Anda di halaman 1dari 21

Reni Wahyu T, S.SiT.,M.

Kes
5. Dilema dan Konflik Moral
• Pengertian :
Suatu keadaan di mana di hadapkan pada dua
alternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau
hampir sama dan membutuhkan pemecahan
masalah.
Dilema
Muncul dari mana
??????

 Terbentur pada konflik moral, pertentangan


batin, atau pertentangan antara nilai nilai
yang di yakini bidan dengan kenyataan yang
ada.
Contoh kasus
 Seorang ibu inpartu di kamar bersalin, sewaktu di
lakukan anamnese dia mengatakan tidak mau di
lakukan episiotomi. Ternya selama kala II kemajuan
kala II berlangsung lambat, perineum masih tebal dan
kaku, keadaan ini sudah di jelaskan bidan pada ibu,
tetapi ibu tetap pada pendiriannya tetap tidak mau di
lakukan episiotomi. Sementara waktu berjalan terus
dan DJJ janin menunjukkan fetal distres dan ini
mengharuskan bidan untuk segera melakukan
episiotomi..tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya,
bidan berharap bayinya selamat,
Lanjutan kasus
• Jika bidan melakaukan episiotomi tanpa
persetujuan PX maka bidan akan di hadapkan
pada satu tuntutandari PX..........

Kasus Diatas menunjukkan Dilema Moral


Konflik Moral
• Konflik merupakan warisan kehidupan sosial
yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan
akibat adanya ketidak setujuan, kontrofersi
dan pertentangan di antara dua pihak atau
lebih.
• Hal ini bisa terjadi jika masing-masing
komponen organisasi memiliki kepentingan
atau tujuan sendiri dan tidak bekerjasama
satu sama lain.
Penyebab Konflik
1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan
pendirian dan perasaan
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau
kelompok
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan
mendadak dalam masyarakat
Contoh Kasus
• Ada seorang bidan yang berp[raktik mandiri di
rumah ada pasien inpartu yang datang
ketempatnya status obstetri PX G1POA0 hasil
pemeriksaan awal menunjukkan presentasi
bokongdengan taksiran berat janin 3900 gr,
dengan kesejahteraan ibu dan janin baik.
Maka bidan tersebut menganjurkan dan
memberi konseling pada pasien mengenai
kasusnya dan untuk di lakukan tindakan
rujukan.
Lanjutan Kasus
• Namun keluarga dan pasien menolak di rujuk
dan bersih kukuh melahirkan di bidan
itukatrena pertimbangan biaya dan kesulitan
lainnya.
• Melihat kasus ini bidan di hadapkan pada
konflik moral yang bertentangan dengan
prinsip moral dan otonomi maupun
kewenangan dalam pelayanan kebidanan
Peran dan Fungsi Majelis
Pertimbangan Kode Etik
• Dasar Penyusunan majelis pertimbangan etik
profesi adalah Majelis Pembinaan dan
pengawasan Etik Pelayanan Medis ( MP2EPM)
• Tugas MTDK ( Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan) adalah Meneliti dan menentukan
ada atau tidaknya kesehatan atau kelalaian
dalam menerapkan standar profesi yang di
lakukan oleh tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
Tugas dan Wewenang MP2EPM
• Memberi pertimbangan tentang etik dan standar
profesi tenaga kesehatan kepada menteri.
• Membina, mengembangkan , dan mengawasi
secara aktif pelaksanaan kode etik kedokteran
gigi, perawat, bidan, sarjana farmasi dan RS
• Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan
mengadakan konsultasi dengan instansi terkait
• MP2EPM pusat atas menteri yang berwenang
mereka yang di tunjuk mengurus persoalan etik
tenaga kesehatan.
1. Menerima dan memberi pertimbangan,
mengawasi persolan kode etik, dan
mengadakan konsultasi dengan instansi
terkait dengan persoalan kode etik .
2. Memberi nasehat, membina dan
mengembangkan serta mengawasi secara
aktif etik profesi tenaga kesehatan dalam
wilayahnya bekerjasama dengan organisasi
profesi seperti IDI,PDGI,PPNI,IBI
3. Memberi pertimbangan dan saran kepada
instansi terkait
Majelis Etika Profesi Bidan
Adalah Merupakan badan perlindungan
hukum terhadap para bidan sehubungan
dengan adanya tuntutan dari klien akibat
pelayanan yang di berikan dan tidak
melakukan indikasi penyimpangan hukum.
Tujuan di bentuk majelis etik bidan
• Untuk memberikan perlindungan yang
seimbang dan obyektif kepada bidan dan
penerima pelayanan.
Lingkup Majelis Etik Bidan
a. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan
sesuai standar profesi pelayanan bidan
b. Melakukan superfisi lapangan, termasuk tentang
teknis, dan pelaksanaan praktik, termasuk
penyimpangan yang terjadi.
c. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus kasus
dalam praktik kebidanan
d. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang
hukum kesehatan khususnya yang berkaitan
atau melandasi praktik bidan.
Pengorganisasian Majelis Etik Bidan
a. Majelis Etik kebidanan merupakan lembaga
organisasi yang mandiri, otonom dan
nostruktural.
b. Majelis etik kebidanan di bentuk di tingkat
propinsi atau pusat
c. Majelis kebidanan pusat berkedudukan di
ibukota negara dan majelis etik kebidanan
propinsi berkedudukan di ibukota propinsi.
d. Jumalah anggota masing-masing terdiri dari 5
Orang
e. Anggota majelis etik kebidanan di angkat dan di
berhentikan oleh menteri kesehatan
Lanjutan pengorganisasaian
f. Susunan organisasi majelis etik kebidanan
terdiri dari :
1. Ketua dengan kualifikasi mempunyai
kompetensi tambahan di bidang hukum
2. Sekretaris merangkap anggota
3. Anggota majelis etik bidan
Tugas Majelis Etik Bidan
a. Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya
kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan
standar profesi yang di lakukan oleh bidan
b. Penilaian di dasarkan atas permintaan
pejabat, pasien, dan keluarga yang di rugikan
oleh pelayanan kebidanan
c. Permohonan secara tertulis dan di sertai
data-data
Lanjutan... Tugas Majelis Etik Bidan
• Keputusan tingkat propinsi bersifat Final dan bisa
konsul ke majelis etik kebidanan pada tingkat pusat
• Sidang majelis etik kebidanan paling lambat 7 hari
setelah di terima pengaduan. Pelaksanaan sidang
menghadirkan dan minta keterangan dari bidan dan
saksi-saksi.
• Keputusan paling lambat 60 hari dan kemudian
disampaikan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang.
• Biaya di bebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI
atau pimpinan daerah IBI di tinggakat propinsi.
Fungsi Majelis Etik Kebidanan
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan
bidan sesuai sesuai dengan ketetapan
Pengurus Pusat.
2. Melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan
bidang dan tugasnya secara berkala
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang
perlu dalam rangka tugas Pengurus Pusat.
4. Membentuk Tim Teknis sesuai dengan
kebutuhan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai