dengan jumlah 55%.

38. KELOMPOK KERJA BENCANA

kelompok kerja bencana


14%

ada
tidak ada

86%

Gambar 3.37
Diagram kelompok kerja bencana yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa kelompok kerja bencana yang ada di RW.03
Tidak ada dengan jumlah 86%.

39. PENANGANAN BENCANA

program penanganan bencana


14%

tidak ada
ada

86%

Gambar 3.39
Diagram Program penanganan bencana yang ada RW.03

69
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Program penanganan bencana yang ada di
RW.03 Tidak ada dengan jumlah 86%.

40. DANA KESEHATAN MASYARAKAT DI KELOLA SECARA MANDIRI

dana kesehatan masyarakat di kelola


secara mandiri
7%

ada
tidak ada

93%

Gambar 3.40
Diagram dana kesehatan masyarakat dikelola secara mandiri yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa dana kesehatan masyarakat dikelola secara
mandiri yang ada di RW.03 Tidak ada dengan jumlah 93%.

41. SARAN TRANSPORTASI PELAYANAN KESEHATAN KELUARGA

sarana transportasi pelayanan kesehatan


keluarga
18%

jalan kaki
angkot
kendaraan pribadi
55%

27%

Gambar 3.41
Diagram sarana transportasi pelayanan kesehatan keluarga yang ada RW.03
Interprestasi:

70
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa sarana transportasi pelayanan kesehatan
keluarga yang ada di RW.03 kendaraan pribadi dengan jumlah 55%.
42. SARANA KESEHATAN TERDEKAT
sarana kesehtan terdekat
22%

puskesmas
klinik kesehatan

78%

Gambar 3.42
Diagram Sarana kesehatan terdekat keluarga yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Sarana kesehatan terdekat yang ada di
RW.03 puskesmas dengan jumlah 78%.

43. Kehamilan ke berapa

kehamilan ke berapa
18%

4%

3 KALI
4 KALI
6%
2 KALI
1 KALI
TIDAK ADA

7%
65%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.72 diatas didapatkan jumlah kehamilan ke berapa 3 kali
sebanyak 54 orang dengan jumlah presentase 18%, 4 kali sebanyak 12 orang dengan
presetase 4%, 2 kali sebanyak 18 orang dengan presentase 6%, 1 kali sebanyak 21 orang
dengan presentase 7% dan tidak ada sebanyak 195 orang dengan presentase 65%.
44. Jarak kehamilan

71
jarak kehamilan

35%

kurang dari 2 th
TIDAK ADA

65%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.73 diatas didapatkan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
sebanayak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.
45. Usia ibu hamil
usia ibu hamil

35%

20-35 tahun
TIDAK ADA

65%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.74 diatas didapatkan usia ibu hamil 20-35 tahun sebanayak
106 orang dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 orang dengan presentae 65 %.

46. Apakah ibu memeriksa kehamilannya


apakah ibu memeriksa kehamilannya

35%

YA
TIDAK ADA

65%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.75 diatas didapatkan apakah ibu memeriksa kehamilannya ya
sebanyak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.

47. 1 bulan berapa kali pemeriksaan

72
bila iya 1 bulan berapa kali

35%

2 KALI
TIDAK ADA

65%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.76 diatas didapatkan 1 bulan berapa kali memeriksa
kehamilannya 2 kali sebanyak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194
dengan presentae 65 %.

48. Makanan yang di konsumsi


makanan yang di konsumsi

35%

nasi, sayur dan lauk


TIDAK ADAA

65%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.77 diatas didapatkan makanan yang di konsumsi nasi, sayur
dan lauk sebanyak 106 orang dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 orang
dengan presentae 65 %.
49. Apakah mendapat immunisasi TT

apakah mendapatkan immunisasi TT

35%

YA
TIDAK ADA

65%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.78 diatas didapatkan apakah mendapatkan immunisasi TT ya
sebanyak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.

73
50. Bila iya apakah immunisasi, apakah lengkap
bila iya apakah immunisasi apakah
lengkap
35%

LENGKAP
TIDAK ADA

65%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.79 diatas didapatkan apakah immunisasi lengkap, lengkap
sebanyak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.
51. Berat badan ibu hamil

berat badan ibu hamil

35%

NORMAL
TIDAK ADA

65%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.80 diatas didapatkan apakah berat badan ibu hamil lengkap
normal 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.
52. Apakah ada ibu menyusui
apakah ada ibu menyusui
11%

ADA
TIDAK ADA

89%

74
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.81 diatas didapatkan ibu menyusui ada sebanyak 33 orang
dengan presentase 11% dan tidak ada sebanyak 267 orang dengan presentae 89 %.
53. Bila iya apakah ibu menyusui anaknya
apakah ibu menyusui anaknya
11%

ADA
TIDAK ADA

89%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.82 diatas didapatkan apakah ibu menyusui anaknya, ada
sebanyak 33 orang dengan presentase 11% dan tidak ada sebanyak 267 orang dengan
presentae 89 %.
54. Menurut ibu ap aitu ASI eksklusif

menurut ibu apa itu asi ekslusif

38%

memberi asi 6 bulan


TIDAK ADA

62%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.83 diatas didapatkan menurut ibu apa itu ASI eksklusif,
memebri asi 6 bulan sebanyak 114 dengan presentase 38% dan tidak ada sebanyak 186
dengan presentae 62 %.
55. Apakah anggota keluarga yang berusia balita

75
apakah ada anggota keluarga yang berusia balita
29%

44%

TIDAK ADA
TIDAK
ADA

27%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.84 diatas apakah ada anggota keluarga berusia balita, tidak
ada sebanyak 86 dengan presentase 29%, tidak sebanyak 82 dengan presentae 27 %, ada
sebanyak 132 dengan presentase 44%.
56. Apakah setiap bulan balita di bawah ke posyandu
apakah setiap bulan balita di bawah ke posyandu
3%

45%
YA
TIDAK ADA
TIDAK

52%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.84 diatas apakah apakah setiap bulan balita di bawah ke
posyandu, ya sebanyak 135 dengan presentase 45%, tidak ada sebanyak 157 dengan
presentae 52 %, tidak sebanyak 8 dengan presentase 5%.
57. Apakah di immunisasi

apakah di immunisasi

43%

YA
TIDAK ADA

57%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.86 diatas apakah di immunisasi, Ya sebanyak 128 dengan
presentase 43%, tidak ada sebanyak 172 dengan presentae 57%,.

76
58. Immunisasi yang di dapatkan

immunisasi yang di dapatkan

1% 0%2%
6%
POLIO,CAMPAK,TBC,DPT,HEPATITI
S
35%
TIDAK ADA
POLIO
LENGKAP
POLIO 3 KALI
POLIO 1 KALI
HEPATITIS
55%

1
%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.87 diatasimmunisasi yang di dapatkan, polio,
campak,TBC,dpt,hepatitis sebanyak 17 dengan presentase 16%, tidak ada sebanyak 167
dengan presentae 55%, polio sebanyak 4 dengan presentase 2%, lengkap sebanyak 106
dengan presentase 35%, polio 3 kali sebanyak 4 dengan presentase 2%, polio 1 kali sebanyak
1 dengan presentase 0%, hepatitis sebanyak 5 dengan presetase 2%.
59. Bila tidak di immunisasi alasanya

bila tidak di immunisasi alasannya

11%

TIDAK ADA
YA

89%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.88 diatas bila tidak di immunisasi alasannya, tidak ada
sebanyak 267 dengan presentase 89%, Ya sebanyak 33 dengan presentae 11%.
60. Hasil penimbangan KMS

77
hasil penimbangan KMS

39%

di depan garis hijau


tidak ada

61%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.89 diatas, hasil penimbangan KMS,di depan garis hijau
sebanyak 118 dengan presentase 39%, tidak ada sebanyak 182 dengan presentae 61%.

61. Hasil apakah keluarga memiliki anak remaja


apakah keluarga mempunyai anak remaja
9%

ada
tidak ada

91%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.90 diatas, apakah keluarga memiliki anak remaja,ada
sebanyak 219 dengan presentase 91%, tidak ada sebanyak 21 dengan presentae 9%.
62. Jika iya usia anak saat ini

jika iya usia anak saat ini


16%
35%

11-15 TAHUN
16 - 21 TAHUN
21% 6 - 10 TAHUN
6-15 tahun

27%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.91 diatas, 11-15 tahun sebanyak 49 dengan presentase 16%,
16-21 tahun sebanyak 63 dengan presentae 21%, 6-10 tahun sebanyak 82 dengan presentase
27% dan 6-15 tahun sebanyak 106 dengan presentase 36%
63. Tingkat Pendidikan

78
tingkat pendidikan

29% 10%

SD,SMP,SMA
SD
SMA
31% SMP
TIDAK SEKOLAH
TK
2% TIDAK ADA

10% 11% 7%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.92 diatas, SD, SMP, SMA sebanyak 30 dengan presentase
10%, SD sebanyak 92 dengan presentae 31%, SMA sebanyak 22 dengan presentase 7%, SMP
sebanyak 32 dengan presentase 11%, Tidak sekolah sebanyak 30 dengan presentase 10%, TK
sebanyak 6 dengan presentase 2% dan tidak ada sebanyak 88 dengan presentase 29%
72. Kegiatan anak di luar sekolah
kegiatan anak di luar sekolah

36%

44%

KEAGAMAAN
OLAHRAGA
TIDAK ADA

20%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.93 diatas, keagamaan sebanyak 116 dengan presentase 44%,
olahraga sebanyak 53 dengan presentae 20%, dan tidak ada sebanyak 94 dengan presentase
36%.
73. Apakah anak menderita penyakit
apakah anak menderita penyakit
17%
2%

TIDAK
YA
TIDAK ADA

81%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.94 diatas, tidak sebanyak 243 dengan presentase 81%, ya
sebanyak 7 dengan presentae 2%, dan tidak ada sebanyak 50 dengan presentase 17%.
64. Apakah sudah di obati

79
apakah sudah di obati
2%
29%

Sudah Berobat
tidak
tidak ada

69%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.95 diatas, sudah berobat sebanyak 7 dengan presentase 2%,
tidak sebanyak 86 dengan presentae 29%, dan tidak ada sebanyak 207 dengan presentase
69%.
65. Jika sudah berobat ke

jika sudah berobat ke

2%
29%

sarana kesehatan
tidak ada
tidak

69%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.96 diatas, sarana kesehatan sebanyak 7 dengan presentase
2%, tidak ada sebanyak 207 dengan presentae 69%, dan tidak sebanyak 86 dengan
presentase 29%.
66. Apakah ibu memberi suplemen atau vitamin kepada anak

apakah ibu memberi suplemen/vitamin kepada anak

49%
51% ya
tidak ada

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.97 diatas, ya sebanyak 153 dengan presentase 51%, tidak ada
sebanyak 147 dengan presentae 49%.
67. Apakah anak mengalami maslah gigi

80
anak mengalami masalah gigi
26%

ya
tidak ada

74%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.98 diatas, ya sebanyak 79 dengan presentase 26%, tidak ada
sebanyak 220 dengan presentae 74%.
74. Berapa kali anak menggosok gigi

berapa kali menggosok gigi


19%

tidak ada
2 kali

81%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.99 diatas, ditemukan 59 presentase 19% tidak menggosok
gigi, 147 dengan presentae 81% menggosok gigi 2x sehari.

68. Apakah ibu pernah memeriksa anak ke pelayanan Kesehatan

apakah anak ibu pernah memeriksa gigi di pelayanan


kesehatan

38%

tidak pernah
pernah

62%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.101 diatas, tidak pernah sebanyak 79 dengan presentase 38%,
pernah sebanyak 115 dengan presentae 62%

81
69. Penggunaan waktu luang anak
penggunaan waktu luang anak
24%

musik/tv
tidak ada

76%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.101 diatas, music/tv sebanyak 229 dengan presentase 24%,
tidak ada sebanyak 71 dengan presentae 24%.
70. Kegiatan yang di lakukan setelah usia dewasa, setelah lulus sekolah

kegiatan yang di lakukan usia dewasa setelah lulus sekolah


0%
1% 10%

kuliah
bekerja
tidak bekerja
tidak ada

89%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.102 diatas, kuliah sebanyak 1 dengan presentase 0%, bekerja
sebanyak 268 dengan presentae 89%, tidak bekerja sebanyak 2 dengan presentase 1%, tidak
bekerja sebanyak 29 dengan presentase 10%.
71. Bagaimna kondisi usia dewasa saat ini
bagaimana kondisi usia dewasa saat ini

37%

tidak ada
sehat

63%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.103 diatas, tidak ada sebanyak 111 dengan presentase 37%,
sehat sebanyak 189 dengan presentae 63%.
72. Kalau iya terlibat di

82
kalau iya terlibat di

4%

tidak ada
ada

96%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.104 diatas, tidak ada sebanyak 289 dengan presentase 96%,
ada sebanyak 11 dengan presentae 4%.
73. Apakah anggota keluarga memiliki keluarga lansia

anggota keluarga yang berusia lanjut

43%

ada
tidak ada

57%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.105 diatas, ada sebanyak 129 dengan presentase 43%, tidak
ada sebanyak 171 dengan presentae 57%.
74. Apakah lansia memiliki keluhan penyakit

apakah lansia memiliki keluahan penyakit

40%

ada
tidak ada

60%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.106 diatas, ada sebanyak 119 dengan presentase 40%, sehat
sebanyak 181 dengan presentae 60%.
75. Jika iya jenis penyakitnya

83
jika iya jenis penyakitnya

12% 4%

6%
hipertensi
dm
vertigo
5% RHEUMATIC/ ARTHTRITIS
asma
asam urat
4% tidak ada
63%
5%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.107 diatas, hipertensi sebayak 37 dengan presentase 12%,
DM sebanyak 12 dengan presentase 4%, vertigo sebanyak 19 dengan presentase 6%,
rheumatic/ arthtritis sebanyak 14 dengan presentase 5 %, asma sebanyak 12 dengan
presentase 4 %, asam urat sebanyak 16 dengan presentase 5 %, tidak ada sebanyak 190
dengan presentase 64%.
76. Upaya yang telah di lakukan
upaya yang telah dilakukan

12%

di obati sendiri
28% ke sarana kesehatan
tidak ada

60%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.108 diatas, di obati sendiri sebanyak 35 dengan presentase
12%, kesarana kesehatan sebanyak 85 dengan presentae 28% dan tidak ada sebanyak 180
dengan presentase 60%
77. Penggunaan waktu senggang lansia

penggunaan waktu senggang lansia


4%

38% jalan-jalan
pekerjaan rumah
pengajian
tidur
57% tidak ada

0%
1%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.109 diatas, jalan-jalan sebanyak 12 dengan presentase 4%,
pekerjaan rumah sebanyak 113 dengan presentae 38%, pengajian sebanyak 1 dengan
presentase 0%, tidur sebanyak 3 dengan presentase 1% dan tidak ada sebanyak 171 dengan
presentase 57%.
78. Lansia mengikuti posyandu

84
lansia mengikuti posyandu

36%

ada
tidak ada

64%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.110 diatas, ada dengan presentase 64%, tidaak ada dengan
presentase 36%.
79. Jika tidak alasannya
jika tidak alasannya

6% 31%

tidak mau
tidak ada
tidak mampu

63%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.111 diatas, tidak mau dengan presentase 31%, tidak ada dengan
presentae 63%, tidak mampu dengan presentase 6%.

80. Tempat menyampaikan informasi

tempat menyampaikan informasi

10%

balai desa
mesjid

90%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.112 diatas, balai desa sebanyak 29 dengan presentase 10%,
mesjid sebanyak 271 dengan presentae 90%.
81. Informasi yang sering di sampaikan

informasi yang sering di sampaikan

32%
38%

agama
kebijakan pemerintah
kesehatan

30%

Interpretasi Data:

85
Berdasarkan data pada bagan 3.113 diatas, agama sebanyak 115 dengan presentase 38%,
kebijakan pemerintah sebanyak 89 dengan presentae 30%, kesehatan sebanyak 96 dengan
presentase 32%.
82. Saran transportasi yang di miliki keluarga

sarana transportasi yang di miliki keluarga

7%

tidak ada
kendaraan roda 2

93%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.114 diatas, tidak ada sebanyak 20 dengan presentase 7%,
kendaraan roda 2 sebanyak 280 dengan presentae 93%.
83. Sumber penghasilan

SUMBER PENGHASILAN
0
%
0% BURUH HARIAN LEPAS
0 3 4% 1% 2%
% % PEDAGANG
KARYAWAN SWASTA
13%
IBU RUMAH TANGGA
42%
WIRASWASTA
GURU
4% TNI
PNS
USTAD
PEGAWAI SWASTA
KARYAWAN BUMN
14% PENSIUNAN
16%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.114 diatas, buruh harian lepas sebanyak 112 dengan
presentase 42%, pedagang sebanyak 43 dengan presentae 16%, karyawan swasta sebanyak 37
dengan presentase 14%, ibu rumah tangga sebanyak 11 dengan presentase 4%, wiraswasta
sebanyak 34 dengan presentase 13 %, guru sebanyak 1 dengan presentase 0%, TNI sebanyak
1 dengan presentase 0%, PNS Sebanyak 9 dengan presentase 4%, ustad sebanyak 1 dengan
presentase 0%, pegawai swasta sebanyak 10 dengan presentase 4%, karyawan bumn
sebanyak 2 dengan presentase 2%, pensiunan sebanyak 4 dengan presentase 4%.
84. Penghasilan rata-rata perbulan

86
penghasilan rata-rata perbulan

22%

40%

<Rp 1.250.000
Rp 1.250.00-2.500.000
>Rp 2.500.000

38%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.116 diatas, <Rp.1.250.000 sebanyak 120 dengan presentase
40%, Rp 1.250.000-2.500.000 sebanyak 115 dengan presentae 38%, > Rp.2.500.000
sebanyak 65 dengan presentase 22%.
85. Apakah keluarga menabung

apakah keluarga menabung

48%
52% tidak
ya

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.117 diatas, tidak sebanyak 145 dengan presentase 48%, ya
sebanyak 155 dengan presentae 52%.
86. Memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari

memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari


2%

terpenuhi
tidak terpenuhi

98%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.118 diatas, terpenuhi sebanyak 295 dengan presentase 98%,
tidak terpenuhi sebanyak 5 dengan presentae 2%.
87. Apakah ada dana rekriasi

87
apakah ada dana rekriasi

36%

tidak ada
ada

64%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.119 diatas, tidak ada sebanyak 107 dengan presentase 36%,
ada sebanyak 193 dengan presentae 64%.
88. Apakah ada alokasi dana Kesehatan
apakah ada alokasi dana kesehatan
23%

ada
tidak

77%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.120 diatas, ada sebanyak 70 dengan presentase 23%,
kebijakan pemerintah sebanyak 230 dengan presentae 77%.
89. Bagaimana keluarga memebawa ke tempat pelayanan Kesehatan

bagaimana cara keluarga membawa ke tempat pelayanan

0%
29%

ambulan
kendaraan umum
kendaraan pribadi

70%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.121 diatas,ambulan sebanyak 1 dengan presentase 1%,
kendaraan umum sebanyak 88 dengan presentae 29%,kendaraan pribadi sebanyak 211
dengan presentase 70%.
90. Apakah bersedia menjadi petugas penanggung jawab gawat darurat

88
apakah bersedia menjadi petugas penanggung jawab gawat
darurat
22%

ya
tidak

78%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.122 diatas, ya sebanyak 235 dengan presentase 78%, tidak
sebanyak 65 dengan presentae 22%.
91. Kemana keluarga mencari darah saat di butuhkan

kemana keluarga mencari darah kalau membutuhkan


18%

saudara
51% PMI
keluarga

31%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.123 diatas, saudara sebanyak 154 dengan presentase 51%,
PMI sebanyak 92 dengan presentae 31%, keluarga sebanyak 54 dengan presentase 18%.
92. Apakah bersedia menjadi pendonor darah
apakah bersedia menjadi pendonor darah
14%

tidak
ya

87%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.124 diatas, tidak sebanyak 16 dengan presentase 13%, ya
sebanyak 284 dengan presentae 87%.
93. Apakah perlu adanya bank darah di desa

89
apakah perlu adanya bank darah di desa

5%

ya
tidak

95%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.125 diatas, ya sebanyak 284 dengan presentase 95%, tidak
sebanyak 16 dengan presentae 5%.

94. Bersedia menjadi pendonor darah ketika di butuhkan

bersedia menjadi donor darah bila


anggota masyarakat membutuhkan
14%

tidak
ya

87%

Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.126 diatas, ya sebanyak 346 dengan presentase 87%, tidak
sebanyak 54 dengan presentae 13%.

3.3 Analisa SWOT


1. Strength ( Kekuatan )
- Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung
diadakannya implementasi keperawatan komunitas seperti adanya posyandu.
- Terdapat pelayanan kesehatan terdekat yaitu puskesmas dan klinik kesehatan

2. Weakness ( Kelemahan )
- Banyaknya masyarakat yang menolak untuk dikaji sehingga kesulitan dalam
mengumpulkan data.
- Masih ada saluran pembuangan limbah yang bocor sehingga menyebabkan limbah
tergenang di depan rumah dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
- Jarak antar rumah yang dekat bahkan berdempetan.
- Belum adanya protap penanganan bencana di Rw 3 Kelurahan Babakan Ciparay
Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung.
- Belum adanyanya pertolongan bencana.
- Belum adanya kelompok kerja bencana.
90
- Belum adanya program penanganan bencana.
- Poswindu yang belum merata di tiap RT nya

3. Opportunity ( Peluang )
- Dengan adanya mahasiswa praktek di Rw 3 Kelurahan Babakan Ciparay Kecamatan
Babakan Ciparay Kota Bandung dapat membantu kader - kader dalam pendataan
kesehatan warga Rw 3 Kelurahan Babakan Ciparay Kecamatan Babakan Ciparay
Kota Bandung.
- Dengan adanya pelayanan BPJS memudahkan warga untuk mendapatkan pelayanan
Kesehatan dengan gratis.
- Dengan tersedianya pasar induk caringin yang membantu perekonomian masyarakat.

4. Treath ( Ancaman )
- Tidak semua warga menyetujui dengan program kerja yang disusun oleh mahasiswa.
- Masih ada warga yang menolak untuk datang ke pelayanan Kesehatan ketika ada
anggota keluarga yang sakit.

3.4 ANALISA DATA

NO DATA KEMUNGKINAN DIAGNOSA


PENYEBAB KEPERAWATAN

1. DO : Berdasarkan hasil SMD Ketidakatahuan Deficit Kesehatan


didapatkan bahwa masyarakat Rw 3 masyarakat Rw 3 komunitas tidak efektif
Kelurahan Babakan Ciparay Kelurahan Babakan : Hipertensi
Kecamatan Babakan Ciparay Kota Ciparay Kecamatan
Bandung RT 01,02,04 didapat : Babakan Ciparay Kota
Bandung RT 01,02,04
- 42% penyakit yang diderita
mengenai penyakit
keluarga dalam 6 bulan yang ia derita
terakhir yaitu Hipertensi.
- 35% masalah kesehatan
degenerative dalam 6 bulan
terakhir yaitu hipertensi
- 55% masalah kesehatan
keturunan yaitu tekanan darah
tinggi. 
- Terdapat hasil pemeriksaan
tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg
DS : Berdasarkan hasil wawancara
pada masyarakat Rw 3 Kelurahan
Babakan Ciparay Kecamatan

91
Babakan Ciparay Kota Bandung
didapatkan :
- Sebagian masyarakat mengeluh
sakit kepala.
- Sebagian masyarakat mengatakan
jika tidak rutin memeriksa tekanan
darah

2. DO : Berdasarkan hasil SMD didapat Ketidaktahuan Deficit Kesehatan


bahwa masyarakat penyakit yang di masyarakat Rw 3 komunitas tidak efektif
derita Rw 3 Kelurahan Babakan Kelurahan Babakan : Rematik
Ciparay Kecamatan Babakan Ciparay Ciparay Kecamatan
Kota Bandung,RT 01,02,04 didapat : Babakan Ciparay Kota
Bandung RT 01,02,04
− 38% masalah kesehatan mengenai penyakit
dalam 6 bulan terakhir yaitu rematik
rematik..
DS :
− Sebagian masyarakat Rw 3
Kelurahan Babakan Ciparay
Kecamatan Babakan Ciparay
Kota Bandung sering
mengeluh nyeri persendian.
− Sebagian masyarakat Rw 3
Kelurahan Babakan Ciparay
Kecamatan Babakan Ciparay
Kota Bandung mengeluh
nyeri kaki pada saat
kedinginan.
- 01,02,04 masyarakat
mengatakan bahwa dirinya
sehat
3. DO: Berdasarkan data dari Kurangnya kesadaran Defisit kesehatan
puskesmas didapatkan peningkatan masyarakat Rw 3 komunitas tidak efektif
pasien tbc : Kelurahan Babakan : TBC pada warga Rw
Ciparay Kecamatan 3 Kelurahan Babakan
− 2020 : 5,34% dengan 89 Babakan Ciparay Kota Ciparay Kecamatan
kasus Bandung mengenai Babakan Ciparay Kota
− 2021 : 11,44% dengan 104 kesehatan Bandung
kasus
− 2022 : ‘Januari-Juli’ 11,05%

92
dengan 85 kasus
- Berdasarkan hasil wawancara,
95% warga RW 06 masih memilih
untuk menggunakan obat warung
- Sebagaian warga bahwa masih
banyak warga tidak tahu akan
penyakit nya dan jarang datang
untuk pemeriksaan
- Sebagian Warga RW 06 banyak
yg menderita TB namun mereka
enggan untuk berkata jujur dan
memeriksakan diri ke puskesmas

4 DO : Berdasarkan hasil SMD Kurangnya Perilaku kesehatan


didapatkan bahwa masyarakat Rw 3 menunjukkan minat cenderung beresiko :
Kelurahan Babakan Ciparay untuk meningkatkan kesehatan gigi dan
Kecamatan Babakan Ciparay Kota perilaku kesehatan mulut dan perilaku
Bandung, RT 01,02,04 didapat : merokok
- Sebanyak 71% masyarakat
merokok
- Sebanyak 53% tidak membuka
jendela nya setiap hari.
Ds :
- Sebagian masyarakat Rw 3
Kelurahan Babakan Ciparay
Kecamatan Babakan Ciparay
Kota Bandung mengatakan
didalam rumahnya terdapat
anggota keluarga yang
merokok
- Sebagian masyarakat Rw 3
Kelurahan Babakan Ciparay
Kecamatan Babakan Ciparay
Kota Bandung yang merokok
mengalami kerusakan gigi:
gigi berlubang

Prioritas Masalah 
No.  Masalah Kesehatan  A  B  C  D  E  F  G  H  I  J  K  Tota Priorita

93
l  s

1 Perilaku Kesehatan 3 3 3 2 3 3 1 2 2 3 2 27 4
cenderung beresiko

2 Defisit Kesehatan 4 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 33 1
komunitas tidak efektif :
Rematik

3 Defisit Kesehatan 4 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 30 2
komunitas tidak efektif :
Hipertensi

4 Pemeliharaan Kesehatan 4 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 29 3
tidak efektif

Aspek yang di skor (diberi nilai) meliputi hal-hal sebagai berikut 

A. Risiko terjadinya masalah tersebut di komunitas 


B. Risiko parah dari masalah tersebut 
C. Potensial untuk dilakukan pendidikan 
D. Minat dari masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut 
E. Kemungkinan masalah tersebut diatasi. 
F. Kesesuaian dengan program pemerintah 
G. Tersedianya tempat untuk mengatasi 
H. Tersedianya waktu untuk mengatasi masalah 
I. Tersedianya dana untuk mengatasi masalah 
J. Tersedianya fasilitas untuk mengatasi masalah 
K. Tersedianya sumber daya manusia untuk mengatasi masalah. 

Untuk setiap masalah kesehatan diberikan bobot nilai untuk setiap aspek tersebut

dengan range 1-5.  Rinciannya berikut ini: 

a. Sangat rendah = 1 
b. Rendah = 2 
c. Cukup = 3 

94
d. Tinggi = 4 
3.5 Daftar masalah Keperawatan
- Defisit kesehatan komuntas tidak efektif: rematik
- Defisit kesehatan komuntas tidak efektif: hipertensi
- Defisit Kesehatan komunitas tidak efektif : TBC
- Perilaku kesehatan cenderung beresiko : kesehatan gigi dan mulut dan perilaku
merokok

3.6 Prioritas masalah

1. Defisit Kesehatan komunitas tidak efektif: rematik


2. Defisit Kesehatan komunitas tidak efektif : Hipertensi
3. Defisit Kesehatan komunitas tidak efektif : TBC
4. Perilaku kesehatan cenderung beresiko : kesehatan gigi dan mulut dan perilaku
merokok
3.7 Prioritas masalah keperawatan

Defisit Kesehatan Komunitas tidak efektif : Rematik

95
3.8 POA ( Rencana Asuhan Keperawatan )
Jenis Tujuan  Sasaran  PJ  Petugas Sumber Waktu / Tempat  Indikator  
Kegiata yg   Dana  Jadwal   Keberhasilan
n  Terlibat Pelaksan
aan

Penyuluh Tujuan Masyarakat, Mahasiswa Mahasiswa Swadaya Tanggal 4-7 Balai - Terlaksananya
an Panjang : rw03 mahasiswa agustus 2022 RW/rumah kegiatan
kesehatan Warga RW kelurahan warga penyuluhan
terkait 03 yang babakan Kesehatan
penyakit menderita ciparay tentang
rematik,h rematik, rematik.
ipertensi hipertensi - Meningkatkan
dan tbc dan TBC pengetahuan
dapat warga
menurun mengenai
bahkan penyakit
sembuh rematik,
hipertensi, dan
Tujuan TBC
pendek :
Pengetahuan
masyarakat
mengenai
rematik,
hipertensi
dan tbc
meningkat
dengan cara
masyarakat

96
mampu
menyabutka
n penyabab,
tanda, dan
gejala
rematik,
hipertensi,
dan TBC

Penyuluha Tujuan Masyarakat, Mahasiswa Mahasiswa Swadaya Tanggal 4-7 Di - Terlaksananya


n jangka rw03 Agustus 2022 lingkungan kegiatan
kesehatan Panjang : kelurahan RW 03 penyuluhan
terkait Terciptanya babakan Kesehatan
perilaku warga RW ciparay - Meningkatkan
hidup 03 yang pengetahuan
bersih dan sadar warga
sehat Kesehatan, mengenai
melestarikan PHBS
kebersihan
dan
keindahan
lingkungan.

Tujuan
jangka
pendek:
Untuk
meningkatka
n kesadaran
warga RW
03 mengenai
pentingnya

97
hidup bersih
dan sehat

Melaksana Tujuan Masyarakat, Mahasiswa Mahasiswa Swadaya Tanggal 4-7 Di - Terlaksananya


kan PHBS jangka rw03 mahasiswa Agustus 2022 lingkungan kerja bakti
dengan Panjang : kelurahan RW 03 dilingkungan
kegiatan babakan rw 03
Kerja bakti Terpeliharan ciparay - Meningkatkan
ya kebersihan di
kebersihan di lingkungan
Lingkungan RW 03
di RW 03
sehingga
terhindar
dari berbagai
jenis
penyakit
yang dapat
mengganggu
kesehatan
masyarakat,
dan menjaga
lingkungan
agar tetap
aman,nyama
n dan sehat.
Tujuan
jangka
pendek :

98
Meningkatka
n
kenyamanan
lingkungan
serta
kerjasama
yang baik
antar warga
sehingga
menciptakan
kebersihan,k
enyaman dan
terhindar
dari sarang
virus.

Melakukan Tujuan Masyarakat, Mahasiswa Mahasiswa Swadaya Tanggal 4-7 Di SMP 21 - Terlaksananya
kegiatan jangka rw03 mahasiswa Agustus 2022 Bandung kegiatan
senam Panjang: kelurahan senam lansia
lansia babakan - Meningkatkan
Untuk ciparay Kesehatan
menurunkan pada lansia
resiko
penderita
rematik dan
hipertensi
Tujuan
jangka
pendek :

99
untuk
meningkatka
n Kesehatan
pada lansia

100
BAB IV

IMPLEMENTASI KEGIATAN

A. Implementasi dan evaluasi

N Masalah Implementasi Evaluasi RTL (rencana Penanggung Waktu


o Hasil tindak lanjut) jawab

1. Deficit Pada tanggal 02 1. Struktur a. Koordinasi - ketua RW 02


Agustus 2022
Kesehatan 03 Agustus
dilakukan Pada saat Meningkatkan
komunitas penyuluhan
dilakukan koordinasi - Puskesmas 2022
tidak efektif : pada
masyarakat, penyuluhan dengan RT dan Caringin
Hipertensi kader dan Masyarakat, RW, kader,
karang taruna
desa Babakan karang taruna karang taruna
Ciparay dan kader dan dengan
mengenai
penyakit menyetujui puskesmas
hipertensi, rencana yang Caringin dalam
karena
nantinya akan membangun
ditemukan 42%
penyakit yang dilakukan kesadaran
diderita bersama - masyarakat
keluarga dalam
6 bulan terakhir sama agar senantiasa
yaitu memperhatikan
Hipertensi. 2. Proses :
tingkat
35% masalah
kesehatan Pada tanggal kesehatan.
degenerative 2 Agustus
dalam 6 bulan b. Sosialisasi
terakhir yaitu 2022
hipertensi dilakukan Sosialisasi
55% masalah penyuluhan mengenai
kesehatan
tentang penyakit
keturunan yaitu
tekanan darah penyakit hipertensi
tinggi. hipertensi
Terdapat hasil
pemeriksaan
tekanan darah

101
lebih dari
140/90 mmHg

2. Deficit 1. Struktur a. Koordinasi - ketua RW 02


Pada tanggal 02
Kesehatan Agustus 2022, 03 Agustus
pada saat Meningkatkan
komunitas pukul 13.00- 2022
15.00 WIB dilakukan koordinasi - puskesmas
tidak efektif : Dilakukan penyuluhan dengan RT dan Caringin
Rematik penyuluhan
pada masyarakat, RW, kader,
masyarakat kader dan karang taruna
desa Babakan
Ciparay karangtaruna dan dengan
Mengenai menyetujui puskesmas
penyakit
rencana yang Caringin
rematik karena
terdapat 38% nantinya akan
b. Sosialisasi
masalah sama-sama
kesehatan
dalam 6 bulan dilakukan melakukan
terakhir yaitu sosialisasi
rematik.. dan 2. Proses :
mengenai
Sebagian
masyarakat Pada tanggal penyakit
RW 03 sering 02 Agustus rematik
mengeluh nyeri
persendian. 2022
dilakukan
penyuluhan
mengenai
penyakit
rematik

3. 1. Struktur a. Koordinasi - ketua RW 02


Defisit Pada tanggal 02
kesehatan Agustus 2022 03 Agustus
Pada saat Meningkatkan
komunitas Pukul 13.00- 2022
tidak efektif : 15.00 WIB penyuluhan kembali antar - puskesmas
TBC pada Melakukan ketua dan RW, RT, Caringin
warga RW 03 penyuluhan
pada warga warga Kader, karang
desa Babakan Babakan taruna dan
Ciparay RW 03
Ciparay RW tenaga

102
03 menerima kesehatan di
mengenai
kesehatan dan puskesmas
karena pada menyetujui Caringin dalam
tahun 2020 :
5,34% dengan rencana membangun
89 kasus kegiatan yang kesadaran
2021 : 11,44% akan masyarakat
dengan 104 dilakukan agar senantiasa
kasus
memperhatikan
2022 : ‘Januari- 2. Proses
tingkat
Juli’ 11,05%
dengan 85 Pada tanggal kesehatan untuk
kasus 02 Agustus meningkatkan
2022 kualitas hidup
dilakukan
b. Sosialisasi :
penyuluhan
tentang Sosialisasi
kesehatan mengenai
kesehatan

4. 1. Struktur a. Koordinasi - ketua RW 02


Perilaku Pada
kesehatan tanggal 02 03 Agustus
Pada saat Meningkatkan
cenderung Agustus 2022
beresiko : 2022 pukul penyuluhan kembali antar - puskesmas
kesehatan 13.00-15.00 ketua dan RT, RW, Caringin
gigi dan WIB
mulut dan Melakukan warga desa Kader, karang
perilaku penyuluhan Babakan taruna, dan
merokok pada warga
desa Ciparay RW tenaga
Babakan 03 menerima kesehatan di
Ciparay RW
dan puskesmas
03
mengenai menyetujui Caringin dalam
meningkatk rencana membangun
an perilaku
kesehatan kegiatan yang kesadaran
karena akan masyarakat
terdapat
dilakukan agar senantiasa
Sebanyak
71% memperhatikan
masyarakat tingkat

103
2. Proses kesehatan untuk
merokok
meningkatkan
Sebanyak Pada tanggal
53% tidak kualitas hidup
02 Agustus
membuka
jendela nya 2022 b. Sosialisasi
setiap hari. dilakukan
Sosialisasi
Sebagian penyuluhan
masyarakat mengenai
tentang
RW 03 yang meningkatkan
merokok meningkatkan
perilaku
mengalami perilaku
kerusakan kesehatan
gigi: gigi kesehatan
berlubang
3. Hasil

Didapatkan
bahwa semua
warga desa
Babakan
Ciparay RW
03 dapat
memahami
dan
menjawab
pertanyaan
dengan benar
sesuai
penyuluhan
yang
diberikan

B. Rencana tindak lanjut

No Nama kegiatan Tujuan Waktu Penanggung


pelaksanaan jawab
1 Penyuluhan terkait pola Kegiatan ini bertujuan Minggu 14 RW 03 dan

104
aktivitas pada untuk menjaga dan agustus 2022 puskesmas
Rheumatoid artritis menstabilkan aktivitas caringin
bagi penderita
rheumathoid artritis agar
dapat mengatasi masalah
persendian
2 Penyuluhan dan pola hidup sehat Rabu 31 agustus RW 03 dan
Penerapan pola hidup merupakan hal pokok 2022 puskesmas
sehat dengan cara yang diperlukan oleh caringin
menjaga kesehatan masyarakat guna
lingkungan menjaga kesehatan maka
dar itu diperlukannya
pola hidup sehat agar
masyarakat dapat
terhindar dari penyakit
3 Pemenuhan sarana dan Dengan adanya sarana Minggu 4 RW 03 dan RT
prasarana tekait dan prasarana yang september 2022
pemeliharaan kesehatan menunjang kebutuhan
masyarakat maka
masalah kesehatan yang
ada di masyarakat dapat
terdeteksi dan teratasi
dengan baik
4 Mengadakan pelatihan Dengan adanya pelatihan Sabtu 24 Puskesmas
kader tekait dengan kader informasi dan september 2022 caringin
masalah kesehatan pengetahuan terkait
yang muncul di masalah kesehatan yang
masyarakat ada di masyarakat dapat
tersampaikan dengan
baik sesuai dengan
kelolaannya masing
masing

105
C. Pembahasan
Dari hasil survey mawas diri terdapat 4 diagnosa yang muncul di masyarakat
diantaranya :
1. Defisit Kesehatan komunitas tidak efektif : Hipertensi
Berdasarkan data yang didapatkan hipertensi merupakan salah satu penyakit yang
di derita oleh sebagian masyarakat RW 03, seperti yang telah diketahui hipertensi
merupakan penyakit degenerative yang mana kondisi kesehatan yang
menyebabkan jaringan atau organ memburuk dari waktu ke waktu. Maka perlu di
adakannya upaya pencegahan guna mengatasi penyakit hipertensi yang terus
berkembang dikalangan masyarakat RW 03. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
memberikan edukasi/pendidikan kesehatan yang berisi pengertian hipertensi,
penyebab hipertensi, tanda gejala dan cara penanganannya.
2. Deficit Kesehatan komunitas tidak efektif : Rematik
Berdasarkan data yang didapatkan rematik merupakan salah satu penyakit yang
di derita oleh sebagian masyarakat RW 03 khususnya pada lansia, penyakit
rematik sering ditemukan pada lansia sehingga dalam kesehariannya
mengganggu pola aktivitas, gangguan rasa nyaman dan gangguan citra tubuh.
Upaya untuk menangani penyakit ini bisa dilakukan dengan melakukan senam
lansia, upaya ini dapat mengatasi pada masalah penyakit rematik yang
mengganggu pada persendiannya.
3. Defisit kesehatan komunitas tidak efektif : TBC pada warga RW 03
Berdasarkan data dari puskesmas didapatkan peningkatan pasien tbc merupakan
salah satu penyakit yang diderita oleh sebagian masyarakat RW 03. Seperti yang
sudah diketahui TBC dapat menular dengan cepat jika tidak ditangani dengan
baik, penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika penderita TBC aktif
memercikan lendir atau dahak saat batuk atau bersin, bakteri TB akan ikut keluar
melalui lendir tersebut dan terbawa ke udara. Dan bakteri TB akan masuk ke
tubuh orang lain melalui udara yang dihirupnya. Upaya yang dapat dilakukan
bagi sebagian masyarakat yang menderita TBC yaitu menutup mulut saat batuk
dan bersin, TBC menular lewat dahak dan air liur yang keluar dari mulut, jangan
meludah atau membuang dahak sembarangan, mengurangi interaksi sosial,
biarkan sinar matahari masuk kedalam ruangan, dan membatasi kontak dengan
kelompok rentan.

106
4. Perilaku kesehatan cenderung beresiko : kesehatan gigi dan mulut dan perilaku
merokok
Berdasarkan data yang didapatkan Sebagian masyarakat RW 03 mengalami
kerusakan gigi akibat meroko, seperti yang sudah diketahui meroko selain dapat
merusak organ tubuh akibat asap rokok, dapat juga menimbulkan karies gigi atau
gigi berlubang. Kandungan nikotin dan tar pada rokok dapat menyebabkan
kerusakan lapisan jaringan gigi. Kandungan ini dapat mengurangi produksi
saliva, sehingga mulut terasa kering dan bakteri lebih mudah berkembang biak,
upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan edukasi/pendidikan
kesehatan tentang bahayanya meroko, dan periksa gigi ke pelayanan kesehatan .

107
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari kesimpulan diatas bahwa masyarakat di wilayah RW 03 Babakan Ciparay dengan


hasil pengkajian yang telah ditemui di lapangan menyatakan bahwa mayoritas permasalahan
di masyarakat RT 03 adalah dengan keluhan Reumatik dan Hipertensi, kemudian masih ada
beberapa masyarakat yang masih minim untuk memeriksakan dirinya ke fasilitas Kesehatan
terdekat. Sehingga, diadakannya penyuluhan mengenai pentingnya memeriksakan diri sejak
dini meski merasa tidak sakit.

Dengan itu kita disini melakukan Pendidikan Kesehatan guna memberikan


pengetahuan baru untuk masyarakat. Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang
terencana untuk perubahan perilaku hidup sehat melalui pemberian informasi dan
pengetahuan kesehatan agar dapat berperilaku hidup sehat dalam kehidupannya.
Hasil dari kegiatan Musyawarah Masyarakat RW03 yang telah di lakukan pada Hari
Selasa 2 agustus 2022 bertempat di balai RW03 Di dapatkan hasil

Penyakit Yang Diderita Keluarga Dalam 6 Bulan Terakhir yaitu :

- Asma 7%, Batuk pilek 35%, TBC 1%, Hipertensi 42%, Asam urat 18%, hipertermi 3%, dan
IMS 1%

B. Saran
1. Masyarakat
Masyarakat melaksanakan perilaku hidup sehat dengan melakukan pencegahan
peningkatan penyakit
2. Puskesmas
Puskesmas memberikan secara berkala atau menindak lanjuti penyuluhan
kesehatan terkait penyakit yang di temukan di banyak masyarakat.
Melakukan Pemeriksaan kesehatan masyarakat yang lebih rutin ke lingkungan
masyarakat untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat pada wilaya tersebut
serta melalkukan upaya- upaya pencegahan sebelum dan sesudah masalah itu
terjadi.

108
3. Peneliti
Hendaknya pada penelitian selanjutnya dapat memperdalam kembali mengenai
faktor-faktor kebutuhan apa saja yang dibutuhkan wanita berkaitan dengan
kemudahan yang akan didapat setelah mengakses media online. Hendaknya para
peneliti selanjutnya lebih mengembangkan ruang lingkup penelitian, mengingat
penelitian yang dilaksanakan ini belum sepenuhnya bisa menggambarkan
pemenuhan kepuasan yang diperoleh kaum wanita. Dalam proses pengumpulan
data, hendaknya menggunakan teknik yang diperkirakan dapat lebih optimal
dalam mendapatkan data yang diperlukan.

109
DAFTAR PUSTAKA

Cholila, I. M. (2022). PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT YANG TERPAPAR


COVID-19 OLEH PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Di Berau, Kalimantan
Timur (Docto ral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).

American Nurses Association (ANA) 1986, Standard of Home Care Nursing Practise,
Washington, DC : Author.

Effendi, Ferry dan Makhfudli 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. 5.

Effendy, Nasrul 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2, Jakarta :


EGC.

Ayuningtyas, Y. R. (2022). LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. T


DENGAN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEPOK III (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Trisutrisno, I., Hasnidar, H., Lusiana, S. A., Simanjuntak, R. R., Hadi, S., Sianturi, E., ... &
Sofyan, O. (2022). Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.

Koentjaraningrat (1990), Pengantar Ilmu Anthropologi, Akasara Baru, Jakarta.

Soejono Soekanto (1986), Sosisologi Suatu Pengantar, Penerbit Remaja Karya, Bandung

Harnilawati, S. K. (2013). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Pustaka As Salam.

Sudjoko, S. "Perkembangan dan konsep dasar pendidikan Lingkungan Hidup." Pendidikan


lingkungan hidup (2014

Rahayu, D. Y. S., Anggraini, N., Kuswanto, K., Pangaribuan, S. M., Purnawinadi, I. G.,
Hardika, B. D., ... & Mustar, M. (2022). Ilmu Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
Yayasan Kita Menulis.

Khoiron, Nur, 2014. Efektifitas pendidikan kesehatan dengan menggunakanMedia leaflet dan
media slide power point terhadap Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku deteksi dini
Kanker serviks pada ibu-ibu pkk di wilayah kerja Puskesmas kartasura sukoharjo. UMS

110
Tri K, Soekidjo N, Anwar H, Ella H. 2012. Promosi Kesehatan Di Sekolah. Perpustakaan
Nasional RI; Katalong Dalam Terbitan (KDT). Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Promosi kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo,


Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT RINIKA CIPTA. Jakarta

111
LAMPIRAN

Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI

TERAPI AKTIVITAS INDIVIDU / KELOMPOK

Topik : Manajemen Nyeri Dengan Teknik Nafas Dalam


Sasaran : Warga RW 03
Hari/Tanggal : Minggu 07 agustus 2022
Waktu : 10.00 – 10.20
Tempat : Warga RW 03
Pelaksana : Mahasiswa

A. Latar Belakang
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, yang
menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang mengalaminya. Ketika
suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan -
bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium,
bradikinin, prostaglandin, dan substansi yang akan mengakibatkan respon nyeri
(Kozier dkk, 2009)

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit tentang Manajemen Nyeri
diharpkan Ny. Y dapat mengerti tentang Manajemen Nyeri
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan Ny. D mampu :
o Menjelaskan pengertian Nyeri
o Menyebutkan factor – factor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri
o Menyebutkan cara mengatasi nyeri
o Melakukan Teknik relaksasi nafas dalam

112
1. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi tanya jawab

2. Media dan Alat


Leaflet

3. Susunan Kegiatan

No Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Waktu


1. Pembukaan - Memberi salam - Menjawab salam 5 menit
- Memperkenalkan diri - Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan penyuluhan
- Membuat kontrak waktu
2. Penyajian 1. Menjelaskan tentang - Memperhatikan 10
a. Pengertian Nyeri - Mendengarkan menit
b. Menyebutkan factor – penyuluhan
factor yang dapat - Aktif bertanya
mempengaruhi reaksi
nyeri
c. Menyebutkan cara
mengatasi nyeri
d. Melakukan Teknik
relaksasi nafas dalam
2. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan
peserta
3. Penutupan - Mengevaluasi peserta atas - Menjawab pertanyaan 5 menit
penjelasan yang disampaikan - Memperhatikan
dan penyuluh menanyakan - Menjawab salam
kembali mengenai materi
- Menyimpulkan materi yang

113
disampaikan oleh penyuluh
- Salam penutup

4. Materi
C. Definisi
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit, panas,
gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.

D. Faktor – factor yang mempengaruhi reaksi nyeri


Menurut Smeltzer & Barre (2013), factor – factor yang dapat mempengaruhi
reaksi nyeri antara lain :
o Usia
o Jenis Kelamin
o Budaya
o Perhatian

E. Manajemen Nyeri
Bisa dilakukan dengan pharmacologic dan non pharmacologic, terapi
pharmacologic untuk mengatasi nyeri diberikan oleh dokter melalui intra vena atau
rute epidural (Smeltzer & Barre, 2013)
o Manajemen Nyeri Pharmakologic
Management pharmakologic untuk mengatasi nyeri di ruang ICU
adalah Opioid, Non opioid, dan adjuvant (anti convulsan, anti depresan,
dan obat bius lokal). Analgesik golongan opiod yaitu morfin, fentanil,
kodein, efek samping analgesik opoid adalah depresi pernafasan, hipotensi,
retensi urin, penurunan cardiac output, pusing mual dan bahkan
mengancam nyawa pasien. Golongan analgesik non opiod yang dipakai
untuk mengatasi nyeri di ruang ICU adalah Acetaminophen, Ketorolac dan
Adjuvant.
o Manajemen Nyeri Non Pharmakologic
Dalam rangka mengembangkan management nyeri non
pharmacologic yang efektif dibidang keperawatan pada pasien yang
114
terpasang ventilator mekanik maka perawat perlu mengetahui jenis-jenis
management nyeri non pharmakologic yang bisa dilakukan oleh seorang
perawat.. Management nyeri non pharmakologic yang dapat digunakan
untuk mengatasi nyeri adalah musik therapy , relaksasi, hypnosis therapy,
distraksi therapy, terapi bermain, terapi aktivitas, akupuntur therapy,
kompres dan pijat

F. Langkah – langkah Teknik Nafas Dalam


1. Tahap Pra Interaksi
 Melihat data nyeri yang lalu
 Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat
 Mengkaji program terapi yang diberikan oleh dokter
2. Tahap Orientasi
 Menyapa dan menyebut nama pasien
 Menanyakan cara yang biasa digunakan agar rileks dan tempat yang paling
disukai
 Menjelaskan tujuan dan prosedur
 Menayakan persetujuan dan kesiapan pasien
3. Tahap Interaksi
 Bantu pasien ke posisi yang nyaman baik duduk atau berdiri. Apabila
pasien memilih duduk, maka bantu pasien duduk di tepi tempat tidur atau
posisi duduk tegak di kursi. Posisi juga bisa semifowler, berbaring di
tempat tidur dengan punggung tersangga bantal.
 Instruksikan pasien untuk meletakkan kedua telapak tangan berhadapan
satu sama lain, dibawah dan sepanjang batas bawah tulang rusuk anterior
(depan). Letakkan ujung jari tengah kedua telapak tangan saling
bersentuhan. Demonstrasikan pada pasien.
 Minta pasien mengambil nafas dalam secara lambat, menghirup melalui
hidung. Minta pasien untuk merasakan bahwa kedua jari tengah tangan
terpisah selama menarik nafas (inspirasi). Minta pasien menahan nafas
sampai hitungan ketiga.
 Minta pasien perlahan-lahan menghembuskan nafas melalui mulut
(diantara bibir). Katakan pada pasien bahwa kedua ujung jari tengahnya
akan bersentuhan kembali.

115
 Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali.
 Instruksikan pasien melakukan nafas dalam perlahan sebanyak 10 kali
setiap 2 jam pada saat pasien terjaga selama periode paska operasi sampai
pasien dalam melakukan mobilisasi.
4. Tahap Terminasi
 Mengevaluasi hasil relaksasi (skala nyeri, ekspresi)
 Menganjurkan pasien untuk mengulangi teknik relaksasi ini, bila pasien
merasakan nyeri
 Berpamitan pada pasien
 Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien dalam catatan perawatan
5. Media
Leaflet

116
Lampiran 2

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP)


PHBS

Topic : Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat


Sasaran : Kader Sekecamatan Kampar Kiri Tengah
Tempat : Aula Desa Mayang Pongkai
Hari/ Tgl : Kamis, 25 januari 2017
Waktu : jam 10 sampai selasai.
A. TUJUAN UMUM
Dengan diadakannya penyuluhan berupa Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat diharapkan
semua kalangan masyarakat dapat mengerti apa itu Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat,
serta mengerti apa manfaat dari Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.
B. MATERI
Terlampir
C. MEDIA
1. Media SAP
2. Leaflet
3. Powerpoint
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi.
E. KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan:
1. Member salam 1. Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan 2. Mendengarkan
3. Menyebutkan materi atau pokok dan
memperhatikan
2. 45 menit Pelaksanaa Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan secara

117
menyeluruh dan teratur memperhatikan.
Materi:
1. Pengertian Perilaku Hidup
bersih Dan Sehat.
2. Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Dirumah Tangga
3. Apa manfaat ruma tangga ber
PHBS ?
3. 1 jam 8 Evaluasi Merespon dan bertanya
mnt 1. Memberikan kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya

4. 2 menit Penutup Menjawab salam


Mengakhiri penyuluhan, mengucapkan
terimakasih dan salam
F. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Pembawa acara : Erlina Gusfa
Penyuluh : Ukhti Zaima Syawalina
Persiapan Materi :

118
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

A. Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran, sehingga anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.

B. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dirumah Tangga.


PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah
tangga yaitu :
1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan.
Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga
para medis lainnya)
Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan?
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,
sehingga keselamatan ibid an bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat
diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang aman,bersih, dan
steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
2. Memberi bayi asi ekslusif.
Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan
atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan
gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik. Air Susu ibu pertama berupa cairan bening berwarna
kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan
terhadap penyakit
Apa manfaat memberikan ASI?
Bagi ibu:
a. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
b. Mengurangi pendarahan setelah persalinan.

119
c. Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
d. Menunda kehamilan berikutnya.
e. Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
Bagi bayi:
a. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
b. Bayi tidak sering sakit.
Bagi keluarga:
a. Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.
b. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya
merebus air dan perlengkapannya.
3. Menimbang balita setiap bulan.
a. Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan?
Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap
bulan.
b. Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan?
Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5
tahun diposyandu.
c. Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita?
Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau kartu menuju
sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat
perkembangannya)
4. Menggunakan air bersih.
Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan
lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar sakit.
Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra
kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
a. Air harus berwarna bening/jernih.
b. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran
lainnya.
c. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit
harus bebas dari bahan kimia beracun.

120
d. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.
Apa manfaat menggunakan air bersih?
a. Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri, Thypus,
Kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.
b. Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
Di mana dapat memperoleh sumber air bersih?
a. Mata air
b. Air sumur atau air sumur pompa
c. Air ledeng atau perusahaan air minum
d. Air hujan
e. Air dalam kemasan
Mengapa air bersih harus dimasak mendidih bila ingin diminum?
Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. kuman penyakit dalam
air mati pada suhu 100 derajat C (saat mendidih).
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat
masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan
kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih
tertinggal di tangan.
Kapan saja harus mencuci tangan?
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll).
b. Setelah buang air besar
c. Setelah menceboki bayi atau anak
d. Sebelum makan dan menyuapi anak
e. Sebelum memegang makanan
f. Sebelum menyusui bayi
Apa manfaat mencuci tangan?
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typus, kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu burung atau Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).

121
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
b. Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan.
c. Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
6. Menggunakan jamban sehat.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.
Siapa yang diharapkan menggunakan jamban?
Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air
besar/buang air kecil.
Mengapa harus menggunakan jamban?
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit, dan keracunan.
Apa saja syarat jamban sehat?
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter)
b. berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah sekitarnya.
e. mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi yang cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.

122
d. Tidak ada serangga,(kecoa,lalat,) dan tikus yang berkeliaran.
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).
f. Bila ada kerusakan, segera perbaiki.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
Apa itu rumah bebas jentik?
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik
secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)?
Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat
penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga,
tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun,
lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam
seminggu.
Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?
a. Anggota rumah tangga
b. Kader
c. Juru pemantau jentik (Jumatik)
d. Tenga pemeriksa jentik lainnya.
e. Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?
Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara :
a. 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk
penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya,
Malaria, Filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangannya.
3M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control, lubang
pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
c. Mengubur ataumenyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas
botol/gelas akua, plastik kresek, dll).
Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
a. Menggunakan kelambu ketika tidur.

123
b. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk ;
bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll.
c. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam kamar.
d. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
e. Memperbaiki saluran talang air yang rusak
f. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit
dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
g. Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan
cupang, ikan nila, dll.
h. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia,Lavender,Rosemerry, dll
Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.
b. Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah.
c. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah?
Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Mengapa kita harus makan sayuran dan buah?
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena:
a. Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh.
b. Mengandung serat yang tinggi. Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang sangat berfungsi untuk memelihara usus. Serata tidak dapat
dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak menghasilkan tenaga dan dibuang
melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan tetapi dapat menunda
pengosongan lambung sehingga orang menjadi tidak cepat lapar.
Manfaat mengkonsumsi buah dan sayur ?
a. Mencegah Diabetes .
b. Melancarkan buang air besar.
c. Menurunkan berat badan.
d. Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi)

124
e. Mencegah kanker
f. Memperindah kulit, rambut dan kuku.
g. Membantu mengatasi Anemia (kurang darah)
h. Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
Aktifitas fisik bisa berupa :
a. Olah raga
b. Jalan santai
c. Maraton
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Karena didalam rokok terdapat zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti Tar
dan Nicotin. Sehingga jika terhirup dapat menimbulakan kanker dan penyakit lainnya.
Apa manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS?
Bagi Rumah Tangga :
a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Anggota keluarga giat bekerja.
d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat:
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.

125
126
Lampiran 3
Resiko terjadinya TBC

Bidang Studi : NP 6
Topik : Penyusuhan Infeksi Saluran Pernafas (ISPA)
Sasaran : Masyarakat Rw 03 Rt 01
Tempat : Kantor Balai Desa Rw 03
Hari/Tanggal : Kamis, 04 Agustus 2022
Waktu : 60 Menit

A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah (infeksi
saluran pernafasan atas) yaitu meliputi infeksi atas saluran pernafasan bagian atas dan
infeksi saluran pernafasan bagian bawah. ISPA adalah salah satu penyakit yang
terbanyak diderita oleh anak-anak. Penyakit saluran pernafasan pada masa bayi dan
anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. ISPA yang tidak
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit
seperti: semusitis paranosal, penutuban tuba eustachi, lanyingitis, trachetis, bronchitis,
dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian adanya sepsis yang meluas.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak perkiraan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40% -
60% dari pengunjung di puskesmas adalah penyakit ISPA. Dari seluruh kematian
disebabkan oleh ISPA mencakup 20% - 30%. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara
langsung maupun tidak langsung. Menurut sutisna (2009) faktor resiko yang
menyebabkan ISPA pada balita adalah sosio ekonomi, pendapatan, perumahan,
pendidikan orang tua, status gizi, tingkat pengetahuan ibu, dan faktor lingkungan
(kualitas udara).
Berdasarkan data dari Hasil Survey Mawas Diri didapatkan ISPA di Desa
Babakan Ciparay dan berdasarkan hasil pengumpulan data dan observasi yang
dilakukan oleh mahasiswa mulai tanggal 18 Juli sampai dengan 23 Juli 2022 di

127
lingkungan RT1 RW 3 Babakan Ciparay dimana terdapat separuh 56 % mengalami
batuk pilek.
Selain itu perumahan di RT 1 RW 3 Babakan Ciparay merupakan salah satu
rumah yang cukup padat dengan kondisi permanen tetapi ada juga yang semi
permanen. Jarak satu rumah dengan rumah yang lainnya sebagian besar berdekatan.
Sedangkan dari hasil observasi didapatkan data yaitu tampak beberapa selokan yang
airnya tergenang dan terbuka, saat hujan saluran pembuangan air tersumbat sehingga
mengakibatkan banjir, tampak beberapa rumah yang sirkulasi udara yang tidak
memadai dan pencahayaan kurang memenuhi syarat. Hal ini tentu akan mengalami
peningkatan penyakit ISPA dari tahun ke tahun. Sehubungan dengan hal yang di atas
maka kelompok tertarik untuk penyuluhan tentang ISPA di RT 01 RW 03 Babakan
Ciparay.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan agar masyarakat di RT I RW 3
Babakan Ciparay dapat memahami tentang penyakit saluran pernafasan atas
(ISPA)
2. Tujan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu:
 Menjelaskan tentang pengertian ISPA
 Menjelaskan tentang penyebab ISPA
 Menjelaskan tentang tanda dan gejala ISPA
 Menjelaskan perawatan ISPA dirumah
 Menjelaskan cara pencegahan ISPA
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik kegiatan
Penyuluhan tentang penyakit ISPA pada masyarakat
2. Sasaran
Orang tua yang mempunyai anak balita, Masyarakat.
3. Metode: Diskusi, tanya jawab, demonstrasi
4. Media : laptop, infokus, leaflet
5. Waktu dan tempat
Hari : Kamis, 04 Agustus 2022

128
Jam : 10.00 s.d selesai
Tempat : Kawasan Rt 01
6. Pengorganisasian
a. Pelaksana
 Pembawa Acara : Silvi Putri Yantika
 Pembicara : Laurensia Wulandita Ansiga dan Sintia Girimis
 Fasilitator : Nomi Kogoya
Nur Intan Mutia Farawahdini
Pipit Pratiwi
Tri Omega
 Observer : Niken Theresia Br Barus
b. Uraian Tugas
 Moderator
 Membuka acara
 Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
 Menjelaskan tujuan dan topik penyuluhan
 Menjelaskan kontrak waktu
 Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada presenter
 Mengarahkan alur diskusi
 Memimpin jalanya diskusi
 Menutup acara
 Presenter
 Mempresentasikan materi penyuluhan Fasilitator
 Memfasilitasi jalanya kegiatan yaitu persiapan dan pelaksanaan
 Mampu memotivasi audien untuk kesuksesan penyuluhan
 Mampu mengatasi hambatan-hambatan selama acara penyuluhan
 Mampu memfasilitasi kegiatan yang kurang aktif
 Observer
 Mampu mengobservasi jalannya kegiatan dari awal sampai
akhir
 Mencatat jumlah klien yang hadir
 Mencatat respon dan prilaku audien dalam kegiatan
 Mencatat tanggapan-tanggapan yang dikemukakan audien

129
 Mencatat penyimpangan acara
 Mencatat prilaku verbal dan non verbal selama penyuluhan
c. Setting Tempat

Keterangan :
: MC : Fasilitator

: Observer : Pembicara

: Pembimbing : Peserta

D. Strategi Pelaksanaan
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audiens Waktu
1. Pembukaan - Menjawab salam 5 menit
- Memberi salam - Mendengarkan dan
- Memperkenalkan memperhatikan
anggota dan - Mengemukakan
pembimbing pendapat
- Menjelaskan kontrak - Mendengarkan dan
waktu dan tujuan memperhatikan
pertemuan
- mengkaji pengetahuan
masyarakat tentang
ISPA
- memberi reinforcement
positif
2. Pelaksanaan - Mendengarkan dan 40 menit

130
- Menjelaskan tentang memperhatikan
pengertian ISPA - Mengulangi
- Memotivasi audien kembali
untuk mengulangi - Mendengarkan
kembali - Memperhatikan
- Memberi reinforcement - Mengemukakan
positif pendapat
- Menjelaskan tujuan - Memperhatikan
ISPA - Mengulangi
- Menjelaskan tentang kembali
tanda gejala ISPA - Mendengarkan
- Menjelaskan tentang - Memperagakan
perawatan ISPA di - Bertanya dan
rumah menjawab
- Menjelaskan pencegehan
ISPA
- Memotivasi audien
untuk mengulangi
kembali
- Memberikan
reinforcement positif
- Demonstrasi pengobatan
tradisional dalam
mengatasi ISPA dan
- Tanya jawab kepada
masyarakat
3. - Menyimpulkan materi - Mendengarkan 15 Menit
- Menutup penyuluhan - Mendengarkan
- Memberi salam - Menjawab

E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Leaflet telah selesai di cetak 1 hari sebelum kegiatan dilakukan

131
 Peminjaman tempat dan alat sudah dilakukan 2 hari sebelum kegiatan
dilakukan
 Mahasiswa selaku panitia kegiatan melaksanakan tugas dan peran sesuai yang
telah ditetapkan
2. Evaluasi Proses
 Kegiatan dilakukan tepat pada waktu kegiatan yang telah diterapkan
 Peserta penyuluhan melakukan kegiatan dari awal sampai akhir
 Kegiatan selesai tepat pada waktu yang telah diterapkan
3. Evaluasi Hasil
 Peserta mampu menjelaskan pengertian ISPA
 Peserta mampu menjelaskan 3 dari 4 penyebab ISPA
 Peserta mampu menjelaskan 4 dari 6 tanda gejala ISPA
 Peserta mampu menjelaskan 2 dari 4 cara perawatan ISPA
 Peserta mampu menjelaskan 3 dari 5 pencegahan ISPA

MATERI

A. PENGERTIAN ISPA
ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan adalah infeksi saluran pernafasan yang
terjadi pada saluran pernafasan, termasuk didalamnya hidung dan tenggorokan.
Biasanya menyerang anak menyerang anak usia 2 bulan - 5 bulan yang berlangsung
sampai 14 hari. ISPA dapat ditularkan melalui ludah, darah, bersin, udara pernafasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasan.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada
semua golongan masyarakat pada musim dingin.
B. PENYEBAB
ISPA dapat disebabkan oleh:
 Bakteri
 Virus

132
 Jamur
 Aspirasi (tersedak) karena makanan
C. TANDA dan GEJALA
 Pada sistem pernafasan adalah: nafas tak teratur dan cepat, retraksi tertariknya
kulit kedalam dinding dada, nafas cuping hidung/ nafas dimana hidungnya tidak
lobang, sesak kebiruan, suara nafas lemah atau hilang, suara nafas seperti ada
cairannya sehingga terdengar keras
 Pada sistem peredaran darah dan jantung: denyut jantung cepat atau lemah,
hipertensi, hipotensi dan gagal jantung
 Pada sistem syaraf adalah: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang dan coma
 Pada hal umum adalah: letih, berkeringat banyak, sakit tenggorokan, demam,
batuk-batuk dengan atau tanpa dahak, badan lemah
D. PERAWATAN DI RUMAH UNTUK PENDERITA ISPA
Beberapa hal yang perlu dilakukan seorang ibu/bapak untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA.
 Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 bulan demam diatasi dengan memberikan obat
penurun panas atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk
 Mengatasi batuk
- Dianjurkan member obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu½ sendok teh,
diberikan tiga kali sehari.
- Berikan obat tradisional seperti bawang merah yang diiris kemudian
ditempelkan pada tulang leher bagian tekuk dan ubun-ubun, sebelumnya beri
minyak kayu putih.
 Pemberian makan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi
yang menyusui tetap diteruskan selama 2 tahun.
 Pemberian minum pada batuk berdahak

133
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
E. PENCEGAHAN ISPA
 Bukalah jendela setiap hari agar udara segar dapat masuk ke dalam rumah serta
menjaga kebersihan keluarga dan lingkungan sehingga ikut menghindarkan
tumbuh dan berkembangnya bakteri dan virus yang datang menghadang Tapi
apabila sudah menjalankan segala pencegahan tapi masih juga tertular yang harus
anda lakukan adalah menggunakan masker agar tidak menulariu orang lain untuk
anak anak segera kenakan baju hangat agar terhindar dari udara dingin beri
asupan makan hangat hindari makanan dan minuman dingin (mengandung es)
 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik dengan memakan makanan yang kaya akan
protein, vitamin, karbohidrat dan sumber lainya seperti telur, ikan, sayuran, buah
dan susu
 Imunisasi yang terartur dan selalu memantau perkembangan tumbuh kembang
anak seperti berat badan dan tinggi badan
 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
 Mencegah anak terpapar dengan penderita ISPA

134
Lampiran 4
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Topik Penyuluhan : Pengendalian Tuberkulosis Paru dengan PHBS dan Rutin Pengobatan
Sasaran Peserta : Penderita Tuberkulosis Paru dengan Masalah Keperawatan
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Waktu : 30 Menit
Hari/Tanggal : Selasa, 9 Agustus 2022
Tempat : Kelurahan Babakan Ciparay
Penyuluh : Mahasiswa Institut Kesehatan Immanuel & Petugas
Puskesmas

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan penderita dapat meningkatkan PHBS dan juga
dapat menerapkan program perawatan/pengobatan secara rutin.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan pasien mampu:
a. Menjelaskan Tuberkulosis Paru
b. Menjelaskan Cara Penularan Tuberkulosis Paru
c. Menjelaskan Faktor Resiko Terjadinya Tuberkulosis Paru
d. Mengetahui Strategi Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
e. Mengetahui Cara Pengobatan Tuberkulosis Paru
f. Mengetahui Manfaat dan Efek Samping Penggunaan Obat Tuberkulosis
3. Strategi Pelaksanaan
1. Metode :
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

2. Media
Barcode
3. Materi :
a. Pengertian Tuberkulosis Paru

135
b. Penularan Tuberkulosis Paru
c. Faktor Resiko Tuberkulosis Paru
d. Strategi Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
e. Cara Pengobatan Tuberkulosis Paru
f. Manfaat dan Efek Samping Pengobatan Tuberkulosis Paru
4. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien


1 5 menit perkenalan
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
3. Menyebutkan materi
4. yang akan diberikan
1. Menjawab salam
2. Memperhatikan
3. Mendengarkan
2 10 Menit pelaksanaan Menjelaskan materi meliputi :
a. Menjelaskan Pengertian tuberculosis paru
b. Menjelaskan cara penularan tuberkulosis paru
c. Menjelaskan faktor resiko tuberkulosis paru
d. Menjelaskan strategi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
e. Menjelaskan tentang pengobatan tuberkulosis paru.
f.Menjelaskan manfaat dan efek samping penggunaan obat anti tuberkulosis.
1. Memperhatikan
3 10 Menit evaluasi
1. Membuka sesi tanya jawab
2. Memberikan kesimpulan materi
1. Bertanya
2. Menjawab pertanyaan dari pemateri
4 5 Menit terminasi
1. Mengucapkan terimakasih atas perhatiannya.
2. Menutup kegiatan
dengan salam
1. Mendengarkan

136
2. Menjawab salam
5. Evaluasi
a. Struktural
1) Penyuluhan dilaksanakan di ruang K.H. Mas Mansyur Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Ponorogo.
2) Peserta atau klien mengikuti penyuluhan sampai selesai.
b. Proses
1) Penyuluh bekerja sesuai dengan tugasnya.
2) Peserta atau klien antusias dengan materi penyuluhan.
c. Hasil
Peserta memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu tentang
:
1) Pengertian tuberkulosis paru.
2) Cara penularan tuberkulosis paru.
3) Faktor resiko terjadinya tuberkulosis paru.
4) Strategi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
5) Pengobatan tuberkulosis paru.
6) Manfaat dan efek samping obat anti tuberkulosis.

6. Media
https://bit.ly/FormTBBacip
Lampiran Materi

1. Pengertian Tuberkulosis Paru


Tuberkulosis merupakan penyakit gangguan pernapasan kronis yang bersifat
menular disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, penyakit ini biasanya
menyerang organ tubuh yaitu paru-paru
2. Penularan Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular, infeksi ini dapat ditularkan
melalui droplet pada saat penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin, dalam sekali batuk
penderita berarti memercikkan sekitar 3000 dahak di udara.
3. Faktor Resiko Terjadinya Tuberkulosis Paru
a. Faktor lingkungan :
1) Ventilasi ruangan tidak baik

137
2) Tinggal di tempat yang padat penduduk
3) Sinar matahari tidak mampu masuk ke ruangan
b. Faktor Usia dan Jenis Kelamin
1) Kelompok paling rentan tertular TB adalah kelompok usia dewasa muda yang juga
merupakan kelompok usia produktif
2) Menurut hasil suervei prevalensi Tb, laki-laki lebih banyak daripada perempuan
c. Faktor Perilaku
1) Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak tepat akan meningkatkan
paparan kuman dan risiko penularan.
2) Merokok menigkatkan risiko terkena TB paru sebanyak 2,2 kali

4. Strategi Meningkatkan Perilaku Hidup, Bersih dan Sehat


a. Upayakan sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan
b. Upayakan aliran udara yang masuk ruangan merupakan udara segar, terbebas dari
polusi
c. Pisahkan ruang tidur untuk sementara waktu untuk meminimalisir penularan
5. Pengobatan Tuberkulosis Paru
Pengobatan tuberkulosis paru dapat dilakukan menggunakan OAT (Obat Anti
Tuberkulosis. Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif dan fase
lanjutan. Fase intensif yaitu pengobatan yang dilakukan secara rutin selama 2-3 bulan
sedangkan fase lanjutan yaitu pengobatan secara rutin yang dilakukan selama 4-7 bulan.
6. Manfaat dan Efek Samping Pengobatan
Manfaat OAT :
a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitaas serta kualitas hidup
b. Mencegah terjadinya kematian akibat tuberkulosis paru
c. Mencegah terjadinya kekambuhan tuberkulosis paru
d. Menurunkan penularan
Efek Samping Pengobatan OAT :
a. Nafsu makan menurun, mual, sakit perut
b. Nyeri sendi
c. Kesemutan
d. Demam, sakit kepala
Link wa : https:// bit.ly/FormTBBacip

138
139
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP) REMATIK
Bidang Studi : NP 6
Topik : Rematik
Sasaran : Lansia dan Masyarakat
Hari/tanggal : Kamis, 04 Agustus 2022
Waktu : 13.00 Wib
Tempat : Kawasan RW 03

A. Latar Belakang
Di dunia semakin meningkat penyakit arthritis reumatoid pada lansia terutama
banyak terjadi pada perempuan. Penelitian dari Mayo Clinic yang dilakukan di
Amerika Serikat menunjukkan antara 1995-2005, wanita penderita Arthritis
Reumatoid mencapai 54.000 - 100.000 orang, sedangkan pria hanya 29.000 dari
100.000 orang (Situmorong, 2017). Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan gangguan
peradangan kronis autoimun atau respon autoimun, dimana imun seseorang bisa
terganggu dan turun yang menyebabkan hancurnya organ sendi dan lapisan pada
sinovial, terutama pada tangan, kaki dan lutut (Sakti & Muhlisin, 2019; Masruroh &
Muhlisin, 2020).
Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit Rematik,
karena sifatnya yang seolah-olah tidak menimbulkan kematian padahal rasa nyeri
yang ditimbulkan sangat menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-
hari (Nurwulan, 2017). Penyakit Rematik sering kita dengar di masyarakat, Namun
pemahaman yang benar tentang Rematik di keluarga belum memuaskan (Siahaan et
al., 2017).
Angka kejadian rheumatoid arthritis pada tahun 2016 yang disampaikan oleh
WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-10% adalah mereka yang berusia
5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (Majdah & Ramli, 2016;
Putri & Priyanto, 2019). Menurut Riskesdas (2018) jumlah penderita rheumatoid
arthritis di Indonesia mencapai 7,30%. Dan berdasarkan data dari Hasil Survey
Mawas Diri didapatkan rheumatoid arthritis di Desa Babakan Ciparay berdasarkan
hasil pengumpulan data dan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa di masyarakat
lingkungan RT1 RW 3 Babakan Ciparay dimana terdapat masalah kesehatatan umum
degenerative dalam 6 bulan terakhir yaitu 36 % rematik.

140
Seiring bertambahnya jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia
justru tingkat kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi.
Keadaan inilah menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya
penderita untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit rheumatoid arthritis.
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah kegiatan penyuluhan, sasaran diharapkan dapat memahami pengertian,
manifestasi klinis, tanda tanda, diagnosis, klarifikasi, faktor-faktor, penanganan
Rematik
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang rematik sasaran diharapkan mampu :
- Menjelaskan kembali pengertian rematik
- Menjelaskan kembali tentang penyebab rematik
- Mengetahui tanda-tanda dan faktor rematik
- Mengetahui penanganan rematik
C. Materi (terlampir)
- Pengertian rematik
- Manifestasi klinis rematik
- Tanda-tanda rematik
- Diagnosis rematik
- Klasifikasi rematik
- Faktor-faktor rematik
D. Metode.
- Ceramah
- Tanya Jawab
- Evaluasi
E. Media
- Laptop
- Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan
Mahasiswa Peserta
1 Pembukaan 5 menit - Memberi salam - Menjawab

141
- Memperkenalkan salam
diri - Mendengarkan
- Menyampaikan - Memperhatikan
tujuan - Menjawab
- Menyampaikan
kontrak waktu
- Apresiasi dengan
cara menggali
pengetahuan yang
dimiliki
masyarakat
tentang rematik
2 Pelaksanaan 40 menit - Menjelaskan - Mendengarkan
materi rematik - Memahami
- Mengevaluasi - bertanya
apakah lansia dan
masyarakat
memahaminya
- Lansia dan
masyarakat
menanyakan hal-
hal yang belum
mereka mengerti
3 Penutup 15 menit - Menanyakan - Menjawab
kembali materi - Mendengarkan
yang telah - Menjawab
disampaikan salam
- Menyampaikan
hasil kesimpulan
dari kegiatan yang
berlangsung
- Mengakhiri
pertemuan dengan

142
salam

G. Pengorganisasian
 Pembawa Acara : Silvi Putri Yantika
 Pembicara : Laurensia Wulandita Ansiga dan Sintia Girimis
 Fasilitator : Nomi Kogoya
Nur Intan Mutia Farawahdini
Pipit Pratiwi
Tri Omega
 Observer : Niken Theresia Br Barus
H. Setting Tempat

Keterangan :
: Leader : Fasilitator

: Observer : Co-leader

: Pembimbing : Peserta
I. Evaluasi
a. Kongnitif
Sasaran diharapkan mampu mengulas kembali materi yang sudah disampaikan
tentang:
- Pengertian rematik
- Manifestasi Klinis rematik
- Tanda-tanda rematik
- Diagnosis rematik
- Klasifikasi rematik

143
- Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rematik
b. Afektif
- Sasaran dapat mengerti tentang arti dan tanda-tanda dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya rematik
- Sasaran dapat mengerti tentang rematik
c. Psikomotor
Sasaran mengetahui rematik

MATERI

A. Pengertian rematik
Rhematik adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku pada
system musculoskeletal yaitu sendi, tulang, jaringan ikat dan otot (Smart,2010)
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh(Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada
sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban

B. Penyebab
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita
daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik

144
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis
paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu
mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

C. Tanda-tanda rematik
 Nyeri sendi
 Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari
 Bengkak pada tiga atau lebih sendi pada saat yang bersamaan.
 Ganguuan fungí sendi
 Otot mengecil
 Timbul benjolan kecil pada kulit bawah

D. Perawatan untuk rematik


 Kompres hangat untuk mengurangi nyeri
 Latihan gerak sendi terutama pada pagi hari
 Hindari aktivitas dengan hentakan mendadak.
 Istirahat yang cukup.
 Hindari makanan seperti jeroan, emping mlinjo, petai.
 Gunakan alas kaki dengan tumit yang rendah.

E. Pengobatan Tradisional untuk Reumatik


1. Ambil jahe secukupnya kemudia dibakar. Setelah itu cuci bersih dan diparut halus.
Tempelkan pada bagian yang nyeri hingga sembuh.

145
2. Ambil 4 batang jahe, 2 batang lengkuas dan 2 sendok makan cengkeh kering. Tumbuk
halus semua bahan dan tambahkan 2-3 sendok makan air tajin. Oleskan sebagai obat dan
gosokkan pada bagian yang sakit 3-5 hari berturut-turut.
3. Daun seledri sebanyak 10 batang di makan sebagai lalap.
4. Air jeruk nipis, minyak kayu putih dan kapur sirih di campur dan digunakan untuk
menggosok bagian tubuh yang sakit.
5. Daun kecubung wuluh 5 lembar dan kapur siri di tumbuk dan di gosokkan pada bagian
tubuh yang sakit.

146
147
Lampiran 6

148
149
150
Lampiran 7

PRAKTIK KEPERAWATAN VI
PRODI SARJANA
KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
Jl. K.H. Wahid Hasyim / Kopo No. 161 Bandung – 40234

No : 01/Praktik
Kep./VII/2022 Lampiran : -
Perihal : Undangan Implementasi dan Pelatihan Kader

Kepada Yth :
1. Kepala RW 03 Kelurahan Babakan Ciparay
2. Kelurahan Babakan Ciparay
3. Bapak/Ibu UPT Pukesmas Caringin
4. Pembimbing Puskesmas Caringin
5. Perwakilan Kepala RT RW 03 (5 Orang)
6. Perwakilan Kader Kesehatan RW 03 (5 Orang)
6. Karang Taruna RW 03 (2 Orang)
7. Perwakilan LPM RW 03 (1 Orang)
8. Perwakilan Warga RW 03 (2 Orang)
9. Pembimbing MK Praktik Keperawatan VI
Di Tempat

Dengan hormat,

Berkenaan dengan akan dilaksanakannya kegiatan Implementasi Pelatihan Kader maka kami
mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat menghadiri kegiatan tersebut yang akan
dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Selasa,09 Agustus 2022
Waktu : Pukul 14.00 s/d selesai
Tempat : Kantor RW 06
Demikian surat undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kesediaannya, kami
ucapkan terima kasih.
Mengetahui Bandung, 06 Agustus 2022
Kordinator MK Praktik Keperawatan VI Ketua Praktik Keperawatan VI

Ns. Stephanie Melia., MNS Tonijio N Dorosario Da Luz

Mengetahui
Kepala RW
03

151
Kelurahan Babakan Ciparay

Alek Akbar

152
PRAKTIK KEPERAWATAN VI
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
Jl. K.H. Wahid Hasyim / Kopo No. 161 Bandung – 40234

No : 01/Praktik Kep./VII/2022
Lampiran : -
Perihal : Undangan Musyawarah Masyarakat Rukun Warga 03 (MMRW)

Kepada Yth :
1. Kepala RW 03 Kelurahan Babakan Ciparay
2. Bapak/Ibu UPT Pukesmas Caringin
3. Kepala RT 01, 02, dan 04
4. Kader Kesehatan RT 01, 02, dan 04
5. Pembimbing MK Praktik Keperawatan VI
Di Tempat

Dengan hormat,

Berkenaan dengan akan dilaksanakannya kegiatan Musyawarah Masyarakat Rukun Warga


03 (MMRW) maka kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat menghadiri kegiatan
tersebut yang akan dilaksanakan pada:

Hari / Tanggal : Sabtu, 30 Juli 2022


Waktu : Pukul 09.00 s/d selesai
Tempat : Kantor RW 03

Demikian surat undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kesediaannya, kami
ucapkan terima kasih.

Mengetahui Bandung, 26 Juli 2022


Kordinator MK Praktik Keperawatan VI Ketua Praktik Keperawatan VI

Ns. Stephanie Melia., MNS Tonijio N Dorosario Da Luz


Mengetahui
Kepala RW 03
Kelurahan Babakan Ciparay

153
Lampiran 8

154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166

Anda mungkin juga menyukai