Anda di halaman 1dari 72

PROPOSAL

PENGARUH TEHNIK RELAKSASI TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA PASIEN
INFARK MIOKARD DI RUANG ICU
RS BINA SEHAT JEMBER

Oleh
VIKA SETIAWATI
NIM: 2021030171

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
2022
PROPOSAL

PENGARUH TEHNIK RELAKSASI TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA PASIEN
INFARK MIOKARD DI RUANG ICU
RS BINA SEHAT JEMBER

KORELASI
CROSS SECTIONAL

Oleh
VIKA SETIAWATI
NIM: 2021030171

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
2022

i
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa proposal ini adalah hasil karya sendiri dan

belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

dari berbagai jenjang di perguruan tinggi manapun. Saya siap

menyerahkan softcopy untuk keperluan institusi baik kepengarangan

atau publikasi.

Jombang

Yang menyatakan

Vika setiawati

NIM: 2021030171

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah di konsulkan dan siap dipresentasikan dan dipertanggung

jawabkan pada sidang Proposal pada :

Hari :

Tanggal :

Oleh
Pembimbing I

Eka Suryaningtya, S.Kep.,M.Kes.


NIDN: 0731018602

Pembimbing II

Ns. Fika Indah Prasetya, S.Kep., MM


NIDN: 0724028603

iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Proposal ini telah diuji dan ditetapkan

Pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI

Ketua : Sylvie Puspita, S.Kep.,Ns.,M.Kep : (.....................)


NIDN : 0711069003

Anggota 1 : Eka Suryaningtya, S.Kep.,M.Kes : (.....................)


NIDN: 0731018602

Anggota 2 : Ns. Fika Indah Prasetya, S.Kep., MM : (.....................)


NIDN: 0724028603

Mengetahui,
Ketua STIKES HUSADA Ka. Prodi Sarjana Keperawatan STIKES HUSADA
Jombang Jombang

Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes., MM Sylvie Puspita, S.Kep.,Ns., M.Kep


NPP : 010201001 NIDN: 0711069003

iv
BIODATA

A. Data Pribadi

1. Nama : Vika Setiawati

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jember, 12 Juni 1986

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Alamat Asal :Perum Dharma Alam blok S 27

Kaliwates

Kabupaten Jember

5. Telepon & HP : 085233684506

6. E-mail : vikasetiawati.vs@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan Formal

1. SD Negeri 1 Yosorati - Sumberbaru 1992-1998

2. SMP Negeri 3 Tanggul - Jember 1998-2001

3. MA Negeri 1 Jember 2001-2004

4. Akper Rustida Krikilan Banyuwangi 2004-2007

jombang,

Vika Setiawati

v
MOTTO

KAMU DILAHIRKAN UNTUK MENJADI NYATA, BUKA UNTUK

MENJADI SEMPURNA

LOVE MY SELF !!!

vi
PERSEMBAHAN

Proposal ini saya persembahkan untuk :

1. Suami dan Anak tercinta, yang selalu mendukung dan memberikan

semangat, motivasi, cinta, kasih dan sayang yang begitu tulus pada saya.

2. Orang tua, Ibu dan Bapak mertua yang selalu memberikan doa, restu serta

dukungan pada saya.

3. Teman-teman seperjuangan program khusus alih jenjang, yang selalu

menyemangati satu sama lain dan selalu kompak dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Rekan-rekan perawat RS Bina Sehat, yang telah bekerja sama dengan baik

sampai terselesainya skripsi ini.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Proposal ini dilakukan untuk mencapai

gelar Sarjana Keperawatan di STIKES Husada Jombang.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drg.Yunita Puspitasari, M.Kes selaku direktur RS Bina Sehat Jember

2. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes.,MM selaku Ketua STIKES Husada Jombang.

3. Sylvie Puspita, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ka. Prodi Keperawatan STIKES

Husada Jombang.

4. Ns Fika Indah Prasetya, S.Kep.,M.Kes selaku dosen Pembimbing I yang

dengan sabar dan banyak memberikan masukan, arahan serta bimbingan

dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ns. Eka Suryaningtyas S.Kep. MM selaku dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberikan masukan dan arahan serta bimbingannya dalam

penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu penguji serta civitas akademik STIKES Husada Jombang atas

saran dan juga arahan dalam penyusunan skripsi ini.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM i


HALAMAN SURAT PERNYATAAN ii
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN Iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI iv
HALAMAN BIODATA v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR SINGKATAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN 3
1.4 MANFAAT 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 KONSEP INFARK MIOKARD 5
2.2 KONSEP NYERI 9
2.3 KONSEP RELAKSASI 14
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS PENELITIAN 16
3.1 KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN 16
3.2 HIPOTESA 17
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 18
4.1 DESAIN PENELITIAN 18
4.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN 19
4.3 POPULASI, SAMPLE DAN SAMPLING 19
4.4 KERANGKA KERJA 22
4.5 IDENTIFIKASI VARIABLE 23

ix
4.6 DEFINISI OPERASIONAL 23
4.7 ANALISA DATA 26
4.8 KETERBATASAN 29

DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 32

x
DAFTAR TABEL

Table 4.1 Tabel definisi operasional 24

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar ECG pada pasien infark miokard 8

Gambar 2.2 Gambar ECG Stemi dan Nstemi 9

Gambar 2.3 Gambar skala nyeri wajah skala peringkat 13

Gambar 2. 4 Gambar verbal rating scale 14

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian 16

Gambar 4.1 kerangka kerja 22

Gambar 4.1 Gambar skala nyeri verbal rating scale 27

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden 38

Lampiran 2 Instrumen penelitian 39

xiii
DAFTAR SINGKATAN

IMA : Infark Miokard

WHO : World Health Organization

ICU : Intensif Care Unit

RS : Rumah Sakit

NSTEMI : Non ST elevasi miokard infark

Stemi : ST elevasi miokard infark

ECG : Elektro Cardio Grafi

VRS : Verbal Rating Scale

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu sindrom dimana terganggunya

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh

berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap

insulin. Tanda dan gejala penyakit DM adalah sering buang air kecil (poliuri),

sering haus (polidipsi), sering merasa lapar (polifagia), lemas, dan mudah

lelah. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan adalah kesemutan , gatal, mata

kabur, dan impotensi pada pria, serta keputihan pada wanita. Terdapat empat

klasifikasi DM yang telah disahkan WHO yaitu DM tipe 1 dan 2, diabetes

gestasional (kehamilan), dan tipe khusus lain. DM Tipe 1 yaitu penyakit

autoimun yang ditentukan secara genetik dengan gejala-gejala yang pada

akhirnya menuju proses bertahap perusakan imunologik sel-sel yang

memproduksi insulin (Suardana, 2015). Diabetes mellitus tipe 2 merupakan

penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat menghasilkan hormon

insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak efektif menggunakan insulin yang

dihasilkan (WHO, 2011). Penderita didiagnosis DM apabila kadar glukosa

darah puasa lebih dari 126 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu lebih dari

200 mg/dl.

Berdasarkan InfoDatin 2020, menurut organisasi Internasional Diabetes

Federation (IDF) memperkirakan terdapat penduduk umur 20 – 79 tahun

didunia menderita DM, pada tahun 2019 ditemukan adanya prevalensi DM

Global sebesar 8,3%, dari 10 negara dengan jumlah penderita DM tertinggi

yaitu Indonesia menempati urutan nomor 7 sebesar 10,7%, sesuai informasi

1
2

dari Riskesdas 2018 di Jawa Timur mendapat urutan nomer 5 dari prevalensi

DM berdasarkan temuan diagnosis dokter dan mengalami peningkatan sebesar

2,6% (Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.Pdf, n.d.)). Sementara di Kabupaten

Jember informasi angka penderita Diabetes melitus belum ada kepastian

namun dilaporkan, dalam laporan tahunan Instalasi Rawat Jalan RS Bina Sehat

dilaporkan sebanyak 5926 penderita dengan diabetes melitus. (Laporan

tahunan, 2021).

DM type 2 merupakan penyakit kronis yang menimbulkan berbagai

macam komplikasi yang cukup berat. Komplikasi DM meliputi meningkatnya

resiko penyakit jantung dan stroke dan neuropati (kerusakan syaraf), retinopati

diabetikum dan gagal ginjal (Kemenkes RI, 2014). Berbagai komplikasi

tersebut yang terjadi dapat mempengaruhi terhadap kualitas hidup penderita

DM (Tamara, Byhakki, Nauli, 2014). Respon terhadap pengobatan menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi individu untuk tetap memilih

melanjutkan pengobatannya atau menghentikan pengobatannya sehingga akan

berpengaruh terhadap kualitas hidup atau Quality of Life yang dirasakan.

World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan

kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat

dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan,

harapan, standar, dan juga perhatian.

Kualitas hidup merupakan persepsi individu mengenai posisi dalam

hidup pada konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan

hubungannya dengan pendekatan yang digunakan dalam tujuan, harapan,

standar yang ditetapkan, kualitas hidup yang kurang baik dapat mempengaruhi
3

semangat untuk penderita dan keluarga yang mengasuh sehingga

mempengaruhi kualitas hidup penderita (Fayers, P. M., & Machin, D., 2013).

Kualitas hidup penderita DM type 2 meliputi beberapa aspek. Buruk atau

rendahnya kualitas hidup penderita disebabkan oleh berbagai komplikasi

diabetes melitus seperti obesitas, hipertensi, dan perubahan ungsi seksual.

Selain dari faktor komplikasi kualitas hidup juga dipengaruhi oleh dukungan

keluarga. Menurut Javanbakht (2012), pasien DM type 2 umumnya mengalami

penurunan kualitas hidup.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 12

Maret 2022 dengan wawancara kepada 5 pasien DM yang sedang menunggu

antrian di Poli penyakit dalam, didapatkan 3 pasien mengalami penurunan

kualitas hidup yang ditandai dengan jarang bersosialisasi dengan masyarakat,

tidak mengikuti beberapa aktivitas kerja bakti dan tidak ada acara rekreasi

bersama keluarga (acara rekreasi hanya dengan melihat televisi). Terdapat 2

pasien mengatakan penurunan kualitas hidup terjadi karena penyakitnya yang

sudah lama dan harus rutin kontrol, sehingga tidak banyak waktu untuk

berinteraksi dengan masyarakan, karena waktunya digunakan untuk berobat.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang,

yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, pengalaman hidup, sumber

daya, dan dukungan keluarga (Meidikayanti, 2017). Berdasarkan penelitian

yang sudah dilakukan, dukungan keluarga merupakan faktor yang paling

penting yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di

Puskesmas Pademawu (Meidikayanti, 2017). Dukungan keluarga merupakan

bentuk dukungan yang diberikan oleh salah satu anggota keluarga untuk
4

memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada seseorang yang mengalami

sakit (Friedman, 2014). Miller & Di Matteo (2013) menyampaikan bahwa

dukungan keluarga dan sosial adalah aspek penting untuk mendukung

kepatuhan dalam menjalani terapi DM. Beberapa penelitian korelasi

menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan terapi pada pasien DM (Miller & Di Matteo,

2013).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti hubungan

dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus type 2 di

Poli Penyakit Dalam RS Bina Sehat Jember.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita

diabetes melitus type 2 di Poli Penyakit Dalam RS Bina Sehat Jember?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita

diabetes melitus type 2 di Poli Penyakit Dalam RS Bina Sehat Jember

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga penderita diabetes melitus type 2 di

RS Bina Sehat Jember

2. Mengidentifikasi kualitas hidup penderita diabetes melitus type 2 di RS

Bina Sehat Jember


5

3. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

penderita diabetes melitus type 2 di Poli Penyakit Dalam RS Bina Sehat

Jember

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya

dan dapat diaplikasikan demi perkembangan ilmu keperawatan dimasa yang

akan datang

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi responden

Mendapatkan informasi dan motivasi pasien dalam meningkatkan

dukungan keluarga penderita diabetes melitus type 2 sehingga kualitas

hidup penderita menjadi lebih baik

2. Bagi rumah sakit

Mendapatkan informasi berbasis data dan teori tentang penelitian guna

untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dengan melakukan

edukasi tentang perawatan penyakit diabetes melitus type 2 untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien.

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai informasi berbasis data dan teori bagi institusi pendidikan

dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang

akan datang
6

4. Bagi perawat

Mendapatkan informasi berbasis teori yang maksimal dalam

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan cara melakukan

pendidikan kesehatan dan motivasi kepada pasien dengan Diabetes

melitus type 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian DM

DM adalah kondisi kronis yang terjadi bila ada peningkatan kadar

glukosa dalam darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau

menggunakan insulin secara efektif. Insulin adalah hormon penting yang

diproduksi di pankreas kelenjar tubuh, yang merupakan transports glukosa

dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi

energi. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel untuk merespons

insulin menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, atau hiperglikemia, yang

merupakan ciri khas DM. Hiperglikemi, jika dibiarkan dalam jangka waktu

yang lama, dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh, yang

menyebabkan perkembangan komplikasi kesehatan yang melumpuhkan dan

mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati dan

penyakit mata, yang menyebabkan retinopati dan kebutaan (IDF, 2017).

2.1.2 Klasifikasi DM

Terdapat beberapa jenis dari DM dan berikut adalah penjelasan

klasifikasi DM menurut International Diabetes Federation (IDF), 2017.

1) DM Tipe 1

DM Tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem kekebalan

tubuh menyerang sel beta penghasil insulin dipankreas. Akibatnya, tubuh

menghasilkan insulin yang sangat sedikit dengan defisiensi insulin relatif

atau absolut. Kombinasi kerentanan genetik dan pemicu lingkungan

7
8

seperti: infeksi virus, racun atau beberapa faktor diet telah dikaitkan

dengan DM tipe 1. Penyakit ini bisa berkembang pada semua umur tapi

DM tipe 1 paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Orang dengan

DM tipe 1 memerlukan suntikan insulin setiap hari untuk

mempertahankan tingkat glukosa dalam kisaran yang tepat dan tanpa

insulin tidak akan mampu bertahan.

2) DM Tipe 2

DM tipe 2 adalah jenis DM yang paling umum, terhitung sekitar 90% dari

semua kasus DM. Pada DM tipe 2, hiperglikemia adalah hasil dari

produksi insulin yang tidak adekuat dan ketidakmampuan tubuh untuk

merespon insulin secara sepenuhnya, didefinisikan sebagai resistensi

insulin. Selama keadaan resistensi insulin, insulin tidak bekerja secara

efektif dan oleh karena itu pada awalnya mendorong peningkatan

produksi insulin untuk mengurangi kadar glukosa yang meningkat namun

seiring waktu, suatu keadaan produksi insulin yang relatif tidak memadai

dapat berkembang. DM tipe 2 paling sering terlihat pada orang dewasa

yang lebih tua, namun semakin terlihat pada anak-anak, remaja dan orang

dewasa muda. Penyebab DM tipe 2 ada kaitan kuat dengan kelebihan

berat badan dan obesitas, bertambahnya usia serta riwayat keluarga. Di

antara faktor makanan, bukti terbaru juga menyarankan adanya hubungan

antara konsumsi tinggi minuman manis dan risiko DM tipe 2 (IDF, 2017).

3) DM Gestasional

DM gestasional adalah jenis DM yang mempengaruhi ibu hamil biasanya

selama trimester kedua dan ketiga kehamilan meski bisa terjadi kapan
9

saja selama kehamilan. Pada beberapa wanita DM dapat didiagnosis pada

trimester pertama kehamilan namun pada kebanyakan kasus, DM

kemungkinan ada sebelum kehamilan, namun tidak terdiagnosis. DM

gestasional timbul karena aksi insulin berkurang (resistensi insulin) akibat

produksi hormon oleh plasenta (IDF, 2017).

2.1.3 Etiologi DM

1) DM Tipe 1

DM tipe 1 disebabkan oleh penghancuran autoimun sel β pankreas. Proses

ini terjadi pada orang yang rentan secara genetik dan (mungkin) dipicu oleh

aktor atau faktor lingkungan (Skyler & Ricordi, 2011). DM tipe 1

disebabkan oleh interaksi genetika dan lingkungan, dan ada beberapa faktor

genetik dan lingkungan yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan

penyakit.

(1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan terutama virus tertentu dianggap berperan dalam

pengembangan DM tipe 1. Virus penyebab DM tipe 1 adalah rubella,

mumps dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi

sitolitik dalam sel β, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan

sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang

menyebabkan hilangnya otoimun (aktivasi limfosit T reaksi terhadap

antigen sel) dalam sel β (Brunner, Suddarth 2001).

(2) Enterovirus

Studi epidemiologi telah menunjukkan hubungan yang signifikan

antara kejadian infeksi enterovirus dan perkembangan DM tipe 1 dan /


10

atau autoimunitas (Yeung, et al. 2013), terutama pada individu yang

rentan secara genetis (Hober & Sane, 2010). Sebuah tinjauan dan

meta-analisis terhadap penelitian observasional menunjukkan bahwa

anak-anak dengan DM tipe 1 sembilan kali lebih mungkin memiliki

infeksi enterovirus (Yeung, et al. 2013).

(3) Faktor Genetik

Pasien DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi suatu

redisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya DM tipe 1.

Wilayah genom yang mengandung gen HLA (human leukocyte

antigen), dan risiko genetik terbesar untuk DM tipe 1 terkait dengan

alel, genotipe, dan haplotipe dari gen HLA Kelas II (Pociot, et al

2010). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

antigen transplantasi dan proses imun lainnya dan merupakan wilayah

gen yang terletak di kromosom 6.

2) DM Tipe 2

Terdapat hubungan yang kuat antara DM tipe 2 dengan kelebihan berat

badan dan obesitas dan dengan bertambahnya usia serta dengan etnis dan

riwayat keluarga (IDF, 2017). DM tipe 2 ditandai oleh resistensi insulin dan

penurunan progresif dalam produksi insulin sel β pankreas. Resistensi

insulin adalah kondisi di mana insulin diproduksi, tetapi tidak digunakan

dengan benar: jumlah insulin yang diberikan tidak menghasilkan hasil yang

diharapkan (Allende-Vigo, 2010; Olatunbosun, 2011). Penurunan progresif

dalam fungsi sel β pankreas adalah karena penurunan massa sel β yang

disebabkan oleh apoptosis (Butler, et al 2003); ini mungkin merupakan


11

konsekuensi dari penuaan, kerentanan genetik, dan resistensi insulin itu

sendiri (Unger & Parkin, 2010). Etiologi DM tipe 2 adalah kompleks dan

melibatkan faktor genetik dan gaya hidup.

(1) Faktor Genetik

Efek dari varian gen umum yang diketahui dalam menciptakan disposisi

pra-DM tipe 2 adalah sekitar 5% -10% (McCarthy, 2016), jadi tidak

seperti beberapa penyakit warisan, homozigot untuk gen kerentanan ini

biasanya tidak menghasilkan kasus DM tipe 2 kecuali faktor lingkungan

(dalam hal ini gaya hidup).

(2) Faktor gaya hidup / demografi

Obesitas jelas merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan DM

tipe 2, dan semakin besar tingkat obesitas, semakin tinggi risikonya.

Orang dengan obesitas memiliki risiko 4 kali lebih besar mengalami

DM tipe 2 daripada orang dengan status gizi normal (WHO, 2017).

(3) Usia

Usia yang terbanyak terkena DM adalah > 45 tahun yang di sebabkan

oleh faktor degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh, khususnya

kemampuan dari sel β dalam memproduksi insulin untuk

memetabolisme glukosa (Pangemanan, 2014).

(4) Riwayat penyakit keluarga

Pengaruh faktor genetik terhadap DM dapat terlihat jelas dengan

tingginya pasien DM yang berasal dari orang tua yang memiliki riwayat

DM melitus sebelumnya. DM tipe 2 sering juga di sebut DM life style

karena penyebabnya selain faktor keturunan, faktor lingkungan meliputi


12

usia, obesitas, resistensi insulin, makanan, aktifitas fisik, dan gaya

hidup pasien yang tidak sehat juga bereperan dalam terjadinya DM ini

(Pangemanan, 2014).

3) DM Gestasional

DM gestasional terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan,

diperkirakan terjadi karena perubahan pada metabolisme glukosa

(hiperglikemi akibat sekresi hormon – hormon plasenta). DM gestasional

dapat merupakan kelainan genetik dengan carainsufisiensi atau

berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya glikogenesis,

dan konsentrasi gula darah tinggi (OsgoodND, Roland FD, Winfried KG,

2017).

2.1.4 Faktor Risiko

Secara garis besar faktor risiko DM Tipe 2 terbagi menjadi tiga, yaitu

pertama faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat genetik,

umur ≥45 tahun, jenis kelamin, ras dan etnik, riwayat melahirkan dengan

berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat menderita DM gestasional

dan riwayat lahir dengan berat badan rendah yaitu <2500 gram. Kedua,

faktor yang dapat diubah yaitu obesitas, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,

dislipidemia, dan diet tidak sehat. Serta ketiga yaitu faktor risiko lainnya

seperti merokok dan konsumsi alkohol (PERKENI, 2015)

1) Riwayat Keluarga

Transmisi genetik adalah paling kuat terdapat dalam DM, jika orang tua

menderita DM maka 90% pasti membawa carier DM yang ditandai

dengan kelainan sekresi insulin. Risiko menderita DM bila salah satu


13

orang tuanya hanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang

tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75%. Risiko

untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah

dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam

kandungan lebih besar dari ibu (Price & Wilson, 2006).

2) Usia

Usia lebih dari 45 tahun adalah kelompok usia yang berisiko menderita

DM. Lebih lanjut dikatakan bahwa DM merupakan penyakit yang terjadi

akibat penurunan fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan

organ pankreas dalam menghasilkan hormon insulin, sehingga DM akan

meningkat kasusnya sejalan dengan pertambahan usia (Pangemanan,

2014).

3) Jenis Kelamin

Sebuah studi yang dilakukan oleh Soewondo & Pramono (2011)

menunjukkan kejadian DM di Indonesia lebih banyak menyerang

perempuan (61,6%). Hal ini dipicu oleh fluktuasi hormonal yang

membuat distribusi lemak menjadi mudah terakumulasi dalam tubuh

sehingga indeks massa tubuh (IMT) meningkat dengan persentase lemak

yang lebih tinggi (Trisnawati, 2013).

4) Riwayat Melahirkan Bayi Makrosomia

DM gestasional akan menyebabkan perubahan - perubahan metabolik dan

hormonal pada pasien. Beberapa hormon tertentu mengalami peningkatan

jumlah, misalnya hormon kortisol, estrogen, dan human placental

lactogen (HPL) yang berpengaruh terhadap fungsi insulin dalam


14

mengatur kadar gula darah (OsgoodND, Roland FD, Winfried KG, 2011).

DM gestasional dapat terjadi pada ibu yang hamil di atas usia 30 tahun,

perempuan dengan obesitas (IMT >30), perempuan dengan riwayat DM

pada orang tua atau riwayat DM gestasional pada kehamilan sebelumnya

dan melahirkan bayi dengan berat lahir >4 000 gram dan adanya

glukosuria (Simadibrata, 2006).

5) Riwayat lahir dengan BBLR atau kurang dari 2500 gram

Faktor risiko BBLR terhadap DM tipe 2 dimediasi oleh faktor turunan

dan lingkungan. BBLR disebabkan keadaan malnutrisi selama janin di

rahim yang menyebabkan kegagalan perkembangan sel beta yang

memicu peningkatan risiko DM selama hidup. BBLR juga menyebabkan

gangguan pada sekresi insulin dan sensitivitas insulin (Nadeau &

Dabelea, 2008).

6) Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan

yang dapat mengganggu kesehatan. Seseorang dikategorikan kegemukan

jika IMT >25 k g/m2 dan obesitas jika IMT>30 kg/ m2 (WHO, 2015).

Obesitas merupakan komponen utama dari sindom metabolik dan secara

signifikan berhubungan dengan resistensi insulin. Pedoman yang

dikeluarkan oleh The National Cholesterol Program-Adult Treatment

Panel menunjukkan seseorang terdiagnosa sindrom metabolik jika

menderita tiga atau lebih dari lima faktor risiko berikut (Codario, 2017):

a. Obesitas abdomen dengan lingkar pinggang > 102 cm (pria) dan > 88

cm (wanita);
15

b. Kadar trigliserida ≥ 150 mg/dl;

c. Kadar HDL < 40 m g/dl (pria) dan 50 mg/dl (wanita);

d. Tekanan darah ≥ 130/85 mmHg; dan

e. Kadar glukosa puasa ≥ 100 mg/dl.

7) Kurangnya aktivitas fisik

Data Kemenkes (2016) menunjukkan bahwa lebih dari seperempat

penduduk Indonesia kurang beraktifitas fisik.Saat berolahraga, otot

menggunakan glukosa yang tersimpan dalam otot dan jika glukosa

berkurang, otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari

darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga

memperbesar pengendalian glukosa darah (Barnes, 2012).

8) Hipertensi

Terdapat pedoman hipertensi terbaru, dimana definisi hipertensi

sebelumnya dinyatakan sebagai peningkatan tekanan darah arteri sistemik

yang menetap pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan

darah diastolik ≥ 90 mmHg menjadi ≥ 130 mmHg pada tekanan darah

sistolik atau tekanan darah diastolik ≥ 80 mmHg (AHA, 2017). Hipertensi

memiliki risiko 4,166 kali lebih besar menderita DM tipe 2 dibandingkan

dengan yang tidak mengalami hipertensi (Asmarani, 2016).

9) Dislipidemia

Dislipidemia merupakan kondisi kadar lemak dalam darah tidak sesuai

batas yang ditetapkan atau abnormal yang berhubungan dengan resistensi

insulin. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar


16

kolesterol total (Ktotal), kolesterol LDL (K-LDL), trigliserida (TG), serta

penurunan kolesterol HDL (K-HDL) (PERKENI, 2015).

10) Diet tidak sehat

Perilaku makan yang buruk bisa merusak kerjaorgan pankreas. Organ

tersebut mempunyai sel beta yang berfungsi memproduksi hormon

insulin. Insulin berperan membantu mengangkut glukosa dari aliran darah

ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Glukosa yang

tidak dapat diserap oleh tubuh karena ketidak mampuan hormon insulin

mengangkutnya, mengakibatkan terus bersemayam dalam aliran darah,

sehingga kadar gula menjadi tinggi (Pangemanan, 2014).

11) Konsumsi alkohol

Alkohol dapat menyebabkan perlemakan hati sehingga dapat merusak

hati secara kronis, merusak lambung, merusak pankreas (Riskesdas,

2018). Alkohol akan meningkatkan kadar gula dalam darah karena

alkohol akan mempengaruhi kinerja hormon insulin (Pangemanan, 2014).

12) Merokok

Pengaruh nikotin terhadap insulin di antaranya menyebabkan penurunan

pelepasan insulin akibat aktivasi hormon katekolamin, pengaruh negatif

pada kerja insulin, gangguan pada sel β pankreas dan perkembangan ke

arah resistensi insulin (Ario, 2014).

13) Pekerjaan

Pekerjaan menggambarkan secara langsung keadaan kesehatan seseorang

melalui lingkungan pekerjaan baik secara fisik dan psikologis. Soewondo

dan Pramono (2011) yang menunjukkan bahwa di Indonesia sebagian


17

besar risiko DM ada pada ibu rumah tangga (27,3%) dan pengusaha atau

penyedia jasa (20%). Studi Mongisidi (2014) menunjukkan kejadian DM

lebih sering dialami pasien yang tidak bekerja danmenunjukan terdapat

hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian DM dengan tingkat

risiko sebesar 1,544 kali.

14) Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang paling sering dianalisis karena bisa

menjadi pendekatan berbagai macam hal seperti pola pikir, kepandaian,

luasnya pengetahuan dan kemajuan berpikir. Studi yang dilakukan

Mongisidi (2014) menunjukkan proporsi populasi yang mengalami DM

di Indonesia sebagian besar ada pada orang dengan pendidikan sekolah

menengah (26%).

15) Status Sosial Ekonomi

Beberapa studi dilakukan untuk membuktikan Social Economic Status

(SES) berhubungan secara positif dengan kejadian DM. Makin tinggi

status sosial ekonomi, risiko terkena DM semakin tinggi. Studi yang

dilakukan Soewondo & Pramono (2011) serta Nainggolan dkk (2013)

menunjukkan bahwa proporsi pasien DM pada status sosial ekonomi

tinggi lebih tinggi dibanding sosial ekonomi rendah. Demikian pula studi

yang dilakukan Mongisidi (2014) kejadian DM lebih banyak diderita

pasien dengan pendapatan di atas UMR (Upah Minimum Regional).

2.1.5 Tanda dan Gejala

1) DM Tipe 1

Tanda dan gejala dari DM tipe 1 menurut IDF (2017) adalah :


18

(1) Haus yang tidak normal dan mulut kering

Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa

terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan

cairan (Pangemanan, 2014).

(2) Sering buang air kecil

Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh

relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan

berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. (PERKENI, 2015).

(3) Kekurangan tenaga / kelelahan

Kelelahan terjadi karena penurunan proses glikogenesis sehingga

glukosa tidak dapat disimpan sebagai glikogen dalam hati serta adanya

proses pemecahan lemak (lipolisis) yang menyebabkan terjadinya

pemecahan trigliserida (TG) menjadi gliserol dan asam lemak bebas

sehingga cadangan lemak menurun.

(4) Kelaparan yang konstan

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan

karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa

dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2015).

(5) Penurunan berat badan tiba-tiba

Penyusutan BB pada kondisi DM tipe I menunjukkan rendahnya

trigliserida yang tersimpan dalam tubuh sebagai akibat adanya gangguan

metabolisme lipid (Wang et al., 2014). Trigliserida seharusnya

digunakan sebagai sumber energi untuk beraktivitas (Muruganandan et

al., 2005 dalam Rini, 2012).


19

(6) Penglihatan kabur

Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) dapat menyebabkan

peningkatan tekanan osmotik pada mata dan perubahan pada lensa

sehingga akan terjadi penglihatan yang tidak jelas atau kabur.

2) DM Tipe 2

Tanda dan gejala dari DM tipe 2 menurut IDF (2017) adalah :

(1) Haus yang berlebihan dan mulut kering

Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa

terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan

cairan (Pangemanan, 2014).

(2) Sering buang air kecil dan berlimpah

Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh

relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan

berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. (PERKENI, 2015).

(3) Kurang energi, kelelahan ekstrim

Kelelahan terjadi karena penurunan proses glikogenesis sehingga

glukosa tidak dapat disimpan sebagai glikogen dalam hati serta adanya

proses pemecahan lemak (lipolisis) yang menyebabkan terjadinya

pemecahan trigliserida (TG) menjadi gliserol dan asam lemak bebas

sehingga cadangan lemak menurun.

(4) Kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki

Mati rasa merupakan hasil dari hiperglikemia yang menginduksi

perubahan resistensi pembuluh darah endotel dan mengurangi aliran

darah saraf. Orang dengan neuropati memiliki keterbatasan dalam


20

kegiatan fisik sehingga terjadi peningkatan gula darah (Pangemanan,

2014)

(5) Infeksi jamur berulang di kulit

Kadar gula kulit merupakan 55% kadar gula darah pada orang biasa.

Pada pasien DM, rasio meningkat sampai 69-71% dari glukosa darah

yang sudah meninggi. Hal tersebut mempermudah timbulnya dermatitis,

infeksi bakterial (terutama furunkel), dan infeksi jamur terutama

kandidosis (Djuanda, 2018)

(6) Lambatnya penyembuhan luka

Kadar glukosa darah yang tinggi di dalam darah menyebabkan pasien

DM mengalami penyembuhan luka yang lebih lama dibanding dengan

manusia normal (Pangemanan, 2014).

(7) Penglihatan kabur

Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) dapat menyebabkan

peningkatan tekanan osmotik pada mata dan perubahan pada lensa

sehingga akan terjadi penglihatan yang tidak jelas atau kabur.

3) DM Gestasional

Tanda dan gejala dari DM gestasional sangatlah mirip dengan pasien DM

pada umumnya, yaitu :

a. Poliuria (banyak kencing)

b. Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)

c. Pusing, mual dan muntah

d. Obesitas, TFU > normal

e. Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva


21

f. Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)

g. Glikosuria (ekskresi glikosa ke dalam urin)

2.1.6 Manajemen perawatan DM

Penatalaksanaan pada pasien DM dalam PERKENI (2015) bertujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara mengendalikan gula

darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid melalui pengelolaan secara

holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.

Penatalaksaan ini meliputi 4 pilar DM, yaitu:

1) Edukasi Pemberdayaan

Pasien DM memerlukan partisipasi aktif dari dirinya sendiri, keluarga dan

masyarakat. Tenaga kesehatan bertugas untuk memberikan informasi

terkait pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia

serta cara mengatasinya kepada pasien DM dan keluarga. Pemantauan

gula darah dapat dilakukan secara mandiri setelah pasien mendapatkan

pengetahuan dan pelatihan khusus.

2) Terapi gizi medis

Prinsip pengaturan makan pada pasien DM hampir sama dengan anjuran

makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing- masing individu.

Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45- 65% total asupan energi, asupan

lemak sekitar 20- 25% kebutuhan kalori dan protein sebesar 10 – 20%

total asupan energi, pembatasan natrium tidak boleh lebih dari 3000 mg

(1 sendok teh), konsumsi cukup serat (kurang lebih 25g/hari) dan pemanis

yang tidak berkalori (aspartam, sakarin, sucralose dll).


22

3) Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari- hari dan latihan jasmani secara teratur (3- 4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan DM tipe 2.

4) Intervensi farmakologis

Terapi farmakologis untuk pasien DM terdiri dari obat oral dan injeksi.

Berdasarkan cara kerjanya, OHO (obat hipoglikemik oral) dibagi menjadi

5 golongan, yaitu pemicu sekresi insulin (sulfonylurea dan glinid),

peningkat sensitivitas terhadap insulin (metformin dan tiazolidindion),

penghambat glukoneogenesis (metformin), penghambat absorpsi glukosa

(penghambat glukosidase) dan DPPIV inhibitor α.

2.1.7 Komplikasi

Menurut WHO (2017) komplikasi yang timbul akibat DM yaitu ketika

DM tidak dikelola dengan baik, komplikasi berkembang yang mengancam

kesehatan dan membahayakan kehidupan. Komplikasi akut adalah

penyumbang signifikan terhadap kematian, biaya dan kualitas hidup yang

buruk. Gula darah tinggi yang tidak normal dapat memiliki dampak yang

mengancam jiwa jika memicu kondisi seperti diabetes ketoasidosis (DKA)

pada tipe 1 dan 2, dan koma hiperosmolar pada tipe 2. Gula darah yang

rendah dapat terjadi pada semua tipe DM dan dapat menyebabkan kejang

atau kehilangan kesadaran. Ini mungkin terjadi setelah melewatkan makan

atau berolahraga lebih dari biasanya, atau jika dosis obat anti-DM terlalu

tinggi.
23

Seiring waktu DM dapat merusak jantung, pembuluh darah, mata,

ginjal dan saraf, dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Kerusakan seperti itu dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah, yang

dikombinasikan dengan kerusakan saraf (neuropati) di kaki sehingga

meningkatkan kemungkinan tukak kaki, infeksi dan kebutuhan amputasi

kaki. Retinopatidiabetik merupakan penyebab kebutaan yang penting dan

terjadi sebagai akibat dari akumulasi kerusakan jangka panjang pada

pembuluh darah kecil di retina. DM adalah salah satu penyebab utama gagal

ginjal. Sebab utama gangguan ginjal pada pasien DM adalah buruknya

mikrosirkulasi. Gangguan ini sering muncul paralel dengan gangguan

pembuluh darah di mata. Penyebab lainnya adalah proses kronis dari

hipertensi yang akhirnya merusak ginjal. Kebanyakan pasien sebelumnya

tidak memiliki keluhan ginjal. DM yang tidak terkontrol pada kehamilan

dapat berdampak buruk pada ibu dan anak, secara substansial meningkatkan

risiko kehilangan janin, malformasi kongenital, lahir mati, kematian

perinatal, komplikasi obstetrik, dan morbiditas dan mortalitas ibu.

2.2 Konsep Dukungan Keluarga

2.2.1 Definisi

Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu

individu menyelesaikan suatu masalah. Apabila ada dukungan, maka rasa

percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang

akan terjadi akan meningkat. Menurut Friedman (2013), dukungan keluarga


24

adalah proses yang terjadi terus menerus disepanjang masa kehidupan

manusia.

Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam

berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya.

2.2.2 Jenis Dukungn keluarga

Menurut Friedman (2013), sumber dukungan keluarga terdapat

berbagai macam bentuk seperti :

1) Dukungan informasional

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi

informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran,

sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.

2) Dukungan penilaian atau penghargaan

Dukungan penilaian adalah keluarga yang bertindak membimbing dan

menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas

anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan,

perhatian.

3) Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan,

makan, minum dan istirahat.


25

4) Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan

damai untuk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan

terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian.

2.2.3 Sumber Dukungn Keluarga

Sumber dukungan keluarga adalah sumber dukungan sosial keluarga

yang dapat berupa dukungan sosial keluarga secara internal seperti

dukungan dari suami atau istri serta dukungan dari saudara kandung atau

dukungan sosial keluarga secara eksternal seperti paman dan bibi

(Friedman, 2013). Menurut Akhmadi (2017), dukungan sosial keluarga

mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai

sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yaitu dukungan

sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan

dan bantuan jika diperlukan

2.2.4 Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga memiliki efek terhadap kesehatan dan

kesejahteraan yang berfungsi secara bersamaan. Adanya dukungan yang

kuat berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh

dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Selain itu, dukungan

keluarga memiliki pengaruh yang positif pada pemyesuaian kejadian dalam

kehidupan yang penuh dengan stress (Friedman, 2013).


26

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga antara lain:

A. Faktor internal

(1) Tahap perkembangan

Dukungan keluarga yang diberikan ditentukan oleh usia sesuai

dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan individu. Setiap

rentang usia akan memiliki respon yang berbeda pula terhadap

kesehatan pula.

(2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi persepsi individu

terhadap dukungan. Kemampuan berpikir individu akan

mempengaruhi dalam memahami faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit dan kesehatan. Hal ini sejalan dengan pendapat

Notoatmodjo (2014) yang menjelaskan bahwa seseorang yang

pernah mengikuti pendidikan formal walaupun hanya tamatan SD

akan berdampak terhadap peningkatan informasi.

(3) Faktor emosi

Faktor emosional sangat berpengaruh terhadap keyakinannya

terhadap dukungan. Individu yang tidak mampu melakukan koping

adaptif terhadap adanya ancaman penyakit akan menyangkal adanya

gejala penyakit dan tidak mau menjalani pengobatan.


27

(4) Spiritual

Aspek spiritual tampak pada individu saat menjalani kehidupannya,

mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan akan bagaimana

hubungannya dengan keluarga atau teman.

B. Faktor eksternal

(1) Praktik di keluarga Cara dan bentuk dukungan yang diberikan

keluarga akan mempengaruhi penderita dalam melaksanakan

kesehatannya. Friedman (2013) yang mengatakan bahwa dalam

anggota keluarga khususnya perempuan mempunyai peranan

penting sebagai caregiver, perempuan tentunya mempunyai

perasaan yang lebih peka dalam merawat anggota keluarga yang

sakit.

(2) Faktor sosioekonomi Faktor sosioekonomi dapat memungkinkan

risiko terjadinya penyakit dan sangat berpengaruh terhadap individu

dalam melaksanakan kesehatannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi

biasanya akan lebih tanggap terhadap tanda dan gejala penyakit. Hal

ini sesuai dengan pendapat Safarino (2006) yang menyatakan bahwa

dukungan sosial keluarga dapat diberikan dari teman, tetangga,

keluarga dan teman kerja. Selain itu dapat disebabkan karena

keluarga sering mengantar pasien ke rumah sakit dan cukup

memahami bagaimana merawat pasien. Menurut Irmansyah (2018)

ada beberapa hal yang perlu dilakukan keluarga dalam menghadapi

keluarga:

1. Memastikan penderita minum obat dengan teratur


28

2. Memotivasi dan membawa penderita untuk kontrol ke dokter

secara teratur

3. Memberi dukungan, kehangatan dan perhatian pada penderita

4. Menerima keadaan penderita apa adanya, tidak selalu

menyalahkan atau mengucilkan penderita

5. Melibatkan penderita pada kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan

kemampuan penderita

6. Menyerahkan beberapa tanggung jawab yang sesuai dengan

keadaan penderita

7. Sedapat mungkin menghindari terjadinya masalah kehidupan

yang terlalu berat bagi penderita yang dapat menimbulkan

tekanan (stress) pada penderita

2.2.6 Pengukuran dukungan keluarga

Pengukuran dukungan keluarga dilakukan dengan memberikan pertanyaan

melalui kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau

pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya

(Hasdianah, 2015). Pengukuran dukungan keluarga menurut Nursalam

(2016) sebagai berikut:

1. Dukungan keluarga baik jika nilai 76%-100%

2. Dukungan keluarga cukup jika nilai 56%-75%

3. Dukungan keluarga kurang jika nilai 0%-55%


29

2.3 Konsep Kualitas Hidup

2.3.1 Pengertian

Kualitas hidup merupakan komponen penting dalam evaluasi

kesejahteraan dan kehidupan pasien odha. Kualitas hidup memiliki enam

pokok diantaranya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, tingkat

kemandirian, hubungan sosial, lingkungan serta keadaan spiritual (WHO,

2017).

Kualitas hidup adalah suatu pemahaman individu mengenai suatu

tempat dalam budaya dan nilai-nilai dimana individu hidup serta

hubungannya dengan tujuan, impian, standar yang ditetapkan dan perhatian

seseorang (Hastuti, 2014).

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dibedakan menjadi

dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal

meliputi umur dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal meliputi

pendidikan, pekerjaan, lama terapi anti retroviral, infeksi oportunistik.

1. Umur

Tingkat kematangan usia individu akan berpengaruh terhadap pola

berfikir seseorang. Bila kematangan usia individu tersebut cukup tinggi,

maka pola berfikir seseorang akan lebih baik. Individu dengan usia

yang matang akan lebih berfikir secara rasional dan termotivasi dalam

menjalani hidupnya. Sedangkan individu dengan usia yang lebih muda

cenderung tidak terlalu memperhatikan pentingnya kualitas hidupnya.


30

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi kualitas hidup, dimana laki-laki

cenderung lebih mempunyai kualitas hidup yang tinggi dibandingkan

dengan perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki secara umum kurang

berinteraksi terhadap lingkungan sekitar mereka tinggal dan bekerja

diluar tempat tinggalnya.

3. Pendidikan

Pada umum tingkat pendidikan tinggi dapat menentukan mudah

tidaknya individu untuk menyerap dan memahami pengetahuan dengan

baik. Sedangkan individu dengan pendidikan rendah, kurang mampu

menerima informasi-informasi yang didapatkan dari orang lain.

Sehingga sangat perpengaruh terhadap kualitas hidup mereka

4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan bagian penting yang mempengaruhi kualitas

hidup. Terdapat perbedaan antara odha yang bekerja dengan yang tidak

bekerja. Dimana orang yang berstatus bekerja mempunyai fisik yang

lebih baik dibandingkan dengan yang tidak serta berperan aktif dalam

peningkatan kualitas hidupnya terutama dalam kesehatan mental, dan

lingkungan sosial.

2.3.3 Dimensi kualitas hidup

Secara umum ada 6 domain yang digunakan dalam mengukur kualitas

hidup diantaranya yaitu dimensi kesehatan fisik, kesehatan psikologi,

tingkat aktivitas, hubungan sosial, lingkungan dan agama/spiritual.

Domain-domain yang termasuk adalah sebagai berikut (Hastuti, 2014):


31

1. Dimensi kesehatan fisik

a. Nyeri dan ketidaknyamanan fisik

Memaparkan suatu kesehatan yang kurang menyenangkan yang

dirasakan seseorang, dan berubah menjadi sesuatu yang

menyedihkan dan berpengaruhi kehidupan individu. Rasa tidak

menyenangkan tersebut meliputi sakit pada salah satu anggota

tubuhnya, nyeri pada tubuh dengan frekuensi lama ataupun pendek.

Dikatakan nyeri apabila seseorang mengatakan dan merasakan

nyeri, biarpun tidak adanya alasan medis yang membuktikannya

b. Tenaga dan lelah

Hal ini mencakup keinginan untuk selalu bisa melakukan aktivitas

sehari-hari, misalnya tenaga untuk bekerja, dan berekreasi.

Kelelahan adalah akibat dari berbagai hal misalnya sakit karena

kelelahan, ataupun pekerjaan terlalu berat.

c. Istirahat tidur

Tidur dan istirahat permasalahan ini termasuk diantaranya kesulitan

tidur, bangun pada saat malam hari, bangun terlalu pagi dan tidak

bisa kembali untuk tidur sehingga kurang merasa segar pada saat

bangun di pagi harinya

2. Dimensi kesehatan psikoliogis

a. Perasaan positif

Perasaan positif ini termasuk seberapa banyak pengalaman

seseorang dari ketenangan, kegembiraan, harapan, kesenangan,

pandangan individu terhadap hal-hal yang baik di dalam hidup


32

mereka perasaan untuk masa depan adalah bagian penting dari

dimensi kesehatan psikologis.

b. Konsentrasi dan pemikiran

Dimensi ini terdiri dari bagaimana seseorang dalam menghatapi

pembelajaran, ingatan konsentrasi serta kemampuan individu untuk

membuat suatu keputusan. Ini berpengaruh pada kecepatan dan

kejelasan individu dalam memberikan pendapat serta dapat

berkonsentrasi terhadap hal-hal yang dilakukan

c. Harga diri

Mengarah pada apa yang individu rasakan terhadap diri mereka

sendiri. Ini berfokus dengan perasaan individu dari kemampuan diri,

hasil yang dicapai, kepuasan dengan diri, keberartian, berharga dan

kendali diri.

d. Gambaran diri

Aspek ini mengarah pada suatu pandangan seseorang pada

penampilan fisiknya, apabila ada bagian tubuh yang cacat akan

dapat dikoreksi oleh orang lain misalnya berdandan, berpakaian,

menggunakan organ buatan, kekurangan dalam tubuhnya dan lain-

lain.

e. Perasaan negatif

Perasaan negatif merupakan suatu keadaan dalam diri seseorang

sebagai suatu akibat dari yang dialami individu ataupun

persepsinya. Misalnya hilangnya semangat akibat suatu penyakit

yang dialaminya, perasaan berdosa, kesedihan, putus asa, gelisah,


33

cemas dan merasa kurang bahagia dalam hidup yang berakibat pada

fungsi keseharian individu.

3. Dimensi kesehatan kemandirian

a. Pergerakan

Aspek pergerakan merupakan kemampuan individu dalam

berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, bergerak disekitar

rumah tempat individu tinggal, bergerak disekitar tempat kerja dan

lain-lain

b. Aktivitas hidup sehari-hari

Ini mengacu pada kemampuan seseorang dalam melakukan suatu

aktivitas termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat bagi

individu. Aspek yang dimaksud ini adalah individu masih

tergantung pada orang lain yang membantu dalam aktivitas

keseharian yang berakhir pada kualitas hidup individu.

c. Ketergantungan pada pengobatan

Ketergantungan individu pada medis ataupun pengobatan alternatif

dalam mendukung fisik seseorang dan kesejahteraan psikologis

mereka. Pengobatan tersebut pada beberapa kasus tertentu dapat

menyebabkan efek negatif pada kualitas hidup individu di saat yang

sama pada kasus lain menambah kualitaas hidup individu mereka,

tergantung pada penyakit yang mereka alami.

d. Kapasitas kerja

Bekerja dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas besar dimana

individu disibukkan. Aktivitas besar tersebut dapat diartikan sebagai


34

pekerjaan untuk mendapatkan upah, pekerjaan tanpa upah, kerja

sukarela untuk masyarakat, merawat anak dan tugas rumah tangga

4. Dimensi hubungan sosial

a. Hubungan perorangan

Hubungan perorangan ini mengacu pada perasaan seseorang

terhadap persahabatan, cinta dan dukungan dari orang-orang dalam

kehidupan individu secara emosi dan fisik. Tingkatan hubungan

perorangan dimana individu merasa mereka bisa berbagi

pengalaman baik senang maupun sedih atau saling berbagi dengan

orang yang dipercaya/dicintai

b. Hubungan sosial

Dukungan sosial ini mengarah pada apa yang individu alami,

misalnya tersedianya bantuan dari orang-orang terdekat individu. Ini

berfokus pada seberapa sering seseorang alami pada dukungan

keluarga ataupun teman dan .lingkungan, tergantung pada dukungan

di saat masa sulit

5. Dimensi lingkungan

a. Keamanan fisik

Keamanan fisik merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari

ancaman. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk

melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik,

misalnya memberikan lingkungan yang aman dan nyaman.


35

b. Sumber penghasilan

Sumber penghasilan mengacu pada pandangan individu terhadap

penghasilan yang didapatkan (sumber penghasilan dari tempat lain).

Hal ini termasuk dalam apakah orang dapat menghasilkan atau

tidak, dimana akan berpengaruh terhadap kualitas hidup

c. Fungsi keluarga

Aspek ini mengacu pada pandangan individu pada kemampuan

anggota keluarga untuk menjalankan fungsinya. Anggota keluarga

membina hubungan yang baik antara anggota keluarga

d. Kesempatan mendapatkan informasi

Kesempatan mendapat informasi merupakan kesempatan dan

keinginan individu untuk mendapatkan pengetahuan yang baru dan

peka terhadap apa yang terjadi. Termasuk informasi tentang

kesehatan individu, informasi cara hidup sehat dan lain-lain

e. Partisipasi dalam kesempatan rekreasi

Partisipasi ini mengacu pada kemampuan individu, kesempatan dan

keinginan untuk berpatisipasi dalam waktu luang, misalnya hiburan

dan relaksasi.

f. Transportasi

Aspek transportasi mengacu pada pandangan seseorang seberapa

mudah untuk mendapatkan bantuan dan menggunakan layanan

transportasi.
36

6. Dimensi spiritual atau kepercayaan

Aspek spiritual atau kepercayaan mengacu pada kepercayaan seseorang

serta bagaimana pengaruh pada kualitas hidupnya. Aspek ini bisa

membantu individu dalam mengurangi kesulitan hidup individu, dan

memberi kekuatan pada hidupnya

2.3.4 Pengukuran kualitas hidup

Pengukuran kualitas hidup menurut Notoadmojo (2014), sebagai berikut:

1. Kualitas hidup tinggi jika jawaban 80-100%

2. Kualitas hidup sedang jika jawaban 60-79%

3. Kualitas hidup rendah jika jawaban < 60%.


BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah kerangka berfkr yang membentuk teori,

dengan menjelaskan keterkaitan antar varabeli yang belum diketahui (Fathi,

2020).
Pasien DM tpie 2

Faktor yang
mempengaruhi dukungan
keluarga:
A.Faktor internal
1. Tahap Perkembangan 1. Dukungan keluarga
2. Pendidikan dan tingkat baik
Dukungan 2. Dukungan keluarga
pengetahuan
keluarga cukup
3. Faktor emosi
4. Spiritual 3. Dukungan keluarga
B.Faktor eksternal kurang
1. Prakteki dikeluarga 4.
2. Faktor sosioekonomi

Faktor yang
mempengaruhi kualitas 1. Kualitas hidup tinggi
hidup: 2. Kualitas hidup
1. Umur sedang
Kualtas hidup
2. Jenis kelamin 3. Kualitas hidup
3. Pendidikan rendah
4. Pekerjaan 5.

Keterangan:

Diteliti

Tidak Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konseptual

37
38

3.2 Hipotesa

Hipotesa adalah pernyataan mengenai keadaan populasi atau

parameter yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang di peroleh

dari sampel penelitian (Sugiyono, 2016).

Hipotesa dalam penelitian ini adalah:

H1: Ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita

diabetes melitus type 2 di Poli Penyakit Dalam RS Bina Sehat Jember


BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain kuantitatif jenis korelasi

dengan pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan

pengukuran sekali dan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo. 2015).

Dukungan keluarga Kualitas hidup pasien


pasien DM type 2 DM type 2

Gambar 4.1 Desain penelitian

4.1.1 Kerangka kerja penelitian


Desain penelitian
Kuantitatif jenis korelasi

Populasi
Semua pasien DM type 2 di Poli Penyakit Dalam RS Bina Sehat Jember 471 paien

Sampel
Pasien DM type 2 di Poli Penyakit Dalam RS Bina Sehat 83 responden

Teknik sampling
Purposive sampling

Analisa data
Uji Kendall’ Tau

Kesimpulan
H0 diterima jika p>α (α=0,05)
H0 ditolak jika p<α (α=0,05)
Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian

39
40

4.2 Populasi, sampel dan teknik sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generelasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2014). Populasi penelitian ini adalah rata-rata kunjungan semua pasien DM

type 2 di Poli Penyakit Dalam RS Bina Sehat Jember yaitu bulan Januari

518 dan Februari 423 pasien sehingga didapatkan populasi 471 pasien.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Adapun besar sampel dalam

penelitian ini adalah sebanyak 83 responden.

n= N
N(d)² + 1

= 471
471(10 % ¿ ¿ 2+ 1
= 82,48 = 83 responden

Keterangan :

n= Jumlah Sampel

N= Jumlah populasi

d= Tingkat kesalahan (10%)

4.2.3 Teknik sampling

Sampling adalah suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak

menyeluruh, yaitu tidak mencakup seluruh obyek penelitian (popupasi)


41

akan tetapi sebagian saja dari populasi (Sugiyono, 2014). Penelitian ini

menggunakan teknik sampling purposive sampling yaitu teknik

pengambilan sumber data dengan penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. (Sugiyono, 2014).

Kriteria responden dalam penelitian ini adalah:

1. Kriteria inklusi

a. Usia pasien 20-60 tahun

b. Bisa membaca dan menulis

c. Dokter penanggung jawab dokter penyakit dalam

d. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

a. Pasien memerlukan tindakan gawat darurat

b. Pasien poli yang disarankan rawat inap oleh DPJP

c. Pasien konsulan dari Poli spesialis lain

4.3 Variabel penelitian dan definisi operasional

4.3.1 Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014). Variabel dalam

penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen yaitu dukungan keluarga pasien DM type 2

2. Variabel dependen yaitu kualitas hidup pasien DM type 2


42

4.3.2 Definisi operasional

Definisi operasional adalah bagaimana peneliti akan menjelaskan tentang

suatu variabel yang akan diteliti (sugiyono, 2014).

Tabel 4.1 definisi operasional


No. Variabel Pengertian Indikator Instrumen Skala Skor
1. Independen Bantuan yang Pengukuran Kuesioner Ordinal Dukungan
Dukungan diberikan oleh menggunakan keluarga baik
keluarga keluarga dalam kuesioner : 76-100%
pasien DM bentuk dukungan Dukungan
type 2 informasi keluarga yaitu: keluarga
tentang penyakit 1. Dukungan sedang: 56-
DM, perhatian, emosional 75%
keuangan , 2. Dukungan Dukungan
makan, minum, instrumental keluarga
dan transportasi 3. Dukungan rendah: 0-
informasi / 55%
pengetahuan (Nursalam.
4. Dukungan 2016)
penghargaan
2. Dependen Suatu Pengukuran Kuesioner Ordinal Kualitas
Kualitas pemahaman menggunakan hidup baik :
hidup individu kuesioner 80-100%
mengenai suatu kualitas hidup Kualitas
tempat dalam yaitu: hidup sedang:
budaya dan 1. Domain 60-80%
nilai-nilai kesehatan fisik Kualitas
dimana individu 2. Domain hidup rendah:
hidup serta kesehatan jiwa <60%
hubungannya 3. Domain (Notoadmojo.
dengan tujuan, hubungan 2014)
impian, standar sosial
yang ditetapkan
43

dan perhatian 4. Domain


seseorang lingkungan

4.4 Bahan penelitian

Bahan penelitian dalam penelitian ini adalah pasien DM type 2 di Poli

Penyakit Dalam RS Bina Sehat Jember. Data yang mendukung penelitian ini

adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari obyek yang diteliti oleh

orang atau organisasi yang sedang melakukan penelitian (Nugraha, 2021)

4.5 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan dan digunakan untuk

mengumpulkan data (Sugiyono, 2014). Instrumen dalam penelitian ini adalah

kuesioner.

4.6 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poli Penyakit dalam RS Bina Sehat Jember dengan

waktu pada bulan Agustus 2022.

4.7 Prosedur pengumpulan dan pengambilan data

Langkah-langkah yang di tempuh dan Teknik yang digunakan untuk

pengambilan data adalah sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan prosedur administrasi dengan mendapatkan Izin dari

STIKes Husada Jombang

2. Peneliti mengajukan surat izin Penelitian kepada Pimpinan RS Bina Sehat

Jember melalui bagian sekretariat untuk mendapatkan data awal dan

melakukan penelitian.
44

3. Selanjutnya setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menghadap dan

meminta izin kepada kepala rawat jalan RS Bina Sehat Jember untuk

menjelaskan tujuan dan meminta data awal yang diperlukan

4. Setelah mendapatkan data awal selanjutnya peneliti menetapkan calon

responden

5. Peneliti memperkenalkan diri dan melakukan inform consent kepada

pasien atau keluarga

6. Pasien atau keluarga yang telah menyetujui dan memenuhi kriteria

penelitian akan dilakukan penilaian.

7. Peneliti memberikan kuesioner untuk diisi oleh pasien yang akan

melakukan penelitian selama satu bulan dimulai pada bulan Agustus 2022

8. Setelah penelitian selesai peneliti melaporkan ke bagian sekretariat

9. Setelah selesai peneliti akan melakukan pengolahan data.

Adapun proses pengolahan data sebagai berikut:

4.7.1 Coding

Proses ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data

yang masuk.. Pada tahap ini peneliti melakukan pemberian kode terhadap

setiap jawaban dalam bentuk angka yang dimasukkan ke dalam komputer.

Kode yang digunakan berdasarkan karakteristik yang diuji seperti pasien

berdasarkan usia ( 1: 20-36 tahun, 2: 36-45 tahun, 3: 45-60 tahun), jenis

kelamin ( 1: laki-laki, 2: perempuan ), pendidikan ( 1: SD, 2: SMP, 3:

SMA, 4: D3/S1, 5: tidak sekolah), pekerjaan (1: PNS, 2: swasta, 3:

wiraswasta, 4: tidak bekerja)


45

4.7.2 Transfering

Pada tahap ini data yang telah dilengkapi kemudian dimasukkan ke dalam

tabel sesuai dengan variabel yang diteliti berdasarkan masing-masing

variabelnya.

4.7.3 Tabulating

Data yang disimpulkan kemudian ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi

frekwensi. Data yang dimasukkan adalah tabel master.

4.8 Analisa data

4.8.1 Analisa univariat

Analisa univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu variabel

secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan variabel

lainnya (Notoatmojo, 2014). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah

menganalisa masing masing variabel yaitu karakteristik responden,

dukungan keluarga pasien DM type 2, kualitas hidup pasien DM type 2.

4.8.2 Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisa untuk menguji ada atau tidaknya hubungan

antara variabel dependen dan variabel independen (Notoatmojo, 2014).

Analisa bivariat dalam penelitian ini yaitu, menghubungkan dukungan

keluarga pasien DM type 2 dengan kualitas hidup pasien DM type 2 di Poli

penyakit dalam RS Bina Sehat Jember. Uji analisa statistik yang digunakan

adalah Kendall’s Tau.


46

4.9 Etika penelitian

4.9.1 Lembar persetujuan

Merupakan cara persetujuan antar penelitian dengan responden penelitian

(pasien/ keluarga pasien) dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar

persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Jika responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati hak-hak responden.

4.9.2 Tanpa nama

Yaitu tidak memberikan nama responden pada lembar pengumpulan data.

Lembar tersebut hanya diberi nama inisial tertentu.

4.9.3 Kerahasiaan

Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti

4.9.4 Azas manfaat

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence).

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek

(nonmaleficence). Apabila intervensi peneliti berpotensi mengakibatkan

cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan

penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres maupun

kematian subyek penelitian.


47

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : EGC


Brunner & Suddarth. 2012. Keperawatan medical bedah. Edisi 10. Volume 3.
Jakarta. Penerbit: Buku kedokteran : EGC
Friedman, M.M. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan
Praktek. Jakarta: EGC
Hober & Sane. 2010. Enteroviral pathogenesis of type 1 diabetes. Hal. 1-2.
https//www.nebi.nlm.nih.gov/pubmed/20807476
International Diabetes Federation. 2017. IDF Diabetes Atlas Eighth Edition 2017.
International diabetes federation.doi: 10.1016/j.diabres.2009.10.007.
KBBI. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://www.kbbi.web.id/patuh
Kemenkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
Kaplan dan Sadock. 2010. Sinopsis Psukiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara

Kozier, Barbara & Erb, Glenora, dkk. 2012. Funda mental keperawatan. Edisi 8
volume 1. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Kumar, G . S., Majumdar, A., Pevithra, G. 2014. Quality of Life (QOL) and Its
Associated Factors Using WHOQOL-BREF Among Elderly in Urban
Puducherry, India. Journal of Clinical & Diagnostic Research, 8(1), 54–57.
Mansjoer, Arif, dkk. 2019. Kapita selekta kedokteran. Edisi 7. Jilid 2. Jakarta.
EGC
Nursalam, 2016. Metode penelitian ilmu keperawatan. Edisi 5. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.
Notoatmojo, Soekidjo, 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta : rineka cipta
RS Bina Sehat. 2021. Laporan Tahunan Rawat Jalan RS Bina Sehat
48

Skyler, Ricordi. 2011. Stopping type 2 DM, attempts to prevetor care type 1 DM
in man, Vol. 60, Hal. 1-2
htpps://www.nebi.nlm.nih.gov/pubmed/21193733
Snell, Richard S. 2012. Neuro anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Editor
: Devi Yulianti. Ed. Ke-7. Jakrta : EGC
Yeung et all. 2011. Enterovirus infection and type 1 DM melitus, systematic
riview and meta-analysis of observational molecular studies, hal. 1-2
https://www.nebi.nim.nih.gov/pubmed/21292721
49

Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENADI RESPONDEN

Saya mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Husada Jombang

Nama : Ika Arifianti

NIM : 2021030167

Bermaksud melaksanakan penelitian tentang “Hubungan dukungan keluarga


dengan kualitas hidup pasien DM type 2 di Poli Penyakit Dalam RS Bina Sehat
Jember”

Adapun informasi yang diberikan dan diterima akan dijamin kerahasiaan dan saya
bertanggung jawab apabila informasi ang diberikan merugikan. Sehubungan
dengan hal tersebut, apabila Anda setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini
mohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.

Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Responden Peneliti

( ) Ika Arifiyanti
50

Lampiran 2
INSTRUMENT PENELITIAN

A. DATA RESPONDEN
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :

B. Kuesioner Dukungan Keluarga


Berikan tanda ceck (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda

No Dukungan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah
Dukungan emosional

1. Keluarga mendampingi
pasien dalam perawatan
2. Keluarga tetap
memperhatikan keadaan
pasien selama pasien
sakit
3. Keluarga berusaha
mendengarkan setiap kali pasien
mengeluh
4. Keluarga dengan ramah
membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan
pasien
Dukungan instrumental

5. Keluarga menyediakan waktu


dan fasilitas jika pasien
memerlukan
untuk keperluan pengobatan
6. Keluarga berperan aktif dalam
setiap pengobatan dan perawatan

7. Keluarga bersedia membiayai


perawatan dan pengobatan
pasien
51

8. Keluarga mencarikan kebutuhan


sarana dan peralatan yang pasien
perlukan
Dukungan informasi/
pengetahuan
9. Keluarga tidak memberitau
mengenai hasil pemeriksaan
dokter
10. Keluarga mengingatkan pasien
untuk minum obat, latihan dan
makan
11. Keluarga memberikan
informasi pada pasien
tentang hal-hal yang bisa
memperburuk penyakit
pasien.
12. Keluarga menjelaskan kepada
pasien setiap pasien bertanya
hal-
hal yang tidak jelas
tentang penyakitnya.
Dukungan penghargaan
13. Keluarga memberi pujian ketika
pasien melakukan sesuai
yang dikatakan dokter
14. Keluarga berusaha
mensupport pasien dalam
pengobatan
15. Keluarga berusaha
menghibur pasien setiap
kali pasien sedih
52

C. Kuesioner kualitas hidup


Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan Anda terhadap kualitas hidup,
kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup Anda. Saya akan membacakan setiap
pertanyaan kepada Anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah
jawaban yang menurut Anda paling sesuai. Jika Anda tidak yakin tentang
jawaban yang akan Anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran
pertama yang muncul pada benak Anda seringkali merupakan jawaban yang
terbaik.
Petunjuk pengisian kuesioner
1. Pilihlah jawaban dibawah ini dengan jujur dan sesuai dengan bapak/ibu
rasakan dalam 2 minggu terakhir
2. Lingkari jawaban yang bapak ibu pilih
3. Pilihlah jawaban bapak/ibu akan dirahasuakan dan tidak dipublikasikan
4. Tanyakan kepada peneliti jika ada kesulitan
No Pertanyaan Sangat Buruk Biasa baik Sangat
. buruk saja baik
1 Bagaimana
menurut Anda
kualitas hidup
Anda?

No. Pertanyaan Sangat Tidak Biasa memuaskan Sangat


tidak memuaskan saja memuaskan
memuaskan
2 Seberapa
puas Anda
terhadap
kesehatan
Anda ?

Pertanyaan berikut tentang seberapa sering Anda telah mengalami hal-hal


berikut ini dalam 2minggu terakhir
53

No. Pertanyaan Tidak Sedikit Dalam Sangat Dalam


sama jumlah sering jumlah
sekali sedang berlebih
3 Seberapa jauh
rasa sakit fisik
menghalangi
Anda untuk
beraktifitas
sesuai
kebutuhan
Anda?
4 Seberapa
sering Anda
membutuhkan
terapi medis
untuk
menjalankan
aktifitas sehari-
hari?
5 Seberapa jauh
Anda
menikmati
hidup Anda?
6 Seberapa jauh
Anda merasa
hidup Anda
bermakna?
7 Seberapa baik
Anda bisa
berkonsentrasi?
8 Secara umum,
seberapa aman
54

perasaan Anda
dalam
kehidupan
sehari-hari?

Pertanyaan berikut adalah tentang bagaimana Anda benar-benar mengalami


atau mampu melakukan hal-hal berikut dalam 2 minggu terakhir.
No Pertanyaan Tidak Sedikit Sedang Sering Sepenuhnya
sama kali dialami
sekali
9 Apakah Anda
memiliki
cukup energi
untuk
beraktivitas
sehari-hari?
10 Apakah Anda
dapat
menerima
penampilan
tubuh Anda?
11 Apakah Anda
memiliki
cukup uang
untuk
memenuhi
kebutuhan
Anda?
12 Seberapa jauh
Anda
mendapatkan
informasi
55

yang Anda
butuhkan
dalam
kehidupan
sehari-hari?
13 Seberapa
sering Anda
memiliki
kesempatan
untuk
bersenang-
senang atau
rekreasi?
14 Seberapa baik
kemampuan
Anda dalam
bergaul?

No. Pertanyaan Sangat Tidak Biasa Memuas Sangat


tidak memuas saja kan memuas
memuaska kan kan
n
15 Seberapa
puaskah Anda
dengan tidur
Anda?
16 Seberapa
puaskah Anda
dengan
kemampuan
Anda untuk
melakukan
56

aktivitas
kehidupan
Anda sehari-
hari?
17 Seberapa
puaskah Anda
dengan
dukungan
yang Anda
peroleh dari
teman Anda?
18 Seberapa
puaskah Anda
dengan
kondisi
tempat Anda
tinggal saat
ini?
19 Seberapa
puaskah Anda
dengan akses
Anda pada
pelayanan
kesehatan?

Pernyataan berikut mengacu pada seberapa sering Anda merasakan atau


mengalami hal-hal berikut dalam 2 minggu terakhir
No. Pertanyaan Sangat Baik Biasa Buruk Sangat
baik saja buruk
20 Seberapa
sering Anda
memiliki
57

perasaan
negatif seperti
kesepian,
putus asa,
cemas dan
depresi?

Anda mungkin juga menyukai