Anda di halaman 1dari 71

MKEK

DPP.PPNI

PEDOMAN PENYELESAIAN
SENGKETA ETIK KEPERAWATAN
KATA SAMBUTAN

Acuan praktik keperawatan :

 Standar Kompetensi
 Standar praktik profesional
 Standar kinerja professional
 Kode etik keperawatan
Dampak Interaksi dan Relasi

Konflik antar relasi memerlukan


penyelesaian, jika tidak akan
menyebabkan dampak pada
praktek keperawatan
Kewajiban PPNI

• Menjaga kestabilan
praktik keperawatan

• Perlu panduan sebagai


pedoman untuk
menyelesaikan masalah
1. Perlu Kompetensi
sejalan dengan 2. Tuntutan masyarakat
perkembangan akan layanan
Teknologi dan Ilmu keperawatan
pengetahuan

Bab I Pendahuluan

4. Dlm memberikan askep


3. Tanggung jawab sejalan mengikuti standar
dengan prinsip profesi, UU no. 38 thn
altruisme 2014 & Kode Etik
Keperawatan
Review konten Etik
• Relasi perawat dan klien
• Perawat dan praktik
• Perawat dan masyarakat
• Perawat dan teman sejawat
• Perawat dan profesi
MKEK
• Majelis Kehormatan Etik Keperawatan bagian
dari PPNI mempunyai kewenangan
menyelidiki dan merekomendasikan
penyelesaiannya

• Dasar tindakan : Anggaran Dasar Anggaran


Rumah Tangga PPNI hasil Munas IX

• Segala yang terkait dengan etik diselesaikan


oleh MKEK

• Segala yang terkait dengan hukum


diselesaikan oleh Bidang Hukum dan
pemberdayaan politik
MKEK
• Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip etik,
yaitu : menghargai, rasa sayang,
melindungi-empati dan sangat dekat atau
intimacy

• Prinsip ini menjadikan proses penyelesaian


etik dijalankan dengan sebaik-baiknya

• Jadi buku ini menjadi acuan dalam


menyelesaikan masalah etik
Bab II Ketentuan Umum : A Pengertian

1. Perawat
2. Pelayanan Keperawatan
3. Praktik Keperawatan
4. Etika Keperawatan
5. Kode Etik Keperawatan
6. Kehidupan Profesi
7. Konflik Etik
8. Sengketa (ada 2 bentuk sengketa)
a. Perawat – Klien/keluarga
b. Perawat – Perawat / profesi lain
Bab II. Ketentuan Umum :
B .Tugas dan Wewenang MKEK

• MKEK Pusat berkoordinasi dengan PPNI


• MKEK Provinsi berkoordinasi dengan PPNI
Provinsi

Tugas MKEK.Provinsi

• Membina anggota dalam penghayatan dan pengamalan kode


etik keperawatan di wilayah hukum Provinsi
1
• Memberikan masukan terhadap pedoman penerapan etik
dalam pemberian pelayanan keperawatan dan pedoman
2 penyelesaian pertentangan etik dalam pelayanan keperawatan

• Menyelidiki dan merekomendasikan penyelesaian masalah


yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik profesi
3 keperawatan kepada pengurus MKEK Pusat
Lanjut..

• Memfasilitasi penyelesaian masalah


pelanggaran etik keperawatan di wilayah
hukum Provinsi setelah berkoordinasi
4 dengan MKEKPusat

• Melaksanakan programkerja dan kebijakan


MKEK Pusat di wilayah hukumProvinsi
5
Bab.III. Ketentuan Khusus

A. Pembentukan dan Tugas pokok MKEK:

MKEK dibentuk oleh PPNI yang berkedudukan


di Pusat dan ada perwakilan didaerah;
bertanggung jawab kepada PPNI

Tugas Pokok : membina anggota, memberi


pelayanan dan penyelesaian sengketa etik
Bab.III. Ketentuan Khusus

B. STATUS MKEK :

1. MKEK Pusat adalah bagian dari


PPNI, bertanggung jawab untuk
menyelesaikan masalah etik dan
melaporkannya ke PPNI Pusat,
analog untuk MKEK Provinsi

2. MKEK Pusat diberi kewenangan


untuk melakukan penyelidikan dan
memberi rekomendasi kepada
DPP PPNI
Status MKEK

 Merupakan bagian dari DPP.PPNI,yg merupakan pengelola


dalam bidang etik
 Diberikan kewenangan unt penyelidikan & memberikan
rekomendasi penyelesaian masalah etik
 Memeriksa,menyidangkan,membuat putusan setiap konflik
etika
 Melakukan pembinaan etik profesi sesuai yurisdiksinya yg
meneliti tata administratif setiap konflik etikatau sengketa
sebelum disidangkan dansetelah diputuskan
 Melakukan penyelidikan kasus bermasalah,pengaduan,
penelaahan etik setiap perawat
 Menganut sistem 2 tingkat : tingkat pertama dan tingkat
banding
Status MKEK

 Untuk menjamin otonominya MKEK berhak :


a. Mendapatkan pendanaan untuk kegiatan
persidangan
b. Memiliki tata cara administratif
c. Merahasiakan dan menjaga semua berkas kasus
d. Melaporkanputusan yang dibuat ke DPP.PPNI
e.Mengkoordinasikan dgn DPP.PPNI untuk
memberikan pemulihan hak2 profesi
f. Membuat surat permohonan pemulihan hak2 profesi
kepada DPP.PPNI
Bab.III. Ketentuan Khusus

C. Wewenang Khusus MKEK :

1.Memberi pertimbangan
2. Berkordinasi
3. Membentuk jejaring dalam dan luar negeri
4. Menyelesaikan konflik
5. Membuat fatwa
6. Menangani kasus dengan melakukan koordinasi
7. Membuat SK pembentukan MKEK Provinsi
8. Jika ada pengaduan  akan mengumpulkan data
9. Membentuk tim Etik
10. Mengatur tata cara persidangan
11. Kewenangan lain yang ditetapkan oleh DPP PPNI
Bab.III. Ketentuan Khusus

D. Kewajiban MKEK

1. Mempertahankan hubungan perawat – klien


2. Mempertanggungjawabkan kinerja
3. Meningkatkan ilmu pengetahuan
4. Menyusun kurikulum Etik Keperawatan pada
area tugasnya
5. Memberikan rekomendasi pada perawat yang
memerlukan
6. Membantu DPP PPNI terkait permasalahan
etik
Bab.III. Ketentuan Khusus

D. Hubungan Kerja MKEK

1. MKEK Pusat membina MKEK Provinsi


2. MKEK Provinsi merujuk dan berkonsultasi ke MKEK
Pusat
3. Diatur bentuk rujuk dengan pelimpahan wewenang
4. Jalur komunikasi antara MKEK Pusat dengan MKEK
Provinsi adalah melalui DPP PPNI
5. Aturan tentang koordinasi pihak teradu dengan yang
mengadu
6. Ketua MKEK melaui rapat MKEK menyelesaikan
masalah yang dibawa ke Mahkamah
Bab IV. Tatalaksana Pembinaan Etik
Keperawatan

A. Tujuan Umum :
meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme perawat dan hal – hal
yang terkait dengan etik keperawatan

Tujuan khusus :
memberikan pemahaman tentang keputusan
etik, menghindari konflik, mencegah
penyimpangan perilaku etik dan melaksanakan
kerjasama dalam bidang etik
Bab IV. Tatalaksana Pembinaan Etik
Keperawatan

B. Wewenang :
1. Memantau perencanaan, proses dan evaluasi
pelaksanaan etik
2. dan 3. Menganalisis kasus sengketa
4. Menyelesaikan kasus sengketa
5. Melakukan eksekusi sanksi terhada pelanggaran
6. Melakukan kewenangan lain yang ditetakan PPNI
7. Setiap kegiatan dilaporkan pada PPNI
8. Tata cara pelaksanaan ditentukan oleh
Keputusan Ketua MKEK
Bab IV. Tatalaksana
Pembinaan Etik
Keperawatan

C. Sasaran Pembinaan Etik


Keperawatan :

berupa sasaran langsung yang


terkait dengan praktik keperawatan
dan sasaran tidak langsung diluar
praktik keperawatan
Bab IV. Tatalaksana
Pembinaan Etik
Keperawatan

D. Kegiatan :
1. Membantu menyelenggarakan pendidikan Etik
2. Melakukan pertemuan koordinatif secara
berkala
3. Melakukan pertemuan terkait profesi
4. Menerbitkan dan menyebarluaskan bahan-
bahan terkait etik
5. Mendorong terciptanya koordinasi dengan
komite etik
6. Menyelenggarakan kegiatan yang terkait etik
7. Melaksanakan kegiatan yang ditentukan oleh
pedoman etik ini
Bab IV. Tatalaksana Pembinaan
Etik Keperawatan

E. Pembinaan, materi yang digunakan adalah:


1. Lafal Sumpah Perawat
2. Buku Kode Etik Keperawatan Indonesia
3. Pedoman Perilaku sebagai penjabaran Kode Etik Keperawatan
4. Peraturan Organisasi tentang Disiplin Organisasi
5. Standar Profesi Perawat Indonesia
6. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPNI
7. Hak asasi manusia dan kesehatan
Bab IV. Tatalaksana Pembinaan
Etik Keperawatan

Materi Pembinaan etik keperawatan dilaksanakan oleh


MKEK

MKEK bertanggung jawab atas pembinaan,


menjabarkan kebijakan dan bekerja sama dengan
segala pihak terkait
Bab V. Tatalaksana
Penanganan Sengketa
Etik Keperawatan

A. Tujuan, Umum
meningkatkan kesadaran
tentang Etik

Tujuan Khusus :
1. terselesaikannya konflik etik,
2. tegaknya kebenaran dan
keadilan bagi seluruh perawat,
3. terkompilasinya pedoman etik
4. meningkatnya kapasitas dan
kemampuan anggota
B. Wewenang penanganan Sengketa Etik
Keperawatan :
1. Menilai keabsahan dan meneliti kelengkapan data
2. Menilai keabsahan pengaduan, menilai bukti, memanggil dan
memeriksa saksi  menetapkan putusan dugaan konflik etik
3. Melakukan pemeriksaan, penyidangan, penjatuhan sanksi dan
penilaian banding kasus
4. Menyidangkan kasus etik yang dikirim oleh MKEK sesuai
tingkatannya
5. Merujuk kasus sengketa yg merupakan dugaan pelanggaran
disiplin ke MKEK sesuai tingkatannya
6. Memulihkan hak-hak profesi perawat yg telah menjalani sanksi
7. Melakukan pemeriksaan,penyidangan bersama majelis etik dari OP
lain yg terkait
8. Kewenangan lain dlm pembinaan etik keperawatan yg ditetapkan
kemudian oleh DPP.PPNI
C. Pemeriksaan : Ada 13
Komponen

1. Ketua MKEK Pusat, Ketua MKEK Provinsi


berhak menunjuk secara tertulis ketua atau
salah satu anggotanya sebagai ketua
pemeriksa dipersidangan sesuai tingkatannya
2. Ketua pemeriksa dapat berasal dari
spesialisasi/ keseminatan yg sama atau paling
dekat keterkaitannya dgn teradu
3. Apabila ketua tidak bersal dari spesialisasi/
keseminatan yg sama  salah satu
anggotanya harus sesuai
4. Jumlah pemeriksa minimal 3 atau lebih besar
dengan catatan gasal
5. Bila diperlukan keanggotaan pemeriksa MKEK
dapat ditambah 2 orang anggota tidak tetap
6. Selama menangani kasus anggota tidak tetap
memiliki hak dan kewajiban yg sama dgn
pengurus MKEK lainnya
7. Kepengurusan tidak tetap segera berakhir
setelah selesai penanganan kasusnya
8. Dalam keadaan luar biasa ,anggota tidak
tetap pemeriksa dapat diangkat dari MKEK
Pusat atau MKEK Provinsi
9. Dalam hal pengangkatan anggota tidak tetap
pemeriksa perawat (lihat no 5) harus disetujui
secara tertulisdari Ketua MKEK
10. Dalam hal penyelesaian konflik antar
perawat susunan dan cara kerja
pemeriksa dapat dibentuk tersendiri oleh
ketua MKEK
11. Dalam hal penyelesaian konflik antar
lembaga ,perangkat dan jajaran di
lingkungan PPNI , dapat diatur oleh
Ketua MKEKPusat
12. Dalam perkara banding dari para
pihak,pemeriksa ditentukan oleh
ketuaMKEK sesuai yurisdiksinya
13. Secara teknis ketentuan sebagaimana
dimaksud no11, dapat didelegasikan
pelaksanaannya kepada ketua MKEK
Provinsi
D. Pengaduan
Sengketa Etik

Langkah – langkah
penanganan
sengketa etik : 12
komponen
Pengaduan penanganan sengketa etik

1. Pengaduan dapat berasal dari :


a. Langsung oleh pengadu: klien,teman sejawat, dll
b. Rujukan/banding dr MKEKProvinsi untuk MKEK Pusat
c. Temuan DewanPengurus sesuai tingkatannya
d. Hasil verifikasi DPP.PPNI atau lembaga pembinaan
etik yg menemukan adanya dugaan pelanggaran
etik sesuai ketentuan yg berlaku
e. Hal-hal yg akan ditentukan kemudian oleh MKEK
Pusat sesuai dgn azas keadilan dan pencapaian
tujuan pembinaan etik profesi
2. Pengaduan disampaikan melalui :
DPK.PPNI/DPD .PPNI
Kabupaten/Kota/DPW.PPNI Provinsi/
DPLN.PPNI Langsung ke
MKEK.Provinsi

3. Dalam hal pengaduan disampaikan ke DPK.PPNI/DPD.PPNI


Kab/Kota/DPW PPNI Provinsi/secara khusus dan tertutup 
langsung ke MKEK Provinsi tanpa syarat unt penelaahan

Apabila pengaduan terbuka atau tdk langsung Ketua


DPK.PPNI/DPD.PPNI Kab/Kota/DPW PPNI Provinsi dapat
memimnta penelitian dan penelaahan bersama MKEK Provinsi
4. Dalam hal pengaduan disampaikan ke DPP
PPNI secara khusus dan tertutup  langsung
ke MKEK Pusat tanpa syarat unt penelaahan

Apabila pengaduan terbuka atau tdk langsung


Ketua DPP.PPNI dapat memimnta penelitian
dan penelaahan bersama MKEK Pusat dan
MKEK.Provinsi tempat kejadian yurisdiknya.

Untuk DPLN dapat langsung menyampaikan ke


DPP.PPNI
5. Pengaduan diajukan secara tertulis,sekurang-kurangnya
memuat :
a. Identitas pengadu
b. Nama dan alamat tempat praktik perawat dan waktu
tindakan dilakukan
c. Bukti-bukti atau keterangansaksi atau
petunjukyangmenunjang dugaan pelanggaranetik
tersebut

6. Pengaduan tidak lengkap atau tidak sah atau berisi keterangan


yg dipandang tidak dapat dipertanggungjawabkan unt pembinaan
pengabdian profesi, Ketua MKEK setempat dapat menolak
ataumeminta pengadu memperbaiki atau melengkapinya
7. Pemanggilan pengadu dapat dilakukan
sampai 3x. Berturut-turut dan jika
telah 3 x pengadu tetap tidak datang
tanpa alasan yang sah  pengaduan
tersebut dinyatakan batal

8. Sebaliknya jiika pada


pemanggilannke3 teradu tetaptidak
datangtanpa alasan yang
sah,penanganan kasus dilanjutkan
tanpa kehadiran teradudanputusan
yang ditetapkan dinyatakan sah dan
tidak dapat dilakukan banding
9. Pengadu, teradu dan saksi yang
dimintakanketerangandalam sidang-sidang
MKEK tidak diambil sumpah,melainkan diminta
kesediaan untuk menandatangani pernyataan
tertulis di depan MKEK bahwa semua
keterangan yang diberikan benar

10. Jika pengadu, teradu dan saksi menolak


permintaan ini sebagaimana dimaksud no 9,
maka hal tersebut dicatat untuk bahan
pertimbanganpada waktu pengambilan
keputusan
11.Pengaduan dianggap tidak sahjikatidak disertai
bukti-bukti yang layak, tidakdisertakan
namalengkap dan alamat pengadu atau
perkara/kejadian khusus yang diadukan
tersebut telah melampaui masa 2 (dua) tahun
sejak tanggal diterimanya pengaduan oleh
MKEK

12. Hal-hal lain yang belum diatur dalam


pengaduan, akan ditentukan lebih lanjut
melalui keputusan Ketua MKEK Pusat/
DPP.PPNI
E. PENELAAHAN : 9 KOMPONEN
1. Setelah proses pengaduan dinilai sah 
proses penelaahan

2. Penanganan perawat teradu dalam tahap


penelaahan sampai dengan penjatuhan
sanksi etik MKEK  asas praduga tak
bersalah

3. Penelaahan dugaan pelanggaran etik


keperawatan rahap pertama menjadi tugas
dan wewenang MKEK. Provinsi setempat
dimana pengaduan tersebut pertama kali
diterima atau sesuai dengan yurisdiksinya
4. Penelaahan dilakukan dalam bentuk
sidang MKEK yang dinyatakan khusus
untuk itu

5. Urutan penelaahan :
a. Mempelajari keabsahan surat
pengaduan
b. Bila perlu mengundang klien / keluarga
pengadu untuk klarifikasi awal
pengaduan yang disampaikan
c. Bila perlu mengundang perawat teradu
untuk klarifikasi awal yang diperlukan
d. Bila diperlukan melakukankunjungan ke
tempat kejadian/ perkara
6. Di akhir penelaahan, Ketua
MKEKmenetapkan pengaduan tersebut
layak/ tidak untuk disidangkan oleh
pemeriksa

7. Bila dampak dari pengaduan tersebut


dapat merugikan profesi keperawatan
secara keseluruhan atau pengaduannya
dilakukan secara semena-mena , Ketua
MKEK dapat memintapertimbangan Ketua
Dewan Pengurus PPNI sesuai tingkatannya
untukdilakukan telaah ulng secara
bersama-sama
8. Dalam hal terjadi pengaduan seperti no 6,
Ketua MKEK dengan atau tanpa Dewan
Pengurus PPNI sesuai tingkatannya dapat
menetapkan layak/tidaknya disidangkan

9. Sekretaris MKEK bertanggung jawab atas


pencatatan dan pelaporan risalah
penelaahan.Apabila Sekrearis MKEK
berhalangan , dapat digantikan oleh Wakil
Sekretaris,atau anggota MKEK lain yang
ditunjukoleh KetuaMKEK
F. PERSIDANGAN : 13
komponen
1. Persidangan pemeriksa dapat merupakan
persidangan kemahkamahan setelah
dinyatakan dan dicatat khusus untuk itu

2. Persidangan dipimpin oleh Ketua divisi


MKEK

3. Persidangan Pemeriksa sah, apabila


dihadiri oleh lebih dari setengan jumlah
anggota atau oleh seluruh pemeriksa
MKEK yang ditugaskan tertulis untuk itu
oleh Ketua MKEK

4. Persidangan MKEKtertutup,kecuali jika


dinyatakan lain
5. Pertimbangan tentang tertutup atau tidaknya
persidangan MKEK, ditentukan oleh Ketua MKEK
atau Ketua Pemeriksa

6. Ketua MKEKberhak menetapkan saksi-saksi,


ahli-ahli, barang bukti atau petunjuk lainnya
untuk disajikan dalam sidang MKEK

7. Sekretaris MKEK bertanggungjawab pencatatan


& pelaporan risalah peridangan, termasuk
barang bukti/petunjuk yg diajukan para pihak.

8. Putusan persidangan Pemeriksa MKEK diambil


atas dasar musyawarah danmufakat
9. Apabila musyawarah & mufakat tidak tercapai ,
putusan diambil atas dasar perhitungan jumlah
suara terbanyak dari majelis pemeriksa,dgn
tetap mencatat jumlah dan alasan yg berbeda
(dissenting opinion)

10. Dalam persidangan perkara ,setiap anggota


MKEK mempunyai hak bicara dan hak suara,
sedangkan anggota MKEK diluar pemeriksa
hanya memiliki hak bicara

11. Ketua Dewan Pengurus PPNI sesuai


tingkatannya (atau yg mewakili), Ketua
perangkat atau jajaran organisasi PPNI yang
setingkat (atau yg mewakili), wajib hadir
dalamsidang sesuai jadwal yang ditentukan
ketua pemeriksa
12. Ketua berhak mengundang pihak-pihak
lain yang terkait untuk pembuktian
termasuk Ketua Komite Keperawatan
Rumah Sakit, Panitia Etik Rumah Sakit
atau perawat lainsebagai saksiatau
pihaklain yang dianggap perlu/relevan

13. Tatacara persidangan & ketentuan para


pihak yang dapat menghadirinya akan
ditentukan lebih lanjut oleh Keputusan
MKEK Pusat/DPP.PPNI
G.
ALAT BUKTI:
6 komponen
1. Surat-surat, rekam medik, obat atau bagian
obat, alat kesehatan, benda-benda, dokumen,
kesaksian-kesaksian, kesaksian ahli atau
petunjuk yang terkait langsung dalam
pengabdian profesi atau hubungan perawat-
klien yang masing-masing menjadi teradu-
pengadu atau para pihak

2. Pada waktu penelaahan atau persidangan,


MKEK dapat meminta diperlihatkan,
diperdengarkan, dikopi, difoto, digandakan atau
disimpakannya alat bukti asli sebagaimana
dimaksud no.1
3.Jika pengadu & atau teradu menolak melakukan
permintaan MKEK, maka hal tersebut dicatat sebagai
bahan pertimbangan MKEK dalammenjatuhkan putusan

4. MKEK tidak berwenang melakukan penyitaan atas alat


bukti asli yang diajukan oleh masing-masing pengadu &
teradu

5. Bila alat bukti merupakan dugaan pidana atau perbuatan


yang dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yg
berlaku, MKEK berhak meneruskan ke yang berwenang

6. Petunjuk sebagaimana no 1. dapat berupa rekomendasi


atau temuan badan advokasi/pengkajian profesi/badan
lain sejenis di perangkat dan jajaran PPNI yang dapat
ditentukan lebih lanjut oleh keputusan Ketua
MKEKnPusat/DPP.PPNI
H. PEMBELAAN : 5 KOMPONEN
1. Perawat teradu berhak didampingi pembela sejak
penelaahan

2. Pembela : Bantuan Hukum,perangkat atau


jajarannya atau perorangan anggota PPNI yg
berpengalaman etik dan atau etik profesi yg secara
remi dan tertulis ditunjukoleh perwatteradu dan
diterima oleh pemeriksa

3. Kecuali dinyatakan lain, kuasa hukum atau


pengacara atau keluarga/kerabat perawat teradu
tidak dibenarkan mendampingi kliennya sebagaai
salah satu pihak selama penelahan atau
persidangan
4. Pendampingan oleh kuasa hukum, pengara atau
keluarga/kerabat perawat teradu , harus diajukan
terlebih dahulu secara tertulis satu minggu
sebelum dimulai penelaahan atau persidangan

5. Ketua MKEK setempat atau ketua pemeriksa berhak


setiap saat untuk menetapkan kuasa hukum,
pengara, keluarga/kerabat atau pembela tersebut
meninggalkan ruang penelaahan atau
persidangan , atau kembali menghadirkannya pada
saat persidangan berikutnya
I. SAKSI DAN SAKSI
AHLI : 6 komponen
• Unt pembuktian/lebih jelas perkara dipersidangan 
memanggil saksi/saksi ahli
1

• Saksi: tng perawat, tng kesehatan pimpinan sar.kes,


perorangan atau praktisi kesehatan lain yang ada kaitannya
2 langsung

• Saksi ahli: perawatyg memiliki keahlian dan keilmuan yg tidak


terkait langsung dgn kejadian dan tidak memiliki hubungan
3 keluarga/kedinasan dgn perawatteradu atau klien pengadu
• Saksi ahli diambil dari perawat praktisi yg sama jenis
keahlian/keseminatan dan setara fasilitas tempat bekerjanya
dgn perawat teradu,atau yg ditunjuk oleh Ikatandan Himpunan
4 atau perangkat dan jajaranPPNI lainnya atas permintaan MKEK

• Para pihak dapat mengajukan saksi atau saksi ahli


masing-masing,namun keputusan penerimaan kesaksian
5 atau kesaksian ahli ditentukan oleh ketua pemeriksa

• Apabila kualifikasi seperti no 4 dan 5 ditas tidak


dtemukan Ketua MKEK atas permintaan ketua pemeriksa
6 dapat meminta saksi ahli lain dari dalam atau luar PPNI
J. PUTUSAN PEMERIKSA
MKEK : 21 komponen
1. Putusan : ketentuan akhir berupa ketetapan bersalah
atau tidak bersalah perawat teradu  dinyatakan
melanggar / tidak melanggar KodeEtik Keperawatan

2. Putusan bersalah diikuti sanksi sekaligus cara, ciri dan


lama pembinaan perawat pelanggar dari Pemeriksa atau
MKEK

3. Putusan sidang Pemeriksa MKEK diambil atas dasar


musyawarah dan mufakat

4. Apabila musyawarah dan mufakat tidak tercapai,


keputusan diambil dari suara terbanyak

5. Kecuali dinyatakan lain,putusan MKEK bersifat rahasia


6. Putusan MKEK Provinsi dapat dilakukan banding ke MKEK
Pusat,paling lambat dua minggu setelah putusan ditetapkan

7. Putusan MKEK Pusat, ketetapan final,mengikat dan langsung


berlaku,kecuali diputuskan lain oleh Munas PPNI yang khusus
untuk itu

8. Kekeliruan pembuatan keputusan / penerapanturan Kode Etik


Keperawatan terhadap kasus yang disidangkan oleh
pemeriksa terhadap perawatteradu dapat dikaji ulang atu
diklarifikasi oleh Ketua MKEK setempat  sidang ulang

9. Ketentuan lebih lanjut dari kekeliruan, dikajiulang atau


klarifikasidiatur lebih lanjut oleh Keputusan Ketua MKEK
10. Putusan yang telah berkekuatan etik tetap
dikirim oleh pemeriksa ke MKEK untuk ditentukan
pelaksanaan sanksinya, dengan atau tanpa
dikoordinasikan dulu dengan Dewan Pengurus
PPNI setingkat

11. Apabila ada perbedaan cara pelaksanaan sanksi


atau pembinaannya  dikonsultasikan ke dan
ditetapkan oleh Ketua MKEK setingkat sesuai
yurisdiksinya

12. Putusan ttg kesalahan perawat pelanggar etik


dobedakan atas kesalahan ringan, kesalahan
sedang dan kesalahan berat
13. Penetapan kategori berat ringannya kesalahan
berdasarkan :

• Akibatnya terhadap keselamatan pasien


• Akibatnya terhadap kehormatan profesi
?

• Akibatnya terhadap kepentingan umum


• Itikad baik teradu dlm penyelesaian kasus
?
• Motivasi yg mendasari timbulnya kasus
• Situasi lingkungan yg mempengaruhi timbulnya
? kasus
14. Batasan waktu yg dibutuhkan unt proses sidang atau
sidang kembali setelah penundaan sidang hingga
pembuatan keputusan paling lama tiga bulan

15. Ketua MKEK mengirim amar putusan ke Ketua PPNI


setingkat dan kepada perawat pelanggar

16. Kepada pihak klien pengadu putusan dapat disampaikan


secara lisan, dengan bukti tertulisnya disimpan di MKEK

17. Salinan putusan MKEK Provinsi disertai riwayat singkat


kasus, identitas,masalah dan kategori atau kualifikasi
putusannya dlm waktu paling lama dua bulan sejak
ditetapkan atau secara kumulatif berkala setiap tiga bulan
harus disampaikan ke MKEK Pusat untuk dikompilasi
18. Pengiriman salinan putusan MKEK dapat ditujukan ke PPNI
setingkat

19. Putusan MKEK setelah terbukti adanya pelanggaran disiplin


dapat dikirim ke MKEK Provinsi sesuai yurisdiksinya atau ke
lembaga resmi yg bertanggungjawab atas akreditasi, lisensi
dan registrasi perawat sesuai ketentuan yg berlaku

20. Salinan putusan MKEK tidak boleh diberikan kepada pihak


penyidik atas alasan apapun

21. Ketentuan lebih lanjut tacara pengiriman putusan diatur oleh


keputusan KetuaMKEK Pusat/DPP.PPPNI
K. SANKSI

Sanksi diberikan secara


gradasi
Mulai dari menasihati
sampai dengan mencabut
keanggotaan
L. BANDING
Banding dapat diajukan oleh perawat teradu dalam kurun
waktu 14 hari kerja setelah keputusan

 Ketua pemeriksa memanggil perawat teradu 


memberi kesempatan kemungkinan banding
 Ketua secara terpisah memanggil pengadu,
pembacaan amar putusan terhadap teradu, penjelasan
hak & kewajiban pengadu, termasuk banding
 Teradu maupun pengadu berhak mengajukan banding
melalui MKEK Provinsi unt diajukan ke MKEK Pusat
 Tata cara telaah kasus, persidangan dan pengambilan
keputusan MKEK Pusat terbanding sama dgn MKEK
Provinsi atau ditetapkan MKEK Pusat/DPP.PPNI
M. PEMULIHAN HAK-HAK
PROFESI

1. Pemulihan hak – hak profesi bila perawat teradu


dinyatakan tidak bersalah
2. Bagi teradu yg tidak bersalah  pemulihan hak
profesi oleh MKEK setempat serta permintaan maaf,
salinan ke instansi tempat kerja
3. Perawat pelanggar etik, telah melaksanakan
sanksinya  pemulihan hak profesi, disampaikan pd
yg bersangkutan & instansi kerja
4. SK pemulihan hakprofesi oleh MKEK setingkat sesuai
yurisdiksinya
5. SK disampaikan kepada Dewan Pengurus PPNI
setingkat
6. Hal-hal lain diatur melalui Keputusan Ketua MKEK
Pusat/DPP.PPNI
N.ADMINISTRASI

1. Setiap berkas pengaduan  dokumen rahasia


2. Nama ,alamat & identitas pengadu/keluarganya
jika dianggap perlu dirahasiakan
3. Untuk pengaduan tidak dipungut biaya apapun
4. Semu informasi dan barang bukti dalam sidang
MKEK dicatat dalam risalah sidang dan
didokumentasikan sbg milik PPNI
5. Hal-hal administratif yg belum diatur 
ditetapkan kemudian melalui Keputusan MKEK
Pusat /DPP.PPNI
O. RAPAT - RAPAT

1. Rapat – rapat : dipimpin oleh Ketua MKEK.


2. Dokumentasi dilakukan oleh sekretaris
MKEK,
3. Keputusan rapat adalah hasil rapat yang
semua ini adalah peraturan internal
Semoga
pedoman ini
dapat menjadi
rujukan dalam
menangani
sengketa etik

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai