Anda di halaman 1dari 205

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMUNITAS KOMPREHENSIF

DI KAMPUNG YAHIM DISTRIK SENTANI

KABUPATEN JAYAPURA

Disusun Oleh :

Kelompok I

Rode Josephina Monim PO.71.24.4.17.046

Yuliana Dawapa PO.71.24.4.17.057

Merlina Watopa PO.71.24.4.16.022

Winda Lestari Pauta PO.71.24.4.17.053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN

TAHUN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-Nya,

sehingga Laporan Kasus Komprehensif yang berjudul “LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

KOMUNITAS KOMPREHENSIF PRODI D-IV KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

DI KAMPUNG YAHIM DISTRIK SENTANI KABUPATEN JAYAPURA” dapat terselesaikan dengan

baik. Laporan komunitas komprehensif ini disusun untuk memenuhi penugasan mata kuliah

praktik kebidanan klinik komunitas komprehensif program studi Diploma IV Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Jayapura.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian laporan komunitas

komprehensif ini, dengan rasa rendah hati disampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr.Arwam Hermanus MZ, SE.,M.Kes.,D.Min selaku direktur Poltekes Kemenkes Jayapura

2. Ruth Yogi,S.ST.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Jayapura

3. Siana Dondi,SKM.,S.ST.,M.Kes Ketua Prodi D-IV Kebidanan Poltekes Kemenkes Jayapura

4. drg.Adi Kurniawan selaku kepala Puskesmas Sentani yang telah memberikan ijin kepada

kami untuk melakukan praktik komunitas komprehensif di Puskesmas Sentani

5. Suryati Romauli, S.S.T.,M.Kes selaku dosen pembimbing Institusi yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada kami di kampus

6. Dahlia Simanjuntak,S.Tr.Keb selaku pembimbing lahan yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan kepada kami di lahan praktik

7. Seluruh dosen dan staf D-IV Kebidanan Poltekes Kemenkes Jayapura terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan kepada kami


8. Seluruh kakak-kakak bidan dan staf yang ada di Puskesmas Sentani terima kasih atas segala

bantuan yang telah diberikan kepada kami

9. Ketua RT/RW yang telah memberikan izin kepada kami untuk bisa melakukan penelitian di

Kampung Yahim DISTRIK SENTANI KABUPATEN JAYAPURA

10. Ibu-ibu kader Posyandu di Kampung Yahim yang telah meluangkan waktunya membantu

kami mengkaji dari hari pertama hingga terakhir di Kampung Yahim

11. Teman-teman Jurusan Diploma IV Kebidanan Angkatan 2017 khususnya kelompok

komunitas komprehensif Puskesmas Sentani atas doa serta dukungan dan bantuan yang

telah diberikan sampai selesainya laporan komunitas komprehensif ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, doa serta dukungan yang telah

diberikan sampai selesainya laporan komunitas komprehensif ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dari pihak-pihak yang telah

membantu. Disadari bahwa Laporan Komunitas Komprehensif ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan karya

selanjutnya. Semoga Laporan Komunitas Komprehensif ini bermanfaat.

Jayapura, 27 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 4
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
I. Latar Belakang 1
II. Tujuan Penulisan 2
III. Manfaat Penulisan 3
IV. Waktu 4
V. Kegiatan 4
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
I. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas 6
A. Pengertian Konsep Dasar kebidanan Komunitas 6
B. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas 7
C. Ruang Lingkup Pelayanan di Kebidanan Komunitas 8
D. Sasaran Kebidanan Komunitas 10
E. Tugas dan Tanggung Jawab Bidan di Komunitas 14
F. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas 20
II. Konsep Dasar Kebidanan Kehamilan 21
A. Pengertian kehamilan 21
B. Tanda-tanda kehamilan 22
C. Perubahan fisik dan psikologis ibu hamil 26
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan 40
E. Kebutuhan dasar ibu hamil 46
F. Tanda bahaya dalam kehamilan 53
G. Penatalaksanaan dalam kehamilan 64
H. Sifilis dalam Kehamilan 67
III. Konsep Dasar Persalinan 83
A. Pengertian Persalinan 83
B. Tanda-tanda Persalinan 84
C. Perubahan Fisiologi dan Patologi Ibu Bersalin 86
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan 88
E. Kebutuhan dasar ibu bersalin 89
F. Penatalaksanaan dalam proses persalinan kala I-IV dan 2 jam post partum 93
IV. Konsep Dasar Nifas 96
A. Pengertian nifas 96
B. Tahapan masa nifas 96
C. Perubahan-perubahan dan adaptasi fisiologi dan psikologi ibu nifas 97
D. Kunjungan masa nifas 104
E. Tanda bahaya masa nifas 105
F. Kebutuhan dasar ibu nifas 108
G. Penatalaksanaan masa nifas 112
V. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 114
A. Pengertian bayi baru lahir 114
B. Perubahan fisiologi bayi baru lahir 115
C. Tanda-tanda bayi baru lahir normal 125
D. Kebutuhan dasar bayi baru lahir 125
E. Penatalaksanaan bayi baru lahir 126
VI. Konsep Dasar Balita 130
A. Pengertian balita 130
B. Karakteristik balita 131
C. Tumbuh Kembang Balita 132
D. Kebutuhan utama proses tumbuh kembang 135
VII. Konsep Dasar Keluarga Berencana 137
A. Pengertian keluarga berencana dan alat kontrasepsi 137
B. Jenis dan cara kerja alat kontrasepsi 138
C. Indikasi dan kontra indikasi alat kontrasepsi 154
D. Efek samping dan penanganan alat kontrasepsi 163
VIII. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi 183
A. Pengertian kesehatan reproduksi 183
B. Ruang lingkup kesehatan reproduksi 185
C. Perubahan fisik yang mulai menandai kematangan reproduksi 185
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi 186
E. Organ reproduksi 187
E. Tujuan kesehatan reproduksi 192
IX. Konsep Dasar Pengetahuan 192
A. Pengertian Pengetahuan 192
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 194
C. Cara Memperoleh Pengetahuan 196
D. Kriteria Pengetahuan 198
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Kebidanan komunitas adalah suatu bidang dalam kebidanan yang merupakan

perpaduan antara kebidanan dan kesehatan masyarakat serta mengutamakan pelayanan

promotif, preventif serta berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan

rehabilitative yang menyeluruh dan terpadu di tujukan kepada individu, keluarga, kelompok

masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh.

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu

mendapat prioritas utama. Sehingga pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak harus ditingkatkan

baik dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanan (Kemenkes, 2015).

Kesehatan ibu dan anak merupakan indikator penting dalam mengukur derajat

kesehatan suatu negara dimana status kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Angka kematian ibu di Indonesia pada

tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup dalam waktu 10 tahun terakhir turun

menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007), namun hasil SDKI 2012 meningkat

menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.(Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data Dinas

Kesehatan Provinsi Papua pada tahun 2018, jumlah Wanita Usia Subur sebanyak 936,345

jiwa, jumlah ibu hamil sebanyak 78.420 jiwa, dan jumlah ibu bersalin/nifas sebanyak 74.856

jiwa.

Mengingat masih tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita di Papua, maka perlu

adanya pendekatan dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu adanya

penempatan bidan pada daerah yang sulit di jangkau (daerah pedalaman) oleh petugas

kesehatan. Untuk memenuhi hal tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan khususnya tenaga

1
2

bidan yang kompeten dan siap pakai. Tenaga bidan yang mampu memberikan pelayanan KIA

atau KB dan wanita sepanjang siklus kehidupannya baik di puskesmas, rumah sakit, maupun

di masyarakat yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative serta mampu

menggerakkan peran serta masyarakat sesuai dengan prinsip public (public health care).

Sehubung dengan hal itu salah satu pengalaman belajar yang perlu disediakan bagi

mahasiswa adalah praktik kebidanan komunitas komprehensif.

Dari data primer yang penulis dapatkan di Kampung Yahim, terdapat 365 KK, 309 WUS,

19 ibu hamil, 10 ibu nifas, 39 bayi baru lahir, 45 bayi sehat, 95 balita sehat, 157 Ibu akseptor

KB, dan 35 orang remaja putra, 40 orang remaja putri, dan terdapat lansia usia 45-59

sebanyak 114 orang, usia 60-74 sebanyak 72 orang, usia 75-90 sebanyak 28 orang, >90

tidak ada, dari 19 ibu hamil terdapat ... ibu hamil yang sifilis.

Berdasarkan latar belakang tersebut, setelah dilakukan pendataan terdapat ibu hamil

yang terinfeksi Sifilis maka penulis melakukan rencana asuhan kebidanan terhadap ibu hamil

dengan Sifilis untuk memecahkan masalah tersebut.

II. Tujuan Penulisan

A. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan komunitas komprehensif kepada individu,

keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB dan kesehatan

reproduksi wanita sepanjang daur kehidupan berdasarkan evidence based.

B. Tujuan Khusus

1. Melaksanakan pengkajian / pengumpulan data asuhan kebidanan komunitas pada

tingkat keluarga, kelompok dan masyarakat

2. Merumuskan masalah / kebutuhan yang berhubungan dengan KIA / KB, kesehatan

wanita sepanjang siklus kehidupannya bersama dengan masyarakat

3. Menentukan prioritas masalah / kebutuhan yang berhubungan dengan KIA / KB


3

4. Membuat rencana asuhan kebidanan komunitas komprehensif

5. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan komunitas

6. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan komunitas

III. Manfaat Penulisan

A. Mahasiswa

1. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan di dalam

perkuliahan

2. Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dalam

menggerakkan masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatannya sendiri

dikaitkan dengan pelayanan manajemen kebidanan komunitas

3. Mampu mengenai budaya dan adat istiadat kebiasaan masyarakat di Kampung

Yahim sehari-hari

4. Mahasiswa mampu bekerja sebagai tim dalam menyelesaikan masalah kesehatan

yang ada pada masyarakat Kampung Yahim.

5. Memperoleh kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan

karakteristik dan budi pekerti mahasiswa sebagai bekal bekerja

B. Masyarakat

1. Memperoleh informasi kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan perilaku

masyarakat di Kampung Yahim di bidang peningkatan perilaku hidup sehat dan

bersih

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan (Kepala Distrik, Kepala Dinas Kesehatan

dan Kepala Puskesmas) dalam pengembangan kebijakan


4

C. Institusi Pendidikan

1. Dapat mengevaluasi sejauh mana keberhasilan institusi dalam mencetak tenaga

kesehatan yang professional yang kelak akan dikembalikan ke masyarakat

2. Sebagai acuan untuk kegiatan praktik kerja lapangan berikut

D. Puskesmas

1. Dapat menjadi acuan informasi dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas

komprehensif pada kasus ibu hamil dengan anemia.

2. Dapat menjadi acuan SOAP dalam penatalaksanaan ibu hamil dengan anemia.

IV. Waktu

A. Waktu : Tanggal 15 Februari – 27 Februari 2021

B. Tempat : Kampung Yahim

V. Kegiatan

A. Asuhan Kebidanan pada keluarga

1. Melakukan pendekatan pada keluarga yang mempunyai permasalahan/terdapat

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, balita, remaja, lansia dan keluarga

berencana di wilayah kerja/praktek mahasiswa masing-masing.

2. Melaksanakan pengkajian data

3. Melakukan perumusan masalah dengan melibatkan keluarga

4. Memprioritaskan masalah dengan melibatkan keluarga

5. Menyusun perencanaan kegiatan dengan melibatkan keluarga


5

B. Asuhan kebidanan pada komunitas

1. Melakukan pengkajian selama 1-2 hari untuk mengidentifikasi masalah-masalah

kebidanan di masyarakat

2. Merumuskan masalah kebidanan di masyarakat, memprioritaskan masalah-masalah

yang ditemukan dan membuat perencanaan/strategi penyelesaian masalah-masalah

kebidanan yang ada di masyarakat secara berkesinambungan.

3. Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas selama 1 minggu sesuai dengan

perencanaan yang disusun.

4. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan bersama ibu hamil dan kader.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas

A. Pengertian Konsep Dasar kebidanan Komunitas

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada aspek-

aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarkat sekitar). Maka seorang

bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun

kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi

tantangan/kendala seperti berikut ini :

1. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang merugikan

ekonomi, seperti kemiskinan, politik dan hukum.

2. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.

3. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang

terisolir), kumuh, padat, dll. (Elly Dwi Wahyuni, 2018)

Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas adalah

bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi

kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut.

Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut :

1. Tujuan umum

Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat mampu

mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan masalahnya secara

mandiri.

6
7

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan

tanggung jawab bidan.

b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan

nifas dan perinatal secara terpadu.

c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,

persalinan, nifas, dan perinatal.

d. Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.

e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat

setempat atau terkait.

B. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan Kebidanan

Komunitas

Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut :

1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat,

sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan di

komunitas.

2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat

kemanusiaan klien.

3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.

Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala

Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia)

dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya adalah jumlah

perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/

perkantoran.
8

4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil

kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader

kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.

5. Sistim pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem

pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi

tanggung jawabnya. (Elly Dwi Wahyuni, 2018)

C. Ruang Lingkup Pelayanan di Kebidanan Komunitas

Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area praktik bidan,

yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga, maupun masyarakat luas

dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan nilai-nilai masyarakat setempat

untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan keluarganya.

Dalam praktiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dikenal

dengan proses/manajemen kebidanan. Langkah/proses manajemen kebidanan meliputi

hal berikut ini.

1. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data yang

relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan setiap klien

termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang teliti.

2. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar.

Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana untuk

mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka.

Contoh: hasil pemeriksaan ibu hamil didapatkan konjungtiva pucat dan

pemeriksaan laboratorium penunjang hasil haemoglobin rendah di bawah normal.

Maka ibu dinyatakan diagnosa hamil dengan anemia.


9

3. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien.

Contoh: Ibu hamil dengan anemia, maka rencana yang paling tepat adalah

memberikan tablet zat besi untuk meningkatkan kadar haemoglobin.

4. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil

keputusan untuk kesehatannya.

Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait dengan kondisi kesehatan

yang ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti anjuran dari bidan untuk

mengatasi masalah kesehatannya.

5. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien.

Setiap rencana yang akan dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien

merasa apa yang diberikan merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil yang

anemia perlu penambah zat besi untuk kesehatan ibu dan janin.

Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan kesehatan (promotif)

Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti

ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga

kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.

2. Pencegahan (preventif)

Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat dilakukan adalah

pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.


10

3. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan

Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi

melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus

kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses rujukan tidak

mengalami keterlambatan.

4. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan

Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis,

dengan meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi)

Pada masa pemulihan bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain

(dokter kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai

contoh adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan

tindakan persalinan caesar.

6. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,

kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu ke

lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma

masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune

Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD), kekerasan dalam

rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan injecting drug user (IDU).

D. Sasaran Kebidanan Komunitas

Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui pelayanan

asuhan secara langsung terhadap individu, keluarga, dan kelompok dalam konteks

komunitas. Selain itu juga diperlukan perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh

masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masayarakat

memepengaruhi keluarga, individu dan kelompok. (Elly Dwi Wahyuni, 2018)


11

Sasaran kebidanan komunitas adalah mulai dari individu, keluarga, kelompok dan

masayarakat.

1. Individu diutamakan pada individu yang ditemukan di klinik, rumah dan tempat lain

dengan masalah kesehatan.

2. Keluarga, dengan mengutamakan keluarga yang risiko tinggi terhadap masalah

kesehatan tertentu.

3. Kelompok penduduk, diutamakan pada kelompok penduduk daerah kumuh, daerah

terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu

hamil dll.

4. Masyarakat, yaitu dari satuan masyarakat yang terkecil sampai dengan

masayarakat secara keseluruhan.

Strategi intervensi kebidanan komunitas yaitu proses kelompok, pendidikan

kesehatan, dan kerja sama (kemitraan). Kebidanan komunitas merupkan bentuk

pelayanan/asuhan langsung yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas.

Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kerjasama dengan masyarakat

adalah dengan cara sebagai berikut (Azwar, 2001).

1. Mengorganisir masyarakat

Dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, kunjungan

atau tatap muka untuk menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan kegiatan asuhan

komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2. Mengajar masyarakat seperti perilaku hidup sehat

Sebagai bidan yang berperan sebagi pendidik, seyogyanya menerapkan

tindakan preventif dan promotif, salah satunya adalah bagaimana

menginformasikan perilaku hidup sehat pada individu maupun kelompok. Sebagai


12

contoh adalah memberikan penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan sebelum

makan.

3. Membentuk jaringan kerja

Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas antara lain Puskesmas, Polindes,

Posyandu, BPM, dasawisma, kunjungan rumah pasien (Syahlan, 1996). Di

masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun non kesehatan, seperti PKK,

kelompok ibu-ibu pengajian, dukun beranak, kader kesehatan, perawat, PLKB,

dokter, pekerja sosial, dll. Untuk itu bekerjasama dalam tim menjadi sangat

penting. Dengan demikian bidan sebagai pimpinan tim diharapkan mampu sebagai

pengelola dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas, sehimgga

diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Tujuannya adalah

meningkatkan koordinasi dan komunikasi serta meningkatkan kemampuan

bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan memaksimalkan manfaat

semua pihak. Jaringan kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi

misalnya imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A, Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor (yang

melibatkan intitusi luar) misalnya melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah),

PAUD dan sebagainya.

4. Memberdayakan pihak lain

Pemberdayaan pihak lain adalah pemanfaatan fasilitas dan potensi yang ada

di masyarakat untuk diberdayakan, seperti potensi sumber daya alam, potensi

desa, dan sumber daya manusia atau kader kesehatan. Contohnya adalah bila di

suatu desa ditemukan lahan industri maka pabrik atau instansi terkait terlibat untuk

memberikan fasilitas kesehatan yang sifatnya umum yaitu didirikan tempat Mandi
13

Cuci Kakus (MCK) bagi warga yang tidak memiliki sumber air bersih dan

pembuangan hajat di rumahnya.

5. Membicarakan masalah secara terbuka

Melakukan dialog terbuka atau pertemuan secara formal kepada tokoh

masyarakat untuk menyampikan hasil pendataan tentang status kesehatan

berdasarkan data primer atau data seukunder. Hal ini bertujuan agar masyarakat

dan tokoh terkait mau tahu dan mampu mengatasi masalahnya sendiri secara

swadaya dan gotong royong. Contohnya adalah hasil pendataan tentang masih

banyaknya remaja yang putus sekolah pada usia sekolah.

Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas

meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga,

dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai mana tradisi yang

baik dan membahayakan, budaya yang sensitif gender dan tidak, nilai-nilai

masyarakat yang adil gender dan tidak, dan hukum serta norma yang ternyata

masih melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus mampu bertindak

profesional dalam bentuk :

a. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas

kemanusiaan sebagai bidan.

b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative

(tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua

klien (perempuan, laki-laki, transgender).


14

E. Tugas dan Tanggung Jawab Bidan di Komunitas

Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah pelayanan

tersendiri sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang lain. Peran, fungsi,

tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan dirumuskan sesuai dengan wewenang

yang diberikan pemerintah kepada bidan dalam melaksanakan tugasnya. Asuhan

mendasar kebidanan komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini untuk rujukan,

asuhan kegawatdaruratan, maternal dan neonatal, pertolongan pertama pada penyakit,

pengobatan ringan, asuhan pada kondisi kronik, dan pendidikan kesehatan. Untuk

menangani hal tersebut maka bidan perlu melaksanakan kegiatan seseuai dengan

kewenangannya dalam menjalankan praktik mandiri.

Bidan mempunyai peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar dalam

melaksanakan asuhan kebidanan komunitas.

1. Peran Bidan

Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan

(promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan siklus

kehidupan, melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk

mengatasi masalah kesehatan yang ada di komunitas serta melakukan rujukan

kebidanan bila mana ada kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan

demikian, bidan dituntut harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan.

Dalam upaya pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi ibu

dan anak, maka bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan

peneliti (IBI, 2005).


15

a. Peran sebagai Pelaksana

Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan kepada

wanita dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir, nifas, neoantus, bayi anak dan balita, remaja, masa antara, keluarga

berencana dan lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori

tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.

1) Tugas Mandiri

Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal berikut ini :

a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan

yang diberikan.

b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan

melibatkan mereka sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut

tindakan/layanan bersama klien.

c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan

normal.

d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan

dengan melibatkan klien / keluarga.

e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan

melibatkan klien/keluarga.

g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang

membutuhkan pelayanan keluarga berencana.

h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem

reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause.

i) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan


16

melibatkan keluarga dan pelaporan asuhan.

2) Tugas Kolaborasi

Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan

sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi

dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi.

c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan

dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang

memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi

dengan melibatkan klien dan keluarga.

e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan

risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama

klien dan keluarga.

f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko

tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan

yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

g) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.


17

3) Tugas ketergantungan

Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu :

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan

sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.

b) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada

kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan.

c) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada

masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien

dan keluarga.

d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada

ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan

kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.

e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan

tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta

rujukan dengan melibatkan keluarga.

f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan

tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta

rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.

b. Peran Sebagai Pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan

pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.

1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.

2) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk

melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader

kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah


18

bimbingan dalam wilayah kerjanya.

c. Peran sebagai Pendidik

Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu :

1) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien

2) Melatih dan membimbing kader.

d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator

Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang

kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, yaitu :

1) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan

2) Menyusun rencana kerja pelatihan

3) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

6) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan

mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.

2. Fungsi Bidan

Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan

peranannya. Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka

fungsi bidan adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Pelaksana

Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta

masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.

2) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal,

kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan


19

risiko tinggi.

3) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.

4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.

5) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

6) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.

7) Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah

8) Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.

9) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan

sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal

dan menopause sesuai dengan wewenangnya.

b. Fungsi Pengelola

Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,

keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan

unit kerjanya.

3) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.

4) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang

terkait dengan pelayanan kebidanan.

5) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.


20

c. Fungsi Pendidik

Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok

masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup

kesehatan serta keluarga berencana.

2) Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai

dengan bidang tanggung jawab bidan.

3) Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik

dan di masyarakat.

4) Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang

keahliannya.

d. Fungsi Peneliti

Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan

sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.

2) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

F. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas

Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik

mandiri. Peran bidan di sini sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit kesehatan ibu

dan anak, puskesmas, polindes, posyandu, klinik, dan praktik bidan perorangan. Bidan

di komunitas harus mengenal kondisi kesehaan masyarakat yang selalu mengalami

perubahan. Kesehatan komunitas dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di

masyarakat itu sendiri maupun ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-

kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Bidan harus tetap tanggap terhadap

perubahan tersebut.
21

Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di komunitas adalah :

1. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA

2. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan

3. Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi

4. Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan kewenangannya

5. Menggunakan teknologi tepat guna

II. Konsep Dasar Kebidanan Kehamilan

A. Pengertian kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan didefinisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10

bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional (Kumalasari, 2015).

Menurut Padila (2014), usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30

tahun. Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu, karena itu ibu

hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama suami agar dapat

menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman (Yuliana,

2015).

Maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan hasil dari konsepsi atau

penyatuan sperma dan ovum yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan

lamanya hamil normal berkisar 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, yang terbagi menjadi 3
22

trimester yaitu timester pertama (0-14 minggu), trimester kedua (14-28 minggu), dan

trimester ketiga (28-42 minggu).

B. Tanda-tanda kehamilan

1. Tanda Dugaan Hamil

a. Aminorhea (Terlambat datang bulan)

Aminorhea adalah kondisi dimana wanita yang sudah mampu hamil,

mengalami terlambat haid/ datang bulan. Konsepsi dan nidasi menyebabkan

tidak terjadi pembentukan folikel degraaf dan ovulasi. Pada wanita yang

terlambat haid dan diduga hamil, perlu ditanyakan hari pertama haid

terakhirnya (HPHT). supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran

tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus Naegele

yaitu : TTP : (hari pertama HT + 7), (bulan - 3) dan (tahun + 1). (Kumalasari,

2015).

b. Mual (nausea) dan Muntah (vomiting)

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam

lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi

terutama pada pagi hari yang disebut dengan morning sickness. Akibat mual

dan muntah ini nafsu makan menjadi berkurang.

Dalam batas yang fisiologis hal ini dapat diatasi dengan cara ibu dapat

diberi makanan ringan yang mudah dicerna dan tidak berbau menyengat

(Kumalasari, 2015).

c. Mengidam

Wanita hamil sering makan makanan tertentu, keinginan yang demikian

disebut dengan mengidam, seringkali keinginan makan dan minum ini sangat
23

kuat pada bulan – bulan pertama kehamilan. Namun hal ini akan berkurang

dengan sendirinya seiring bertambahnya usia kehamilan.

d. Syncope (pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan

iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan bila

berada pada tempa-tempat ramai yang sesak dan padat. Keadaan ini akan

hilang sesudah kehamilan 16 minggu (Kumalasari, 2015).

e. Perubahan Payudara

Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara mensekresi kolostrum,

biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu (Sartika, 2016).

Pengaruh estrogen – progesteron dan somatotropin menimbulkan

deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan

tegang, ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil

pertama (Kumalasari, 2015). Selain itu, perubahan lain seperti pigmentasi,

puting susu, sekresi kolostrum dan pembesaran vena yang semakin

bertambah seiring perkembangan kehamilan.

2. Tanda Kemungkinan Hamil

a. Pembesaran Rahim/ Perut

Rahim membesar dan bertambah besar terutama setelah kehamilan 5

bulan, karena janin besar secara otomatis rahim pun membesar dan

bertempat di rongga perut. Tetapi perlu di perhatikan pembesaran perut

belum jadi tanda pasti kehamilan, kemungkinan lain disebabkan oleh mioma,

tumor, atau kista ovarium.


24

b. Perubahan Bentuk dan Konsistensi Rahim

Perubahan dapat dirasakan pada pemeriksaan dalam, rahim membesar

dan makin bundar, terkadang tidak rata tetapi pada daerah nidasi lebih cepat

tumbuh atau biasa disebut tanda Piscasek.

c. Perubahan Pada Bibir Rahim

Perubahan ini dapat dirasakan pada saat pemeriksaan dalam, hasilnya

akan teraba keras seperti meraba ujung hidung, dan bibir rahim teraba lunak

seperti meraba bibir atau ujung bawah daun telinga.

d. Kontraksi Braxton Hicks

Kontraksi rahim yang tidak beraturan yang terjadi selama kehamilan,

kontraksi ini tidak terasa sakit, dan menjadi cukup kuat menjelang akhir

kehamilan. Pada waktu pemeriksaan dalam, terlihat rahim yang lunak seakan

menjadi keras karena berkontraksi.

e. Adanya Ballotement

Ballotement adalah pantulan yang terjadi saat jari telunjuk pemeriksaan

mengetuk janin yang mengapung dalam uterus, hal ini menyebabkan janin

berenang jauh dan kembali keposisinya semula/ bergerak bebas. Pantulan

dapat terjadi sekitasr usia 4-5 bulan, tetapi ballotement tidak dipertimbangkan

sebagai tanda pasti kehamilan, karena lentingan juga dapat terjadi pada

tumor dalam kandungan ibu.

f. Tanda Hegar dan Goodells

Tanda hegar yaitu melunaknya isthmus uteri (daerah yang

mempertemukan leher rahim dan badan rahim) karena selama masa hamil,

dinding –dinding otot rahim menjadi kuat dan elastis sehingga saat di

lakukan pemeriksaan dalam akan teraba lunak dan terjadi antara usia 6-8
25

minggu kehamilan dan tanda goodells yaitu melunaknya serviks akibat

pengaruh hormon esterogen yang menyebabkan massa dan kandungan air

meningkat sehingga membuat serviks menjadi lebih lunak (Kumalasari, Intan.

2015).

g. Tanda Chadwick

Tanda yang berwarna kebiru-biruan ini dapat terlihat saat melakukan

pemeriksaan, adanya perubahan dari vagina dan vulva hingga minggu ke 8

karena peningkatan vasekularitas dan pengaruh hormon esterogen pada

vagina. Tanda ini tidak dipertimbangkan sebagai tanda pasti, karena pada

kelainan rahim tanda ini dapat diindikasikan sebagai pertumbuhan tumor.

3. Tanda Pasti Hamil

a. Denyut jantung janin (DJJ)

Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu ke 17-18. Pada

orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), denyut

jantung janin dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke 12.

Auskultasi pada janin dilakukan dengan mengindetifikasi bunyi-bunyi yang

lain seperti bising tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu. Untuk

memprediksikan keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi DJJ

normal ialah 120-160x/menit.

Pada pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin (DJJ) akan terdengar

jelas dipihak punggung janin dekat pada kepala. Pada presentasi biasa (letak

kepala), tempat ini di kiri atau kanan bawah pusat. Letak Punctum Maksimum

setelah minggu ke-26 gestasi. Pada pemeriksaan punctum maksimum, untuk

mencari letak DJJ, posisi umbilicus berada dipertengahan angka 3 dan 4.

Posisi 1 dan 2 mula-mula didengarkan dipertengahan kuadran bawah


26

abdomen. Posisi 3 jika DJJ tidak ditemukan, dengarkan dipertengahan garis

imaginer yang ditarik dari um` bilicus sampai pertengahan puncak rambut

pubis. 4 jika tidak ditemukan, dengarkan langsung di atas umbilicus.

b. Palpasi

Hal yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi lebih

jelas setelah minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas

minggu ke 24 (Kumalasari, 2015).

C. Perubahan fisik dan psikologis ibu hamil

Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah fertilisasi dan berlanjut

sepanjang kehamilan. Berikut beberapa perubahan anatomi dan fisiologis yang terjadi

pada wanita hamil, diantaranya:

1. Trimester I

a. Perubahan Fisik

Menurut Kurnia (2009), perubahan fisik pada trimester I adalah :

1) Pembesaran Payudara

Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi

peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh

darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan

payudara sebagai persiapan menyusui.

2) Sering buang air kecil

Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini

dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung kencing.

Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan muncul

kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh

kepala janin.
27

3) Konstipasi

Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena

peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot

sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan dari keadaan

ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih baik saat hamil.

4) Morning Sickness, mual dan muntah

Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual

dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut

morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi

setiap saat.

5) Merasa lelah

Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk

menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga

peningkatan hormonal yang dapat mempengaruhi pola tidur.

6) Sakit Kepala

Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil pada

awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh

sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur ke posisi yang

lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit beradaptasi.

Sakit kepala / pusing yang lebih sering daripada biasanya dapat

disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola makan yang

berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan sakit

kepala.
28

7) Kram Perut

Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat

menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang

timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini

sering terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga karena

adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan

ligamen merenggang untuk menyokong rahim.

8) Meludah

Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus

menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning

sickness.

9) Peningkatan Berat Badan

Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan

memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada

peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah

berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena

pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim dan

hormon progresteron yang menyebabkan tubuh menahan air.

b. Perubahan Psikologis

Kehamilan mengakibatkan banyak perubahan dan adaptasi pada ibu

hamil dan pasangan. Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian, penyesuaian seorang ibu hamil terhadap kenyataan bahwa dia

sedang hamil. Fase ini sebagian ibu hamil merasa sedih dan ambivalen. Ibu

hamil mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan depresi teruma


29

hal itu serign kali terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan yang tidak

direncanakan.

Namun, berbeda dengan ibu hamil yang hamil dengan direncanakan dia

akan merasa senang dengan kehamilannya. Masalah hasrat seksual

ditrimester pertama setiap wanita memiliki hasrat yang berbeda-beda, karena

banyak ibu hamil merasa kebutuhan kasih sayang besar dan cinta tanpa

seks.

2. Trimester II

1) Perubahan Fisik

Menurut Kurnia (2009), perubahan fisik pada trimester II adalah :

a) Perut semakin membesar

Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan

melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm

setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim sejajar

dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi pada

kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16

minggu.

b) Sendawa dan buang angin

Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal

ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya perenggangan usus

selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil akan terasa

kembung dan tidak nyaman.


30

c) Pelupa

Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama

kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya adalah

karena tubuh ibu hamil terus bekerja berlebihan untuk perkembangan

bayinya sehingga menimbulkan blok pikiran.

d) Rasa panas di perut

Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi

selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat rahim yang

membesar dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan rileksasi

otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung kearah atas.

e) Pertumbuhan rambut dan kuku

Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih

cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang tidak

diinginkan, seperti di wajah atau di perut. Tapi, tidak perlu khawatir

dengan rambut yang tumbuh tak semestinya ini, karena akan hilang

setelah bayi lahir.

f) Sakit perut bagian bawah

Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di

perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi.

Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim

yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi beberapa menit

dan bersifat tidak menetap.


31

g) Pusing

Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan

trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan

pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.

h) Hidung dan Gusi berdarah

Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah selama masa

kehamilan. Kadang juga mengalami sumbatan di hidung. Ini disebabkan

karena adanya perubahan hormonal.

i) Perubahan kulit

Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan

tersebut bisa berbentuk garis kecoklatan yang dimulai dari puser

(umbilicus) sampai ke tulang pubis yang disebut linea nigra. Sedangkan

kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng kehamilan. Hal ini

dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth mark terjadi

karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas, dan

payudara. Akibat peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal,

sedapat mungkin jangan menggaruknya. Strecth mark tidak dapat

dicegah, tetapi dapat diobati setelah persalinan.

j) Payudara

Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang

kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan

semakin berwarna gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan timbul

disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit.


32

k) Kram pada kaki

Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat

kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium

yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah

menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas.

l) Sedikit Pembengkakan

Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan

hampir 40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena perubahan

hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester

kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama

terlihat pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki. Pembengkakan

akan terlihat lebih jelas pada posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.

2) Perubahan Psikologi

Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan yang baik,

yakni ketika ibu hamil merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan. Di trimester kedua ini ibu hamil akan mengalami dua fase,

yaitu fase praquickening dan pasca-quickening. Di masa fase praquickening

ibu hamil akan mengalami lagi dan mengevaluasi kembali semua aspek

hubungan yang dia alami dengan ibunya sendiri. Di trimester kedua sebagian

ibu hamil akan mengalami kemajuan dalam hubungan seksual. Hal itu

disebabkan di trimester kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan

fisik, kecemasan, kekhawatiran yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi

pada ibu hamil kini mulai mereda dan menuntut kasih sayang dari pasangan

maupun dari keluarganya (Rustikayanti, 2016).


33

3. Trimester III

1) Perubahan Fisik

a) Sistem Reproduksi

(1) Vagina dan Vulva

Vagina terjadi peningkatan vaskularisasi atau penumpukan

pembuluh darah dan pengaruh hormone esterogen yang

menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut dengan

tanda Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi

peningkatan ketebalan mukosa vagina, pelunakan jaringan

penyambung, dan hipertrofi (pertumbuhan abnormal jaringan) pada

otot polos yang merenggang, akibat perenggangan ini vagina

menjadi lebih lunak. Respon lain pengaruh hormonal adalah

seksresi sel-sel vagina meningkat, sekresi tersebut berwarna putih

dan bersifat sangat asam karena adanya peningkatan PH asam

sekitar (5,2 – 6). Keasaman ini berguna untuk mengontrol

pertumbuhan bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit

(Kumalasari, Intan. 2015).

(2) Uterus/ Rahim

Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/ rahim

sebagai ruang untuk menyimpan calon bayi yang sedang tumbuh.

Perubahan ini disebabkan antara lain:

(a) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah

(b) Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan perkembangan

jaringan abnormal) yang meyebabkan otot-otot rahim menjadi


34

lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim

karena pertumbuhan janin.

(c) Perkembangan desidua atau sel-sel selaput lendir rahim

selama hamil.

Ukuran uterus sebelum hamil sekitar 8 x 5 x 3 cm dengan

berat 50 gram (Sunarti, 2013). Uterus bertambah berat sekitar 70 -

1.100 gram selama kehamilan dengan ukuran uterus saat umur

kehamilan aterm adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas >4.000

cc.

Pada perubahan posisi uterus di bulan pertama berbentuk

seperti alpukat, empat bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan

berbentuk bujur telur. Pada rahim yang normal/ tidak hamil sebesar

telur ayam, umur dua bulan kehamilan sebesar telur bebek, dan

umur tiga bulan kehamilan sebesar telur angsa (Kumalasari, Intan.

2015).

Dinding – dinding rahim yang dapat melunak dan elastis

menyebabkan fundus uteri dapat didefleksikan yang disebut

dengan Mc.Donald, serta bertambahnya lunak korpus uteri dan

serviks di minggu kedelapan usia kehamilan yang dikenal dengan

tanda Hegar. Perhitungan lain berdasarkan perubahan tinggi

fundus menurut Nita. (2016: 9) dengan jalan mengukur tinggi

fundus uteri dari simfisis maka diperoleh, usia kehamilan seperti :


35

Tabel 2- 1 Tinggi Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan


Usia Kehamilan Tinggi Fundus
22-28 minggu 24-26 cm
28 minggu 26,7 cm
30 minggu 29-30 cm
32 minggu 29,5-30 cm
34 minggu 30 cm
36 minggu 32 cm
38 minggu 33 cm
40 minggu 37,7 cm
Sumber : Nita (2016: 9)

(3) Serviks

Akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan massa dan

kandungan air meningkat sehingga serviks mengalami penigkatan

vaskularisasi dan oedem karena meningkatnya suplai darah dan

terjadi penumpukan pada pembuluh darah menyebabkan serviks

menjadi lunak tanda (Goodel) dan berwarna kebiruan (Chadwic)

perubahan ini dapat terjadi pada tiga bulan pertama usia

kehamilan.

(4) Ovarium

Pada kehamilan ovulasi berhenti, corpus luteum terus tumbuh

hingga terbentuk plasenta yang mengambil alih pengeluaran

hormon estrogen dan progesteron.

(5) Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan

hiperpigmentasi karena pengaruh Melanocyte Stimulating

Hormone atau hormon yang mempengaruhi warna kulit pada lobus

hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis (kelenjar

pengatur hormon adrenalin). Hiperpigmentasi ini terjadi pada

daerah perut (striae gravidarum), garis gelap mengikuti garis


36

diperut (linia nigra), areola mama, papilla mamae, pipi (cloasma

gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan

berkurang dan hilang.

(6) Payudara

Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan

semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk

memproduksi makanan pokok untuk bayi baru lahir. Perubahan

yang terlihat diantaranya:

(a) Payudara membesar, tegang dan sakit hal ini dikarenakan

karena adanya peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan

suplai darah yang meningkat akibat perubahan hormon

selama hamil.

(b) Terjadi pelebaran pembuluh vena dibawah kulit payudara

yang membesar dan terlihat jelas.

(c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta

muncul areola mamae sekunder atau warna tampak

kehitaman pada puting susu yang menonjol dan keras.

(d) Kelenjar Montgomery atau kelenjar lemak di daerah sekitar

puting payudara yang terletak di dalam areola mamae

membesar dan dapat terlihat dari luar. Kelenjar ini

mengeluarkan banyak cairan minyak agar puting susu selalu

lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat

berkembang biak bakteri.

(e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila di pijat. Mulai

kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan bewarna


37

jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu warna

cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari

kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar

lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung

lemak. Cairan ini disebut kolostrum.

(7) Sistem Sirkulasi Darah (Kardiovaskular)

Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum lebih

besar daripada pertumbuhan sel darah sehingga terjadi

hemodelusi atau pengenceran darah. Volume darah ibu

meningkat sekitar 30%-50% pada kehamilan tunggal, dan 50%

pada kehamilan kembar, peningkatan ini dikarenakan adanya

retensi garam dan air yang disebabkan sekresi aldosteron dari

hormon adrenal oleh estrogen.

Cardiac output atau curah jantung meningkat sekitar 30%,

pompa jantung meningkat 30% setelah kehamilan tiga bulan dan

kemudian melambat hingga umur 32 minggu. Setelah itu volume

darah menjadi relatif stabil (Kumalasari, Intan. 2015).

b) Perubahan Sistem Pernafasan (Respirasi)

Seiring bertambahnya usia kehamilan dan pembesaran rahim,

wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas, hal ini

disebabkan karena usus tertekan ke arah diafragma akibat dorongan

rahim yang membesar. Selain itu kerja jantung dan paru juga bertambah

berat karena selama hamil, jantung memompa darah untuk dua orang

yaitu ibu dan janin, dan paru-paru menghisap zat asam (pertukaran

oksigen dan karbondioksida) untuk kebutuhan ibu dan janin.


38

c) Perubahan Sistem Perkemihan (Urinaria)

Terjadinya hemodelusi menyebabkan metabolisme air makin

lancar sehingga pembentukan air seni pun bertambah. Faktor

penekanan dan meningkatnya pembentukan air seni inilah yang

menyebabkan meningkatnya beberapa hormon yang dihasilkan yaitu

hormoekuensi berkemih. Gejala ini akan menghilang pada trimester 3

kehamilan dan diakhir kehamilan gangguan ini akan muncul kembali

karena turunya kepala janin ke rongga panggul yang menekan kandung

kemih.

d) Perubahan Sistem Endokrin

Plasenta sebagai sumber utama setelah terbentuk menghasilkan

hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) hormon utama yang

akan menstimulasi pembentukan esterogen dan progesteron yang di

sekresi oleh korpus luteum, berperan mencegah terjadinya ovulasi dan

membantu mempertahankan ketebalan uterus. Hormon lain yang

dihasilkan yaitu hormon HPL (Human Placenta Lactogen) atau hormon

yang merangsang produksi ASI, Hormon HCT (Human Chorionic

Thyrotropin ) atau hormon pengatur aktivitas kelenjar tyroid, dan hormon

MSH (Melanocyte Stimulating Hormon) atau hormon yang

mempengaruhi warna atau perubahan pada kulit.

e) Perubahan Sistem Gastrointestinal

Perubahan pada sistem gasrointestinal tidak lain adalah pengaruh

dari faktor hormonal selama kehamilan. Tingginya kadar progesteron

mengganggu keseimbangan cairan tubuh yang dapat meningkatkan

kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot-otot polos, hal ini


39

mengakibatkan gerakan usus (peristaltik) berkurang dan bekerja lebih

lama karena adanya desakan akibat tekanan dari uterus yang

membesar sehingga pada ibu hamil terutama pada kehamilan trimester

3 sering mengeluh konstipasi/sembelit. Selain itu adanya pengaruh

esterogen yang tinggi menyebabkan pengeluaran asam lambung

meningkat dan sekresi kelenjar air liur (saliva) juga meningkat karena

menjadi lebih asam dan lebih banyak menyebabkan daerah lambung

terasa panas bahkan hingga dada atau sering disebut heartburn yaitu

kondisi dimana makanan terlalu lama berada dilambung karena

relaksasi spingter ani di kerongkongan bawah yang memungkinkan isi

lambung kembali ke kerongkongan (Kumalasari, Intan. 2015).

2) Perubahan Psikologis

Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase

penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu hamil

mulai menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga

dia menjadi tidak sabar dengan kehadiran seorang bayi. Ibu hamil

kembali merasakan ketidaknyamanan fisik karena merasa canggung,

merasa dirinya tidak menarik lagi. Sehingga dukungan dari pasangan

sangat dibutuhkan. Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester

kedua menjadi menurun karena abdomen yang semakin membesar

menjadi halangan dalam berhubungan (Rustikayanti, 2016).


40

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

1. Faktor Fisik

a. Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan

dengan kondisi kesehatan ibu hamil. Pengaruh status kesehatan terhadap

kehamilan antara lain:

1) Penyakit atau komplikasi akibat langsung dari kehamilan, seperti

hyperemesis gravidarum, preeklamsi, kelainan lamanya kehamilan,

kehamilan ektopik, kelainan plasenta, atau selaput janin, pendarahan

antepartum, dan gamelli.

2) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan

kehamilan. Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit ini dapat

memperberat serta mempengaruhi kehamilan, contohnya:

(a) Penyakit kelainan bagian kandungan seperti varises vulva,

kelainan bawaan, hematoma vulva, peradangan, gonorea,

diabetes melitus, kista bartholini, fistula vagina, kista vagina,

kelainan bawaan uterus, kelainan letak uterus, tumor uteri, mioma

uteri, karsinoma serviks, karsinoma korpus uteri.

(b) Penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, hipertensi,

stenosis aorta, jantung rematik, endokarditis.

(c) Penyakit darah misalnya anemia karena kehamilan, leukimia,

hemastosis dan kelainan pembekuan darah, purpura

trombositopeni, hipofibrinogenemia.

(d) Penyakit saluran nafas misalnya influenza, bronchitis, pneumonia,

asma bronkiale, TB paru.


41

(e) Penyakit traktus digestivus, misalnya ptialismus, kries, gingivitis,

pirosis, hernia diafragmatika gastritis, ileus, valvulusta, hernia,

appendik, colitis, megakolon, hemmorhoid.

(f) Penyakit hepar misalnya hepatitis, rupture hepar, sirosis hepatis,

ikterus, atrofi hepar, penyakit pancreas.

(g) Penyakit ginjal atau saluran kemih misalnya infeksi saluran kemih,

bakteriuria, sistisis, sindroma nefrotik, batu ginjal, tbc ginjal.

(h) Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan, kelainan

kelenjar gondok, dan kelainan hipofisis.

(i) Penyakit saraf misalnya korea gravidarum, epilepsia, pendarahan

intakranial, tumor otak, poliomyelitis.

(j) Penyakit menular misalnya IMS, AIDS, kondolimata akuminata,

tetanus, erysipelas, difteri, lepra, torch, morbilli, campak, parotitis,

variola, malaria dan lain-lain.

Beberapa pengaruh penyakit terhadap kehamilan adalah terjadi abortus,

intra uterin fetal death, anemia berat, infeksi tranplasental, dismaturitas,

shock, pendarahan.

b. Status Gizi

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa

kehamilan, karena faktor gizi sangat dipengaruhi terhadap status kesehatan

ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin.

Keterbatasan gizi selama hamil sering berhubungan dengan faktor ekonomi,

pendidikan, sosial atau keadaan lain yang dapat meningkatkan kebutuhan

gizi ibu hamil.


42

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat

kesehatan dan kesejahteraan manusia. Pengaruh gizi terhadap kehamilan

sangat penting. Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai

dengan umur kehamilan. Berat badan normal akan menghasilkan anak yang

normal. Demikian juga sebaliknya kenaikan berat badan lebih dari normal,

dapat menimbulkan komplikasi keracunan kehamilan (pre-eklampsi), anak

yang terlalu besar sehingga menimbulkan kesulitan persainan. Jika berat

badan ibu hamil kurang dari normal kemungkinan ibu beresiko keguguran,

anak lahir premature, berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim

mengeluarkan anak, dan pendarahan sehabis persalinan. Kebutuhan zat gizi

pada ibu hamil secara garis besar antara lain:

1) Asam folat, Asam folat ini berfungsi sebagai menurunkan resiko

kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida, dan anansepalus, baik

pada ibu hamil normal maupun beresiko. Minimal pemberian asam folat

dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut 3 bulan pertama

kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk preventif adalah 500 kg

atau 0,5-0,8 mg, sedangkan untuk kelompok beresiko adalah 4 mg/hari.

Bila kekurangan asam folat akan menyebabkan anemia pada ibu dan

cacat bayi yang dilahirkan.

2) Energi, kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses

tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

3) Protein, protein berfungsi sebagai menambah jaringan tubuh ibu seperti

jaringan payudara dan rahim dan dapat diperoleh dari susu, telur, dan

keju.
43

4) Zat besi (Fe), membutuhkan tabahan 700-800 mg zat besi. Jika

kekurangan, bisa terjadi perdarahan sehabis melahirkan.

5) Kalsium, berfungsi sebagai untuk pembentukan tulang dan gigi bayi.

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.

6) Vitamin D, berkaitan dengan zat kapur dan jika kekurangan zat kapur

maka pembentukan gigi geliginya dan lapisan luar gigi tidak sempurna.

7) Yodium, berfungsi sebagai mencegah gondongan dan jika kekurangan

yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan janin menderita kretenisme,

sebuah ketidakmampuan yang mempengaruhi pemikiran.

8) Vitamin A, berfungsi sebagai mencegah rabun ayam, kebutaan dan

membantu tubuh untuk melawan infeksi.

c. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat

baik masyarakat yang bersifat positif meupun kebiasaan bersifat negatif yang

dapat mempengaruhi kesehatan. Pengaruh gaya hidup yang mempengaruhi

kehamilan seperti kebiasaan minum jamu, aktivitas seksual, pekerjaan atau

aktivitas sehari-hari yang terlalu berat, senam hamil, konsumsi alkohol,

merokok, dan kehamilan yang tidak diharapkan.

2. Faktor Psikologi

Faktor psikologi muncul karena ketidakmatangan di dalam perkembangan

emosional dalam kesanggupan seseoraang untuk menyesuaikan diri dengan

situasi tertentu termasuk kehamilan. Faktor psikologi ini mempunyai beberapa

faktor yang mempengaruhi kehamilan, antara lain stressor, dukungan keluarga,

subtance abuse, partner abuse.


44

3. Gaya Hidup

Gaya hidup sehat adalah gaya yang digunakan ibu hamil. Ekonomi juga

selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang cukup dapat

memeriksakan kehamilannya secara rutin. Dengan adanya perencanaan yang baik

sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan

dapat berjalan dengan baik. Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi gaya

hidup antara lain :

a. Faktor lingkungan

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan ibu hamil.

Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini secara bijaksana dan jangan

sampai menyinggung kearifan lokal pada daerah tersebut. Penyampaian

mengenai pengaruh adat dapat melalui beberapa teknik, misalnya media

massa, pendekatan tokoh masyarakat, dan penyuluhan yang menggunakan

media efektif.

b. Faktor sosial

Faktor sosial tergolong menjadi dua macam yaitu :

1) Fasilitas kesehatan, berfungsi sebagai menentukan kualtas pelayanan

pada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit

akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil

serta adanya fasilitas kesehatan ini dapat menurunkan angka kematian

ibu hamil (AKI).

2) Tingkat pendidikan, tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan dalam

kualitas perawatan bayinya. Informasi yang berhubungan dengan

perawatan kehamilan sangat dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan

pengetahuannya. Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi


45

pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya

tentang sesuatu. Pada ibu hamil dengan pendidikan rendah kadang

ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai kesehatannya

maka ia tidak tahu bagaimana cara melakukan perawatan kehamilan

dengan baik.

3) Pekerjaan, Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktifitas dan

tingkat kesejahteraan ekonomi yang didapatkan. Penelitian juga

menunjukkan bahwa ibu hamil yang bekerja akan mempunyai

pengetahuan yang lebih baik dari pada ibu yang tidak bekerja, karena

ibu yang bekerja akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan

orang lain, sehingga lebih mempunyai banyak peluang juga untuk

mendapatkan informasi seputar kesehatannya.

c. Faktor budaya dan adat istiadat

Adat istiadat merupakan akar budaya masayarakat atau kebiasaan yang

dilakukan. Banyak sekali kebiasaan adat istiadat yang masih dipertahankan di

Indonesia untuk mencapai keturunan yang baik secara psikis maupun

jasmani.

Faktor sosial budaya yang mempengaruhi kehamilan seperti larangan

ibu hamil melihat orang menyembelih binatang, upacara tujuh bulan,

kedekatan masyarakat pada dukun beranak, ibu hamil harus makan dua kali

lipat, ibu hamil tidak boleh makan nanas, pisang ambon dan duren, minum es

membuat janin besar, ibu hamil tidak boleh makan daging kambing, minum

air kelapa, minum jamu-jamuan tradisional, minum air rebusan kacang hijau,

peringatan 4 bulanan, ibu hamil tidak boleh makan cabe, ibu hamil tidak boleh

memasak sambil jongkok.


46

d. Faktor ekonomi

Kehidupan berekonomi ada sejak manusia dilahirkan. Kehidupan

berlangsung di lingkup keluarga maupun masyarakat. Dalam kehidupan

sehari-hari nampak berbagai kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Dalam hal ini, terdapat faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi

kehamilan antara lain:

1) Ekonomi rendah menyebabkan gangguan emosi ibu hamil

2) Ekonomi rendah mempengaruhi gizi yang disebabkan gangguan

makanan

3) Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya jumlah anak

4) Ekonomi rendah mempengaruhi saat terjadi pendarahan

5) Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya anak yang disebabkan

kurangnya penyuluhan keluarga berencana.

6) Ekonomi rendah menyebabkan ibu yang sedang hamil dalam

melakukan pemeriksaan mendapatkan fasilitas pelayanan pemeriksaan

yang tidak efektif karena kurangnya biaya yang harus dikeluarkan.

7) Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil yang pendidikannya rendah

tidak mengetahui tentang pemeriksaan kehamilan yang baik.

8) Ekonomi rendah menyebabkan masyarakat khususnya ibu hamil

bertempat tinggal di daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan.

9) Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil berperan penting dalam

masalah transportasi dan biaya lain yang mempengaruhi kehamilan.


47

E. Kebutuhan dasar ibu hamil

Agar janin dapat berkembang secara optimal, maka dalam proses pertumbuhan

dan perkembanganya perlu dipenuhi oleh zat gizi yang lengkap, baik berupa vitamin,

mineral, kalsium, karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Oleh karena itu selama proses

kehamilan seorang ibu hamil perlu mengonsumsi makanan dengan kualitas gizi yang

sehat dan seimbang, karena pada dasarnya selama kehamilan berbagai zat gizi yang

kita konsumsi akan berdampak langsung pada kesehatan dan perkembangan janin ibu

sendiri. Selain gizi yang cukup, kebutuhan dasar selama ibu hamil juga harus

diperhatikan, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi ibu baik fisik maupun

psikologisnya mengingat reaksi terhadap perubahan selama masa kehamilan antara

satu dengan ibu hamil lainya dalam penerimaanya tidaklah sama (Kumalasari 2015).

1. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester I

a. Diet

Diet dalam kehamilan ibu dianjurkan untuk makan-makanan yang

mudah dicerna dan makan-makanan yang bergizi untuk menghindari adanya

rasa mual dan muntah begitu pula nafsu makan yang menurun. Pasien

dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi (150

mg besi sulfat, 300 mg besi glukonat), asam folat (0,4 - 0,8 mg/hari), kalori ibu

hamil umur 23-50 tahun perlu kalori sekitar 23000 kkal), protein (74 gr/hari),

vitamin dan garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium, seng, yodium).

Makan dengan porsi sedikit namun sering dengan frekuensi sedang. Ibu

hamil juga harus cukup minum 6-8 gelas sehari.


48

b. Pergerakan dan gerakan badan

Selain menyehatkan badan dengan bergerak secara tidak langsung hal

ini meminimalkan rasa malas pada ibu untuk melakukan aktivitas-aktivitas

yang tidak terlalu berat bagi ibu selama hamil, bergerak juga mendukung

sistem kerja tubuh ibu selama hamil sehingga ibu yang memiliki nafsu makan

yang tinggi dan berat badan yang lebih dapat terkontrol dan meminimalkan

terjadinya obesitas/ kegemukan selama hamil. Pergerakan badan ibu sebagai

bentuk olahraga tubuh juga bermanfaat melatih otot-otot dalam ibu menjadi

lebih fleksibel/ lentur sehingga memudahkan jalan untuk calon bayi ibu saat

memasuki proses persalinan.

c. Hygiene

Hygiene dalam kehamilan ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan

sehari-hari akan tetapi jangan terlalu lelah sehingga harus di selingi dengan

istirahat. Istirahat yang dibutuhkan ibu 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan untuk mengurangi

kemungkinan infeksi, setidaknya ibu mandi 2-3 kali perhari, kebersihan gigi

juga harus dijaga kebersihannya untuk menjamin pencernaan yang

sempurna.

d. Koitus

Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilannya jika

dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, sebaiknya dihentikan

karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan. Pada ibu yang

mempunyai riwayat abortus, ibu dianjurkan untuk koitusnya di tunda sampai

dengan 16 minggu karena pada waktu itu plasenta telah terbentuk. Pola

seksual pada trimester III saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat
49

libido kembali menurun, bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat

trimester pertama. Perut yang makin membuncit membatasi gerakan dan

posisi nyaman saat berhubungan intim. Pegal dipunggung dan pinggul, tubuh

bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin

mendesak dada dan lambung). Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan

dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan.

Sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai

faktor penyulit. Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan menjaga

kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester terakhir

ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena

orgasme. Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekitar 30 menit hingga

terasa tidak nyaman.

Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat,

atau ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai.

Akan tetapi, jika tidak terjadi penurunan libido pada trimester ketiga ini, hal itu

normal saja. Ibu hamil berhak mengetahui pola seksual karena dapat terjadi

kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme.

e. Ibu diberi imnisasi TT1 dan TT2 (Sartika, Nita. 2016:16)

2. Kebutuhan ibu hamil trimester II

a. Pakaian

Selama kehamilan Ibu dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang

nyaman digunakan dan yang berbahan katun untuk mempermudah

penyerapan keringat. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan sandal

atau sepatu yang berhak tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada

pinggang.
50

b. Pola Makan

Nafsu makan meningkat dan pertumbuhan yang pesat makan ibu

dianjurkan untuk mengkonsumsi protein, vitamin, juga zat besi. saat hamil

kebutuhan zat besi sangat meningkat. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi 90

tablet Fe selama hamil. Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil

disebabkan karena kurangnya mengkonsumsi tablet Fe. Efek samping tablet

Fe adalah kadang terjadi mual karena bau tablet tersebut, muntah, perut tidak

enak, susah buang air besar, tinja berwarna hitam, namun hal ini tidak

berbahaya. Waktu yang dianjurkan minum tablet Fe adalah pada pada malam

hari menjelang tidur, hal ini untuk mengurangi rasa mual yang timbul setelah

ibu meminumnya.

c. Ibu diberi imunisasi TT3

3. Kebutuhan ibu hamil trimester III

a. Nutrisi

Kecukupan gizi ibu hamil di ukur berdasarkan kenaikan berat badan.

Kalori ibu hamil 300-500 kalori lebih banyak dari sebelumnya. Kenaikan berat

badan juga bertambah pada trimester ini antara 0,3-0,5 kg/minggu.

Kebutuhan protein juga 30 gram lebih banyak dari biasanya (Kumalasari,

2015).

Menurut Proverawati (2011), jika tubuh tidak memiliki cukup zat besi,

tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang di butuhkan untuk

membuat darah ekstra, banyak wanita mengalami defesiensi besi pada TM II

dan TM III.
51

b. Seksual

Hubungan seksual pada trimester 3 tidak berbahaya kecuali ada

beberapa riwayat berikut yaitu :

1) Pernah mengalami arbotus sebelumnya

2) Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya

3) Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan disertai rasa

nyeri dan panas pada jalan lahir. Walaupun ada beberapa indikasi

tentang bahaya jika melakukan hubungan seksual pada trimester III bagi

ibu hamil, namun faktor lain yang lebih dominan yaitu turunnya

rangsangan libido pada trimester ini yang membuat kebanyakan ibu

hamil tidak tertarik untuk berhubungan intim dengan pasanganya, rasa

nyaman yang sudah jauh berkurang disertai ketidaknyamanan seperti

pegal atau nyeri di daerah punggung bahkan terkadang ada yang

merasakan adanya kembali rasa mual seperti sebelumnya, hal inilah

yang mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.

c. Istirahat Cukup

Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani,

rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu sendiri dan tumbuh kembang

janinya di dalam kandungan. Kebutuhan tidur yang efektif yaitu 8 jam/ hari

(Nita. 2016).

d. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Penting bagi ibu menjaga kebersihan dirinya selama hamil, hal ini dapat

mempengaruhi fisik dan psikologis ibu. kebersihan lain yang juga penting di

jaga yaitu persiapan laktasi, serta penggunaan bra yang longgar dan

penyangga membantu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi ibu.


52

e. Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan darurat

Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk

mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk mengindentifikasi penolong dan

tempat persalinan, serta perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya

persalinan. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk

mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, seperti:

1) Mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk mencapai

tempat tersebut.

2) Mempersiapkan donor darah

3) Mengadakan persiapan financial

4) Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan

pertama tidak ada ditempat.

5) Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan. Beberapa tanda-

tanda persalinan yang harus ibu ketahui adalah :

(a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur.

(b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada servik.

(c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

(d) Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah

ada.
53

F. Tanda bahaya dalam kehamilan

1. Tanda bahaya kehamilan muda

a. Hyperemesis Gravidarum

Maulana (2008), mendefinisikan hyperemesis gravidarum sebagai suatu

keadaan yang dikarakteristikkan dengan rasa mual dan muntah yang

berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguang keseimbangan elektrolit,

ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung. Jika

tidak ditangani segera masalah yang timbul seperti peningkatan asam lambung

yang selanjutnya dapat menjadi gastristis. Peningkatan asam lambung akan

semakin memperparah hyperemesis gravidarum (Rahma, 2016).

Menurut Ningsih (2012), mual muntah yang timbul terjadi karena adanya

perubahan berbagai hormon dalam tubuh pada awal kehamilan. Presentase

hormon hCG akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan plasenta.

Diperkirakan hormon inilah yang mengakibatkan muntah melalui rangsangan

terhadap otot polos lambung. Sehingga semakin tinggi hormon hCG, semakin

cepat pula merangsang muntah (Rahma, 2016).

Menurut Manuaba (2010), mengemukakan dampak yang terjadi pada

hyperemesis gravidarum yaitu menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan

fungsi sel liver hingga terjadi ikterus. Mual muntah yang berkelanjutan dapat

menimbulkan gangguan fungsi alat-alat vital dan menimbulkan kematian

(Rahma, 2016).

Hyperemesis gravidarum juga dikaitkan dengan peningkatan resiko untuk

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kelahiran Prematur, kecil usia kehamilan,

serta kematian pada perinatal. Klasifikasi hyperemesis gravidarum menurut

Manuaba (2010), yaitu :


54

1) Tingkat I

Hyperemesis gravidarum tingkat I ditandai dengan muntah yang

terus menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum.

2) Tingkat II

Pada hyperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan

semua yang dimakan dan diminu, berat bada cepat menurun, dan ada

rasa haus yang hebat.

3) Tingkat III

Hyperemesis gravidarum tingkat III sangant jarang terjadi. Keadaan

ini merupakan kelanjutan dari hyperemesis tingkat II yang ditandai dengan

muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran menurun

(delirium sampai koma) hingga mengalami ikterus, sianosis, nistagmus,

gangguan jantung dan dalam urin ditemukan billirubin dan protein

(Rahma, 2016).

b. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan yang terjadi pada masa awal kehamilan kurang dari 22

minggu. Pada awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang

sedikit (spotting) di sekitar waktu pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini

adalah perdarahan implantasi (penempelan hasil konsepsi pada dinding rahim)

yang dikenal dengan tanda Hartman dan ini normal terjadi.

Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin terjadi

pertanda servik yang rapuh (erosi). Perdarahan dalam proses ini dapat

dikatakan normal namun dapat diindikasikan terdapat tanda-tanda infeksi.

Perdarahan pervaginam patologis dengan tanda-tanda seperti darah yang

keluar berwarna merah dengan jumlah yang banyak, serta perdarahan dengan
55

nyeri yang hebat. Perdarahan ini dapat disebabkan karena abortus, kehamilan

ektopik atau mola hidatidosa.

Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada

kehamilan < 20 minggu dengan berat janin < 500 gram atau sebelum plasenta

selesai (Kusmiyati, 2009). Jenis-jenis abortus menurut Kusumawati (2014),

diantaranya:

1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval

luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.

2) Abortus provokatus (induced abortion) adalah bentuk abortus yang

disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.

3) Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi karena indikasi medis

seperti riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan kanker.

4) Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–

tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

5) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah bentuk abortus dimana

hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal

adalah desidua atau plasenta. Perdarahan berlangsung banyak, dan

dapat membahayakan ibu.

6) Abortus imminens adalah abortus yang mengancam terjadi di mana

perdarahan kurang dari 20 minggu, dengan atau tanpa kram perut bagian

baway tanpa dilatasi serviks.

7) Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dimana

ekspulsi hasil konsepsi belum terjadi tetapi telah ada dilatasi serviks.

Kondisi ini ditandai pada wanita hamil dengan perdarahan banyak, disertai

nyeri kram peut bagian bawah.


56

8) Abortus tertunda (missed abortion). Menurut WHO, missed abortion

adalah kondisi dimana embrio atau janin nonviable tetapi tidak dikeluarkan

secara spontan dari janin (kurun waktu sekitar 8 minggu).

c. Mola hidatidosa

Menurut Kemenkes RI (2013), mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit

trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada villi khoironok

yang disebabkan oleh poliferasi trofoblastik dan edem.

Diagnosa mola hidatidosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan USG.

Beberapa tanda gejala mola hidatidosa menurut Varney (2007), yaitu :

1) Terdapat mual dan muntah yang menetap, terkadang sering kali menjadi

parah.

2) Terdapat perdarahan uterus pada minggu ke-12 disertai bercak darah dan

perdarahan hebat, namun biasanya berupa rabas yang bercampur darah,

dan cenderung berwarna merah.

3) Tampak ukuran uterus yang membesar namun tidak ada perkembangan/

aktivitas janin.

4) Terdapat nyeri tekan pada ovarium.

5) Tidak ada denyut jantung janin.

6) Saat palpasi, bagian-bagian janin tidak diteraba/ tidak ditemukan.

7) Komplikasi hipertensi akibat kehamilan, preeklampsi/ eklampsi sebelum

usia kehamilan 24 minggu.


57

d. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan

hasil konsepsi berlangsung diluar endometrium kavum uteri. Hampir 95%

kehamilan ektopik terjadi diberbagai segmen tuba fallopi, dan 5% sisanya

terdapat di ovarium, rongga peritoneum dan didalam serviks. Jika terjadi ruptur

disekitar lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan

pasif dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu (RI,

Kemenkes, 2013).

Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi riwayat kehamilan

ektopik sebelumnya, riwayat operasi tubektomi, penggunaan IUD, infertilitas,

riwayat abortus dan riwayat inseminasi buatan/ teknologi bantuan reproduktif

(assisted reproductive technology/ ART).

Gejala awal yang ditimbulkan yaitu perdarahan pervaginam dan bercak

darah, kadang disertai nyeri panggul (Varney, 2007). Diagnosa kehamilan

ektopik dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG.

e. Anemia

WHO menetapkan standar hemoglobin (Hb 11%) pada ibu hamil, jika

kurang dari standar maka dikatakan mengalami anemia. Depkes RI (2009)

mengklasifikasikan anemia pada ibu hamil berdasarkan berat badannya

dikategorikan sebagai anemia ringan dan berat.

Anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah yaitu 8 gr% hingga kurang

dari 11 gr%. Anemia berat apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 8 gr%

(Nurhidayati, 2013).
58

Komplikasi anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya missed

abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran serta dampak pada janin

menyebabkan berat lahir rendah. Macam-macam anemia dalam kehamilan

meliputi :

1) Anemia defisiensi zat besi. Anemia yang ditandai dengan keluhan lemas,

pucat dan mudah pingsan, karena kekurangan zat besi dalam darah dan

kadar Hb < 11 gr%. Dapat ditanggulangi dengan mengkonsumsi makanan

yang kaya zat besi seperti sayur-sayuran dan daging.

2) Anemia megaloblastik. Anemia yang terjadi karena kelainan proses

pembentukan DNA sel darah merah yang disebabkan kekurangan

(defisiensi) vitamin B12 dan asam folat.

3) Anemia hipoplastik. Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung tulang

yang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.

4) Anemia hemolitik. Anemia yang terjadi karena kerusakan sel darah merah

yang berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

f. Hipertensi Gravidarum

Menurut Bobak (2004), hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan sistolik dan distolik sampai atau melebihi 140/ 90 mmHg. Ibu hamil

yang mengalami kenaikan takanan sistolik sebanyak 30 mmHg atau diastolik

sebanyak 15 mmHg perlu dipantau lebih lanjut (Lindarwati, 2012).

Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi

oleh faktor perubahan curah jantung, sistem saraf simpatis, autoregulasi, dan

pengaturan hormon. Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 5 yaitu:

hipertensi kronis, preeklamsi, superimposed, hipertensi gestasional dan

eklamsia. Hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan


59

darahnya mencapai 140/ 90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama

kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut

hipertensi transien apabila tidak terjadi preeklampsia dan tekanan darah

kembali normal dalam 12 minggu postpartum. Hipertensi gestasional dapat

memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan preeklampsia, seperti

nyeri kepala, nyeri epigastrium, trombositipenia (Lindarwati, 2012: 4).

2. Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut

a. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pada masa kehamilan lanjut setelah 22 minggu sampai

sebelum persalinan. Perdarahan pervaginaan dikatakan tidak normal bila ada

tandatanda seperti keluarnya darah merah segar atau kehitaman dengan

bekuan, perdarahan kadang banyak kadang tidak terus menerus, perdarahan

disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa,

solusio plasenta, ruptur uteri, atau dicurigai adanya gangguan pembekuan

darah (Kusumawati, 2014).

b. Plasenta Previa

Plasenta previa didefinisikan sebagai plasenta yang berimplantasi diatas

atau mendekati ostium serviks interna. Beberapa faktor predisposisi yang

menyebabkan terjadinya plasenta previa diantaranya kehamilan ibu sudah usia

lanjut (> 22 minggu), multiparitas, serta mempunyai riwayat seksio caesaria

sebelumnya. Gejala umum yang terjadi pada kasus plasenta previa seperti

terjadi perdarahan tanpa rasa nyeri secara tiba-tiba dan kapan saja, uterus

tidak berkontraksi dan bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul.
60

Jenis-jenis plasenta previa diantaranya :

1) Plsenta previa totalis yaitu posisi plasenta menutupi ostium internal secara

keseluruhan

2) Plasenta previa parsialis yaitu posisi plasenta yang menutupi ostium

interna sebagian saja

3) Plasenta previa marginalis yaitu posisi plasenta yang berada di tepi

ostium interna

4) Plasenta previa letak rendah. yaitu posisi plasenta yang berimplantasi di

segmen bawah uterus.

c. Solusio Plasenta

Pada persalinan normal, plasenta akan lepas setelah bayi lahir, namun

karena keadaan abnormal plasenta dapat lepas sebelum waktunya atau yang

disebut solusio plasenta. Beberapa faktor komplikasi sebagai penyebab solusio

plasenta yaitu hipertensi, adanya trauma abdominal, kehamilan gemelli,

kehamilan dengan hidramnion, serta defisiensi zat besi.

Tanda gejala yang ditimbulkan seperti terjadinya perdarahan dengan nyeri

yang menetap, hilangnya denyut jantung janin (gawat janin), uterus terus

menegang dan kanin naik, perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan

beratnya syok.

d. Ruptur Uteri

Ruptur uteri adalah robeknya dinsing uterus pada saat kehamilan/

persalinan, pada saat umur kehamilan lebihdari 28 minggu. Klasifikasi ruptur

uteri yaitu :
61

1) Ruptur uteri inkomplit (subperitoneal). Yaitu keadaan ruptur yang hanya

terjadi pada dinding uterus yang robek sedangkan lapisan serosa

(pritoneum) tetap utuh.

2) Ruptur uteri komplit (transperiyoneal). Yaitu keadaan ruptur selain pada

dinding uterus yang robek, lapisan serosa (pritoneum) juga robek

sedingga dapat berada di rongga perut.

Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum) yang terjadi

karena dinding uterus lemah yang disebabkan oleh adanya bekas sectio

caesaria, bekas mioma uteri, bekas kuratase/ plasenta manual. Sepsis post

partum, atau terjadi hipoplasia uteri/ uterus abnormal (Dewi, 2015).

e. Sakit kepala

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala

hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat. Terkadang karena sakit

kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya

menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan

adalah gejala dari pre eklampsi. Perubahan visual (penglihataan) secara tiba-

tiba (pandangan kabur) dapat berubah pada masa kehamilan (Kusumawati,

2014). Nyeri kepala hebat pada masa kehamilan dapat menjadi tanda gejala

preeklamsi, dan jika tidak diatasi dapat mnyebabkan komplikasi kejang

maternal, stroke, koagulapati hingga kematian. Sehingga perlu dilakukan

pemeriksaan lengkap baik oedem pada tangan/ kaki, tekanan darah, dan

protein urin ibu sejak dini.


62

f. Penglihatan Kabur

Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat berubah selama

masa kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah perubahan yang normal.

Jika masalah visual yang mengindikasikan perubahan mendadak, misalnya

pandangan menjadi kabur dan berbayang disertai rasa sakit kepala yang hebat,

ini sudah menandakan gejala preeklamsi (Pantiawati, 2010).

Penglihatan kabur dikarenakan sakit kepala hebat, sehingga terjadi oedem

pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf

pusat yang dapat menimbulkan kelainan selebral, dan gangguan penglihatan.

g. Nyeri Perut Hebat

Nyeri pada daerah abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan

normal adalah suatu kelainan. Nyeri abdomen yang mengindikasikan

mengancam jiwa adalah nyeri perut yang hebat, menetap dan tidak hilang

setelah beristirahat, terkadang dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan

lahir. Hal ini bisa berarti appendicitis (radang usus buntu), kehamilan ektopik

(kehamilan di luar kandungan), aborstus (keguguran), penyakit radang panggul,

persalinan preterm, gastritis (maag), solutio placenta, penyakit menular

seksual, infeksi saluran kemih atau infeksi lain (Kusumawati, 2014).

h. Bengkak Pada Muka dan Ekstremitas

Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal

pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah

beristirahat atau dengan meninggikan kaki lebih tinggi daripada kepala.

Bengkak yang menjadi masalah serius yaitu ditandai dengan :

1) Muncul pembengkakan pada muka, tangan dan ekstremitas lainya

2) Bengkak tidak hilang setelah beristirahat


63

3) Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini merupakan

pertanda dari anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung ataupun pre

eklampsia. Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk oedema (bengkak)

karena dengan menurunnya kekentalan darah pada penderita anemia,

disebabkan oleh berkurangnya kadar hemoglobin (Hb, sebagai

pengangkut oksigen dalam darah). Pada darah yang rendah kadar Hb-

nya, kandungan cairannya lebih tinggi dibandingkan dengan sel-sel darah

merahnya (Kusumawati, 2014).

i. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan

16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan melahirkan sebelumnya)

dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama kali hamil). Jika janin tidur,

gerakannya akan melemah. janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam

periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam). Gerakan janin akan lebih mudah

terasa jika ibu berbaring/beristirahat, makan dan minum. (Kusumawati, 2014).

Jika ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah usia 22 minggu/

memasuki persalinan, maka perlu diwaspadai terjadinya gawat janin atau

kematian janin dalam uterus.

j. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

Dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya apabila terjadi sebelum

persalinan yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran/

peningkatan tekanan uteri yang juga dapat disebabkan adanya infeksi yang

dapat berasal dari vagina dan serviks yang dapat dinilai dari cairan ketuban di

vagina. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan 37 minggu

preterm maupun kehamilan aterm.


64

k. Demam Tinggi

Jika suhu ibu hamil berada pada > 38°C dalam kehamilan, ini

menandakan ibu dalam masalah. Demam pada kehamilan merupakan

manifestasi tanda gejala infeksi kehamlan. Penangannya dapat dengan

memiringkan bada ibu kerag kekiri, cukupi kebutuhan cairan ibu dan kompres

hangat guna menurunkan suhu ibu. komplikasi yag ditimbulkan jika ibu

mengalami demam tinggi yaitu sistitis (infeksi kandung kencing) serta infeksi

saluran kemih atas.

G. Penatalaksanaan dalam kehamilan

Manuaba (1998) mendefinisikan Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan

kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Dengan demikian,

mampu menghadapi persalinan, kala nifas, pemberian ASI, dan kembalinya kesehatan

reproduksi secara wajar/ normal (Kumalasari, 2015).

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik

untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantuan

rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Antenatal care adalah pengawasan

sebelum persalinan terutama ditunjukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim (Manuaba, 2010).

Tujuan asuhan kehamilan menurut Mansjoer (2005), diantaranya :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu serta

bayi

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/ komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan
65

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin,

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal (Kumalasari, 2015).

Untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar, ibu hamil

hendaknya sedikitnya melakukan empat kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu:

1. Satu kali kunjungan selama trimester 1 (< 14 minggu)

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu ke- 28-36 dan sesudah

minggu ke-36)

4. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila janin

tidak bergerak lebih dari 12 jam (Kumalasari, 2015).

Menurut Francichandra (2010), kebijakan program pelayanan asuhan antenatal

harus sesuai standar yaitu “14 T” meliputi :

1. Tinggi badan dan timbang berat badan

Bandingkan berat badan sebelum hamil, catat jumlah kg berat badan beberapa

minggu sejak kunjungan terakhir, catat pola perkembangan berat badan. Pada

pemeriksaan kehamilan pertama, perhatikan apakah berat badan ibu sesuai dengan

tinggi badan ibu dan usia kehamilan. Berat badan ibu hamil bertambah 0,5 kg

perminggu atau 6,5 kg sampai 16,5 kg selama kehamilan teori ini menurut Manuaba

(2010 : 95). Bila peningkatan berat badan kurang dari 0,5 kg perminggu, perhatikan

apakah ada malnutrisi. Awasi adanya pertumbuhan janin terhambat, insufisiensi

plasenta, kemungkinan kelahiran prematur. Bila peningkatan berat badan lebih dari
66

0,5 kg perminggu, perhatikan adanya diabetes melitus, kehamilan ganda, hidramion

dan makrosomia (Kusmiyati, 2010).

2. Tekanan darah

Mengukur tekanan darah dilakukan pada saat pertama kali mencatat riwayat

klien, sebagai data dasar. Pada saat setiap pemeriksaan antenatal. Selama

persalinan. Pada kondisi klinis yang telah ditetapkan, misalnya syok dan perdarahan,

serta gejala-gejala seperti sakit kepala, penglihatan kabur dan proteinuria. Hipertensi

akibat kehamilan. Bayi preterm atau bayi sakit. Transfusi darah. Selama dan setelah

pembedahan. Menurut Padila (2014) tekanan darah normalnya 100/70 mmHg

sampai dengan 130/90 mmHg.

3. Tinggi Fundus Uteri (TFU)

4. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan

Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa

mual hilang. Setiap ibu hamil minimal mendapat 90 tablet selama kehamilannya.

Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,5

mg (Kusmiyati, 2009).

5. Tetanus Toksoid (TT)

Menurut Rukiyah (2011; 7) bahwa imunisasi TT pertama diberikan pada usia

kehamilan 16 minggu dan imunisasi TT kedua diberikan 4 minggu setelah TT

pertama.

Tabel 2- 2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT


Antigen Interval Lama Perlindungan Presentase
Perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama - -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80%
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 95%
TT5 1 tahun setelah TT4 Seumur hidup 99%
Sumber : Rukiyah (2011; 7)
67

6. Tes atau pemeriksaan hemoglobin (hb)

Menurut teori Prawirohardjo (2010), kadar hb normal menurut WHO 11 gr% dan

menurut Depkes 10 gr%.

7. Pemeriksaan Veneral Diseases Research Laboratory (VDRL)

Tes laboratorium untuk mendeteksi penyakit menular seksual dan HIV/AIDS,

sifilis.

8. Perawatan payudara (tekan pijat payudara)

9. Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)

10. Temu wicara atau konseling

Mencakup tentang komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh

bidan kepada ibu hamil yang bertujuan untuk memberikan pelayanan antenatal

berkualitas untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan.

11. Tes atau pemeriksaan urin protein

12. Tes atau pemeriksaan urin reduksi

13. Terapi iodium kapsul (khusus daerah endemik gondok)

14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria

H. Sifilis dalam Kehamilan

1. Pengertian sifilis dalam kehamilan

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan adanya lesi primer

kemudian diikuti dengan erupsi sekunder pada area kulit, selaput lendir dan juga organ

tubuh. Penyakit sifilis disebabkan oleh T. pallidum. T. pallidum merupakan salah satu

bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral (Andriana et al, 2012). Terdapat empat

subspesies, yaitu T. pallidum subspesies pallidum yang menyebabkan sifilis, T. pallidum

subspesies pertenue yang menyebabkan yaws, T. pallidum subspesies carateum yang

menyebabkan pinta dan T. pallidum subspesies endemicum yang menyebabkan sifilis


68

endemik (juga disebut bejel) (LaFond & Lukehart, 2006). Klasifikasi bakteri penyebab

sifilis adalah; Kingdom: Eubacteria, Filum: Spirochaetes, Kelas: Spirochaetes, Ordo:

Spirochaetales, Familia: Treponemataceae, Genus: Treponema, Spesies: T. pallidum,

Subspesies: T. pallidum subspesies pallidum (Elvinawaty, 2014) Penularan bakteri ini

biasanya melalui hubungan seksual (membran mukosa vagina dan uretra), kontak

langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya

melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan (Prince SA & Wilson LM, 2006). Bakteri T.

pallidum masuk dengan cepat melalui membran mukosa yang utuh dan kulit yang lecet

lalu masuk ke dalam kelenjar getah bening dan aliran darah, kemudian menyebar ke

seluruh organ tubuh. Bergerak masuk ke ruang intersisial jaringan dengan cara gerakan

cork-screw (seperti membuka tutup botol). Beberapa jam setelah terpapar terjadi infeksi

sistemik meskipun gejala klinis dan serologi belum kelihatan pada saat itu (Elvinawaty,

2014). Darah dari pasien yang baru terkena sifilis ataupun yang masih dalam masa

inkubasi bersifat infeksius. Waktu berkembang biak T. pallidum selama masa aktif

penyakit secara invivo 30-33 jam (LaFond & Lukehart, 2006). Lesi primer muncul di

tempat kuman pertama kali masuk, biasanya bertahan selama 4- 6 minggu dan kemudian

sembuh secara spontan. Pada tempat masuknya, kuman mengadakan multifikasi dan

tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat yang terdiri atas limfosit, makrofag dan sel

plasma yang secara klinis dapat dilihat sebagai papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya

terbatas di tempat masuknya kuman tetapi juga di daerah perivaskuler (T. pallidum berada

diantara endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini mengakibatkan hipertrofi endotel

yang dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler (endarteritis obliterans). Kerusakan

vaskular ini mengakibatkan aliran darah pada daerah papula tersebut berkurang sehingga

terjadi erosi atau ulkus dan keadaan ini disebut chancre (Elvinawaty, 2014). Bakteri T.

pallidum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk spiral yang ramping dengan lebar
69

kira-kira 0,2 μm dan panjang 6-15 μm. Lengkung spiralnya/gelombang secara teratur

terpisah satu dengan lainnya dengan jarak 1 μm, dan rata-rata setiap kuman terdiri dari 8-

14 gelombang. Organisme ini aktif bergerak, berotasi hingga 90º dengan cepat di sekitar

endoflagelnya bahkan setelah menempel pada sel melalui ujungnya yang lancip. Aksis

panjang spiral biasanya lurus tetapi kadang-kadang melingkar, yang membuat organisme

tersebut dapat membuat lingkaran penuh dan kemudian akan kembali lurus ke posisi

semula. Spiralnya sangat tipis sehingga tidak dapat dilihat secara langsung kecuali

menggunakan pewarnaan imunofluoresensi atau iluminasi lapangan gelap dan mikroskop

elektron (LaFond & Lukehart, 2006). Struktur T. pallidum terdiri dari membran sel bagian

dalam, dinding selnya dilapisi oleh peptidoglikan yang tipis, dan membran sel bagian luar.

Flagel periplasmik (biasa disebut dengan endoflagel) ditemukan didalam ruang

periplasmik, antara dua membran. Organel ini yang menyebabkan gerakan tersendiri bagi

T. pallidum seperti alat pembuka tutup botol (Corkscrew) (LaFond & Lukehart, 2006).

Filamen flagel memiliki sarung/selubung dan struktur inti yang terdiri dari sedikitnya empat

polipeptida utama. Genus Treponema juga memiliki filamen sitoplasmik, disebut juga

dengan fibril sitoplasmik. Filamen bentuknya seperti pita, lebarnya 7-7,5 nm. Partikel

protein intramembran membran bagian luar T. pallidum sedikit. Konsentrasi protein yang

rendah ini diduga menyebabkan T. pallidum dapat menghindar dari respons imun pejamu

(Elvinawaty, 2014).

2. Penyebab sifisill dalam kehamilan

Penyebab sifilis ialah Treponema pallidum, yaitu anaerobic spirochete (Copstead, 1995).

T.pallidum berbentuk spiral, dengan panjang 6 sampai 20 µm dan dengan diameter 0,10

sampai 0,18 µm (Holmes, 1999). T. Pallidum ini ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman

pada tahun 1905 (Djuanda, 2010). Sifilis di dapat saat Treponema Pallidum masuk

melalui intact mucous membrane atau kulit yang mengelupas selama melakukan kontak
70

seksual. (Copstead, 1995).

Sifilis pada kehamilan biasanya diperoleh melalui kontak seksual, dimana pada sifilis

kongenital, bayi mendapatkan infeksi sifilis dari transmisi transplasental dari Treponema

pallidum. Penularan melalui hubungan seksual membutuhkan paparan mukosa yang

lembab atau lesi kulit pada sifilis primer atau sekunder. Pasien dengan penyakit sifilis

yang tidak diobati tampaknya dapat pulih, namun dapat mengalami kekambuhan dalam

periode sampai dengan dua tahun. Oleh karena itu, seseorang dapat lebih berisiko

menularkan sifilis pada tahun pertama dan kedua dari periode terinfeksi sifilis yang tidak

diobati.
71

3. Gejala Sifilis

1) Sifilis Primer

Pada tahap awal, gejala sifilis yang akan muncul adalah lesi atau luka pada organ

reproduksi, yaitu di sekitar mulut atau di dalam alat kelamin. Luka yang muncul

mungkin akan terlihat seperti bekas gigitan serangga, tetapi tidak menimbulkan rasa

sakit.

2) Sifilis Sekunder

Memasuki tahap ini, pengidap sifilis akan mulai menunjukkan gejala berupa ruam

merah kecil yang biasa muncul pada telapak kaki dan telapak tangan. Selain ruam,

biasanya ada gejala lain yang juga akan menyertai. Mulai dari demam, nafsu makan

menurun, radang tenggorokan, dan munculnya kutil kelamin.

3) Sifilis Laten

Luka akibat infeksi mungkin akan terlihat sembuh dan tidak meninggalkan bekas,

padahal itu malah menjadi tanda bahwa sifilis sudah memasuki tahap yang lebih

lanjut, yaitu sifilis laten.

4) Tahap akhir

Tahap akhir adalah masa yang paling menular dari rangkaian perkembangan penyakit

sipilis.Jika tidak segera diobati, tahap akhir ini mungkin akan muncul dalam waktu dini

yaitu 1 tahun setelah terinfeksi.

Bahkan, gejala yang ditimbulkan pada tahap akhir penyakit sifilis (sipilis) ini dapat

terlihat setiap saat.Tahap ini akan menyebabkan masalah pembuluh darah dan

jantung yang serius, gangguan mental, kebutaan, masalah sistem saraf, hingga

kematian.Tanda-tanda tahap akhir tergantung kepada komplikasi yang berkembang.

Berbagai komplikasi penyakit sipilis (raja singa) meliputi:

1) Gummata, luka besar di dalam tubuh atau pada kulit.


72

2) Sipilis kardiovaskular, yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah.

3) Neurosipilis, yang mempegaruhi sistem saraf.

Gejala sifilis (sipilis) pada otak

Tanpa perawatan, sifilis dapat menyebar ke organ mana pun dalam tubuh Anda,

termasuk otak (disebut neurosifilis) dan mata (disebut ocular syphilis atau sifilis

mata).Sifilis jenis ini dapat terjadi pada tahap mana pun, entah tahap primer,

sekunder, laten, maupun akhir.Gejala yang ditimbulkan dari sipilis yang menyerang

otak adalah sebagai berikut:

1) Sakit kepala parah.

2) Susah mengatur pergerakan otot.

3) Lumpuh atau tidak bisa menggerakan bagian-bagian tubuh Anda).

4) Mata rasa.

5) Demensia.

Sementara itu, sifilis pada mata akan menunjukkan gejala berupa perubahan dalam

kemampuan penglihatan Anda, bahkan menimbulkan kebutaan.

Gejala sifilis (sipilis) congenital

Bayi yang lahir dari wanita pengidap sifilis dapat terinfeksi bakteri penyebab sifilis

melalui plasenta saat proses persalinan.Kebanyakan bayi dengan kondisi ini tidak

memunculkan kondisi apapun.Namun, ada juga bayi yang mengalami ciri sifilis atau

raja singa berikut ini:

1) Ruam di telapak tangan dan kaki.

2) Tuli.

3) Kelainan bentuk gigi.

4) Pelana hidung, yaitu kondisi ketika batang hidung rusak.


73

5) Bayi yang lahir dengan sifilis kemungkinan juga lahir terlalu cepat

(prematur), lahir dalam keadaan meninggal (stillbirth), atau meninggal setelah

proses persalinan.

Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala-gejala sifilis di atas. Bahkan,

jika perlu, tidak ada salahnya melakukan pemeriksaan rutin untuk melihat kondisi

kesehatan reproduksi Anda.

4. Pengobatan Sifilis

Menurut Wresti, jika ibu hamil ternyata terdeteksikena penyakit sifilis di beri pengobatan,

di beri suntukan benzanthine penisilin G. Suntikan tersebut di injeksi pada bagian

intramuscular (pantat) sebanyak 3 kali suntikan tersebut untuk mengobati janin juga kata

Wresti.

Di kesempatan yang sama, dr. Anthony Handoko, SpKK , FINSDSV menyarankan

pengobatan sifilis harus di segerakan untuk ibu hamil. Bila sudah sudah melahirkan, bayi

langsung di beri pengobatan dan di beri dosis yang sesuai.Setelah, ibu hamil muda sama

seperti pengidap sifilisnya, perlu screning selama 24 bulan hingga hasil tesnya negatif.

Untuk itu Antohny menyarankan pasangan muda, wanita sebelum hamil memeriksa atau

tes HIV , sifilis , dan penyakit lainnya.

Secara umum, pengobatan utama sifilis atau raja singgah adalah dengan suntukan

antibiotik penisilin. Dosis penisilan berbeda-beda tiap penderita, tergantung kondisinya.

Untuk mengatasi sifilis yang masih di tahap awal, penyuntikan penisilin cukup satu

kali( dosis tunggal). Sedangakn pada sifilis tahap lanjut, di perlukan dosis tambahan

sesuai petunjuk dokter.

Sifilis (sipilis) Termasuk penyakit yang dapat di sembuhkan, terutama jika cepat terdeteksi

dan di tangani. Bila sifilis baru di obati saat sudah terjadi kerusakan organ, pengobatan

sifilis tidak bisa memperbaiki kerusakan organ.


74

Antibiotik penisilin juga di berikan kepada ibu hamil yang mengalami sifilis dan bayi yang

melahirkan dari ibu yang menderita sifilis. Bagi penderita sifilis atau raja singa yang alergi

terdapat penisilin, diskusikan kembali manfaat dan resiko pengunaan penisilin.

Setelah di suntuk antibiotik penisilin, beberapa penderita sifilis bisa merasakan reaksi

jarisch-herxheimer. Reaksi ini dapat menimbulkan gejala berupa demam,sait kepala, dan

nyeri otot atau nyeri sendi. Reaksi ini bukan kondisi yang seriusdan biasanya hanya

berlangsung selama satu hari. selama pengobatan berlangsung, penderita tidak di

perbolehkan untuk melakukan hubungan seksual hingga di nyatakan sembuh. Untuk

mencegah penularan, beritahu pasangan tentang kondisi yang di alami agar pasangan

segera melakukan tes sifilis dan segera di obati.

Setelah pengobatan penderita tetap di minta untuk menjalani tes darah secara berkala

guna memastikan bahwa infeksi telah sembuh total. Penderita juga harus tetap waspada

karena masih bisa terinfeksi suflis kembali, meski sudah diobati dan di nyatakan sembuh.

5. Penatalaksanaan Sifilis

Penatalaksanaan yang dapat diberikan berupa terapi. Terapi yang dapat digunakan yaitu

berdasarkan pedoman nasional penanganan infeksi menular seksual 2011 (Kementrian

Kesehatan RI. 2011).

Setelah diketahui penyebabnya yaitu T.pallidum, obat yang dapat diberikan yaitu Benzatin

- benzilpenisilin dan Penisilin - prokain dimana pada stadium dini dosis tunggal dan

stadium lanjut dosis dapat ditingkatkan sebanyak tiga kali.

6. Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut

a. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pada masa kehamilan lanjut setelah 22 minggu sampai sebelum

persalinan. Perdarahan pervaginaan dikatakan tidak normal bila ada tanda-tanda

seperti keluarnya darah merah segar atau kehitaman dengan bekuan, perdarahan
75

kadang banyak kadang tidak terus menerus, perdarahan disertai rasa nyeri.

Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri,

atau dicurigai adanya gangguan pembekuan darah (Kusumawati, 2014).

b. Plasenta Previa

Plasenta previa didefinisikan sebagai plasenta yang berimplantasi diatas atau

mendekati ostium serviks interna. Beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan

terjadinya plasenta previa diantaranya kehamilan ibu sudah usia lanjut (> 22

minggu), multiparitas, serta mempunyai riwayat seksio caesaria sebelumnya. Gejala

umum yang terjadi pada kasus plasenta previa seperti terjadi perdarahan tanpa rasa

nyeri secara tiba-tiba dan kapan saja, uterus tidak berkontraksi dan bagian terendah

janin tidak masuk pintu atas panggul. Jenis-jenis plasenta previa diantaranya :
76

1) Plasenta previa totalis yaitu posisi plasenta menutupi ostium internal secara

keseluruhan.

2) Plasenta previa parsialis yaitu posisi plasenta yang menutupi ostium interna

sebagian saja.

3) Plasenta previa marginalis yaitu posisi plasenta yang berada di tepi ostium

interna.

4) Plasenta previa letak rendah. yaitu posisi plasenta yang berimplantasi di

segmen bawah uterus.

c. Solusio Plasenta

Pada persalinan normal, plasenta akan lepas setelah bayi lahir, namun karena

keadaan abnormal plasenta dapat lepas sebelum waktunya atau yang disebut

solusio plasenta. Beberapa faktor komplikasi sebagai penyebab solusio plasenta

yaitu hipertensi, adanya trauma abdominal, kehamilan gemelli, kehamilan dengan

hidramnion, serta defisiensi zat besi. Tanda gejala yang ditimbulkan seperti

terjadinya perdarahan dengan nyeri yang menetap, hilangnya denyut jantung janin

(gawat janin), uterus terus menegang dan kanin naik, perdarahan yang keluar tidak

sesuai dengan beratnya syok.

d. Ruptur Uteri

Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan/ persalinan,

pada saat umur kehamilan lebihdari 28 minggu. Klasifikasi ruptur uteri yaitu:

1) Menurut keadaan robekan

a) Ruptur uteri inkomplit (subperitoneal). Yaitu keadaan ruptur yang hanya

terjadi pada dinding uterus yang robek sedangkan lapisan serosa

(pritoneum) tetap utuh.


77

b) Ruptur uteri komplit (transperiyoneal). Yaitu keadaan ruptur selain pada

dinding uterus yang robek, lapisan serosa (pritoneum) juga robek

sedingga dapat berada di rongga perut. Ruptur uteri pada waktu

kehamilan (ruptur uteri gravidarum) yang terjadi karena dinding uterus

lemah yang disebabkan oleh adanya bekas sectio caesaria, bekas mioma

uteri, bekas kuratase/ plasenta manual. Sepsis post partum, atau terjadi

hipoplasia uteri/ uterus abnormal (Dewi, 2015: 111).

e. Sakit Kepala

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala

hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat. Terkadang karena sakit kepala

yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur

atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre

eklampsi. Perubahan visual (penglihataan) secara tiba-tiba (pandangan kabur) dapat

berubah pada masa kehamilan (Kusumawati, 2014).

Nyeri kepala hebat pada masa kehamilan dapat menjadi tanda gejala

preeklamsi, dan jika tidak diatasi dapat mnyebabkan komplikasi kejang maternal,

stroke, koagulapati hingga kematian. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lengkap

baik oedem pada tangan/ kaki, tekanan darah, dan protein urin ibu sejak dini.

f. Penglihatan Kabur

Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat berubah selama masa

kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah perubahan yang normal. Jika masalah

visual yang mengindikasikan perubahan mendadak, misalnya pandangan menjadi

kabur dan berbayang disertai rasa sakit kepala yang hebat, ini sudah menandakan

gejala preeklamsi (Pantiawati, 2010). Penglihatan kabur dikarenakan sakit kepala

hebat, sehingga terjadi oedem pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang
78

mempengaruhi sistem saraf pusat yang dapat menimbulkan kelainan selebral, dan

gangguan penglihatan.

g. Nyeri Perut Hebat

Nyeri pada daerah abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan

normal adalah suatu kelainan. Nyeri abdomen yang mengindikasikan mengancam

jiwa adalah nyeri perut yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat,

terkadang dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir. Hal ini bisa berarti

appendicitis (radang usus buntu), kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan),

aborstus (keguguran), penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis (maag),

solutio placenta, penyakit menular seksual, infeksi saluran kemih atau infeksi lain

(Kusumawati, 2014).

b. Bengkak Pada Muka dan Ekstremitas

Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada

kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat

atau dengan meninggikan kaki lebih tinggi daripada kepala. Bengkak yang menjadi

masalah serius yaitu ditandai dengan:

1) Muncul pembengkakan pada muka, tangan dan ekstremitas lainya.

2) Bengkak tidak hilang setelah beristirahat

3) Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini merupakan pertanda dari

anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung ataupun pre eklampsia. Gejala

anemia dapat muncul dalam bentuk oedema (bengkak) karena dengan

menurunnya kekentalan darah pada penderita anemia, disebabkan oleh

berkurangnya kadar hemoglobin (Hb, sebagai pengangkut oksigen dalam

darah). Pada darah yang rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih

tinggi dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya (Kusumawati, 2014).


79

c. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan 16-18

minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan melahirkan sebelumnya) dan 18-20

minggu (primigravida, baru pertama kali hamil). Jika janin tidur, gerakannya akan

melemah. janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan

dalam 12 jam). Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring/beristirahat, makan dan minum. (Kusumawati, 2014). Jika ibu tidak

merasakan gerakan janin sesudah usia 22 minggu/ memasuki persalinan, maka

perlu diwaspadai terjadinya gawat janin atau kematian janin dalam uterus.

d. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

Dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya apabila terjadi sebelum

persalinan yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran/ peningkatan

tekanan uteri yang juga dapat disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari

vagina dan serviks yang dapat dinilai dari cairan ketuban di vagina. Pecahnya

selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan 37 minggu preterm maupun kehamilan

aterm.

e. Demam Tinggi

Jika suhu ibu hamil berada pada > 38°C dalam kehamilan, ini menandakan ibu

dalam masalah. Demam pada kehamilan merupakan manifestasi tanda gejala infeksi

kehamilan. Penangannya dapat dengan memiringkan badan ibu kekiri, cukupi

kebutuhan cairan ibu dan kompres hangat guna menurunkan suhu ibu. komplikasi

yang ditimbulkan jika ibu mengalami demam tinggi yaitu sistitis (infeksi kandung

kencing) serta infeksi saluran kemih atas.


80

7. Tablet Zat Besi

Tablet zat besi bagi ibu hamil adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel

darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk

membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot). Zat besi juga berfungsi

dalam sistim pertahanan tubuh. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata 800-

1000 mg. kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta,

serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin. Kurang lebih 200

mg lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. (Tarwoto & Wasnidar, 2007)

Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini diperlukan

dalam pembentukan darah dalam sintesa haemoglobin (Hb). Seorang ibu saat hamil

menderita kekurangan zat besi yang disebabkan cadangan zat besi didalam tubuh dalam

jumlah yang tidak cukup, hal ini akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin, dapat

berakhir pada kesakitan/kematian ibu dan janin (Moehji, 2007).

Penyebab anemia defisiensi zat besi secara umum ada tiga yaitu kehilangan darah

kronis (pendarahan), asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat

peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk kebutuhan ibu dan janin. (Arisman, 2010)

Fungsi zat besi bagi ibu hamil adalah untuk membentuk sel darah merah, sementara

sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat-zat makanan keseluruh tubuh

serta membantu proses metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi, jika asupan zat

besi ke dalam tubuh berkurang dengan sendirinya sel darah merah juga akan berkurang,

tubuh pun akan kekurangan oksigen akibatnya timbul gejala-gejala anemia. (Hermawan,

2009).
81

Kebutuhan/dosis zat besi selama kehamilan diberikan pada ibu hamil sebanyak satu

tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. Tablet tambah

darah (TTD) mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 miligram besi elemental

dan 0,25 mg asam folat. Tablet tersebut wajib dikonsumsi oleh ibu hamil sebanyak tiga

puluh tablet setiap bulannya untuk mengurangi gejala-gejala anemia saat masa

kehamilan. (Eka, 2013)

Pada gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh

kehamilannya rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg; bila tersedia untuk ekspansi

massa hemoglobin ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit.

Jumlah total ini 1000 mg jelas melebihi cadangan besi pada sebagian besar wanita.

Apabila perbedaan antara jumlah cadangan besi ibu dan kebutuhan besi selama

kehamilan normal yang disebutkan di atas dikompensasi oleh penyerapan besi dari

saluran cerna akan terjadi anemia defisiensi besi. (Hannan, 2012)

Kebutuhan zat besi berdasarkan trimester selama kehamilan sebagai berikut :

a. Pada trimester I : zat besi yang dibutuhkan lebih kurang 1 mg/hari ditambah dengan

kebutuhan janin 30-40 mg

b. Pada trimester II : zat besi yang dibutuhkan lebih kurang 5 mg/hari ditambah

kebutuhan sel darah merah 300 mg dan janin 110 mg

c. Pada trimester III : zat besi yang dibutuhkan lebih kurang 5 mg/hari ditambah

kebutuhan sel darah merah 150 mg dan janin 230 mg.

Berdasarkan uraian di atas, kebutuhan zat besi pada trimester II dan III akan jauh

lebih besar dari trimester I, namun bila ibu hamil trimester II dan III tidak memiliki

simpanan zat besi yang cukup dari berbagai makanan dan suplemen zat besi. Janin juga

sangat membutuhkan zat besi untuk perkembangan dan pertumbuhannya dan ibu

memerlukan untuk persiapan persalinan, maka zat besi yang kurang di dalam tubuh ibu
82

hamil akan berdampak buruk pada ibu dan janinnya. Waktu dan cara minum tablet besi

bagi ibu hamil tidak harus dikonsumsi di awal kehamilan. Pada masa awal kehamilan,

tubuh masih memiliki simpanan zat besi yang cukup yang dapat digunakan untuk

pembentukan sel darah merah. Masuk ke trimester ke-II sampai di trimester ke-III,

cadangan zat besi tubuh akan mulai menurun. Penyerapan besi dapat maksimal apabila

saat minum tablet atau sirup zat besi dengan memakai air minum yang sudah dimasak/ air

putih. Selain itu, tablet besi sebaiknya diminum pada malam hari setelah makan sebelum

tidur untuk mengurangi efek mual. Tablet besi baik dikonsumsi jika bersamaan dengan

vitamin C untuk membantu penyerapan dari zat besi ini. (Eka, 2013)

Mengonsumsi zat besi harus dilakukan dengan interval sedikitnya 6-8 jam, dan

kemudian interval ini ditingkatkan hingga 12 atau 24 jam jika timbul efek samping. Muntah

dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini toksitasi zat besi,

keduanya ini menunjukan perlu mengubah (menurunkan) dosis zat besi dengan segera.

Minum tablet zat besi pada saat makan atau segera sesudah makan dapat mengurangi

gejala mual yang menyertainya tetapi juga akan menurunkan jumlah zat besi yang

diabsorpsi. (Proverawati, 2010)

Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi dalam

makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan pencernaan atau terlampau banyaknya

besi keluar misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat

untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200- 300%. Perkiraan jumlah

zat besi yang diperlukan selama hamil 1040 mg. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin

dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah

sel darah merah, dan 200 mg hilang ketika melahirkan. Kebutuhan Fe selama kehamilan

trimester I relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama
83

trimester III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya

melalui makanan. (Arisman, 2010)

III. Konsep Dasar Persalinan

A. Pengertian Persalinan

Proses persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang kuat teratur dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan

lahirnya plasenta secara lengkap (Kumalasari, 2015).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin (Maryunani, 2016).

Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun bila tidak

dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal. Setiap individu berhak untuk

dilahirkan secara sehat, oleh karena itu, setiap wanita usia subur (WUS), ibu hamil

(bumil), ibu bersalin (bulin), dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang

berkualitas. Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dimana angka kematian Ibu bersalin yang masih cukup tinggi. Keadaan ini

disertai dengan komplikasi yang mungkin saja timbul selama persalinan, sehingga

memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bidang kesehatan, dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menurunkan angka kematian,

kesakitan ibu dan perinatal (Purwandari, dkk, 2014).


84

B. Tanda-tanda Persalinan

1. Tanda Persalinan Sudah Dekat

a. Lightening atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul,

yang disebabkan :

1) Kontraksi Braxton Hicks

2) Ketegangan perut dinding

3) Ketegangan ligamentum rotundum

4) Gaya berat janin di mana kepala kearah bawah

Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul :

1) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang

2) Di bagian bawah terasa sesak

3) Terjadi kesulitan saat bejalan

4) Sering miksi (kencing)

b. Terjadinya his permulaan

Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks, kontraksi ini

dapat dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan

menganggu. (Elisabeth Siwi, 2016).

2. Tanda-tanda inpartu

a. Adanya kontraksi Rahim

Setiap kali otot berkontraksi, rongga uterus menjadi lebih kecil dan

bagian presentasi atau kantong amnion didorong ke bawah ke dalam serviks,

dan otot pada fundus menjadi lebih tebal.

b. Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada

mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna


85

kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang

membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak

dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody slim.

c. Keluarnya air ketuban

Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah, maka

saatnya bayi harus keluar. Bila ibu hamil merasakan ada cairan yang

merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak dapat ditahan lagi, tetapi

tidak disertai mulas atau tanpa sakit, merupakan tanda ketuban pecah dini,

yakni ketuban pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan, sesudah itu

akan terasa sakit karena ada kemungkinan kontraksi.

d. Pembukaan Serviks

Penipisan mendahului dilatasi seviks, pertama-pertama aktivitas uterus

dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian aktivitas

uterus menghasilkan dilatasi serviks yang cepat. Faktor-faktor yang berperan

dalam persalinan adalah :

1) Power (Tenaga yang mendorong bayi keluar)

Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu mengedan, kontraksi

diafragma, dan ligamentum action terutama ligamentum rotundum.

2) Passage (Faktor jalan lahir)

Perubahan pada serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks

dan perubahan pada vagina dan dasar panggul.

3) Passanger

Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala janin

lebih lebar daripada bahu, kurang lebih seperempat dari panjang ibu, 96%
86

bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama. Passanger terdiri dari

janin, plasenta, dan selaput ketuban.

4) Psikis Ibu

Kemampuan klien untuk bekerjasama dengan penolong dan

adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan.

5) Penolong

Meliputi ilmu pengetahuan, ketampilan, pengalaman, kesabaran,

pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara dan multipara.

C. Perubahan Fisiologi dan Patologi Ibu Bersalin

Beberapa perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama proses persalinan yaitu :

1. Tekanan Darah

Meningkatnya tekanan darah selama kontraksi desertai peningkatan sistolik

rata-rata 15 (10 – 20 ) mmHg dan diastolic rata-rata (5 – 10) mmHg pada waktu-

waktu kontraksi tekanan darah kembali ketingkat sebelum persalinan.Dengan

adanya peningkatan tekanan darah tersebut dipastikan wanita yang memang

memilki resiko hipertensi kini resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi,

seperti perdarahan otak. Terdapat beberapa faktor yang dapat merubah tekanan

darah ibu diantaranya :

a. Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, kemudian

diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer.

b. Timbul tahanan perifer, tekananan darah meningkat dan frekuensi denyut

nadi melambat.

c. Rasa sakit, takut dan cemas dapat meningkatkan tekanan darah ibu
87

2. Metabolisme jantung

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob

meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini disebabkan oleh ansietas

(kondisi emosional seperti cemas, takut / khawatir) dan aktifitas otot rangka.

Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,

pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.

3. Suhu

Karena terjadi peningkatan metabolisme , maka suhu tubuh agak sedikit

meningkat selama persalinan terutama selama dan segera setelah persalinan.

Peningkatan suhu yang terjadi tidak boleh melebihi 0,5 - 1° Celcius.

4. Denyut Nadi dan Detak Jantung

Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama

periode persalinan. Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan

masuk kedalam sistem vaskuler ibu. hal ini akan meningkatkan curah jantung

sekitar 10% hingga 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% hingga

50% pada tahap kedua persalinan (Supriatiningsih, 2015).

5. Perubahan Pada Ginjal

Poliuria atau gangguan berkemih berlebihan selama persalinan dapat terjadi

akibat adanya peningkatan kardiak output, filtrasi dalam glomerulus, dan

peningkatan aliran plasma ginjal. Hal lain yang menyebabkan sulit berkemihnya

wanita yaitu: edema pada jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak

nyaman, sedasi, rasa malu, serta posisi ibu saat bersalin terlentang.
88

6. Perubahan Pada Saluran Cerna

Saat persalinan, mobilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat

jauh berkurang, hal ini juga diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam

lamu selama persalinan, sehingga saluran cerna bekerja dengan lambat menjadi

lebih lama.

7. Perubahan Hematologi

Perubahan hematologi meningkat sampai 1,2 % gr/1-00,.selama persalinan

dan akan kembali pada tingkat sebelum persalinan sehari setelah pasca salin

kecuali perdarahan postpartum.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :

1. Power (Tenaga yang mendorong bayi keluar)

Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu mengedan, kontraksi

diafragma, dan ligamentum action terutama ligamentum rotundum.

2. Passage (Faktor jalan lahir)

Perubahan pada serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks dan

perubahan pada vagina dan dasar panggul.

3. Passanger

Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala janin lebih

lebar daripada bahu, kurang lebih seperempat dari panjang ibu, 96% bayi

dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama. Passanger terdiri dari janin,

plasenta, dan selaput ketuban.

4. Psikis Ibu

Kemampuan klien untuk bekerjasama dengan penolong dan adaptasi

terhadap rasa nyeri persalinan.


89

5. Penolong

Meliputi ilmu pengetahuan, ketampilan, pengalaman, kesabaran,

pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara dan multipara.

E. Kebutuhan dasar ibu bersalin

Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar

pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta

dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka ia

harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir dan membantu wanita

yang sedang dalam persalinan.

Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan :

1. Asuhan fisik dan psikologis

Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses persalinan, hal

ini juga yang akan menghindarkan ibu dari infeksi Adapun asuhan yang dapat

diberikan diantaranya :

a. Menjaga kebersihan diri

1) Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya sesudah BAK / BAB

dan menjaga tetap bersih dan kering. Hal ini dapat menimbulkan

kenyamanan dan relaksasi serta menurunkan resiko infeksi karena

dengan adanya kombinasi antara bloody show, keringat, cairan amnion,

larutan untuk pemeriksaan vagina dan juga veces dapat membuat ibu

bersalin marasa tidak nyaman.

2) Mandi di bak / shower dapat menjadi sangat menyegarkan dan santai,

ibu tersebut dapat menjadi marasa sehat tetapi bila fasilitasnya tidak

memungkinkan mandi di tempat tidur juga manyegarkan.


90

b. Berendam

Air telah dihubungkan dengan suatu perasaan sejahtera selam berabad-

abad yang lalu. Ketertarikan dari air dalam persalinan dan kelahiran bayi kini

telah berkembang. Beberapa wanita memilih untuk menggunakan kolam

hanya untuk berendam pada kala satu dan beberapa wanita memilih untuk

melahirkan didalam air.

Beberapa wanita telah memberikan komentar tentang betapa rileksnya

mereka selama berada dalam air. Berendam dapat menjadi tindakan

pendukung dan kenyamanan yang paling menenangkan. Bak yang diperlukan

perlu cukup dalam agar air dapat menutup abdomennya.hal ini memberikan

suatu bentuk hidrotherapy dan kegembiraan yang akan meredakan dan

membentu terhadap kontraksi terhadap ibu bersalin.

c. Perawatan mulut

Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya mempunyai

napas yang bau, bibir kering dan pecah-pecah, tenggorokan kering terutama

jika dia dalam persalinan selama beberapa jam tanpa cairan oral dan tanpa

perawatan mulut. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak

menyenangkan bagi orang disekitarnya.Hal diatas dapat dihindari jika wanita

mampu mencerna cairan selama persalinannya.

d. Pengipasan

Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak

mengeluarkan keringat, bahkan pada ruang persalinan dengan kontrol suhu

terbaikpun mereka akan mengeluh berkeringat pada beberapa waktu tertentu.

jika tempat persalinan tidak menggunakan pendingin akan menyebabkan

perasaan tidak nyaman dan sangat menyengsarakan wanita tersebut. Untuk


91

itu gunakan kipas atau bisa juga bila tidak ada kipas dengan kertas atau lap

yang dapat digunakan sebagai pengganti kipas.

e. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus

Hodneet (2002) dalam Chapman (2003) mengungkapkan bahwa ada

beberapa keuntungan dalam dukungan yang berkesinambungan bagi ibu

bersalin, antara lain :

1) Berkurangnya kebutuhan analgesia farmakologis dan lebih sedikit

epidural

2) Berkurangnya kelahiran instrumental

3) Pembedahan caesar untuk membantu kelahiran menjadi berkurang.

4) Skore apgar < 7 lebih sedikit.

5) Berkurangnya trauma perinatal

Dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping persalinan

diantaranya :

1) Mengusap keringat

2) Menemani / membimbing jalan-jalan

3) Memberikan minum

4) Merubah posisi, dll

f. Pengurangan rasa sakit

Nyeri pada saat persalinan disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi

servik dan distensi perineum. Rasa nyeri yang terjadi saat persalinan dapat

terjadi pada daerah-daerah tertentu saja terutama disekitar perut.


92

Pendekatan – pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut Varney

’s Midwifery :

1) Seorang yang dapat mendukung persalinan

2) Pengaturan posisi

3) Relaksasi dan latihan pernafasan

4) Istirahat dan privasi

5) Penjelasan mengenai proses / kemajuan dan prosedur

6) Asuhan tubuh

7) Sentuhan

g. Penerimaan atas sikap dan perilakunya

Beberapa ibu mungkin berteriak pada puncak kontraksi dan ada pula

yang berusaha untuk diam ada juga yang menangis.Itu semua merupakan

tingkah laku yang pada saat itu hanya dapat dilakukannya.Sebagai seorang

bidan yang dapat dilakukan adalah hanya menyemangatinya dan bukan

memarahinya. Penerimaan akan tingkah lakunya dan sikap juga

kepercayaannya,apapun yang dia lakukan merupakan hal terbaik yang

mampu dia lakukan pada saat itu.

h. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

1) Penjelasan tentang proses dan perkembangan persalinan

2) Penjelasan semua hasil pemeriksaan

3) Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat ketegangan dari

rasa takut
93

F. Penatalaksanaan dalam proses persalinan kala I-IV dan 2 jam post partum

1. Kala I (Pembukaan)

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur

dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10

cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu :

a. Fase Laten

Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menimbulkam

penipisan dan pembukaan serviks bertahap, berlangsung hingga serviks

membuka kurang dari 4 cm pada umumnya fase laten berlangsung hingga 8

jam.

b. Fase Aktif

Fase aktif adalah frekuensi dan lama kontraksi uterus akan menigkat

secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali

atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih,

uterus mengeras waktu kontraksi, serviks membuka. Dari pembukaan 4 cm

hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan

kecepatan rata-rata 1 cm/ jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1

cm hingga 2 cm pada multipara. Pada fase aktif kala II terjadi penurunan

bagian terendah janin tidak boleh berlangsung lebih dari 6 jam. Fase aktif

dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Fase Akselerasi

Pada primigravida pembukaan serviks bertambah dari 3 cm

menjadi 4 cm dalam waktu sekitar 2 jam.


94

2) Fase Dilatasi Maksimal

Pembukaan serviks berlangsung lebih cepat, yaitu 4 cm menjadi 9

cm dalam waktu 2 jam.

3) Fase Deselerasi

Pembukaan serviks melambat dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm)

dalam waktu 2 jam (Sursilla, ilah. 2010: 5-6). Lamanya untuk

primigravida berlangsung 12-14 jam sedangkan pada multigravida

sekitar 6-8 jam (Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014).

2. Kala II (Pengeluaran Janin)

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Pada kala pengeluaran janin his terkoordinasi,

kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun

masuk keruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang secara reflektoris atau otomatis menimbulkan rasa mengejan. Ibu merasa

seperti ingin buang air besar karena tekanan pada rektum dengan tanda anus

terbuka.

Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum

merenggang. Dengan his mengejan yang terpimpin maka akan lahirlah kepala,

diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primigravida berlangsung 1 ½ - 2 jam,

pada multigravida ½- 1 jam (Kumalasari, Intan. 2015).

3. Kala III

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Proses ini

berlangsung setelah kala II yang tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti

sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta

lepas dari lapisan Nitabusch atau jaringan ikat longgar yang melapisinya.
95

Berikut beberapa tanda terlepasnya plasenta, diantaranya:

a. Uterus menjadi berbentuk longgar

b. Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen bawah Rahim

c. Tali pusat semakin memanjang

d. Terjadinya perdarahan

e. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede

(pelepasan plasenta seperti memeras jeruk dan dilakukan untuk melahirkan

plasenta yang belum lepas) pada fundus uterus (Damayanti, Ika Putri, dkk.

2014).

4. Kala IV (Observasi)

Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta sampai dua jam

pertama postpartum (Kumalasari, Intan. 2015). Beberapa hal penting yang harus

diperhatikan pada kala IV persalinan adalah :

a. Kontraksi uterus harus baik

b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genetalia lain

c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap

d. Kandung kencing harus kosong

e. Luka-luka diperineum harus dirawat dan tidak ada hematoma/ pembekuan

darah

f. Resume/ observasi keadaan umum ibu dan bayi (Damayanti, Ika Putri, dkk.

2014).
96

IV. Konsep Dasar Nifas

A. Pengertian nifas

Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ

reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6 minggu

(Farrer. 2001 dalam Kirana, 2015: 26). Nurul Jannah (2011) mengemukakan masa

nifas /puerperium yaitu masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan,

penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum

hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan (dalam Aprilianti, 2016).

Periode post partum adalah periode yang dimulai segera setelah kelahiran anak

dan berlanjut selama sekitar 6-8 minggu setelah melahirkan dimana ibu kembali

kekeadaan semula sebelum hamil (Alkinlabil, et al, 2013).

B. Tahapan masa nifas

Tahapan masa nifas menurut Heryani (2010) terbagi menjadi tiga tahapan yaitu :

1. Puerperium Dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-

jalan.

2. Puerperium Intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang

lebih enam minggu.

3. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan

sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami

komplikasi.
97

C. Perubahan-perubahan dan adaptasi fisiologi dan psikologi ibu nifas

Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas diantaranya yaitu :

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Involusi uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yakni uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini

dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

(Kumalasari, 2015).

Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi

untuk meraba dimana TFU nya (tingggi fundus uteri).

1) Pada saat bayi lahir,fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000

gram.

2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.

3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis

dengan berat 500gram.

4) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat

350 gram.

5) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan

berat 50 gram (Kumalasari, 2015).

Proses involusi uterus ini diantaranya :

1) Iskemia Miometrium. Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang

terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga

membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot

atrofi.
98

2) Atrofi Jaringan. Terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen

saat pelepasan plasenta.

3) Autolysis. Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot

uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah

mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan

lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan

disebabkan karena penurunan hormon esterogen dan progesteron.

4) Efek Oksitosin. Menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot

uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

kurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk

mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan.

b. Lokhea

Lokhea dalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus. Lokhea mempunyai reaksi bas atau alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang

berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap

menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan

volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis

berdasarkan warna dan waktu keluarnya :


99

1) Lokhea rubra / merah

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo

(rambut bayi), dan mekonium.

a) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecoklatan karena berlendir,

serta berlangsung dari hari ke-4 sampai ke-7 post partum.

b) Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

c) Lokhea alba / putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea

alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post

partum(Kumalasari, 2015).

c. Perubahan serviks, vagina dan perineum

1) Perubahan pada serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak

menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini

disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.

Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga rahim.


100

Setelah 2 jam, hanya dapat memasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post

partum, serviks sudah menutup kembali.

a) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina

secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol.

b) Perinium

Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak

maju. Pada post natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan

kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum hamil (Kumalasari, 2015).

d. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah pesalinan. Alat

pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,

pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan

asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya

buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,

peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil,

dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksanansia. Selain konstipasi ibu juga

mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan


101

dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori

yang menyebabkan kurang nafsu makan (Sulistyawati, 2009).

e. Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsur, biasanya ibu akan sulit untuk

buang air kecil dalam 24 jam pertama. Urine dalam jumlah besar akan

dihasilkan dalam 12-36 jam post partum(Sulistyawati, 2009).

f. Perubahan sistem muskuloskelatal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus pembuluh-

pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta

dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma, pelvis, serta fasia yang meregang

pada saat persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi

retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.sebagai akibat

putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat

besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan

kendor untuk sementara waktu (Sulistyawati, 2009).

g. Perubahan sistem endokrin

1) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalina. HCG

(Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap

sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai

onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.


102

a) Hormon pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita

yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu.

FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler

(minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

b) Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga di

pengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama

bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan

progesteron.

c) Kadar estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang

bermakna sehinnga aktifitas prolaktin yang juga sedang

meningkat dapat memengaruhi kelenjar mamae dalam

menghasilkan ASI (Sulistyawati, 2009).

h. Perubahan tanda vital

1) Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikt

(37,50C-380C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,

kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu

badan menjadi biasa.


103

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per

menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.

Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal

dan hal in menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.

3) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan

darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan. Tekanan darah tinggi

pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi

post partum.

4) Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga

akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran

pencernaan (Sulistyawati, 2009).

i. Perubahan sistem kardiovaskuler

Selain kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung

aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh

darah uteri.Penarikan kembali estrogen menyebabkan deuresis yang terjadi

secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi

normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi

(Padila, 2014).
104

D. Kunjungan masa nifas

Kebijakan program nasional masa nifas yaitu paling sedikit empat kali kunjungan

pada nifas dalam rangka menilai status ibu dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi

dan mengurangi masalah-masalah yang terjadi pada masa nifas, diantaranya :

1. Kunjungan I (6 – 48 jam postpartum)

Asuhan yang diberikan antara lain :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Memantau keadaan umum ibu untuk memastikan tidak terjadi tanda-tanda

infeksi

c) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (bounding attachment)

d) Membimbing pemberian ASI lebih awal (ASI ekslusif)

2. Kunjungan II (4 hari – 28 hari)

Asuhan yang diberikan antara lain:

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c) Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu, mengenal asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.


105

3. Kunjungan III (29 hari – 42 hari)

Asuhan yang diberikan antara lain :

a) Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama masa nifas

b) Memberikan konseling KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-

tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi (Kumalasari, 2015).

E. Tanda bahaya masa nifas

Setelah ibu melahirkan, selanjutnya ibu memasuki tahap masa nifas atau lazim

disebut puerperium. Masa nifas dimulai 1 jam setelah plasenta lahir hingga 6 minggu

(42 hari) setelahnya. Menurut Saifuddin, asuhan masa nifas sangat diperlukan karena

masa nifas merupakan masa kritis yang memungkinkan untuk terjadinya masalah-

masalah yang berakibat fatal karena dapat menyebabkan kematian ibu. oleh karena

itu perhatian penuh dari bidan sangat diperlukan salah satunya dengan memberikan

asuhan kebidanan berkesinambungan yang berkualitas secara optimal.

Dampak yang terjadi jika cakupan pelayanan yang diberikan rendah, dapat

menyebabkan permasalahan pada ibu nifas seperti perdarahan post partum, infeksi

saat masa nifas, dan masalah obstetri lainya pada masa nifas (Wahyuni, Sri, 2014).

Tanda bahaya masa nifas yang perlu diwaspadai oleh ibu diantaranya.:

1. Perdarahan Pascasalin

Perdarahan paska persalinan yaitu perdarahan pervaginam yang melebihi

500 ml setelah bayi lahir. Perdarahan pascasalin menurut Kemenkes RI (2014)

dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Perdarahan pascasalin primer (Early Postpartum Haemorrhage), yaitu

perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama paska persalinan segera.

Penyebab perdarahan ini diantaranya atonia uteri, retensio plasenta, sisa

plasenta yang tertinggal, dan robekan jalan lahir.


106

b. Perdarahan pascasalin sekunder (Late Postpartum Haemorrhage), yaitu

perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama paska persalinan.

Penyebab utama perdarahan ini diantaranya robekan jalan lahir, sisa

plasenta yeng tertinggal atau membran. Sakit kepala yang hebat.

Pembengkakan di wajah, tangan dan kaki. payudara yang berubah merah,

panas dan terasa sakit. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan anemia

mudah mengalami infeksi.

2. Infeksi Masa Nifas

Bakteri dapat menjadi salah satu penyebab infeksi setelah persalinan.

Selain kurang menjaga kebersihan dan perawatan masa nifas yang kurang

tepat, faktor lain yang memicu seperti adanya luka bekas pelepasan plasenta,

laserasi pada saluran genetalia termasuk episiotomi pada perineum ataupun

dinding vagina dan serviks. Gejala umum yang dapat terjadi:

a. Temperatur suhu meningkat >38°C

b. Ibu mengalami peningkatan pernapasan (takikardi) dan penurunan

pernapasan (bradikardi) secara drastis, serta tekanan darah yang tidak

teratur

c. Ibu terlihat lemah, gelisah, sakit kepala dan kondisi terburuknya ibu tidak

sadar/ koma

d. Proses involusi uteri terganggu

e. Lokhea yang keluar berbau dan bernanah


107

3. Demam, Muntah dan Nyeri Saat Berkemih

Pada masa nifas ini ibu cenderung mengalami peningkatan suhu badan dan

nyeri saat berkemih. Nyeri ini disebabkan oleh luka bekas episiotomi, atau

laserasi periuretra yang menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu. Demam

dengan suhu >38°C mengindikasikan adanya infeksi, serta terjadinya diuresis

dan overdistensi dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih.

4. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama

Selepas persalinan ibu akan mengalami kelelahan yang amat berat, karena

tenaga ibu bayak terkuras saat menjalani proses persalinannya. Karena kelahan

ini akhirnya berdampak pada nafsu makan ibu yang menurun. Pada masa ini

dukungan keluarga sangat diperlukan dalam membantu ibu untuk tetap makan

dan mencukupi kebutuhan nutrisinya dengan baik.

5. Payudara Berubah Kemerahan, Panas, dan Terasa Sakit

Jika ASI ibu tidak disusukan pada bayinya maka dapat menyebabkan terjadi

bendungan ASI, payudara memerah, panas, dan terasa sakit yang berlanjut pada

mastitis, atau terjadi radang (peradangan pada payudara).

6. Pembengkakan Pada Wajah dan Ekstremitas

Waspadai preeklamsi yang timbul dengan tanda-tanda :

a. Tekanan darah ibu tinggi

b. Terdapat oedem/ pembengkkan di wajah dan ekstremitas

c. Pada pemeriksaan urine ditemukan protein urine


108

F. Kebutuhan dasar ibu nifas

1. Nutrisi dan Cairan

Selama masa nifas, diet sehat sangat dianjurkan pada ibu setelah

melahirkan untuk mempercepat proses penyembuhan dan peningkatan kualitas

produksi ASI. Diet yang dilakukan tentunya harus bermutu dengan nutrisi yang

cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat serta banyak

mengandung cairan dan serat untk mencegah konstipasi. Beberapa asupan yang

dibutuhkan ibu pada masa nifas diantaranya:

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari (3-4 porsi setiap hari)

b. Ibu dianjurkan minum sedikitnya 3 liter per hari, untuk mencukupi kebutuhan

cairan supaya tidak cepat dehidrasi

c. Rutin mengkonsumsi pil zat besi setidaknya selama 40 hari pasca

persalinan

d. Serta tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein/

nikotin

e. Minum kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali yaitu satu kali

setelah melahirkan dan yang kedua diberikan setelah 24 jam selang

pemberian kapsul vitamin A pertama. Pemberian kapsul vitamin A 2 kali

dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6

bulan, dibandingkan pemberian 1 kapsul hanya cukup meningkatkan

kandungan sampai 60 hari.


109

2. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin

bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing

ibu untuk berjalan. Early ambulation tidak diperbolehkan pada ibu postpartum

dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam, dan

sebagainya (RI, Kemenkes: 2014).

Pada ibu dengan postpartum normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-

12 jam postpartum, sedangkan pada ibu dengan partus sectio caesarea ambulasi

dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam postpartum setelah ibu sebelumnya

beristirahat/ tidur. Tahapan ambulasi ini dimulai dengan miring kiri/kanan terlebih

dahulu, kemudian duduk. Lalu apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu

dianjurkan untuk berjalan). Beberapa manfaat ambulasi dini diantaranya :

a. Membuat ibu merasa lebih baik, sehat dan lebih kuat

b. Mempercepat proses pemulihan fungsi usus, sirkulasi, jaringan otot,

pembuluh vena, paru-paru dan sistem perkemihan

c. Mempermudah dalam mengajarkan ibu cara melakukan perawatan pada

bayinya

d. Mencegah terjadinya trombosis akibat pembekuan darah

3. Eliminasi

a. Buang Air Kecil (BAK)

Biasanya dalam waktu 6 jam postpartum ibu sudah dapat melakukan

BAK secara spontan. Miksi normal terjadi setiap 3-4 jam postpartum.

Namun apabila dalam waktu 8 jam ibu belum dapat berkemih sama sekali,

maka katerisasi dapat dilakukan apabila kandung kemih penuh dan ibu sulit

berkemih. Kesulitan BAK antara lain disebabkan spingter uretrus yang


110

tertekan oleh kepala janin dan kejang otot (spasmus) oleh iritasi muskulo

spingter ani selama persalinan, atau adanya edema kandung kemih selama

persalinan.

b. Buang Air Besar (BAB)

Ibu postpartum diharapkan sudah dapat buang air besar setelah hari

ke-2 postpartum. Jika pada hari ke-3 ibu belum bisa BAB, maka

penggunaan obat pencahar berbentuk supositoria sebagai pelunak tinja

dapat diaplikasikan melalui per oral atau per rektal. Kesulitan BAB

(konstipasi) pada ibu antara lain disebabkan selain perineum yang sakit

juga takut luka jahitan perineum terbuka, adanya hemoroid atau obat-

obatan analgesik selama proses persalinan. Kesulitan BAB ini dapat diatasi

dengan melakukan mobilisasi dini, konsumsi makanan tinggi serat,

mencukupi kebutuhan asupan cairan dapat membantu memperlancar BAB

ibu dengan baik.

c. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman ibu. Beberapa langkah yang dapat

dilakukan ibu postpartum dalam menjaga kebersihan dirinya antara lain :

1) Pastikan kebersihan tubuh ibu tetap terjaga dengan cara mandi lebih

sering (2 kali/ hari) dan menjaga kulit tetap kering untuk mencegah

infeksi dan alergi dan penyebarannya ke kulit bayi

2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari arah

depan ke belakang, setelah itu anus. Mengganti pembalut minimal 2

kali sehari. Menganjurkan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air

setiap sebelum dan selesai membersihkan daerah kemaluan. Jika ibu


111

mempunyai luka episiotomy, ibu dianjurkan untuk tidak menyentuh

daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.

3) Melakukan perawatan payudara secara teratur, yaitu dimulai 1-2 hari

setelah bayidilahirkan dan rutin membersihkanya setiap 2 kali sehari.

4) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur. Ibu dianjurkan memakai

pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat, sehingga daerah

seperti payudara tidak terasa tertekan dan kering. Serta pada daerah

lipatan paha, dengan penggunaan pakaian dalam yang longgar tidak

menyebabkan iritasi kulit disekitar selangkangan akibat lokhea.

5) Jika ibu mengalami kerontokan rambut akibat adanya perubahan

hormon, ibu dianjurkan menggunakan pembersih rambut/ kondisioner

secukupnya, dan menyisir rambut dengan sisir yang lembut.

6) Istirahat dan tidur, selama proses pemulihan kondisi fisik dan

psikologis ibu pada masa nifas kebutuhan istirahat ibu harus tercukupi.

Ibu dapat beristirahat dengan tidur siang selagi bayi tidur, atau

melakukan kegiatan kecil dirumah seperti menyapu dengan perlahan-

lahan. Jika ibu kurang istirahat maka dampak yang terjadi seperti

jumlah produksi ASI berkurang, memperlambat proses involusi uteri,

serta meyebabkan depresi dan ketidakmampuan ibu dalam merawat

bayinya.

7) Aktivitas seksual, ibu dapat melakukan aktvitas seksual dengan suami

ibu kapan saja, selama ibu sudah siap, secara fisik aman dan tidak

merasakan nyeri daerah genetalia.


112

8) Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah

persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas

merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan

keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis. Senam nifas dapat

dilakukan saat ibu merasa benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi

atau penyulit selama masa nifas. Selain memulihkan kondisi tubuh ibu

senam nifas dapat mempercepat proses involusi uteri dan

mengembalikan elastisitas otot-otot dan jaringan yang merenggang

waktu persalinan.

G. Penatalaksanaan masa nifas

Menurut Saleha (2009), asuhan kebidanan masa nifas adalah pentalaksanaan

asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai

dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati

sebelum hamil (Aprilianti, 2016). Asuhan masa nifas sangat diperlukan pada periode

ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Sehingga diperkirakan

bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan yang yang terjadi setelah persalinan dan

50% kematian masa nifas yang terjadi dalam 24 jam pertama (Kumalasari, 2015).

Asuhan pelayanan masa nifas yang berkualitas mengacu pada pelayanan sesuai

standart kebidanan, sehingga permasalahan yang terjadi pada masa ibu nifas dapat

diminimalkan atau bahkan tidak terjadi sama sekali. Asuhan masa nifas memiliki

beberapa tujuan diantaranya :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun pikologinya

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati/

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya


113

3. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

KB, menyusui, pemberian imunisasi, dan perawatan bayi sehat

4. Serta memberikan pelayanan keluarga berencana (Kumalasari, 2015: 164).

Kebijakan program nasional masa nifas yaitu paling sedikit empat kali kunjungan

pada nifas dalam rangka menilai status ibu dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi

dan mengurangi masalah-masalah yang terjadi pada masa nifas, diantaranya :

1. Kunjungan I (6 – 48 jam postpartum)

Asuhan yang diberikan antara lain :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Memantau keadaan umum ibu untuk memastikan tidak terjadi tanda-tanda

infeksi

c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (bounding attachment)

d. Membimbing pemberian ASI lebih awal (ASI ekslusif)

2. Kunjungan II (4 hari – 28 hari)

Asuhan yang diberikan antara lain :

a. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu, mengenal asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.


114

3. Kunjungan III (29 hari – 42 hari)

Asuhan yang diberikan antara lain:

a. Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama masa nifas

b. Memberikan konseling KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-

tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi (Kumalasari, 2015).

V. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

A. Pengertian bayi baru lahir

Saifuddin mendefinisikan bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu

jam pertama kelahiran (Dwiendra, 2014). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-

4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan.

Definisi bayi baru lahir menurut Marmi (2012), adalah bayi yang baru mengalami

proses kelahiran dan berusia 0-28 hari. Masa neonatal adalah masa sejak lahir

sampai dengan 4 minggu (28 hari), sesudah kelahiran dimana ada tiga masa yaitu

neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah

lahir, Neonatus dini adalah usia -7 hari dan Neonatus lanjut adalah usia 7-28 hari

(Sholichah, Nanik :2017).


115

B. Perubahan fisiologi bayi baru lahir

Beberapa adaptasi fisiologis yang terjadi setelah bayi lahir menurut Buda S,

Endang (2011), yaitu :

a. Sistem Pernafasan

Pada saat didalam rahim janin mendapatkan O2 dan melepaskan CO2

melalui plasenta. Paru-paru janin mengandung cairan yang disebut surfaktan.

Surfaktan berfungsi untuk mengurangi tekanan permukaan alveoli dan

menstabilkan dinding alveoli sehingga tidak kolaps. Pada proses persalinan

pervaginam terjadi tekanan mekanik dalam dada yang mengakibatkan

pengempisan paru-paru dan tekanan negative pada intra toraks sehingga

merangsang udara masuk.

Ketika tali pusat dipotong maka akan terjadi pengurangan O2 dan akumulasi

CO2 dalam darah bayi, sehingga akan merangsang pusat pernafasan untuk

memulai pernafasan pertama. Pernafasan pertama bayi berfungsi untuk

mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveoli paru-paru

untuk pertama kali sehingga merangsang udara masuk. Ketika bernafas, udara

memenuhi paruparu dan sisa surfaktan diserap oleh pembuluh darah dan linfe

sehingga semua alveoli terisi oleh udara pada saat ini maka terjadi peningkatan

tekanan O2 dalam alveolar sehingga pembuluh darah paru-paru meningkat dan

memperlancar pertukaran gas dalam alveoli sehingga terjadi perubahan sirkulasi

janin menjadi sirkulasi luar rahim. Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur

kedalaman, kecepatan dan iramanya serta bervariasi 30-60 kali per menit,

sebagaimana kecepatan nadi, kecepatan pernafasan juga dipengaruhi oleh

menangis. Pernafasan mudah dilihat atau diamati dengan melihat pergerakan


116

abdomen karena pernafasan neonatus sebagian besar dibantu oleh diafragma

dan otot-otot abdomen.

b. Sistem Sirkulasi Darah

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi

lahir. Foramen ovale, duktus arteriosus dan duktus venosus menutup. Arteri

umbilikus dan vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligamen. Nafas

pertama yang dilakukan oleh bayi baru lahir membuat paru-paru berkembang

dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah mengalir, tekanan

arteri pulmoner menurun. Rangkaian peristiwa merupakan mekanisme besar

yang menyebabkan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner

kembali meningkat ke jantung dan masuk ke kanan bagian kiri sehingga tekanan

dalam atirum kiri meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale

menutup. Selama beberapa hari pertama kehidupan, tangisan dapat

mengembalikan aliran darah melalui foramen ovele sementara dan

mengakibatkan sianosis ringan. Frekuensi jantung bayi rata-rata 140x per menit

saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120-140x per menit. Frekuensi saat

bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada saat usia satu minggu

frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 128x per menit dan 163x per menit saat

bangun. Aritmia sinus (denyut jantung yang tidak teratur pada usia ini dapat

dipersepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis dan sebagai indikasi fungsi

jantung yang baik). Ketika dilahirkan bayi memiliki kadar haemoglobin yang tinggi

sekitar 17 gr/dl dan sebagian besar terdiri dari haemoglobin fetal type (HbF).
117

Jumlah HbF yang tinggi ketika didalam rahim diperlukan untuk

meningkatkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah saat darah yang

teroksigenasi dari plasenta bercampur dengan darah dari bagian bawah janin.

Keadaan ini tidak berlangsung lama, ketika bayi lahir banyak sel darah merah

tidak diperlukan sehingga terjadi hemolisis sel darah merah. Hal ini

menyebabkan ikterus fisiologi pada bayi baru lahir dalam 2-3 hari pertama

kelahiran.

c. Sistem Pencernaan

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme

dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengelmusi lemak.

Mekonium merupakan sampah pencernaan yang disekresikan oleh bayi baru

lahir. Mekonium diakomulasikan dalam usus saat umur kehamilan 16 minggu.

Warnanya hijau kehitam-hitaman dan lembut, terdiri dari mucus, sel epitel, cairan

amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu. Mekonium dikeluarkan

seluruhnya sekitar 2-3 hari setelah bayi lahir. Mekonium pertama dikeluarkan

dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir. Ketika bayi sudah mendapatkan makanan

faeces bayi berubah menjadi kuning kecoklatan, mekonium yang dikeluarkan

menandakan anus yang berfungsi sedangkan faeces yang berubah warna

menandakan seluruh saluran gastrointestinal berfungsi. Dalam waktu 4 atau 5

hari faeces akan menjadi kuning. Bayi yang diberi ASI, faecesnya lembut, kuning

terang dan tidak bau.

Sedangkan bayi yang diberi susu formula berwarna pucat dan agak berbau.

Bayi yang diberi ASI dapat BAB sebanyak 5 kali atau lebih dalam sehari, ASI

sudah mulai banyak diproduksi pada hari ke 4 atau ke 5 persalinan. Walaupun

demikian setelah 3-4 minggu, bayi hanya BAB 1 kali setiap 2 hari. Sedangkan
118

bayi yang diberi susu formula lebih sering BAB tetapi lebih cenderung mengalami

kontipasi. Kapasitas lambung bayi baru lahir sekitar 15-30 ml dan meningkat

dengan cepat pada minggu pertama kehidupan. Pengosongan lambung pada

bayi baru lahir sekitar 2,5 – 3 jam. Imaturitas hati yang fisiologis menghasilkan

produksi glukoronil transferase yang rendah untuk konjugasi bilirubin dan juga

tingginya jumlah sel darah merah yang mengalami hemolysis mengakibatkan

ikterus fisiologis yang dapat terlihat pada hari ketiga atau kelima. Simpanan

glikogen cepat berkurang sehingga early feeding diperlukan untuk

mempertahankan glukosa darah normal. Early feeding diperlukan untuk

menstimulasi fungsi liver dan membantu pembentukan vitamin K.

d. Sistem Pengaturan Suhu

Tubuh Bayi baru lahir memiliki pengaturan suhu tubuh yang belum efisien

dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh bayi

agar tidak terjadi penurunan dengan penatalaksanaan yang tepat misalnya

dengan cara mencegah hipotermi.

Proses kehilangan panas dari kulit bayi dapat melalui proses konveksi,

evaporasi, konduksi dan radiasi. Hal ini dapat dihindari jika bayi dilahirkan dalam

lingkungan yang hangat dengan suhu sekitar 21-24°C, dikeringkan dan

dibungkus dengan hangat. Bayi baru lahir tidak akan mengalami kedinginan dan

dapat meningkatkan produksi panas dengan cara ini. Simpanan lemak coklat

sudah tersedia pada bayi saat dilahirkan, tetapi suhu tubuh bayi menurun lebih

banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panas ketika diperlukan saja.

Lemak coklat diproduksi dibawah bahu, dibelakang sternum dileher disekitar

ginjal dan kelenjar supra renal. Intake makanan yang adekuat juga penting untuk

memproduksi. Jika suhu tubuh bayi menurun lebih banyak energi digunakan
119

untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan akan terjadi

peningkatan penggunaan O2.

Bayi baru lahir yang kedinginan akan terlihat tidak aktif dan dia akan

mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan

pernafasannya serta menangis. Sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori

yang mengakibatkan hipoglikemi yang akan ditimbulkan dari efek hipotermi

begitu juga hipoksia dan hyperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil juga

mengindikasikan terjadinya infeksi sehingga setiap tindakan yang dilakukan

harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh

bayi yang normal sekitar 36,5 – 37,5°C.

e. Sistem Ginjal

Janin mengeluarkan urina dalam cairan amnion selama kehamilan.

Walaupun ginjal pada bayi sudah berfungsi, tapi belum sempurna untuk

menjalankan fungsinya. Kemampuan filtrasi glomerular masih sangat rendah,

maka kemampuan untuk menyaring urine belum sempurna. Sehingga cairan

dalam jumlah yang banyak diperlukan untuk mengeluarkan zat padat. Jika bayi

mengalami dehidrasi ekskresi zat padat seperti urea dan sodium klorida akan

terganggu. Bayi baru lahir harus BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir. Awalnya

urine yang keluar sekitar 20-30 ml/ hari dan meningkat menjadi 100-200 ml/ hari

pada akhir minggu pertama ketika intake cairan meningkat.

f. Sistem Adaptasi Imunologi

Dalam rahim janin mendapatkan perlindungan infeksi oleh kantong ketuban

yang masih utuh dan barier plasenta, walaupun demikian ada mikroorganisme

tertentu yang dapat melewati plasenta dan menginfeksi janin. Bayi baru lahir

sangat rentang terhadap infeksi terutama yang masuk melalui mukosa yang
120

berhubungan dengan sistem pernafasan dan gastrointestinal. Bayi mempunyai

beberapa imunoglobulin seperti IgG, IgA dan IgM. Selama trimester akhir

kehamilan terjadi transfer transparental imonuglobulin IgG dari ibu ke janin. Hal

ini memberikan perlindungan pada janin untuk memberikan pertahanan terhadap

infeksi yang didapatkan dari antibody itu. Antibody yang terbentuk memberikan

kekebalan pasif pada bayi sekitar 6 bulan, sedangkan IgM dan IgA tidak mampu

untuk melewati barier plasenta tetapi dapat dihasilkan oleh janin beberapa hari

setelah lahir. Tingkat imunoglobulin IgG bayi sama atau kadang lebih tinggi dari

ibunya, hal ini disebabkan karena adanya kekebalan pasif selama bulan pertama

kehidupan. Sedangkan IgM dan IgA rata-rata 20% dari orang dewasa yang

dibutuhkan selama 2 tahun untuk sama dengan orang dewasa. Tingkat IgM dan

IgA yang relative rendah dapat memudahkan terjadinya atau masuknya infeksi.

IgA dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi pada saluran pernafasan,

gastrointestinal, dan mata. ASI terutama kolostrum dapat memberikan kekebalan

pasif pada bayi sebagai perlindungan terhadap infeksi dalam bentuk

Lactobacillua bifidus, lactoferin, lysozym dan pengeluaran IgA. Pemberian ASI

juga membantu perkembangbiakan bakteri tertentu dalam usus yang akan

mengakibatkan suasana asam yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

patogen. Oleh karena itu setiap tindakan pada bayi harus berprinsip untuk

mencegah terjadinya infeksi.

g. Sistem Reproduksi

Spermatogenesis pada bayi laki-laki belum terjadi sampai mencapai

pubertas, tetapi pada bayi perempuan sudah terbentuk folikel primodial yang

mengandung ovum pada saat lahir. Pada kedua jenis kelamin ini pengambilan

estrogen dari ibu untuk pertumbuhan payudara yang kadang-kadang disertai


121

secret pada hari keempat atau kelima. Hal ini tidak membutuhkan perawatan

karena akan hilang dengan sendirinya. Pada bayi perempuan kadang terjadi

pseudomenstruasi dan labia mayora sudah terbentuk menutupi labia minora.

Pada laki-laki testis sudah turun kedalam skrotum pada akhir 36 minggu

kehamilan.

h. Sistem Rangka Tubuh

Pertumbuhan otot lebih banyak terjadi dengan hipertropi dibandingkan

dengan hiperplasia. Pemanjangan dan pengerasan tulang yang belum sempurna

dapat memfasilitasi pertumbuhan episis. Tulang yang berada dibawah tengkorak

tidak mengalami pengerasan. Hal ini penting untuk pertumbuhan otak dan

memudahkan proses moulase pada waktu persalinan. Moulase dapat hilang

beberapa hari setelah kelahiran. Fontanela posterior menutup setelah 6-8

minggu, sedangkan fontanela anterior membuka sampai 18 bulan. Pengkajian

terhadap hidrasi dan tekanan intrakaranial dapat dilakukan dengan palpasi

fontanel.

i. Sistem Syaraf

Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lainnya, sistem syaraf belum

matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol yang minim

oleh kortex serebri terhadap sebagian besar batang otak dan aktivitas refleks

tulang belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi

sosial. Adanya beberapa aktivitas refleks yang terdapat pada bayi baru lahir

menandakan adanya kerjasama antara sistem syaraf dan sistem

muskuloskeretal. Refleks tersebut antara lain :


122

1) Reflek Morro

Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan

melebarkan jari-jari lalu mengembalikan dengan tarikan yang cepat seakan-

akan memeluk seseorang. Reflek dapat diperoleh dengan memukul

permukaan yang rata yang ada didekatnya dimana dia terbaring dengan

posisi terlentang. Bayi seharusnya membentangkan dan menarik tangannya

secara sistematis. Jari-jari akan meregang dengan ibu jari dan telunjuk

membentuk huruf C, kemudian tangan terlipat dengan gerakan memeluk

dan kembali pada posisi rileks. Kaki juga dapat mengikuti gerakan serupa.

Reflek Morro biasanya ada pada saat lahir dan hilang setelah usia 3-4

bulan.

2) Reflek Rooting

Reflek ini timbul karena adanya stimulasi taktil pada pipi dan daerah

mulut, bayi akan memutar kepala seakan – akan mencari puting susu.

Reflek Rooting ini berkaitan erat dengan reflek menghisap dan dapat dilihat

jika pipi atau sudut mulut dengan pelan disentuh bayi, akan menengok

secara spontan kearah sentuhan, mulutnya akan terbuka dan mulai

menghisap. Reflek ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan.

3) Reflek Sucking

Reflek ini timbul bersama dengan reflek rooting untuk menghisap

puting susu dan menelan ASI.

4) Reflek Batuk dan Bersin

Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan.


123

5) Reflek Graps

Refleks yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi

maka bayi akan menutup telapak tangannya. Respon yang sama dapat

diperoleh ketika telapak kaki digores dekat ujung jari kaki, menyebabkan jari

kaki menekuk. Ketika jari-jari kaki diletakkan pada telapak tangan bayi, bayi

akan menggenggam erat jari-jari. Genggaman telapak tangan bayi biasanya

berlangsung sampai usia 3-4 bulan. Jari kaki akan menekuk kebawah,

reflek ini menurun pada usia 8 bulan, tapi masih dapat dilihat sampai usia 1

tahun.

6) Reflek Walking dan Stapping

Reflek ini timbul bila bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan

spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum bisa

berjalan. Reflek ini kadang-kadang sulit diperoleh sebab tidak semua bayi

kooperatif. Meskipun secara terus menerus reflek ini dapat dilihat.

Menginjak biasanya berangsur-angsur menghilang pada usia 4 bulan.

7) Reflek Tonic Neck

Reflek jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau kekiri

jika diposisikan tengkurap. Reflek ini tidak dapat dilihat pada bayi yang

berusia 1 hari, meskipun sekali reflek ini kelihatan, reflek ini dapat diamati

sampai bayi berusia 3-4 bulan.

8) Reflek Babinsky

Reflek bila ada rangsangan pada telapak kaki akan bergerak keatas

dan jari – jari lain membuka. Reflek ini biasanya hilang setelah berusia 1

tahun.
124

9) Reflek Galant/ Membengkokkan Badan

Ketika bayi tengkurap goreskan pada punggung menyebabkan pelvis

membengkokkan kesamping. Jika punggung digores dengan keras kira –

kira 5 cm dari tulang belakang dengan gerakan kebawah, bayi merespon

dengan membengkokkan badan kesisi yang digores. Refleks ini berkurang

pada usia 2-3 bulan.

10) Reflek Bauer/ Melangkah

Reflek ini terlihat pada bayi aterm dengan posisi tengkurap, pemeriksa

menekan telapak kaki. Bayi akan merespon dengan membuat gerakan

merangkak. Reflek ini menghilang pada usia 6 minggu.

j. Intergumentary Sistem

Kulit bayi sangat sensitive terhadap infeksi oleh karena itu penting untuk

menjaga keutuhan kulit. Masuknya mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi.

Oleh karena itu Ig A tidak ada pada saat lahir dan baru terbentuk sekitar 2

minggu setelah lahir, maka imunitas kulit dan usus berkurang. Kelenjar keringat

sudah ada pada saat lahir tapi kadang-kadang belum berfungsi secara efisien.

Verniks kaseosa yang melindungi kulit bayi dan diproduksi oleh kelenjar sebasea

sedangkan bintik-bintik putih kecil yang dinamakan milia sudah ada pada waktu

lahir. Pengelupasan kulit hanya dimulai beberapa hari setelah lahir, sedangkan

jika kulit bayi sudah mengelupas pada saat lahir hal ini mengidentifikasi bahwa

sudah terjadi serotinus, IUGR atau infeksi intra uterin seperti sifilis.
125

C. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

Menurut Kumalasari (2015) ciri – ciri bayi baru lahir diantaranya:

1. Berat badan 2500-4000 gram

2. Panjang badan lahir 48-52 cm

3. Lingkar dada 30-38 cm

4. Lingkar kepala 33-35 cm

5. Frekuensi jantung 120-160 kali/ menit

6. Suhu bayi 36,5OC-37,5OC

7. Pernapasan ± 40 – 60 kali/ menit

8. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

9. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

10. Kuku agak panjang dan lemas

11. Genetalia

a. Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

b. Pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

12. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

13. Reflek moro/ gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecokelatan.

D. Kebutuhan dasar bayi baru lahir

1. Merawat tali pusat : sesudah atau sebelum lepas

2. Menilai APGAR pada menit ke 1,5 dan 10. Normal APGAR 7-10, asfiksia ringan 4-6

3. Nutrisi 12 jam belum perlu, ini untuk memungkinkan bayi istirahat dan mengeluarkan

lendir namun tergantung kebijakan masing-masing rumah sakit.

4. Stimulasi melalui sentuhan atau belaian atau pandangan menyusui.


126

5. Identifikasi

6. Kebersihan

7. Profilaksis : tetes mata, vitamin K dan Hb0

8. Mempertahankan suhu tubuh bayi

9. Antopometri

10. Menentukan gestasi

11. Pakaian dan selimut

12. Posisi dan lingkungan : miring dengan kepala sedikit rendah,lingkungan hangat dan

tenang.

E. Penatalaksanaan bayi baru lahir

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir

dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi (dalam satu jam pertama kehhidupan).

Dengan memegang prinsip asuhan segera, aman, dan bersih untuk bayi baru lahir

(Kumalasari, Intan, 2015). Asuhan segera yang dilakukan dengan memperhatikan aspek-

aspek berikut :

1. Selalu menjaga bayi tetap kering dan hangat

2. Usahakan kontak kulit ibu dengan bayi (skin to skin), segera setelah melahirkan badan :

a. Secepat mungkin menilai pernafasan, serta bayi diletakkan diatas perut ibu

b. Dengan kain bersih dan kering membersihkan muka bayi dari lendir dan darah

untuk mencegah jalan udara terhalang

c. Bayi sudah harus menangis/ bernafas secara spontan dalam waktu 30 detik

setelah lahir, jika bayi belum menangis bernafas dalam waktu 30 detik, segera cari

bantuan, lalu mulai melakukan langkah – langkah resusitasi.


127

3. Jaga bayi tetap hangat (kontak skin to skin antara ibu dan bayi)

a. Mengganti handuk/ kain yang basah dengan handuk kering, lalu segera bungkus

bayi dengan selimut

b. Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi tiap 15 menit :

1) Bila keadaan tubuh bayi dingin segera periksa suhu axilla bayi

2) Bila suhu < 36,5°C, segera untuk menghangatkannya

c. Menilai pernafasan

Periksa pernafasan dan warna kulit bayi tiap 5 menit :

1) Bila bayi tidak segera bernafas, segera lakukan : resusitasi

2) Bila bayi mengalami sianosis/ sukar bernafas (frekuensi nafas < 30 atau > 60

X/menit) segera beri O2 kateter nasal.

4. Perawatan Mata

Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1 % untuk mencegah

penyakit mata kerena klamidia (penyakit menular seksual yang dapat menginfeksi mata

bayi), salep diberikan pada jam pertama setelah kelahiran

5. Asuhan Bayi Baru Lahir

Dalam waktu 24 jam, tindakan penanganan yang dilakukan yaitu:

a. Melanjutkan pengamatan pernafasan, warna kulit dan aktifitas bayi

b. Pertahankan suhu bayi tetap normal (36,5 – 37,5°C)

c. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam

d. Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, kepala tertutup.


128

Tabel 2- 3 Sistem Penilaian APGAR

Tanda 0 1 2
Appeatance Pucat/biru seluruh Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) tubuh ekstermitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada <100 >100
(Denyut jantung)
Grimace Tidak ada Ekstermitas sedikit fleksi Gerakan
(Tonus otot) kuat/melawan
Activity Tidak ada Sedikit gerak Gerakan
(Aktifitas) aktif/langsung
menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak teratur Menangis
(Respirasi)
Sumber : (Dwiendra R, Octa, 2014: 6).

Keterangan :

Nilai 1-3 asfiksia berat

Nilai 4-6 asfiksia Sedang

Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)

6. Pemeriksaan fisik

a. Menggunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan

bertindak lembut

c. Melakukan inspeksi (lihat), auskultasi (dengar) dan palpasi (raba/ rasakan tiap –

tiap) daerah dari kepala sampai dengan kaki, bila ada masalah segera cari bantuan

dan rekam hasil pemeriksaan.

7. Beri vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada

bayi baru lahir. Bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberikan Vitamin K per oral

1 mg/ hari selama 3 hari. Bayi risiko tinggi diberi vitamin K parenteral dosis 0,5 – 1 mg

IM.
129

8. Perawatan lain

a. Perawatan tali pusat, dengan memastikan tali pusat dalam keadaan kering. Tali

pusat umumnya berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera

setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan.

Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke

luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh

delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi

(umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam satu

minggu setelah lahir dan luka akan sembuh dalam 15 hari (Meiliya & Karyuni,

2008).

b. Dalam waktu 24 jam bila ibu dan bayi belum pulang, beri imunisasi BCG, Polio dan

Hepatitis B.

c. Ajarkan cara perawatan bayi, seperti :

1) Memberikan ASI sesuai kebutuhan tiap 2 – 3 jam (4 Jam), sesring mungkin

2) Pertahankan bayi tetap bersama ibu

3) Jaga bayi agar tetap bersih, hangat dan kering

4) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering

5) Pegang, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi

6) Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi hingga 24 jam setelah

persalinan. Jaga kontak kulit antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi

dengan topi.
130

d. Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu :

1) Keluhan tentang bayinya

2) Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat

persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV/ AIDS,

penggunaan obat)

3) Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi jika ada

4) Warna air ketuban

5) Riwayat bayi buang air kecil dan besar

6) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap

e. Lakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip sebagai berikut :

1) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)

2) Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan

tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.

VI. Konsep Dasar Balita

A. Pengertian balita

Balita merupakan anak yang berusia diatas satu tahun atau biasa juga disebut

dengan bayi di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia (2014) seorang anak dikatakan balita apabila anak berusia 12

bulan sampai dengan 59 bulan. Price dan Gwin (2014) mengatakan bahwa seorang

anak dari usia 1 sampai 3 tahun disebut batita atau toddler dan anak usia 3 sampai 5

tahun disebut dengan usia pra sekolah atau preschool child. Usia balita merupakan

sebuah periode penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak

(Febry, 2008).
131

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan balita merupakan

usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Proses

pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda-beda, bisa cepat maupun

lambat tergantung dari beberapa faktor diantaranya herediter, lingkungan, budaya

dalam lingkungan, sosial ekonomi, iklim atau cuaca, nutrisi dan lain-lain (Aziz, 2006

dalam Nurjannah, 2013).

B. Karakteristik balita

Anak usia 1 sampai 3 tahun akan mengalami pertumbuhan fisik yang relatif

melambat, namun perkembangan motoriknya akan meningkat cepat (Hatfield, 2008).

Anak mulai mengeksplorasi lingkungan secara intensif seperti anak akan mulai

mencoba mencari tahu bagaimana suatu hal dapat bekerja atau terjadi, mengenal arti

kata “tidak”, peningkatan pada amarahnya, sikap yang negatif dan keras kepala

(Hockenberry, 2016).

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak memiliki karakteristik yang

berbeda-beda di setiap tahapannya. Karakteristik perkembangan pada balita secara

umum dibagi menjadi 4 yaitu negativism, ritualism, temper tantrum, dan egocentric.

Negativism adalah anak cenderung memberikan respon yang negatif dengan

mengatakan kata “tidak”. Ritualism adalah anak akan membuat tugas yang sederhana

untuk melindungi diri dan meningkatkan rasa aman. Balita akan melakukan hal secara

leluasa jika ada seseorang seperti anggota keluarga berada disampingnya karena

mereka merasa aman ada yang melindungi ketika terdapat ancaman.

Karakteristik selanjutnya adalah Temper tantrum. Temper tantrum adalah sikap

dimana anak memiliki emosi yang cepat sekali berubah. Anak akan menjadi cepat

marah jika dia tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dia lakukan. Erikson

tahun 1963 menyatakan Egocentric merupakan fase di perkembangan psikososial


132

anak. Ego anak akan menjadi bertambah pada masa balita. Berkembangnya ego ini

akan membuat anak menjadi lebih percaya diri, dapat membedakan dirinya dengan

orang lain, mulai mengembangkan kemauan dan mencapai dengan cara yang

tersendiri serta anak juga menyadari kegagalan dalam mencapai sesuatu (Price dan

Gwin, 2014; Hockenberry, 2016).

Perkembangan selanjutnya pada anak usia 3 tahun adalah anak mulai bisa

menggunakan sepeda beroda tiga, berdiri dengan satu kaki dalam beberapa detik,

melompat luas, dapat membangun atau menyusun menara dengan menggunakan 9

sampai 10 kubus, melepaskan pakaian dan mengenakan baju sendiri. Usia 4 tahun,

anak dapat melompat dengan satu kaki, dapat menyalin gambar persegi, mengetahui

lagu yang mudah, eksplorasi seksual dan rasa ingin tahu yang ditunjukkan dengan

bermain seperti menjadi dokter atau perawat. Anak usia 5 tahun dapat melempar dan

menangkap bola dengan baik, menyebutkan empat atau lebih warna, bicara mudah.

C. Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya

senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni :

1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).

Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha

menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.

2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.

Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak

tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.

3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi

keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-

lain. Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks
133

ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada

tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi organ tubuh anak,

disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:

a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan

b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala

c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham

d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot

e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan

sebagainya

Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis. Sebaliknya,

berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional pada tiap bulannya.

Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses pertumbuhannya

berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal

terjadinya gangguan atau hambatan proses pertumbuhan.

Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah dengan

mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada Kartu

Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula

berat dan tinggi badannya. Cara lainnya yaitu dengan pemantauan status gizi.

Pemantauan status gizi pada bayi dan balita telah dibuatkan standarisasinya oleh

Harvard University dan Wolanski. Penggunaan standar tersebut di Indonesia telah

dimodifikasi agar sesuai untuk kasus anak Indonesia.

Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya pada diri

balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan (maturasi) kemampuan

personal dan kemampuan sosial.


134

1. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat

penginderaan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya. Kemampuan fungsi

penginderaan meliputi :

a. Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan lain-lain.

b. Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak pembicaraan

dan lain-lain

c. Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.

d. Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba benda, dan

lain-lain.

e. Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan minuman.

Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :

a. Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar, mencoret-coret,

menulis dan lain-lain.

b. Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.

c. Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.

d. Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan lain-lain.

e. Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia, percaya diri,

empati, rasa iba dan lain-lain.

f. Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami, mengerti,

membandingkan dan lain-lain.

g. Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat, merangkai,

menciptakan objek dan lain-lain.

2. Kemampuan sosial. Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari

kemampuan personal yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan

beragam aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar berinterkasi


135

dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang telah berusia satu tahun

dan mampu berjalan, dia akan senang jika diajak bermain dengan anak-anak

lainnya, meskipun ia belum pandai dalam berbicara, ia akan merasa senang

berkumpul dengan anak-anak tersebut. Dari sinilah dunia sosialisasi pada

ligkungan yang lebih luas sedang dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-

temanya itu.

D. Kebutuhan utama proses tumbuh kembang

Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang Dalam proses tumbuh kembang, anak

memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a. Kebutuhan akan

gizi (asuh); b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi dini

(asah) (PN.Evelin dan Djamaludin. N. 2010).

1. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh).

Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak yang

merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini, perkembangan kemampuan

berbahasa, berkreativitas, kesadaran social, emosional dan inteligensi anak berjalan

sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang

fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti

makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya,

berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang

proses tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara

baik, perkembangan otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun

akan berkembang sebagai dampak perkembangan bagian otak yang mengatur sistem

sensorik dan motoriknya. Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan

berdampak pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan tubuhnya akan

terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit.


136

2. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih).

Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan kasih

sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak. Orang tua perlu

menghargai segala keunikan dan potensi yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat

atas kebutuhan emosi atau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas

secara emosi, terutama dalam kemampuannya membina hubungan yang hangat

dengan orang lain. Orang tua harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi

anak-anaknya. Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru unsur-unsur

positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak sepanjang hal tersebut dapat

diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.

3. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah)

Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan tertentu

pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak masih dalam

kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal.

Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhansentuhan lembut secara

bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek

warna, mengenal huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong

munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas dan lain-lain.

Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat merangsang

kecerdasan majemuk (multiple intelligences) anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi,

kecerdasan linguistic, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan

kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan

interpersonal, dan kecerdasan naturalis.


137

VII. Konsep Dasar Keluarga Berencana

A. Pengertian keluarga berencana dan alat kontrasepsi

Keluarga berencana adalah salah satu metode untuk mengendalikan jumlah

penduduk (Meihartati, 2017). Keluarga berencana (family planning/ planned

parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanankan jumlah dan

jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Winarsih, 2015).

WHO mendefinisikan KB sebagai pola hidup/ cara berfikir yang ditetapkan secara

sukarela, berdasarkan pengetahuan, sikap dan keputusan serta tanggung jawab dari

individu pasangan tersebut, untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahtraan

kelompok dan dengan demikian berkontribusi secara aktif terhadap masalah sosial

dan pembangunan sebuah negara (Saba, 2014).

Menurut Manuaba (2012), Keluarga Berencana dilaksanakan dengan berbagai

macam metode kontrasepsi diantaranya metode kontrasepsi sederhana seperti:

kondom, diafragma, pantang berkala, dan coitus interuptus. Metode kontrasepsi efektif

hormonal seperti : pil, susuk, dan suntikan. Metode kontrasepsi mekanis seperti:

AKDR/IUD. Serta metode kontrasepsi mantap seperti Metode Operasi Wanita (MOW)

dan Metode Operasi Pria (MOP), hal ini sesuai dengan kebutuhan dan indikasi pasien

yang ingin memilihnya (Winarsih, 2015).

Kontrasepsi metode hormonal telah tersedia dalam sejumlah bentuk yaitu: pil

(kombinasi dan hanya berisi progestin), kontrasepsi darurat, suntikan, implan, cincin

dalam vagina, kontrasepsi transdermal dan IUD hormonal (Winarsih, 2015). Keluarga

Berencana dianggap sebagai salah satu faktor penting untuk menyelesaikan masalah

kesehatan dan kehidupan sosial dengan mengoperasionalkan “pembatasan dan

strategi merawat anak” yang tentunya sangat bergantung pada ketersediaan dan
138

aksebilitas metode kontrasepsi modern seperti pil, kondom, injeksi IUD, sterilisasi dan

lain-lain., di pusat kesehatan terdekat.

B. Jenis dan cara kerja alat kontrasepsi

1. Metode Kontrasepsi Sederhana (Tanpa Alat)

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1) Pengertian

Metode Amenorea Laktasi (MAL) disebut juga metode

kontrasepsi alami dengan mengandalkan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi. Bila dilakukan secara benar,

resiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 6 bulan setelah

persalinan.

2) Cara kerja

Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu :

a) Menekan ovulasi

b) Mencegah implantasi

c) Mengentalkan lendir serviks

d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan

terganggu.

3) Keuntungan

Keuntungan menggunakan kontrasepsi ini diantaranya :

a) Selain biaya murah, mendorong pola menyusui yang benar

sehingga membawa manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi.

b) Tidak memerlukan pengawasan medik, ataupun obat/alat

c) Tidak mengganggu senggama

d) Tidak ada efek amping yang sistemik


139

e) Sebagai sumber gizi utama dalam tumbuh kembang bayi, bayi

dapat mendapat kekebalan aktif pasif melalui ASI

f) Mengurangi perdarahan pada ibu

g) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayinya.

b. Metode kalender

1) Pengertian

Menghitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan

pantang berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender merupakan

salah satu cara atau metode kontrasepsi alami dan sederhana yang

dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan cara tidak

melakukan senggama pada masa subur.

2) Mekanisme kerja

Menggunakan 3 patokan yaitu ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid

yang akan datang, sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam

setelah ejakulasi dan ovum hidup 24 jam setelah ovulasi. Jadi jika

konsepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari sekurang-kurangnya

selama 3 hari yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah

ovulasi.

3) Teknik metode kalender

Haid hari pertama dihitung sebagai ke 1. Masa subur adalah hari

ke 12 hingga hari ke 16 dalam siklus haid. Seorang wanita

menentukan masa suburnya tidak teratur dengan :

a) Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan

awal masa suburnya.


140

b) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk

menentukan akhir dari masa suburnya (Dewi, 2013:163).

4) Keuntungan

a) Dapat digunakan oleh setiap wanita.

b) Tidak membutuhkan alat/pemeriksaan khusus.

c) Tidak mengganggu saat hubungan seksual.

d) Menghindari resiko kesehatan yang berkaitan dengan

kontrasepasi.

e) Tidak memerlukan biaya

f) Tidak memerlukan tempat pelayanan

2. Metode Kontrasepsi Sederhana (Dengan Alat)

a. Kondom

1) Pengertian

Kondom adalah alat kontrasepsi berbentuk selubung karet yang

dapat terbuat dari bahan seperti: lateks (karet), plastik (vinil), atau

bahan alami (produk hewani) yang dapat di pasang pada penis saat

berhubungan seksual.

2) Cara kerja

Kontrasepsi kondom bekerja dengan menghalangi terjadinya

pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di

ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma

tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.

Efektivitasnya bila digunakan dengan benar, resiko kehamilan adalah

2 diantara 100 ibu dalam 1 tahun.


141

3) Keuntungan

Keuntungan kontrasepsi ini diantaranya :

a) Dapat mencegah penularan penyakit menular seksual dan

konsekuensinya, seperti: kanker serviks.

b) Tidak ada efek samping hormonal dan mudah didapat dapat

digunakan sebagai metode sementara atau cadangan (backup)

sebelum menggunakan metode lain. Kekuranagan dari metode

ini yaitu keberhasilan sangat dipengaruhi cara penggunaanya,

sehingga harus disiapkan sebaik mungkin sebelum berhubungan

seksual. Selain itu dampak lain yang ditimbulkan dari pemakaian

kondom yaitu dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang

dengan alergi lateks.

3. Metode Kontrasepsi Hormonal

a. Kontrasepsi suntik Progestin (Depot Medroksi Progesteron Asetat/ DMPA)

1) Pengertian kontrasepsi progestrin

Menurut Verney (2006), kontrasepsi progestin adalah kontrasepsi

suntikan yang berisi hormon progesteron saja dan tidak mengandung

hormon esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot

medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular

(IM) setiap 12 minggu (Susilawati, Endang: 2010). Memiliki efektivitas

yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per100 perempuan dalam satu

tahun pemakaian. Menurut Baziad (2002) kegagalan yang terjadi

pada penggunaan kontrasepsi ini umumnya dikarenakan oleh

ketidakpatuhan akseptor untuk datang pada jadwal yang telah


142

ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-

benar intragluteal (Susilawati, Endang: 2010).

2) Mekanisme Kerja

Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto (2004) :

a) Primer : Mencegah ovulasi Kadar Folikel Stimulating Hormone

(FSH) dan Luteinizing hormone (LH) menurun serta tidak

terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian DMPA, endometrium

menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang

tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama endometrium bisa

menjadi semakin sedikit sehingga hampir tidak didapatkan

jaringan bila dilakukan biopsi, tetapi perubahan tersebut akan

kembali normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA

berakhir.

b) Sekunder

1) Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga

merupakan barier terhadap spermatozoa.

2) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk

implantasi dari ovum yang telah dibuahi.

3) Mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam tuba

falopi.

3) Waktu Penggunaan Kontrasepsi

Waktu yang disarankan untuk menggunakan kontrasepsi ini

menurut Saifuddin (2003), yaitu :

a) Setiap saat selama siklus haid, asalkan ibu tidak mengalami

hamil
143

b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

c) Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak

teratur, injeksi dapat diberikan setiap saat, asal tidak hamil.

Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual

d) Bagi ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain

secara benar dan tidak hamil kemudian ingin mengganti

dengan kontrasepsi DMPA, suntikan pertama dapat segera

diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya

e) Bagi ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan

ingin mengganti dengan kontrasepsi hormonal, suntikan

pertama dapat segera diberikan, asal ibu tidak hamil dan

pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya. Bila

ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, selama 7 hari

penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual

(Sulistiawati, Endang, 2010).

4) Kelebihan Kontrasepsi

Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2003) :

a) Sangat efektif penggunaannya

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan

darah

e) Tidak mempengaruhi ASI


144

f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

g) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun

sampai perimenopause

h) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik

i) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

j) Mencegah beberapa penyakit radang panggul

b. Pil Kombinasi

1) Pengertian

Pil kombinasi (combinated oral contraceptive, COC) berisi

hormone estrogen dan progesteron. Pil ini mencegah kehamilan.

2) Mekanisme kerja

a) Menghambat ovulasi

b) Membuat endometrium tidak mendukung untuk implantasi

c) Membuat serviks tidak dapat ditembus oleh sperma. pil

kombinasi 99% efektif mencegah kehamilan. Namun, pada

pemakaian yang kurang seksama efektivitasnya masih mencapai

93%.

3) Keuntungan

a) Dapat diandalkan dan reversible

b) Meredakan dismenorea dan menoragi.

c) Mengurangi resiko anemia.

d) Mengurangi resiko penyakit payudara jinak.

e) Meredakan gejala prematuritas

f) Kehamilan ektopik lebih sedikit.


145

g) Penurunan kista ovarium.

h) Penyakit radang paggul lebih sedikit.

i) Melindungi terhadap kanker endometrium dan ovarium

c. Mini (Pil Progestin)

1) Pengertian

Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon

progesteron dalam dosis rendah. Pil mini atau pil progestin disebut

juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,03-0,05 mg per

tablet (Lusa, 2010). Beberapa jenis pil mini yang disarankan yaitu:

a) Pil dalam kemasan dengan isi 28 pil yang mengandung 75 mikro

gram desogestrel.

b) Pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300 mikro

gram levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron

c) Contoh mini pil antara lain: Micrinor, NOR-QD, noriday, norod

mengandung 0,35 mg noretindron. Ada juga microval,

noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.

2) Cara Kerja

Mini pil dapat menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid

seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih awal

sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba sehingga

transportasi sperma terganggu. Efektivitas bagus bila digunakan

dengan benar, risiko kehamilan 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun.


146

3) Kelebihan

Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai beberapa

kelebihan diantaranya:

a) Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan konsisten

b) Tidak mempengaruhi ASI, karena tidak mengandung estrogen

c) Nyaman dan mudah digunakan, sehingga hubungan seksual

tidak terganggu

d) Kesuburan cepat kembali

e) Dapat dihentikan setiap saat

f) Mengurangi jumlah darah haid, kejadian anemia, menurunkan

pembekuan darah.

g) Mengurangi nyeri haid.

h) Mencegah kanker endometrium, melindungi dari penyakit radang

panggul, penderita endometriosis, kencing manis yang belum

mengalami komplikasi dapat menggunakan.

i) Tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala

dan depresi.

j) Mengurangi gejala pre menstrual sindrom

4) Kekurangan

a) Memerlukan biaya. Dan harus selalu tersedia

b) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.

c) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau

epilepsi akan mengakibatkan efektifitas menjadi rendah. Mini pil

harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama. Angka

kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten.


147

d) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HBV

dan HIV/AIDS.

e) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi

wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik.

d. Implant/ AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

1) Pengertian

Menurut Speroff & Darney (2005), Implan adalah metode

kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal yang hanya

mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan

reversibel untuk wanita. Menurut Varney (1997), Implan terdiri dari 6

skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan silastik, masing

– masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal

dengan masa kerja lima tahun (Kumalasari, intan, 2015).

2) Mekanisme kerja

Implant bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks,

mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi, pergerakan sperma terhambat karena lendir serviks yang

mengental, dan menekan ovulasi. Waktu pemasangan implan yang

optimal yaitu :

a) Selama haid (7 hari sampai siklus haid)

b) Pasca persalinan antara 3-4 minggu, bila tidak menyusukan

bayinya

c) Ibu yang sedang menyusukan bayinya secara eksklusif (> 6

minggu pascapersalinan dan sebelum enam bulan

pascapersalinan)
148

d) Pasca keguguran (segera atau dalam 7 hari pertama)

(Kumalasari, Intan, 2015).

3) Keuntungan

a) Mempunyai daya guna tinggi dengan efektivitas penggunaan 0,2

– 1 kehamilan per 100 perempuan.

b) Perlindungan jangka panjang hingga mencapai 3 tahun.

c) Mengembalikan kesuburan lebih cepat

d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam karena implant

dimasukkan lewat bagian subdermal (lengan atas)

e) Tidak mengandung hormon esterogen, implan mengandung

progestin dosis rendah.

f) Tidak mengganggu kegiatan senggama

g) Tidak mengganggu produksi ASI

h) Dapat dicabut setiap saat

i) Mengurangi jumlah darah menstruasi

j) Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah menstruasi yang

keluar, sehingga metode ini juga dapat memperbaiki anemia

pada wanita (Kumalasari, Intan: 280-281).

4) Kekurangan

a) Dapat menimbulkan efek samping nyeri kepala, peningkatan

berat badan, timbulnya jerawat, perubahan perasaan (mood),

dan gelisah.

b) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan, sehingga klien tidak dapat memberhentikan sendiri

pemakaiannya.
149

c) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular

seksual seperti HIV/AIDS

d) Efektivitas menurun bila penggunaan obat-obat tuberkulosis atau

epilepsi (Kumalasari, Intan: 282-283).

e. IUD / AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

1) Pengertian

Menurut Hidayati (2009), AKDR/ IUD adalah alat kontrasepsi

modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran,

bahan, masa aktif dan fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum

uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan

menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus. Menurut Handayani

(2010), AKDR/ IUD atau spiral merupakan benda kecil yang terbuat

dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga

mengandung hormon dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina

serta mempunyai benang (Kumalasari, Intan, 2015).

2) Mekanisme kerja

Menurut WHO (1997), IUD bekerja dengan menimbulkan reaksi

radang di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin

dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan dengan pengaruh enzim-

enzim diendometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan

estrogen yang menghambat transportasi sperma (Kumalasari, Intan,

2015). Efektivitas antara 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam

satu tahun pertama.


150

3) Keuntungan

a) Dapat bekerja efektif segera setelah pemasangan

b) Sebagai metode kontrasepsi jangka panjang

c) Meningkatkan kenyamanan seksual, sehingga tidak mengganggu

hubungan seksual

d) Dapat dipasang segera setelah melahirkan / pascaabortus (jika

tidak ada infeksi)

e) Tidak mempengaruhi kualitas ASI

f) Dapat membantu mencegah kehamilan ektopik

g) AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan

kesuburan berlangsung cepat (angka konsepsi 78-88% setelah

12 bulan dan 92-97% pada tiga tahun setelah pengeluaran).

4) Kekurangan

Efek samping yang umum terjadi seperti :

a) Perubahan siklus haid

b) Haid lebih lama dan banyak

c) Perdarahan (spotting) antar mentruasi

d) Saat haid lebih sakit (dismenore)

Komplikasi yang terjadi seperti:

a) Dapat menimbulkan sakit hingga kejang tiga sampai lima hari

setelah pemasangan

b) Perdarahan hebat waktu haid, hingga dapat memicu penyebab

anemia

c) Perforasi dinding uterus (jarang terjadi jika di pasangkan dengan

benar)
151

d) Tidak protektif mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

e) Tidak baik digunakan pada wanita yang suka berganti pasangan,

jika dipasangkan dapat memicu berbagai penyakit salah satunya

penyakit radang panggul pada wanita dengan IMS, yang memicu

terjadi infertilisasi.

f) Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam

pemasangannya

g) Menimbulkan sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi dan

menghilang selama 1-2 hari setelah pemasangan (Kumalasari,

Intan, 2015).

4. Metode Kontrasepsi Mantap

a. Tubektomi (MOW)

1) Pengertian

Tubektomi (MOW/ Metode Operasi Wanita) adalah metode

kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita

bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba fallopi

(mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga

sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (BKKBN, 2011).

Adapun syarat-syarat menjadi akseptor (pengguna) tubektomi

adalah berikut :

a) Sukarela terhadap keputusan menggunakan kontrasepsi

b) Mendapatkan keterangan dari dokter atau petugas

pelayanan kontrasepsi

c) Pasangannya harus memberikan persetujuan secara

tertulis.
152

2) Cara kerja

a) Sebelum operasi, dokter akan memeriksa kesehatan lebih

dahulu, untuk memastikan cocok atau tidak

b) Operasi dilakukan oleh dokter

c) Saluran telur yang membawa sel telur dalam rahim akan

dipotong atau diikat. Setelah operasi yang dihasilkan akan

diserap kembali oleh tubuh tanpa menimbulkan penyakit

d) Perawatan tubektomi hanya 6 jam setelah operasi untuk

menunggu reaksi anti bius saja

e) Luka yang diakibatkan sebaiknya tidak kena air selama 3-4

hari

f) Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter, setelah 1

minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun setelah

operasi dilakukan.

3) Waktu penggunaan

a) Idealnya dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan

b) Dapat dilakukan segera setelah persalinan/ setelah operasi

Caesar

c) Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah

persalinan, dapat ditunda 4-6 minggu.

4) Kelebihan

a) Tidak mengganggu ASI.

b) Jarang ada keluhan samping

c) Angka kegagalan hampir tidak ada, efektivitas mencapai

99,5 %
153

d) Tidak mengganggu gairah seksual, dan tidak ada

perubahan fungsi seksual lainnya

b. Vasektomi (MOP)

1) Pengertian

Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk

dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vasektomi adalah

pemotongan sebagian (0,5cm-1cm) pada vasa deferensia atau

tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong

vas deferen sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani

tidak mengandung spermatozoa, sehingga tidak terjadi

pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan

pasien tak perlu dirawat. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan

dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap dan dihancurkan oleh

tubuh (Mulyani dan Rinawati, 2013).

2) Mekanisme kerja

a) Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)

Vasektomi tanpa pisau (diciptakan Key-Hole), di mana

hemostat tajam, untuk menusuk skrotum, sehingga mampu

mengurangi waktu penyembuhan serta menurunkan

kesempatan infeksi (sayatan).

b) Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional)

Vasektomi dengan insisi skrotum, dimana dilakukan

pembedahan kecil pada deferensia vasa manusia yang

terputus, dan kemudian diikat / ditutup dengan cara seperti


154

itu untuk mencegah sperma dari memasuki aliran mani

(ejakulasi).

c) Vasektomi semi permanen

Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang

diikat dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara

normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya

pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi

diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen

yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap

sperma adalah benda asing dan akan menghancurkan

benda asing (Mulyani dan Rinawati, 2013).

3) Keuntungan

a) Jarang ada keluhan samping

b) Angka kegagalan hampir tidak ada, efektivitas mencapai

99,5 %

c) Tidak mengganggu gairah seksual, dan tidak ada

perubahan fungsi seksual lainnya

C. Indikasi dan kontra indikasi alat kontrasepsi

1. Metode Kontrasepsi Sederhana (Tanpa Alat)

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1) Indikasi

Beberapa indikasi dari metode MAL, yaitu :

a) Ibu belum mengalami haid lagi setelah pasca persalinan

b) Bayi disusui secara ekslusif dan sering, sepanjang siang dan

malam.
155

c) Bayi berusia kurang dari 6 bulan (WHO. 2013).

2) Kontraindikasi

Beberapa kontraindikasi dari metode MAL yaitu :

a) Wanita pascasalin yang sudah mendapat haid

b) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif

c) Wanita bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam

d) Wanita yang menggunakan obat-obatan sejenis ergotamine,

antimetabolisme, cyclosporine, obat radioaktif, antikoagulan,

bromocriptine, dan obat penenang lainya.

2. Metode Kontrasepsi Sederhana (Dengan Alat)

a. Kondom

1) Indikasi pemakaian

a) Baik digunakan wanita paska melahirkan

b) Jika pasangan ingin menggunakan metode kontrasepsi yang

reveisible.

c) Bagus digunakan selama masa latihan pemakaianan alat

kontrasepsi topi/ lainnya.

2) Kontraindikasi

Kontraindikasi kondom adalah alergi terhadap karet kondom

3. Metode Kontrasepsi Hormonal

a. Kontrasepsi suntik Progestin (Depot Medroksi Progesteron Asetat/ DMPA)

1) Indikasi

Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN (2003):

a) Wanita usia reproduktif

b) Wanita yang telah memiliki anak


156

c) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan

memiliki efektifitas tinggi

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

e) Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui

f) Wanita dengan riwayat abortus dan keguguran

g) Wanita yang memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki

tubektomi

h) Wanita dengan masalah gangguan pembekuan darah (Sulistiawati,

Endang, 2010).

2) Kontraindikasi

Kontraindikasi pemakaian menurut BKKBN (2003), yaitu :

a) Wanita hamil atau dicurigai hamil

b) Wanita dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas

penyebabnya

c) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

d) Wanita yang pernah menderita kanker payudara atau ada riwayat

kanker payudara

e) Wanita penderita diabetes mellitus disertai komplikasi

(Sulistiawati, Endang, 2010).

b. Pil Kombinasi

1) Indikasi

a) Wanita dalam usia reproduksi

b) Wanita yang telah atau belum memiliki anak

c) Wanita yang gemuk atau kurus

d) Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui


157

e) Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas

tinggi

f) Wanita pasca keguguran/abortus

g) Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga

menyebabkan anemiaWanita dengan siklus haid tidak teratur.

h) Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan ektopikm

kelainan payudara jinak.

i) Wanita dengan diabetes melitus tanpa komplikasi pada ginjal,

pembuluh darah, mata dan saraf.

j) Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul,

endometriosis atau tumor

k) Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.

l) Wanita dengan varises vena.

2) Kontraindikasi

Kriteria yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi terbagi

dalam:

a) Kontraindikasi absolut

(1) Tromboplebitis atau tromboemboli

(2) Riwayat tromboplebitis atau tromboemboli

(3) Kelainan serebrovaskuler atau penyalit jantung coroner

(4) Diduga atau diketahui karsinoma mammae

(5) Diketahui atau diduga karsinoma endometrium

(6) Diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung

(7) Diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen


158

(8) Diketahui atau diduga perdarahan abnormal genetalia yang

tidak diketahui penyebabnya

(9) Adenoma hepar

(10) Karsinoma

(11) Diketahui atau diduga hamil

(12) Gangguan fungsi hati

(13) Tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau

produk lain yang mengandung estrogen.

b) Kontraindikasi relative

(1) Sakit kepala / migraine

(2) Diabetes gestasional atau prediabetes

(3) Hipertensi

(4) Depresi

(5) Varises

(6) Perokok berat

(7) Fase akut mononucleosis

(8) Penyakit sickle cell

(9) Asma

(10) Riwayat hepatitis

c. Pil Mini (Pil Progestin)

1) Indikasi

a) Wanita usia reproduksi

b) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum

mempunyai anak

c) Wanita pasca persalinan dan tidak menyusui.


159

d) Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa

menyusui, pasca keguguran

e) Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau dengan masalah

pembekuan darah

2) Kontraindikasi

Kriteria yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi pil progestin

atau mini pil antara lain:

a) Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui

penyebabnya

b) Wanita yang diduga hamil atau hamil

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

d) Riwayat kehamilan ektopik

e) Riwayat kanker payudara atau penderita kanker payudara

f) Wanita suka lupa sehingga sering tidak minum pil

g) Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau

mata)

h) Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak maupun ganas

i) Wanita dengan miom uterus

j) Serta riwayat stroke.

d. Implant / AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

1) Indikasi

Kriteria yang dapat menggunakan implan yaitu :

a) Wanita usia produuktif

b) Wanita yang menghendaki kontasepsi jangka panjang

c) Wanita dalam masa menyusui


160

d) Wanita pascakeguguran (abortus)

e) Wanita yang tidak menginginkan anak lagi, tetapi tidak ingin

menggunakan kontrasepsi mantap (MOW)

f) Wanita dengan kontaindikasi hormon esterogen

g) Serta wanita yang sering lupa minum jika menggunakan

kontrasepsi pil.

2) Kontraindikasi

Kriteria yang tidak dapat menggunakan implan yaitu:

a) Wanita hamil/ di duga hamil

b) Wanita yang pernah mengalami perdarahan pervaginam yang

belum jelas penyebabnya

c) Wanita yang menderita kanker payudara

d) Wanita yang tidak dapat menerima perubahan pola

menstruasinya

e) Wanita dengan riwayat diabetes melitus, penyakit jantung dan

mengalami varises (Kumalasari, Intan, 2015).

e. IUD / AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

1) Indikasi

Yang dapat menggunakan IUD menurut Handayani (2010), yaitu :

a) Wanita usia reproduksi

b) Wanita keadaan multipara

c) Wanita yang ingin menggunakan metode kontrasepsi jangka

panjang

d) Perempuan menyusui dan ingin memakai kontrasepsi

e) Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya


161

f) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

g) Perempuan dengan resiko rendah IMS

h) Wanita yang tidak menyukai/ lupa minum pil

i) Serta tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

(Kumalasari, Intan, 2015)

2) Kontraindikasi

a) Wanita yang hamil/ dicurigai hamil

b) Wanita yang alergi terhadap tembaga

c) Wanita dengan riwayat penyakit IMS

d) Wanita dengan perdarahan abnormal yang belum di diagnose

e) Rongga uterus mengalami distorsi hebat sehingga pemasangan/

penempatan sulit dilakukan

f) Mempunyai riwayat penyakit trofoblas ganas, dan riwayat penyakit

TBC.

5. Metode Kontrasepsi Mantap

a. Tubektomi (MOW)

1) Indikasi

a) Menunda kehamilan

b) Mengakhiri kesuburan

c) Membatasi kehamilan dan setiap pria, suami dari suatu pasangan

usia subur yang telah memiliki jumlah anak cukup dan tidak ingin

menambah anak (Saifudin,2010).


162

2) Kontraindikasi

a) Infeksi kulit lokal misalnya scabies

b) Kelainan skrotum atau sekitarnya (varicocele,hydrocele besar,

filariasis, hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas operasi

hernia, skrotum yang sangat tebal)

c) Penyakit sistemik (penyakit-penyakit perdarahan, diabetes mellitus,

penyakit jantung koroner yang baru)

d) Riwayat perkawinan

e) Psikologi atau seksual yang tidak stabil menurut Hartanto dalam

Ambarawati (2012).

b. Vasektomi

1) Indikasi

Vasektomi dapat dilakukan setelah pasien menyadari

sepenuhnya bahwa dirinya tidak berkeinginan memiliki anak lagi dan

memilih kontrasepsi dengan cara vasektomi. Cara kontrasepsi ini

diminati pria yang menginginkan prosedur kontrasepsi secara cepat

dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Kendati demikian,

sebaiknya keputusan untuk melakukan vasektomi merupakan

kesepakatan bersama dengan pasangan.

2) Kontraindikasi

a) Apabila ada peradangan kulit atau penyakit jamur didaerah

scrotum

b) Apabila ada tanda – tanda epididymis

c) Apabila menderita diabetes melitus yang tidak terkontrol.


163

d) Apabila menderita kelainan pembekuan darah (Handayani,

2010).

D. Efek samping dan penanganan alat kontrasepsi

1. Metode Kontrasepsi Sederhana (Tanpa Alat)

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1) Efek samping

Tidak ada efek samping secara sistematik dari penggunaan KB

MAL

2) Penanganan alat kontrasepsi MAL

Menurut (Setya & Sujiyatini, 2009) yaitu :

a) Seberapa sering harus menyusui

Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi (on demand). Biarkan

bayi menyelesaikan hisapan dari satu payudara sebelum

memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak

susu. Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut

atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai

dengan memberikan payudara lain pada waktu menyusui

berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.

b) Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam

c) Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepas

hisapannya.

d) Susui bayi juga pada malam hari karena menyusui waktu malam

membantu pertahanan kecukupan persediaan ASI.

e) Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.

f) ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin


164

g) Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan

pendamping ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan

baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak memerlukan

makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan. (Berat Badan

naik sesuai umur, sebelum BB naik minimal 0,5kg, ngompol

sedikitnya 6 kali sehari)

h) Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan

lain, bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui

tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.

i) Haid, ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur

kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.

j) Untuk kontrasepsi dan kesehatan, bila menyusui tidak secara

eksklusif atau berhenti menyusui maka perlu ke klinik KB untuk

membantu memilihkan atau memberikan metode kontrasepsi lain

yang sesuai.

2. Metode Kontrasepsi Sederhana (Dengan Alat)

a. Kondom

1) Efek samping

a) Penggunaan setiap kali dipasang sebelum berhubungan seksual

b) Perlu adanya komitmen yang kuat dari pasangan

c) Kesulitan ereksi kadang terjadi pada sebagian pria

d) Sedikit mengganggu hubungan seksual/ kurang memuaskan

e) Pada sebagian perempuan yang menggunakan kondom wanita,

terjadi ketidakcocokan/ alergi bahan kondom sehingga dapat

memicu iritasi bahkan infeksi.


165

2) Penanganan alat kontrasepsi

a) Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermisida digabung

kondom.

b) Jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian Morning

After Pill.

c) Reaksi alergi, meskipun jarang,dapat sangat mengganggu dan

bisa berbahaya.jika keluhan menetap sesudah berhubungan dan

tidak ada gejala IMS, berikan kondom alami (produk hewani : lamb

skin atau gut) atau bantu klien memilih metode lain.

d) Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolelir biarpun dengan

kondom yang lebih tipis, anjurkan pemakaian metode lain.

3. Metode Kontrasepsi Hormonal

a. Kontrasepsi suntik Progestin (Depot Medroksi Progesteron Asetat/ DMPA)

1) Efek samping

a) Perdarahan tidak teratur

b) Bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan

c) Acne (jerawat)

d) Fluor albus (keputihan)

e) Hipomenorea (Wiknjosastro, 2007)

2) Penanganan alat kontrasepsi suntik Progestin (Depot Medroksi

Progesteron Asetat/ DMPA)

Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2003) :

a) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuscular (IM) dalam daerah pantat. Apabila suntikan

diberikan terlalu dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan


166

lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan tiap

90 hari.

b) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang

dibasahi etil/ isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering

sebelum disuntik, setelah kering baru disuntik.

c) Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila

terjadi endapan putih pada dasar ampul, upayakan

menghilangkannya dan dengan menghangatkannya.

b. Pil Kombinasi

1) Efek samping

a) Sering terjadi

(1) Mual

(2) Pengerasan payudara

(3) Terjadi perdarahan di antara dua siklus menstruasi

(metrorrhagia)

(4) Turunnya gairah seksual

(5) Peningkatan berat badan

(6) Perubahan mood dan emosi

b) Jarang terjadi

(1) Gangguan penglihatan

(2) Pembengkakan dan nyeri pada tungkai

(3) Terbentuknya gumpalan darah

(4) Sakit kepala hebat

(5) Nyeri perut hebat


167

(6) Nyeri dada

(7) Serangan jantung

(8) Stroke

2) Penanganan alat kontrasepsi

a) Amenore (tidak ada perdarahan atau spotting)

Lakukan tes kehamilan atau periksa dalam, bila tidak hamil

dan cara minum sudah benar (tidak masalah). Tidak haid

kemungkinan kurang adekuatnya efek estrogen terhadap

endometrium (tidak perlu pengobatan).

Berikan pil estrogen dosis 50 mikrogram atau dosis estrogen

tetap, dosis progestin dikurangi. Hentikan penggunaan pil dan

yakinkan pasien tidak ada efek samping pada janin, bila

kemungkinan hamil.

b) Perdarahan pervaginaan (Spotting)

Lakukan tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologik,

sarankan minum pil yang sama. Berikan penjelasan bahwa

perdarahan biasa terjadi pada penggunaan 3 bulan pertama dan

akan berhenti.

Bila perdarahan/spotting masih terjadi, berikan pin estrogen

dosis tinggi 50 mikrogram sampai perdarahan teratasi, kemudian

kembali ke dosis awal. Bila perdarahan berlanjut, lanjutkan pil

estrogen dosis tinggi 50 mikrogram atau sarankan dengan metode

kontrasepsi lain.
168

c. Pil Mini (Pil Progestin)

1) Efek samping

a) Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea dan haid

tidak teratur)

b) Peningkatan/penurunan berat badan

c) Payudara tegang

d) Mual

e) Pusing

f) Perubahan mood

g) Dermatitis atau jerawat

2) Penanganan alat kontrasepsi pil mini

a) Amenorea

Pastikan hamil atau tidak, jika tidak hamil tidak perlu tindakan

khusus (cukup konseling). Bila hamil, hentikan pil dan berikan

penjelasan bahwa mini pil tidak mengganggu pertumbuhan janin.

Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, rujuk pasien (jangan berikan

obat-obatan hormonal).

b) Perdarahan tidak teratur / spotting

Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan, tidak perlu

tindakan khusus. Berikan alternatif kontrasepsi lain, bila pasien

tidak dapat menerima kondisi tersebut.


169

d. Implant / AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

1) Efek samping

Menurut Hartanto (2010) efek samping implant adalah sebagai

berikut :

a) Efek samping paling utama dari norplant adalah perubahan pola

haid, yang terjadi pada kira-kira 60% akseptor dalam tahun

pertama setelah insersi. Yang paling sering terjadi yaitu :

(1) Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus

(2) Perdarahan bercak (spotting)

(3) Berkurangnya panjang siklus haid

(4) Amenorea, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan

perdarahan lama atau perdarahan bercak.

(5) Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak

mempunyai efek yang membahayakan diri akseptor.

Meskipun terjadi perdarahan lebih sering daripada biasanya,

volume darah yang hilang tetap tidak berubah.

(6) Pada sebagian akseptor, perdarahan irregular akan

berkurang dengan jalannya waktu.

(7) Perdarahan yang hebat jarang terjadi.

2) Penanganan alat kontrasepsi AKBK / Implant

Menurut Handayani (2010) penanganan terhadap efek samping

seperti di bawah ini adalah sebagai berikut :

a) Amenorrhea

Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan

efek samping yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada


170

kehamilan, terutama jika terjadi amenorrhea setelah masa siklus

haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya

untuk merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.

b) Perdarahan bercak (spotting) ringan

Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama

penggunaan. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak

diperlukan tindakan apapun. Bila klien mengeluh dapat diberikan :

(1) Kontrasepsi pil oral kombinasi (30-50mg EE) selama 1 siklus

(2) Ibuprofen (hingga 800mg 3 kali sehari x 5 hari)

Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah

pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,

berikan 2 tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan

dengan satu siklus pil kombinasi.

c) Pertambahan atau kehilangan Berat Badan (perubahan nafsu

makan) informasikan bahwa kenaikan / penurunan BB sebanyak 1-

2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan BB

terlalu mencolok. Bila BB berlebihan, hentikan pemakaian dan

anjurkan metode kontrasepsi yang lain.

d) Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang

lain masih di tempat dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi

daerah insersi.

e) Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada

tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang

berbeda.
171

f) Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul

baru pada lengan yang lain atau ganti cara.

g) Infeksi pada daerah insersi Bila infeksi tanpa nanah : bersihkan

dengan sabun dan air atau antiseptik, berikan antibiotic yang

sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan minta klien control

1 minggu lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang

baru dilengan yang lain atau ganti cara. Bila ada abses, bersihkan

dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant,

lakukan perawatan luka beri antibiotic oral 7 hari.

e. IUD / AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

1) Efek samping

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

setelah itu akan berkurang)

b) Haid lebih lama dan lebih banyak,

c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid lebih sakit.

d) Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk

HIV/AIDS.

e) Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti

pasangan atau yang menderita IMS.

f) Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan

dengan IMS menggunakan AKDR.

g) Diperlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dalam

pemasangan AKDR.

h) Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah pemasangan

AKDR tetapi biasanya hilang dalam 1-2 hari (Pinem, 2009).


172

2) Penanganan alat kontrasepsi IUD/AKDR

PERDARAHAN

a) Bentuk gejala / keluhan :

(1) Perdarahan haid yang lebih lama dari biasanya

(2) Perdarahan di luar haid

(3) Perdarahan

b) Penyebab gejala / keluhan

(1) Di perkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi di

jaringan selaput lendir rahim. Enzim ini bersifat

menghancurkan fibrin

(2) Penanganan

(a) KIE

i. Menjelaskan penyebab terjadinya.

ii. Gangguan haid berlebih memang akan terjadi tiga

bulan pertama pemakaian AKDR.

iii. Untuk menoragia segera hubungi petugas

kesehatan untuk pemeriksaan lanjut.

iv. Pada AKDR tembaga biasanya tidak menimbulkan

perdarahanlama atau banyak

c) Tindakan medis

(1) Memberikan vitamin, koaugulasia, zat besi dan lain-lain.

Dalam hal ini bisa di beri obat sebagai berikut :

Vitamin K: 3 x 1 tablet sehari

Vitamin C: 3 x 1 tablet sehari

Adona : 3 x 1 tablet sehari


173

d) Penggantian AKDR

Apabila tindakan dengan cara (a) dan (b) belum

menolong,lakukan pencabutan AKDR dan di ganti dengan cara

kontrasepsi lainnya.

e) Catatan

Khusus normalnya perdarahan haid 35 cc, pada pemakaian

AKDR bertambah 20-50 cc. (Sulistyawati,ari.2014)

INFEKSI

a) Bentuk gejala/keluhan :

(1) Nyeri di daerah perut bawah

(2) Keputihan berbau

(3) Demam

(4) Nyeri pada waktu berhubungan seksual

b) Penyebab gejala/keluhan

(1) Peradangan akan terjadi jika pemasangan tidak steril

(2) Peradangan dapat terjadi pada waktu pemasangan saja

atau setiapsaat selama mengunakan AKDR.

c) Penangulangan dan pengobatan

(1) KIE

(a) Penjelasan penyebab terjadinya

(b) Segera menghubungi dokter untuk mendapatkan

pengobatan.

(2) Tindakan medis

1. Pengobatan dengan atibiotik

Penisilin 3 x 500 mg 3 -5 hari


174

Teramisin 3 x 500 mg 3 - 5 hari

Eritromisin 3 x 500 mg 3-5 hari, atau

Penisilin injeksi 800.000 per 3-5 hari.

Teramisin injeksi 500 mg 3-5 hari

Eritromisin 80 mg 3-5 hari.

2. Apabila telah melakukan pengobatan 5-7 hari

tidak berhasil. AKDR di cabut dan di gantikan dengan

kontraspsi yang lain

d) Catatan khusus infeksi dapat berupa hal sebagai berikut :

(1) Radang liang vagina

(2) Radang leher Rahim

(3) Radang selaput lendir Rahim

(4) Radang selaput sel telur

(5) Randang panggul

(6) Abses. (sulistyawati,ari.2014)

KEPUTIHAN

a. Bentuk gejala / keluhanan

(1) Dapat timbul setelah pemasangan AKDR

(2) Keluar cairan berwarna putih dari vagina.

b. Penyebab gejala/keluhan

(1) Reaksi dari endromertium karena ada benda asing.

(2) Adanya infeksi yang terbawa saat pemasangan AKDR.


175

c. Penangulangan dan pengobatan. (sulistyawati,ari.2014)

(1) KIE

(a) Keputihan bening tidak berbau tidak berbahaya, akan

berkurang setelah 3 bulan.

(b) Jika ada bau, keruh, dan kekuningan harus di periksa

kepada dokter.

(2) Tindakan medis

(a) Periksa dalam

(b) Apabila keputihan banyak, berikan obat vagina yang

tersedia misal albotil

(c) Di lihat apakah ada erosi portio jika ada obati dengan

albotil

(d) Apabila dengan pengobatan tidak menolong AKDR di

cabut ganti dengan yang lain

(3) Catatan khusus

(a) Infeksi panggul

(b) Infeksi jamur candida

(c) Infeksi jamur tikomonas

(d) Infeksi liang vagina

(e) Gonore Dalam hal ini di berikan pengobatan infeksi.

(sulistyawati,ari.2014)
176

EKPULASI AKDR 

(a) Bentuk gejala/keluhan

i. Apabila AKDR terdapat dalam vagina, dapat terjadi sewaktu-

waktu biasanya waktu haid berikutnya setelah pemasangan

ii. Dapat terjadi pada bulan pertama pemasangan

(b) Penyebab gajala/keluhan

(1) Karena bentuk AKDR terlalu kecil

(2) Karena telak AKDR tidak sempurna di dalam Rahim

(c) Penangulangan dan pengobatan

(1) Tindakan medis

i. AKDR di keluarkan dan di ganti AKDR yang baru

ii. Apabila AKDR terlalu kecil ganti ke ukuran yang lebih

besar

(d) Catatan khusus

(1) Semakin elastis bahan yang di gunakan makin besar

terjadinya ekpulasi

(2) Pada wanita muda dengan palitas rendah sering terjadi

ekpulasi.(slistyawati,ari.2014)

PERFORASI

(a) Bentuk Gejala/Keluhan

(1) Tanpa gejala

(2) Biasanya di sertai rasa nyeri dan perdarahan

(3) Benang tidak di temukan

(4) Benang di temukan dalam rahim. Perforasi terjadi hanya pada

1% penguna AKDR
177

(b) Penyebab gejala/ keluhan

(1) Karena tindakan terlalu kasar saat pamasangan

(2) Melakukan pemasangan dengan paksaan

(3) Mendorong insertor ke dalam rongga rahim ke arah yang

salah

(c) Penangulangan dan pengobatan

(1) KIE

Apabila AKDR tembaga atau AKDR tertutup dan

berforasi sebaiknya segara angkat karena dapat

menimbulkan perlekatan sampai ileus. (sulistyawati,ari.2014).

(2) Tindakan medis

i. Memastikan terjadinya perforasi dengan sonde

ii. Merujuk ke RS untuk pemeriksaan dan penanganan

lebih lanjut

iii. Mengangkat AKDR dengan cara laparastomi.

(sulistyawati,ari.2014)

NYERI SAAT HAID

(a) Bentuk gejala/keluhan

(1) Dismenore ( nyeri saat haid)

(b) Penyebab gejala/ keluhan

(1) Psikologi

i. Mungkin disebabkan letak AKDR yang salah atau AKDR

tidak sesuai dengan rongga rahim ( AKDR yang terlalu

besar)
178

ii. Kemungkinan lain disebabkan infeksi menaruh pada alat

kandungan

(c) Penanggulangan dan pengobatan

(1) KIE

i. Pemantapan agar tetap menggunakan IUD

ii. Memastikan penyebabnya dengan pemeriksaan dalam

(2) Tindakan medis

Pengobatan simtomatis ( analgesic : anti nyeri dan atau

spasmolitik) apabila tidak berhasil, maka pengobatan

dilanjutkan sebagai berikut :

i. Mengganti AKDR yang baru dan cocok

ii. Pemberian antibiotic.

NYERI WAKTU MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL

(a) Bentuk gejala/ keluhan

(1) Nyeri waktu melakukan hubungan seksual (dyspareunia)

(b) Penanggulangan dan pengobatan

(1) KIE

Penjelasan bahwa ada kemungkinan terjadi hal tersebut,

tetapi sering bersifat sementara dan tidak pada semua

wanita. Kejadian ini biasanya bersifat psikis atau kejiwaan.

(c) Tindakan medis

(1) Apabila benang terlalu panjang, dipotong atau dilipat.

(2) Pengobatan dengan antibiotic kalau memang ditemukan

infeksi.(Sulistyawati Ari.2014)
179

MULAS-MULAS ATAU RASA NYERI

(a) Bentuk gejala/keluhan

Rasa mual diperut. Sesudah pemasangan dapat timbul rasa

nyeriseperti mulas, kadang-kadang dapat menjadi rasa nyeri atau

sakit pinggang terutama pada hari-hari pertama pemasangan.

(b) Penyebab gejala/ keluhan

(1) Psikologis

(2) Mungkin disebabkan letak AKDR yang salah atau AKDR

tidaksesuai dengan rongga Rahim

(c) Penanggulangan dan pengobatan

(1) KIE

i. Pemantapan agar tetap menggunakan AKDR

ii. Memastikan penyebabnya dengan pemeriksaan dalam.

(d) Tindakan medis

(1) Jika ringan diberi analgesic ( obat anti nyeri), spasmolitik

(obatanti mulas) atau kombinasi keduanya.

(2) Jika berat, dilihat apakah AKDR masih ada di dalam rahim

(sebaiknya dilakukan oleh dokter). Apabila AKDR terlihat

sedikit yang berarti sebagian sudah keluar, maka

keluarkanlah AKDRdang anti AKDR yang baru.


180

KEGAGALAN PEMASANGAN AKDR

(a) Bentuk gejala

(1) Terjadi kehamilan

(2) Frekuensi kehamilan pada pemakaian AKDR 2-5%. Makin

lama AKDR terpasang makin berkurang kemungkinan

terjadi kehamilan.

(3) Pemasangan AKDR yang di liliti tembaga akan mengurangi

kegagalan ini.

(b) Penanggulangan

(1) KIE

Dianjurkan segera menghubungi dokter untuk

penanggulangan dan penjelasan tindakan selanjutnya.

(c) Tindakan medis

(1) Apabila benang dapat dilihat, lakukan pengikatan AKDR

(sebaiknya oleh dokter) dengan menarik benangnya

perlahan-lahan, sambil menjelaskan kepada pasien bahwa

25% kemungkinan keguguran spontan.

(2) Apabila pengangkatan sukar dilakukan, AKDR dibiarkan di

dalam rahim selama kehamilan, AKDR berada diluar

selaput ketuban, sedangkan bayi berada di dalam selaput

ketuban, oleh karena itu AKDR dan bayi tidak pernah

bersinggungan selama kehamilan berlangsung, sehingga

tidak perlu khawatir terjadinya kelainan bawaan pada bayi

yang dilahirkan.
181

(3) Pada waktu persalinan, AKDR akan keluar bersamaan

dengan plasenta.

(4) Dilaporkan bahwa kehamilan dengan AKDR di dalam rahim,

kira-kira 50% akan mengalami keguguran spontan,

kemungkinan hamilektopik 5% dan 26% tetap berlangsung

cukup bulan.

(5) Apabila benang tidak terlihat, jangan coba untuk diangkat,

sebaiknya pasien dirujuk ke RS. Untuk AKDR yang dililiti

tembaga yaitu tipe COPPER-T dan MULTI LOAD (ML)

harus diangkat pada triwulan pertama kehamilan.

(Sulistyawati Ari.2014).

4. Metode Kontrasepsi Mantap

a. Tubektomi (MOW)

1) Efek samping

a) Trauma pada organ-organ di sekitar saluran tuba fallopi secara

tidak sengaja

b) Infeksi pasca-operasi. Biasanya ditandai dengan luka bekas

sayatan yang tidak sembuh-sembuh, demam, dan nyeri pada

perut.

c) Perdarahan. Perdarahan timbul apabila terjadi kebocoran organ.

d) Komplikasi dari penggunaan obat anestesi. Pada setiap orang,

komplikasi yang dapat timbul dari obat anestesi berbeda-beda,

ada yang hanya berupa reaksi alergi, gangguan pernafasan,

sampai ada yang mengalami gangguan serius.


182

e) Kehamilan ektopik merupakan kehamilan di luar kandungan,

sehingga proses kehamilan harus dihentikan.

2) Penanganan alat kontrasepsi

a) Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotic

b) Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan

c) Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu

operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan

pascaoperasi,dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu.

d) Gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut.

e) Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi

intensif, termasuk cairan I.V resusitasi kardio pulmonar, dan

tindakan penunjang kehidupan lainnya.

f) Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa

yang ditemukan.

g) Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang

ditemukan.

b. Vasektomi (MOP)

1) Efek samping

a) Infeksi kulit pada daerah operasi

b) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan

klien.

c) Hidrokel atau varikokel yang besar

d) Hernia inguinalis

e) Filariasis

f) Undesensus testikularis
183

g) Massa intraskrotalis

h) Anemia berat,gangguan pembekuan darah

2) Penanganan alat kontrasepsi

a) Pertahankan band aid selama 3 hari

b) Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan di tarik-tarik atau

di garuk.

c) Boleh mandi setekah 24 jam,asal daerah luka tidak basa. Setelah

3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air

d) Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering

e) Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti parasetamol

atau ibuprofen setiap 4-5 jam

f) Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari

g) Boleh bersenggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk

mencegah kehamilan, pakailah kondom atau cara kontrasepsi

lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali

h) Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali

ejakulasi.

VIII. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi

A. Pengertian kesehatan reproduksi

Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi

kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas dari penyakit atau

kelemahan. Hal ini diharapkan agar adanya keseimbangan yang serasi dalam interaksi

antara individu dengan masyarakat dan makhluk hidup lain serta lingkungannya

(Mubarak, 2009).
184

Menurut WHO (1994), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan

kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial yang utuhberhubungan dengan

reproduksi, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam segala

aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Individu

yang sehat secara reproduksi memiliki cara pendekatan yang positif dan penuh rasa

hormat terhadap seksualitas dan hubungan seksual, mereka juga berpotensi untuk

merasakan kesenangan dan pengalaman seksual yang aman, bebas dari paksaan,

diskriminasi dan kekerasan (Potter & Perry, 2009).

Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat yang menyangkut

sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Lestari, 2013).

Program kesehatan reproduksi remaja bertujuan memberikan pengetahuan yang

memadahi kepada anak sehingga diharapkan mampu menjalani masa remaja serta

memelihara kesehatan dirinya guna memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan

reproduksi yang sehat (Janiwarty, 2013).

Menurut Widyastuti (2009), pengetahuan yang dibutuhkan remaja meliputi:

1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja.

2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab.

3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta

kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan.

4. Persiapan pra nikah.

5. Kehamilan, persalinan, serta cara pencegahannya


185

B. Ruang lingkup kesehatan reproduksi

Menurut Lubis (2013), secara luas ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam

siklus kehidupan meliputi :

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

2. Keluarga berencana

3. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk

Infeksi Menular Seksual (IMS)-HIV/AIDS

4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi

5. Kesehatan reproduksi remaja

6. Pencegahan dan penanganan infertilitas

7. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi pada usia lanjut seperti kanker,

osteoporosis, dan lain-lain.

C. Perubahan fisik yang mulai menandai kematangan reproduksi

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan

organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga

mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya

tanda-tanda sebagai berikut :

1. Perubahan seks primer

Perubahan seks primer ditandai dengan mulai berfungsinya alat-alat

reproduksi yaitu ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-

laki.

2. Perubahan seks sekunder

Pada remaja putri yaitu pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,

payudara membesar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan atau pubis.

Pada remaja laki-laki yaitu terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan
186

buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar,

badan berotot, tumbuhnya kumis, cabang dan rambut disekitar kemaluan dan

ketiak. (Depkes RI,2010)

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat

berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi (dr.Taufan,2010,p.12) yaitu :

1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan

yang rendah dan ketidaktahuan tentangperkembangan seksual dan proses

reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).

2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak

buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki,

informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja

karena saling berlawanan satu dengan yang lain,dsb).

3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja, depresi karena

ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang

memberi kebebasan secara materi).

4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit

menular seksual).
187

E. Organ reproduksi

Kata “reproduksi” tersusun dari dua kata yakni kata “re” bermakna kembali dan

kata “produksi” bermakana perangkat / alat yang digunakan untuk membuat generasi /

keturunan (Yuntaq, 2009).

1. Organ reproduksi perempuan

a. Organ reproduksi eksternal perempuan

1)Mons pubis

Bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada perempuan

dewasa ditutup oleh rambut kemaluan. Berfungsi untuk melindungi alat

genetalia dari masuknya kotoran.

2)Klitoris

Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada laki-laki.

Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga

sangat sensitif pada saat hubungan seks.

3)Labia mayora (bibir besar)

Berasal dari mons veneris bentuknya lonjong menjurus ke bawah

dan bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia mayor terdiri dari kulit

berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian dalamnya

tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini

mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitif saat berhubungan

seks. Berfungsi menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan

mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan

seksual.
188

4)Labia minora (bibir kecil)

Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Bagian

depanya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh

darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah.

Labia ini analog dengan kulit skrotum pada laki-laki. Berfungsi untuk

menutupi organ-organ genetalia di dalamnya serta merupakan daerah

erotik yang mengandung pembuluh darah dan syaraf.

5)Vestibulum

Bagian kelamin ini dibatasi oleh kedua labia kanan kiri dan

bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia

minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang

senggama), saluran kencing, kelenjar bartholini, dan kelenjar skene.

Berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada rangsangan seksual

yang berguna untuk melumasi vagina pada saat bersenggama.

6)Himen (selaput dara)

Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina

luar, pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran

darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim

dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat hubungan

seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah

melahirkan himen merupakan tonjolan kecil yang disebutkarunkule

mirtiformis.
189

b. Organ reproduksi internal perempuan

1) Vagina

Saluran musculo-membranasea (selaput otot) yang

menghubungkan rahim dengan saluran luar, bagian ototnya berasal

dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat

dikendalikan dan dilatih. Dinding depan vagina berukuran 9 cm dan

dinding belakangnya 11 cm. Berfungsi sebagai jalan lahir bagian lunak,

sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir

dan darah menstruasi.

2) Rahim (uterus)

Bentuk uterus seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr.

Terletak di panggul kecil diantara rektum (bagian usus sebelum dubur)

dan di depanya terletak kandung kemih. Ruang rahim berbentuk

segitiga, dengan bagian besarnya diatas. Bagian-bagian dari rahim

(uterus) yaitu servik uteri, korpus uteri, fundus uteri. Secara histologis

uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu: endometrium yaitu lapisan

uterus yang paling dalam yang tiap bulan lepas sebagai darah

menstruasi, miometrium yaitu lapisan tengah, lapisan tengah ini terdiri

dari otot polos, dan perimetrium merupakan lapisan luar yang terdiri

dari jaringan ikat. Fungsi rahim adalah tempat bersarangnya atau

tumbuhnya janin di dalam rahim, janin makan melalui plasenta yang

melekat pada dinding rahim, tempat pembuatan hormon misal HCG

(Human Chorionic Gonadotropin).


190

3) Tuba fallopi

Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah

lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Saluran ini bukan merupakan

saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar sehingga

membedakanya menjadi empat bagian. Di ujungnya terbuka dan

mempunyai fibriae, sehingga dapat menangkap ovum saat menjadi

pelepasan ovum (telur). Saluran telur ini merupakan saluran hasil

konsepsi menuju rahim. Berfungsi sebagai saluran yang membawa

ovum yang dilepaskan ovarium ke dalam uterus, tempat terjadinya

fertilisasi, fimbria mengangkat ovum yang keluar dari ovarium.

4) Indung telur (ovarium)

Terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke

rahim oleh ligamentum ovarii properium dan kedinding panggul oleh

ligamentum nifudibulo-pelvikum. Indung telur merupakan sumber

hormon wanita yang paling utama. Saat lahir bayi perempuan

mempunyai sel telur 750.000, umur 6-15 tahun sebanyak 439.000,

umur 16-25 tahun sebanyak 169.000, umur 26-35 tahun sebanyak

59.000, umur 35-45 tahun sebanyak 34.000, dan masa menopause

semua telur menghilang. Berfungsi memproduksi ovum (sel telur),

sebagai organ yang menghasilkan hormon (estrogen dan progesteron).

5) Parametrium (penyangga rahim)

Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan, yang

menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya

mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur.

Bagian ini sensitive terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.


191

Berfungsi untuk mengikat atau menahan organ-organ reproduksi

wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya, tidak bergerak dan

berhubungan dengan organ sekitarnya.

c. Alat reproduksi pria

1) Testis

Pria memiliki dua buah testis untuk memproduksi sperma yang

dibungkus oleh lipatan kulit kantung yang disebut skrotum. Dimulai

sejak masa puber, sepanjang masa hidupnya pria akan memproduksi

sperma. Selain itu, testis juga menghasilkan hormon testosteron. Di sisi

belakang masing-masing testis terdapat epididimis, yaitu tempat

sperma mengalami kematangan. Saluran selanjutnya adalah vas

deferens, saluran ini dan masuk ke vesika seminalis sebagai tempat

penampungan sperma.

2) Penis

Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan mani ke

dalam vagina. Jika ada rangsangan seksual, maka darah di dalam

penis ada saluran uretra. Jika ada rangsangan seksual, maka darah di

dalam penis akan terpompa. Akibatnya, penis menjadi tegang dan

mengeras, lalu cairan semen yang mengandung sperma keluar dari

vesika seminalis dan melalui uretra terpancar keluar. Proses tersebut

dikenal dengan istilah ejakulasi.


192

E. Tujuan kesehatan reproduksi

1. Tujuan utama (dr. Taufan,2010,p.12) yaitu:

Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus

didahului oleh hubungan seksual, maka tujuan utama program kesehatan

reproduksi adalah meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dalam mengatur

fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga

hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi yang pada akhirnya menuju peningkatan

kualitas hidup.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi

reproduksinya.

b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan

kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.

c. Meningktnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari

perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan

pasangan dan anak-anaknya.

d. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang

berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan

pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan

reproduksi secara optimal.

IX. Konsep Dasar Pengetahuan

A. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra


193

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat pengetahuan di dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas materi dapat

mnejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau yang lain.

4. Analisis (analysis)
194

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

1. Faktor Internal

a. Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat

yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup
195

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2011).

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best

teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan

sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan cara untuk

memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai pada masa lalu

(Notoadmodjo, 2010).

c. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang kurang akan

mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan (Nursalam, 2011).

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Menurut Thomas

2007, dalam Nursalam 2011). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan

berulang dan banyak tantangan (Frich 1996 dalam Nursalam, 2011).

e. Jenis Kelamin
196

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum

laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun

kultural.

2. Faktor eksternal

a. Informasi

Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Pariani (2010) informasi

merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas.

Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat

pengetahuan terhadap suatu hal.

b. Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa pengalaman dan hasil

observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat) bahwa perilaku seseorang

termasuk terjadinya perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-

pengalaman seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan

non fisik)

c. Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial seseorang maka

tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula.

C. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat beberapa cara memperoleh pengetahuan, yaitu:

1. Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan statistik dan logis. Cara-

cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi:

a. Cara coba salah (trial and error)


197

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba kemungkinan yang

lain.

b. Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan.
198

c. Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia harus

menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya

diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan-

kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

2. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis,

dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut

metodologi penelitian, yaitu:

a. Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam

atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan astu diklasifikasikan,

akhirnya diambil kesimpulan umum.

b. Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk

seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus.

D. Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.


208

Anda mungkin juga menyukai