INTERNAL
SKRIPSI
Disusun oleh:
Hilaria Fortuna
12180391
YOGYAKARTA
2022
LAMAN JUDUL
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI
Guna Memperoleh
Disusun Oleh:
Hilaria Fortuna
12180391
YOGYAKARTA
2022
2
HALAMAN PENGESAHAN
3
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
4
HALAMAN MOTTO
“No matter how hard the past, I can always begin again - I choose happiness”
-unknown
“Jadikanlah semua makhluk sebagai guru, dan jadikanlah semua tempat sebagai
sekolah. Jangan lihat siapa pembawa pesannya, tapi lihatlah apa pesannya”
-dinatrya
“You can’t force someone to give you closure. So stop torturing yourself waiting
for it. Give it to yourself. You know what happened. You don’t need their
acknowledgment or validation”
-Najwa Zebian
“Berikan saya ketenangan untuk menerima apa yang tidak bisa saya ubah,
-Reinhold Nieburh
“I am not the things my family did, I am not the voices in my head, I am not the
-India Arie
“I focus on what I can control and make peace with what I can’t”
-unknown
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus dan alam semesta yang telah memberikan segala anugerah-Nya
Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan kalian.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Yogyakarta. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
2. Christine Novita Dewi, S.E., M.Acc., Akt., CA., CMA., CPA, selaku ketua
3. Eka Adhi Wibowo, S.E., M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah
4. Pihak Gereja Maria Ratu Rosari Lebang yang telah banyak membantu
6. Kedua orang tua saya, bapak Andi, S.H dan ibu Sopianingsih, S.Pd, serta
kakak laki-laki saya Fortunatus Sandy Febrian, dan adik laki-laki saya
moral;
7
7. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini;
Berti, Cika, Lilis, Nadya Sipayung, April, Irene, Merri Tarigas, dan Meri
Erania.
8. Keluarga Sangmane: Hendy, Nadya, Odo’, Risto, Ikky, Sem, Retha, Bymo,
Aldiks, Kolo, Cindy dan Marko yang banyak memberikan pengalaman baru
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat
Hilaria Fortuna
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iv
HALAMAN MOTTO v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
ABSTRAK xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 5
1.5 Kontribusi Penelitian 6
1.6 Batasan Penelitian 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA 7
2.1 Landasan Teori 7
2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal 7
2.1.2 Tujuan Pengendalian Internal 8
2.1.3 Pengertian Persepsi 9
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi 9
2.1.5 Religiusitas 10
2.2 Belief System dalam Gereja 11
2.3 Pengembangan Hipotesis 16
2.3.1 Gender dan Persepsi Pengendalian Internal di Gereja 16
2.3.2 Usia dan Persepsi Pengendalian Internal di Gereja 17
2.3.3 Tingkat Pendidikan & Persepsi Pengendalian Internal di Gereja 17
2.3.4 Religiusitas dan Persepsi Pengendalian Internal di Gereja 17
2.4 Model Penelitian 18
9
BAB III METODE PENELITIAN 19
3.1 Data dan Sumber 19
3.1.1 Populasi dan Sampel 19
3.2 Variabel Penelitian 20
3.2.1 Variabel Dependen 20
3.2.2 Variabel Independen 21
3.3 Definisi Variabel dan Pengukurannya 21
3.3.1 Persepsi Anggota Gereja 21
3.3.2 Gender 21
3.3.3 Usia 22
3.3.4 Tingkat Pendidikan 23
3.4 Desain Penelitian 24
3.5 Gambaran Umum Gereja Maria Ratu Rosari Lebang 26
3.6 Teknik Analisis Data Kuantitatif 28
3.6.1 Statistik Deskriptif 28
3.6.2 Uji Validitas 28
3.6.3 Uji Reliabilitas 29
3.7 Pengujian Hipotesis 29
3.7.1 Uji Mann-Whitney 29
3.7.2 Uji Korelasi Rank Spearman 30
3.8 Deskripsi Subjek Data Kualitatif 31
3.8.1 Informan 1 (FW) 31
3.8.2 Informan 2 (YA) 31
3.8.3 Informan 3 (A) 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32
4.1 Data Responden 32
4.2.1 Uji Validitas 33
4.2.2 Uji Reliabilitas 34
4.3 Analisis Data Kualitatif 39
4.3.2 Pengkodean 39
4.4 Interpretasi 44
4.5 Rangkuman 45
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 48
5.1 Kesimpulan 48
10
5.2 Keterbatasan 50
5.3 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 56
11
DAFTAR TABEL
12
“PERSEPSI ANGGOTA GEREJA TERHADAP PENGENDALIAN
INTERNAL
(STUDI KASUS PADA GEREJA MARIA RATU ROSARI LEBANG)”
Hilaria Fortuna
12180391
Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis
Universitas Kristen Duta Wacana
Email: hfortuna21@gmail.com
ABSTRAK
13
“CHURCH MEMBERS PERCEPTIONS ON INTERNAL CONTROL
(CASE STUDY ON THE CHURCH OF MARIA RATU ROSARI
LEBANG)”
Hilaria Fortuna
12180391
Accounting Study Program, Faculty of Business
Duta Wacana Christian University
Email: hfortuna21@gmail.com
ABSTRACT
14
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari sudut pandang akuntansi, jenis organisasi dibagi ke dalam dua
sektor, yakni akuntansi yang berhubungan dengan bisnis yang dikenal dengan
ataupun nirlaba. Sebagaimana yang kita ketahui jika organisasi adalah untuk
2016).
dapat terjadi jika ada pengelolaan dan pertanggungjawaban dana yang baik atas
dana yang terkumpul, yakni; transparan dan akuntabel (Lovita & Albert, 2021).
dipengaruhi oleh tujuan yang sangat kompleks (Wibowo, 2015). Hall (2015)
1
mematuhi kebijakan manajemen tidak lepas dari peranan dari keefektifan
menjaga catatan dalam detail yang cukup untuk pelaporan aset organisasi yang
Allah dalam Tuhan Yesus Kristus (Sukoco & Yoder, 2010). Gereja merupakan
menjadi lembaga yang suci yang mempunyai standar moral yang tinggi
melampaui organisasi dunia secara umum (Wibowo & Kristanto, 2017). Secara
2
pelakunya berjumlah dua oknum gereja (www.cnnindonesia.com). Pendapat
dari Kistler (2008) membuktikan jika akuntabilitas yang rendah akan tercipta
sekali akademisi yang memandang jika gereja adalah lembaga suci, jadi mereka
sangat terpercaya.
mengadakan penelitian mengenai persepsi para pengurus dan umat gereja Maria
Ratu Rosari Lebang terhadap pengendalian internal dilihat dari segi gender,
tiap anggota yang berbeda-beda. Gereja Maria Ratu Rosari Lebang adalah suatu
Paroki Maria Ratu Rosari terletak kurang lebih 49 km dari kota Sintang. Maria
Ratu Rosari adalah hasil pemekaran dari Paroki Kristus Raja, Katedral Sintang
dari tahun 1980. Sebagaimana Paroki Santo Martinus, Kelam, pusat Paroki
3
Lebang pun berlokasi di Kecamatan Kelam Permai, Sintang, Kalbar.
Penggembala dari paroki ini adalah para imam dari kongregasi Serikat Maria
Montfortan.
perselisihan di dalam gereja. Judul yang penulis ambil untuk penelitian ini yaitu
Rosari Lebang).
pengendalian internal?
pengendalian internal?
pengendalian internal?
4
1.3 Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
a. Bagi Organisasi
b. Bagi Pembaca
c. Bagi Penulis
serta menjadi sarana pelatihan kemampuan analisis dari penulis itu sendiri.
5
d. Bagi Ilmu Akuntansi khususnya Sektor Publik
a. Penelitian sebatas dilakukan di Gereja Maria Ratu Rosari Lebang dan tidak
b. Masalah yang diteliti hanya terbatas pada persepsi anggota gereja terhadap
pengendalian internal.
6
BAB II
dan c) ketaatan kepada hukum dan aturan yang ada. Aktivitas pengendalian
upaya perbaikan oleh satuan lain yang berkaitan. Supaya pekerjaan dapat
standar yang baku. Pedoman kerja ini merujuk pada aturan pemerintah dan
7
kekayaan perusahaan, memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi,
Jadi, pengendalian internal yang layak ialah bila meraih tujuan yang
diterangkan di bawah:
8
perusahaan. Hal penting dalam efektivitas dan efisiensi ialah untuk
Setiap perusahaan harus menaati hukum dan ketentuan yang ada atau
perpajakan.
Persepsi terjadi sewaktu individu menerima rangsangan dari dunia luar yang
lain. Dalam proses ini kepekaan diri individu atas lingkungan sekelilingnya
akan diketahui. Sudut pandang akan mempengaruhi kesan yang muncul dari
9
Ketidaksamaan fokus perhatian antar pihak inilah akan memicu
ketidaksamaan persepsi.
mempengaruhi persepsi
2.1.5 Religiusitas
Religiusitas adalah internalisasi nilai agama pada individu.
10
meditasi). Selanjutnya pengukuran lainnya ada 4 dimensi yang meliputi
yakni consequence.
mendapat pengaruh dari beragam faktor. Dalam hal ini, penulis menganalisis
memakai faktor belief atau pola keyakinan dalam gereja. Salah satunya yakni
keuangan dalam gereja dikarenakan suatu anggapan dari ranah gereja sebagai
kesakralan gereja selaku institusi religi. Konsep sakral dan sekuler dikenalkan
gereja terkait sacred and profane selaku landasan bagi religious belief system,
akuntansi di gereja.
11
Gambar 1: Sacred and Secular Belief System (Laughlin, 1984)
antara lain:
tingginya dana
(persembahan) yang
dikelola.
maka dibutuhkan
12
pengendalian internal
aktivitas dan
besar.
di institusi gereja.
gereja (pendeta,
tidak berhubungan
signifikan dengan
persepsi individu
pengendalian internal
13
(2) Banyaknya persembahan
tidak berhubungan
signifikan dengan
persepsi individu
pengendalian internal
penerimaan merupakan
internal organisasi
keagamaan di Kota
pengeluaran sebagai
pengendalian internal
organisasi keagamaan di
Kota Salatiga.
dengan tingkat
pengendalian
internal ≥ rerata
14
skor keseluruhan
organisasi
sebagai
organisasi yang
besar dipandang
dari banyaknya
pengikut
(anggota)
Salatiga mempunyai
menyalahgunakan dalam
penyelewengan pada
organisasi.
15
Pengendalian Intern Jabar Jemaat Pommadi
pengelolaan keuangan
kehidupan kerja (Putri, 2011). Ketidaksamaan nilai dan sifat menurut gender
16
umumnya akan berpengaruh kepada lelaki dan wanita dalam memutuskan
(Hastuti, 2007).
internal.
moral kognitif. Pendapat Coombe dan Newman (1997) usia individu akan
berdampak pada persepsi. Orang yang semakin muda biasanya kurang fokus
terkait isu etis daripada teman kerja yang lebih tua (Comunale et al., 2006).
internal.
juga.
17
2.3.4 Religiusitas dan Persepsi Pengendalian Internal di Gereja
Alam et al. (2011) menjelaskan yakni individu yang mempunyai agama
akan tertanam nilai tertentu yang bisa berpengaruh terhadap perbuatan dan
keagamaan seseorang bisa dilihat dari segi kognitif, tingkah laku dan
personal (berdasar pada frekuensi dalam berdoa, membaca kitab suci dan
intensitas ibadahnya).
pengendalian internal.
18
2.4 Model Penelitian
19
BAB III
METODE PENELITIAN
purposive sampling, yaitu salah satu teknik sampling non random di mana
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota paroki Maria Ratu Rosari
Lebang, baik itu Tim Pastores, Dewan Pastoral Paroki (DPP), maupun umat
secara umum.
yang meliputi objek maupun subjek yang mempunyai sifat dan kualitas
tertentu yang diterapkan oleh para ilmuwan untuk didalami dan kemudian
langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh
dengan cara menyebarkan kuesioner melalui google form dan juga melakukan
20
tidak langsung mengambil data sendiri ke lapangan. Data sekunder dalam
penelitian ini didapatkan dari studi penelitian terdahulu yang yang menunjang
kuesioner dari Musdalifah (2020) yang telah diolah oleh penulis untuk
pada bulan Juni 2022 dengan cara pengisian oleh responden melalui google
form maupun formulir yang telah dicetak. Jawaban responden diukur dengan
sampel, yaitu Tim Pastores, Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan umat gereja.
21
3.2 Variabel Penelitian
a. Gender (X1)
b. Usia (X2)
d. Religiusitas (X4)
22
diterapkan pada organisasi keagamaan. Konstruk untuk mengukur persepsi
persepsi dalam penelitian ini dinilai menggunakan skala Likert 1-5, yaitu:
Kategori Nilai
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Ragu-ragu 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
3.3.2 Gender
Women’s Studies Encyclopedia mengungkapkan gender sebagai
dipandang dari segi non biologis, yakni dari aspek sosial, budaya, maupun
digunakan menjadi salah satu variabel yang akan diuji terkait hubunganya
Gender Kode
Laki-laki 1
Perempuan 0
23
3.3.3 Usia
Usia merupakan salah satu aspek yang juga mempengaruhi tingkat
berdampak pada persepsi. Orang yang semakin muda biasanya kurang fokus
terkait isu etis daripada teman kerja yang lebih tua. Hal tersebut dapat terjadi
menjadi semakin baik (Bui dan Sankaran, 2003). Variabel usia digunakan
Usia Kode
Kurang dari 20 Tahun 1
20-29 Tahun 2
30-39 Tahun 3
40-49 4
50 Tahun ke atas 5
24
membuktikan apakah di Gereja Maria Ratu Rosari Lebang juga seperti
3.3.5 Religiusitas
Taraf keagamaan seseorang bisa dilihat dari segi kognitif, tingkah laku dan
religious, maka seseorang akan dapat menghindar dari tingkah laku yang
25
menggunakan kuesioner yang dibagikan melalui google form. Variabel
Kategori Nilai
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Ragu-ragu 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
Sumber: Sugiyono, 2018
26
maupun menginterpretasikan maksud dari suatu fenomena maupun
inti sebuah masalah sosial atau fenomena yang dialami individu secara
pengalaman responden.
dua belah pihak, namun karena masih dalam masa pandemi, maka wawancara
call.
seperti:
27
3.5 Gambaran Umum Gereja Maria Ratu Rosari Lebang
Gereja Maria Ratu Rosari Lebang merupakan sebuah paroki dari gereja
Rosari terletak kurang lebih 49 km dari kota Sintang. Maria Ratu Rosari
Lebang merupakan pemekaran dari Paroki Kristus Raja, Katedral Sintang sejak
tahun 1980. Sama seperti Paroki Santo Martinus, Kelam, pusat Paroki Lebang
Barat. Paroki ini digembalakan oleh para imam dari kongregasi Serikat Maria
imam (pastor). Begitu juga dengan paroki Maria Ratu Rosari Lebang. Dalam
Kitab Hukum Kanonik 1983, imam yang membantu pastor paroki secara tetap
untuk vikaris parokial adalah pastor pembantu atau pastor rekan. Paragraf
28
pertama dari kanon 545, mendeskripsikan figur yuridis vikaris pastoral
kualifikasi, hak dan kewajiban, masa jabatan, dan hubungan vikaris parokial
dengan pastor paroki. Berikut nama-nama pastor vikaris yang pernah berkarya
29
Gereja Maria Ratu Rosari Lebang merayakan Ekaristi atau misa mingguan
sebanyak 1 (satu) kali di hari minggu pukul 09.00 WIB. Sedangkan misa harian
diadakan setiap hari pukul 06.00 WIB. Gereja juga rutin melakukan kegiatan
sosial, seperti posyandu balita dan lansia setiap bulannya. Pelayanan ini
berjaga-jaga jika ada umat yang sakit dan memerlukan kendaraan untuk untu
Peneliti merupakan salah satu anggota dari gereja ini. Peneliti juga sering
gereja, terutama yang melibatkan OMK (Orang Muda Katolik). Peneliti juga
memperlihatkan sekumpulan data yang nampak dari nilai rerata (mean), nilai
(Ghozali, 2011).
30
3.6.2 Uji Validitas
Sebuah angket akan dinyatakan valid jika pertanyaan yang ada di
dalam angket tersebut dapat mengungkapkan sebuah hal yang akan diukur
(Ghozali, 2011). Data yang telah diperoleh akan diuji menggunakan SPSS
untuk menilai skor pertanyaan dengan nilai total (jumlah semua nilai dari nilai
skor). Signifikan yang digunakan yaitu 5% dengan karakter uji jika nilai
sebuah variabel. Data angket tersebut reliabel jika jawaban responden adalah
Whitney. Uji Mann Whitney adalah salah satu uji non parametrik yang
perempuan.
31
1) Apabila nilai sig. < 0,05 hal tersebut berarti menerima Ha dan menolak
Ho.
2) Apabila nilai sig. > 0,05 hal tersebut berarti menolak Ha dan menerima
Ho
jika secara umum datanya berupa kategori ataupun ranking. Teknik statistik
berikut:
di bawah ini :
32
0,80 – 1,00 = Sangat Kuat
Ratu Rosari Lebang sejak tahun 2019. Selain bertugas dalam pelayanan
di paroki Lebang.
muda dalam wawancara ini. Informan juga pernah menjabat sebagai pengurus
responden lainnya.
33
BAB IV
Tabel 4.1
Data Pembagian Kuesioner
Keterangan Jumlah
Kuesioner dibagikan 150
Kuesioner tidak kembali 16
Kuesioner kembali 134
Kuesioner tidak dapat digunakan 1
Kuesioner digunakan 133
Sumber: Data Primer diolah, 2022
kuesioner yang dapat digunakan adalah sejumlah 133 item jumlah kuesioner
Tabel 4.2
Usia
Keterangan Responden Persentase
<20 27 20,3%
21-30 46 34,6%
31-40 28 21,1%
41-50 24 18%
>50 8 6%
Sumber: Data Primer diolah, 2022
Responden dengan usia 20 tahun kebawah sejumlah 27 orang, usia 21-30 tahun
sejumlah 46 orang, usia 31-40 tahun sejumlah 28 orang, 41-50 tahun sejumlah
34
Tabel 4.3
Pendidikan
Keterangan Responden Persentase
SD – SMP 6 4,5%
SMA/SMK 69 51,9%
Diploma 28 9,8%
S1 24 31,6%
≥S2 8 23%
Sumber: Data Primer diolah, 2022
Tabel 4.4
Gender
35
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kevalidan dari
valid.
Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas (Persepsi Pengendalian Internal)
Uji Cronbach’s Alpha
Reliabilitas 0,788
Sumber: Data Primer diolah, 2022
konsisten dan stabil dari waktu ke waktu. Menurut Wiratna Sujarweni (2014),
Tabel 4.9
Skala Kuesioner
36
4. Setuju
5. Sangat Setuju
Sumber: Sugiyono, 2018
Hipotesis 1
Tabel 4.10
Hasil Uji Mann-Whitney (X1)
Mann-Whitney U Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.013 0,311
Sumber: Data Primer diolah, 2022
koefisien signifikansi sebesar 0,311 > 0,05. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa
kedua kategori sampel identik. Hal ini berarti gender dalam gereja tidak berkorelasi
menolak Hipotesis 1.
terhadap internal. Hal tersebut artinya tidak ada perbedaan yang signifikan tentang
kategori anggota gereja tersebut memiliki interpretasi yang hampir sama mengenai
peran pengendalian internal dalam gereja dan mereka memiliki kesadaran yang
sama mengenai arti pentingnya pengendalian internal. Hal tersebut berarti jika
menjadi sebuah hal yang bersifat urgen bagi perkembangan gereja, asumsi
37
sukarela jadi tidak pas apabila sistem pengendalian internal dalam organisasi bisnis
diimplementasikan di gereja.
Hipotesis 2
Tabel 4.10
Hasil Uji Korelasi Spearman (X2)
Spearman’s rho X2 = Usia Correlation coefficient -0,203
Sig. (2-tailed) 0,019
Y = Persepsi N 133
Sumber: Data Primer diolah, 2022
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan koefisien 0,019, < 0,05. Hal
tersebut artinya usia anggota gereja Maria Ratu Rosari Lebang memiliki hubungan
hubungan yang terjadi adalah lemah dan negatif (tidak searah). Hal tersebut berarti
jika semakin tinggi tingkat usia anggota gereja Maria Ratu Rosari Lebang, maka
dipengaruhi oleh rasa sungkan dalam tata cara pergaulan antar sesama dan
cenderung akan memilih untuk tidak peduli dalam financial di tempat ibadah
(Sasongko, 2012).
Ling dan Catling (2012) yang menyatakan bahwa pengalaman masa lalu dan
38
hal, termasuk persepsi terhadap pengendalian internal di gereja Maria Ratu Rosari
Lebang. Dari pernyataan tersebut, dapat dikemukakan bahwa orang tua biasanya
pola pikir dan kesadaran yang lebih tinggi dibanding dengan jemaat usia muda,
selain itu, orang tua biasanya memiliki waktu lebih untuk memikirkan fenomena di
Hipotesis 3
Tabel 4.11
Hasil Uji Korelasi Spearman (X3)
Spearman’s rho X3 = Tingkat Correlation coefficient -0,114
Pendidikan Sig. (2-tailed) 0,191
Y = Persepsi N 133
Sumber: Data Primer diolah, 2022
besar daripada 0,05. Hal tersebut artinya tingkat pendidikan anggota gereja Maria
Ratu Rosari Lebang tidak memiliki hubungan dengan persepsi individu mengenai
menengah ataupun lebih tinggi, mempunyai pemahaman yang hampir sama tentang
39
Teori Kohlberg (1981) mengungkapkan yakni individu dengan taraf
sehingga berakibat pada taraf penalaran moralnya semakin baik. Teori tersebut
tidak berlaku di penelitian ini, karena tidak ditemukannya perbedaan persepsi antara
Hipotesis 4
Tabel 4.12
Hasil Uji Korelasi Spearman (X4)
Spearman’s rho X3 = Religiusitas Correlation coefficient 0,269
Sig. (2-tailed) 0,002
Y = Persepsi N 133
Sumber: Data Primer diolah, 2022
daripada 0,05. Hal tersebut artinya religiusitas anggota gereja Maria Ratu Rosari
0,269 memperlihatkan jika korelasi yang terjadi adalah lemah dan searah. Hasil
pengujian ini dapat diartikan bahwa semakin religius seorang individu, semakin
terhadap pengendalian internal. Ditinjau dari segi budaya, di Indonesia masih kental
sungkan tersebut muncul karena alasan lebih condong pada spiritualitas dan
40
pengendalian internal yang berlaku di dalam gereja saat ini sudah diterapkan
dengan baik dan sejalan dengan hukum Tuhan. Anggota gereja masih memiliki
memadai atau belum. Kepercayaan yang tinggi bahwa keuangan gereja tidak akan
gereja memiliki keyakinan akan kesakralan sesuai dengan pemahaman jika pejabat
gereja pasti takut untuk menyalahgunakan wewenang dan menguasai aset gereja
yang pada dasarnya adalah milik Tuhan. Temuan ini mendukung hasil penelitian
Cornell et al (2013) membuktikan jika secara umum para jemaat gereja sangat
Walaupun laporan keuangan gereja jarang sekali dipublikasikan dan tidak seragam
Mereka tetap percaya jika persembahan digunakan oleh gereja dengan tepat.
4.3.2 Pengkodean
Langkah awal dalam pengkodean adalah dengan merumuskan
Pertanyaan dan tujuan dari wawancara akan disajikan dalam tabel di bawah ini:
41
Tabel 4.13 : Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan Tujuan Pertanyaan
Bagaimana sistem pengendalian Mengetahui sistem pengendalian
internal
internal yang diterapkan dalam
gereja?
Menurut anda, apakah pengendalian Mengetahui pendapat individu
tentang pengendalian internal yang
yang dilakukan sudah memadai?
dilakukan.
Bagaimana sistem pelaporan Mengetahui sistem pelaporan
keuangan
keuangan yang terdapat dalam
gereja?
Jika terjadi penyimpangan atau Mengetahui tindak lanjut yang
dilakukan apabila ada
kecurangan dalam pelaporan
penyimpangan yang terjadi.
keuangan, tindakan apa yang harus
dilakukan?
Sumber: Sary, 2020
1. Informan FW
“…Pastor beserta DPP berperan untuk menjalankan agenda tahunan.”
2. Informan YA
“...Tapi, inti dari berbagai kegiatannya berpusat ke pastor paroki, tetap pastor
yang banyak berperan.”
3. Informan A
“Untuk fungsi di paroki Lebang memang masih dominan ditangani oleh pastor,
baik pastor paroki maupun pastor vikaris. Terlebih berkaitan dengan keuangan,
kolekte, iuran KK, termasuk iuran pembangunan.”
42
Analisis
melakukan fungsi di paroki Lebang masih didominasi oleh pastor, terutama fungsi
tergolong lemah, karena belum terwujudnya struktur organisasi yang memadai serta
pembagian tanggung jawab yang adil dan tidak didominasi oleh salah satu
internal di gereja sama, jika dilihat dari segi gender. Tidak terdapat perbedaan yang
internal di gereja secara umum. Penemuan ini sejalan dengan data kuantitatif
hipotesis ke-1, yaitu gender tidak berhubungan dengan persepsi individu terhadap
1. Informan FW
“Menurut pendapat saya, saat ini mungkin cukup, namun akan lebih baik jika
dibentuk semacam “tim keuangan” yang bertugas khusus untuk menangani uang
gereja, karena selama ini hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran keuangan gereja masih dipercayakan kepada pastor untuk
menanganinya. Kalau dibentuk tim keuangan harapannya pastor bisa lebih fokus
ke pelayanan saja.” [FW, 33 Tahun].
2. Informan YA
43
“Cukup nggak cukup, karena kegiatan di paroki Lebang biasanya nggak
menggunakan dana yang terlalu besar, jadi kalau ada penyimpangan pasti bisa
ditelusuri.” [YA, 26 Tahun].
3. Informan A
“….Kalau memang dana sudah memungkinkan, harus ada minimal satu orang
yang membantu di bagian keuangan sehingga pastor tidak perlu disibukkan
dengan urusan keuangan.” [A, 53 Tahun].
Analisis
Berdasarkan hasil wawancara, peneliti dapat menyimpulkan bahwa usia
informan dengan usia tertua yaitu FW (33 tahun) dan A (53 tahun) berasumsi
bahwa akan lebih baik jika kedepannya gereja membentuk tim pengelola keuangan
paroki agar rumah tangga gereja dapat berjalan dengan lebih optimal. Sedangkan
yang dijalankan sekarang ini sudah baik, Informan YA juga yakin jika ada
persepsi individu terhadap pengendalian internal. Semakin tua usia anggota gereja,
berpendapat bahwa kondisi keuangan gereja masih menjadi salah satu faktor yang
44
Pertanyaan: Bagaimana sistem pelaporan keuangan yang terdapat dalam
gereja?
1. Informan YA
“Keuangan di gereja Maria Ratu Rosari ini dibagi menjadi beberapa bagian.
Ada uang komunitas yang dipercayakan urusannya ke pastor vikaris, kemudian
ada uang paroki (umum) yang dipegang langsung aksesnya oleh pastor
paroki.” [YA, Jemaat]
2. Informan A
“….Umat percaya saja bahwa pastor menangani keuangan dengan benar dan
tidak ada upaya menyelewengkan dana paroki. Sehingga walaupun
penyampaiannya hanya 2 kali setahun di pleno DPP, umat tidak pernah
mempermasalahkan.” [A, Sekretaris DPP]
Analisis
dengan faktor religiusitas. Umat masih memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa
pastor sebagai wakil Tuhan tidak akan melakukan upaya penyalahgunaan keuangan
paroki, sehingga walaupun keuangan paroki dilaporkan ke umat hanya 2 (dua) kali
ini sejalan dengan hipotesis ke-3 yang diajukan oleh peneliti, yaitu religiusitas
Semakin religius umat, semakin menganggap bahwa sistem yang sedang diterapkan
3. Informan FW
45
“Langkah pertama pasti akan dilakukan pendekatan secara pribadi terhadap
oknum tersebut, dan kemungkinan besar akan diberhentikan dari jabatannya
karena pasti umat sudah tidak memiliki kepercayaan lagi.” [FW, Pastor
Vikaris]
4. Informan YA
“Ditelusuri dulu, pasti ada motif tertentu di balik penyalahgunaan tersebut.
Lalu, bagaimanapun harus tetap disanksi, setidaknya dengan mengganti rugi
agar ada efek jera. Karena uang tersebut bukan uang pribadi." [YA, Jemaat]
5. Informan A
“Kembali ke moralitas saja. Selama ini belum pernah terdengar
penyalahgunaan keuangan. Kalau terbukti ada penyimpangan, yang pasti ya
harus diminta pertanggungjawaban.” [A, Sekretaris DPP]
Analisis
tindak lanjut yang akan dilakukan ketika terjadi kecurangan. Informan pada
secara cukup tegas namun tetap secara kekeluargaan. Langkah tindak lanjut yang
diambil oleh gereja adalah tindakan persuasif berupa pendekatan secara pribadi dan
Kemudian, jika permasalahan yang terjadi dianggap cukup fatal maka gereja akan
mengambil tindakan berupa pemberhentian dari jabatan, hal ini kaitannya dengan
umat yang tidak memiliki kepercayaan lagi. Dari pernyataan tersebut peneliti
menyimpulkan bahwa faktor kepercayaan antar umat di paroki lebang masih sangat
dijaga dan diutamakan, sehingga jika ada yang hal atau orang yang merusak
kepercayaan yang sudah dibangun, akan ditindak dan dilepas dari tanggung
jawabnya.
46
4.4 Interpretasi
dibentuk belum memadai. Pastor masih harus turun tangan mengurus keuangan
Namun, anggota gereja masih memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa pastor
penentu belum dibentuknya tim pengelola keuangan gereja adalah faktor biaya
keuangan.
unsur dalam pengendalian internal yang dijalankan di gereja ini yaitu: reward
and punishment (McNeal, 2006). Jika terbukti ada oknum gereja yang
Reward dan Punishment adalah dua bentuk metode dalam memotivasi petugas
47
tidak relevan untuk diterapkan, mengingat bahwa para anggota gereja baik itu
dengan berorientasi kepada Tuhan, sehingga reward (upah) yang diperoleh dari
4.5 Rangkuman
Tabel 4.14
Rangkuman Hasil Penelitian
Variabel Kuantitatif Kualitatif Kesimpulan
Usia Semakin tua usia Semakin tua usia Usia berhubungan
responden, semakin informan, semakin dengan persepsi
beranggapan bahwa beranggapan bahwa jemaat terhadap
pengendalian pengendalian pengendalian
internal kurang internal perlu internal
cukup. ditingkatkan dengan
dibentuknya tim
keuangan untuk
mengurus keuangan
gereja
Religiusitas Semakin religius Semakin tua Religiusitas
responden, semakin informan, semakin berhubungan
beranggapan bahwa beranggapan bahwa dengan persepsi
pengendalian perlu dibentuk tim individu terhadap
internal sudah pengelola keuangan pengendalian
memadai. di paroki agar pastor internal.
dapat fokus ke
pelayanan saja.
48
Gender Gender tidak Tidak terdapat Gender tidak
berhubungan dengan perbedaan yang berhubungan
persepsi individu berarti antara dengan persepsi
terhadap informan laki-laki individu terhadap
pengendalian dan perempuan pengendalian
internal mengenai internal
pengendalian
internal di gereja.
Keuangan Kondisi keuangan Kondisi keuangan
gereja gereja berhubungan gereja
dengan keputusan berhubungan
akan dibentuknya dengan persepsi
tim pengelola individu terhadap
keuangan, karena pengendalian
harus mengeluarkan internal
beban gaji
Kepercayaan Faktor kepercayaan Kepercayaan
antar masih berhubungan
diutamakan, dengan persepsi
sehingga jika ada individu terhadap
yang hal atau orang pengendalian
yang merusak internal
kepercayaan yang
sudah dibangun,
akan ditindak dan
dilepas dari tanggung
jawabnya.
Tabel 4.15
Rangkuman Temuan Penelitian
49
Fokus Penelitian Rumusan Tema Rincian Tema
Temuan Penelitian Penelitian
Penerapan lingkungan - Struktur Pembagian kewenangan
pengendalian dalam organisasi dalam dan tanggung jawab
gereja gereja
50
BAB V
terhadap pengendalian internal dalam gereja. Hal ini berarti tidak terdapat
gereja, baik itu laki-laki maupun perempuan, serta baik itu yang
gereja, akan tetapi belum dipandang menjadi sebuah hal yang bersifat urgen
yang sifat dari pendiriannya adalah sukarela jadi tidak pas apabila sistem
Hal tersebut berarti jika semakin tua usia anggota gereja Maria Ratu Rosari
Gereja masih kurang optimal. Pola pikir anggota gereja yang berusia tua
fraud dalam gereja yang terungkap, maka belief system dan penerapan
51
pengendalian internal harus berjalan beriringan untuk mencegah terjadinya
kecurangan.
akan kesakralan sesuai pemahaman jika pejabat gereja pasti takut untuk
Pastor masih harus turun tangan mengurus keuangan gereja karena belum
besar persembahan dan donasi yang masuk ke gereja, maka semakin besar
kelola yang jelas karena harus mengukur sumber daya manusia, keuangan
52
dan aset lainnya, dengan segala dinamikanya. Gereja tidak steril dari potensi
kuantitas sumber daya dan kompleksitas masalah yang semakin besar, maka
5.2 Keterbatasan
1. Pengisian kuesioner oleh responden tidak terluput dari bias sosial respon.
2. Responden terbatas pada 1 (satu) paroki saja , yaitu Gereja Maria Ratu
Rosari Lebang.
5.3 Saran
menyorot ruang lingkup dan tema penelitian yang lain yang masih
53
berkaitan dengan akuntansi gereja, misalnya: Penerapan ISAK 35 di
Gereja.
serta pembagian tanggung jawab dan tugas yang lebih jelas dengan cara
keuangan gereja, sehingga peran dan tugas dalam gereja dapat berjalan
54
DAFTAR PUSTAKA
Carmona, Salvador & Ezzamel M. (2006). Accounting and lived experience in the
gendered workplace. Accounting Organizations and Society Journal.
Coombe, Kennece, dan Linda Newman. (1997). “Ethics in Early Childhood Field
Experience”. Journal for Australian Research in Early Childhood Education,
Vol. 1, h. 1-9.
Creswell, John W., dan Vicki L. P. Clark. (2012). Design and Conducting Mixed
Methods Research (2nd Ed). United States of America: Sage Publications.
55
Hall, J. A. (2015). Introduction to Accounting Information Systems (Internatio).
South-Western Cengage learning: USA.
Hastuti, Sri. (2007). Perilaku Etis Mahasiswa dan Dosen Ditinjau dari Faktor
Individual Gender dan Locus of Control. Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, 7
(1), pp: 58-73.
Kitab Hukum Kanonik (1983), terj. Sekretariat KWI. Jakarta: Obor, 1991.
Laughlin, R.C. (1984). The design of accounting system: A general theory with an
empirical study of the Church of England. Unpublished PhD thesis, University
of Sheffield.
Lovita, Erna & Albert. (2021). Mengungkap Nilai-nilai Ajaran Gereja Dalam
Implementasi Pengendalian Intern. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 18 No. 01.
Mukherjee, T.K & Varela O. (1993). Corporate Operating Performance around the
Proxy Contest. Journal of Business Finance & Accounting. Vol 20, Issue 3 p.
417-425.
Muthmainah, S. (2006). “Studi Tentang Perbedaan Evaluasi Etis, Intensi Etis, dan
Orientasi Etis Dilihat dari Gender dan Disiplin Ilmu: Potensi Rekruitment Staf
Profesional pada Kantor Akuntan Publik”. Simposium NasionalAkuntansi IX.
Padang.1-12.
56
Kohlberg, L. (1976). Moral Stages and moralization: The Cognitive – development
Approach. Dalam T. Lickhona (Ed), Moral development and Behaviour Theory,
Research and Social Issues. New York: Holt, Rinehart & Winston.
McNeal, A., & Michelman, J. (2006). CPA’s role in fighting fraud in nonprofit
organizations. The CPA Journal, 76(1): 60-63.
Putri, I Gusti Ayu Made Asri Dwija. (2011). Dampak Good Corporate Governance
dan Budaya Organisasi pada Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Manajemen
Laba serta Konsenkuensinya pada Nilai Perusahaan. (Studi pada Perusahaan
Publik Indonesia). Disertasi. Program Doktor Ilmu Akuntansi Pascasarjana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang.
Sarwono, Sarlito W. & Eko A. Meinarno. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika.
Sary, Desy Permata. 2020. Analisis Perbedaan Persepsi Anggota Gereja Terhadap
Pengendalian Internal (Studi Kasus Pada Gereja Maria Ratu Semesta Alam).
Skripsi. Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.
Shabbir, M.S., dan Rehman, A. (2010). The Relationship Between Religisity and
New Product Adoption. Journal of Islamic Marketing, Volume 1, No. hal 63-69.
Smith J.A, (2009). Psikologi kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
57
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukoco, S. H., & Yoder, L. M. (2010). Tata Injil Di Bumi Muria. Pustaka Muria:
Semarang.
Wibowo, E.A. (2015). Persepsi Gereja Kristen Protestan atas pengendalian internal:
Studi empiris pada Sinode-sinode gereja pendukung Universitas Kristen Duta
Wacana, Yogyakarta. Thesis tidak dipublikasikan.
Wibowo, E. A., & Kristanto, H. (2017). Korupsi Dalam Pelayanan Gereja: Analisis
Potensi Penyimpangan dan Pengendalian Internal. Integritas, 105-136.
https://www.cnnindonesia.com/tag/korupsi-gereja
58
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
“Analisis Pengendalian Internal pada Gereja Maria Ratu Rosari Lebang”
Kepada:
Saudara/i umat Paroki Maria Ratu Rosari Lebang.
Hormat saya,
Hilaria Fortuna
Nama :……………………………………………………………………
Jenis Kelamin :……………………………………………………………………
Usia :……………………………………………………………………
Pendidikan terakhir : € SD € S1
€ SMP € S2
€ SMA/ SMK € S3
€ Diploma €Lainnya :……………
Intruksi:
1. Mohon menjawab pernyataan berikut ini sesuai dengan keadaan sebenarnya
yang Anda alami/pahami.
2. Mohon memberikan tanda centang (✔) pada salah satu jawaban yang
tersedia. Alternatif jawaban adalah dari Sangat Tidak Setuju – Sangat Setuju
3. Mohon mengisi seluruh pernyataan tanpa ada yang terlewat.
59
Keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju CS : Cukup Setuju S:
Setuju SS : Sangat Setuju
RELIGIUSITAS ST TS CS S SS
S
1. Saya selalu mengikuti perayaan Ekaristi di hari
minggu.
2. Saya selalu menjalankan pantang dan puasa di
masa prapaskah.
3. Saya membuka Alkitab setiap hari.
4. Saya merasa kuat dalam menghadapi segala
macam ujian.
5. Saya sering mengikuti Doa Lingkungan (Doa
Rosario, Ibadat, dll).
6. Saya membaca buku-buku agama untuk
menambah pengetahuan agama saya.
7. Saya selalu merasakan anugerah dari Allah
setiap harinya.
60
Lampiran 2
Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Mann-Whitney dan Korelasi Rank-Spearman
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.788 .809 16
Test Statisticsa
Persepsi
Mann-Whitney U 1988.000
Wilcoxon W 4616.000
Z -1.013
Asymp. Sig. (2-tailed) .311
a. Grouping Variable: Gender
Correlations
Usia Persepsi
Spearman's rho Usia Correlation Coefficient 1.000 -.203*
Sig. (2-tailed) . .019
N 133 133
Persepsi Correlation Coefficient -.203* 1.000
Sig. (2-tailed) .019 .
N 133 133
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Tingkat Pendidikan Persepsi
Spearman's rho Tingkat Pendidikan Correlation Coefficient 1.000 -.114
Sig. (2-tailed) . .191
N 133 133
Persepsi Correlation Coefficient -.114 1.000
Sig. (2-tailed) .191 .
61
N 133 133
Correlations
Religiusitas Persepsi
Spearman's rho Religiusitas Correlation Coefficient 1.000 .269**
Sig. (2-tailed) . .002
N 133 133
Persepsi Correlation Coefficient .269** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 133 133
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
62
Lampiran 3
Distribusi Frekuensi Data Responden
Gender
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid P 72 54.1 54.1 54.1
L 61 45.9 45.9 100.0
Total 133 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 27 20.3 20.3 20.3
21-30 46 34.6 34.6 54.9
31-40 28 21.1 21.1 75.9
41-50 24 18.0 18.0 94.0
>50 8 6.0 6.0 100.0
Total 133 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD-SMP 6 4.5 4.5 4.5
SMA/SMK 69 51.9 51.9 56.4
Diploma 13 9.8 9.8 66.2
S1 42 31.6 31.6 97.7
S2 3 2.3 2.3 100.0
Total 133 100.0 100.0
63
Lampiran 4
Hasil Kuesioner
64
65
66
67
68
69
Lampiran 5
Transkrip Wawancara
Wawancara 1
Nama Informan : FW
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pastor Vikaris
Pendidikan : S2
Usia : 33 Tahun
Waktu : Rabu, 29 Juni 2022 Pukul 17.45 – 18.45
Tempat : Via WhatsApp Video Call
70
N Langkah pertama pasti akan dilakukan pendekatan secara pribadi terhadap
oknum tersebut, dan kemungkinan besar akan diberhentikan dari
jabatannya karena pasti umat sudah tidak memiliki kepercayaan lagi.
Wawancara 2
Nama Informan : YA
Jenis kelamin : Perempuan
Jabatan : Jemaat
Pendidikan : Diploma
Usia : 26 Tahun
Waktu : Rabu, 29 Juni 2022 Pukul 21.31 – 22.00
Tempat : Via Google Meet
71
N Ditelusuri dulu, pasti ada motif tertentu di balik penyalahgunaan tersebut.
Lalu, bagaimanapun harus tetap disanksi, setidaknya dengan mengganti
rugi agar ada efek jera. Karena uang tersebut bukan uang pribadi.
Wawancara 3
Nama Informan :A
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Sekretaris Dewan Pastoral Paroki
Pendidikan : S1
Usia : 53 Tahun
Waktu : Kamis, 30 Juni 2022 Pukul 12.10 – 13.00
Tempat : Via WhatsApp Audio Call
72
saja bahwa pastor menangani keuangan dengan benar dan tidak ada upaya
menyelewengkan dana paroki. Sehingga walaupun penyampaiannya hanya
2 kali setahun di pleno DPP, umat tidak pernah mempermasalahkan.
Kolekte juga ada rekapan per tahunnya. Total kolektenya sekian, kemudian
berapa yang untuk keuskupan biasanya disampaikan di gereja tiap akhir
tahun .
P Jika terjadi penyimpangan atau kecurangan dalam pelaporan keuangan,
tindakan apa yang harus dilakukan?
N Kembali ke moralitas saja. Selama ini belum pernah terdengar
penyalahgunaan keuangan. Kalau terbukti ada penyimpangan, yang pasti
ya harus diminta pertanggungjawaban.
73
Lampiran 6
HALAMAN PERSETUJUAN
LEBANG)
NIM : 12180391
Semester : Genap
74
Kartu Konsultasi
75
76
77