Anda di halaman 1dari 6

Peran Dan Fungsi Majelis Pertimbangan Etik Profesi

A. Tugas dan wewenang MP2EPM

1. Tugas dan Wewenag MP2EPM Wilayah Pusat


 Memberi pertimbangan tentang etik dan standar profesi tenaga kesehatan kepada
menteri.
 Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan kode etik
kedokteran gigi, perawat,bidan, sarjana farmasi dan rumah sakit.
 Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan mengadakan konsultasi dengan
instansi terkait
 MP2EPM pusat atas mentri yang berwenang mereka yang ditunjuk mengurus
persoalan etik tenaga kesehatan.

2. Tugas dan Wewenag MP2EPM Wilayah Profinsi


 Menerima dan memberi pertimbangan, mengawasi persoalan kode etik , dan
mengadakan konsultasi dengan instansi terkait dengan persoalan kode etik.
 Memberi nasehat, membina dan mengembangkan serta mengawasi secara aktif etik
profesi tenaga kesehatan dalam wilayahnya bekejasama dengan organisasi profesi
seperti IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI, PRS2I.
 Memberi pertimbangan dan saran kepada instansi terkait.
 MP2EPM propinsi atas nama kepala kantor Wilayah Departemen Kesehatan Profinsi
berwenang memanggil mereka yang bersangkutan dalam suatu etik profesi.

B. Majelis Etika Profesi Bidan


Pengertian majelis etika profesi adalah merupakan badan perlindungan hukum terhadap
para bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan
dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum. Realisasi majelis etika profesi bidan
adalah dalam bentuk majelis pertimbangan etika bidan (MPEB) dan majelis pembelaan
anggota (MPA).

Latar belakang dibentuknya majelis pertimbangan Etika Bidan atau MPEB adalah adanya
unsur unsur pihak pihak terkait :

1. Pemeriksaan pelayanan untuk pasien

2. Sarana pelayanan kesehatan

3. Tenaga pemberi, yaitu bidan.


Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma etiaka dan agama. Tetapi apabila ada
kesalahan dan menimbulkan konflik etik maka diperlukan wadah untuk menentukan standar
profesi,prosedur yang baku dan kode etik yang disepakati, maka perlu dibentuk majelis etika
bidan, yaitu MPEB dan MPA.

Tujuan dibentuknya majelis etika bidan adalah untuk memberikan perlindungan


yang seimbang dan objektif kepada bidan dan penerima pelayanan.

 Lingkup majelis etika kebidanan meliputi:

a. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi pelayanan bidan


(Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/Tahun 2002. sekarang kepmenkes
369/Menkes/SK/III/2007

b. Melakukan supervisi lapangan,termasuk tentang tehnis,dan pelaksanaan


praktik,termasuk penyimpangan yang terjadi.apakan pelaksanaan praktik bidan sesuai dengan
Standar Praktik Bidan,Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan,juga batas-batas
kewenangan bidan.

c. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan.

d. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hukum kesehatan,khususnya yang


berkaitan atau melandasi praktik bidan.

 Pengorganisasian Majelis Etik Kebidanan,adalah sebagai berikut:

a. Majelis Etik Kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri,otonom dan


nonstruktural.

b. Majelis etik Kebidanan dibentuk ditingkat propinsi dan pusat.

c. Majelis Etik Kebidanan pusat berkedudukan di Ibukota negara dan Majelis Etik
Kebidanan propinsi berkedudukan di ibukota propinsi.

d. Majelis Etik Kebidanan pusat dan propinsi dibantu oleh sekretaris.

e. Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima orang.

f. Masa bakti anggota Majelis Etik Kebidanan selama tiga tahun dan sesudahnya,jika
berdasarkan evaluasi masih memenuhi ketentuan yang berlaku,maka anggota tersebut dapat
dipilih kembali.

g. Anggota Majelis Etik Kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh Mentri Kesehatan.
 Sususunan organisasi Majelis Etik Kebidanan terdiri dari :

1. Ketua dengan kualifikasi mempunyai kompetensi tambahan di bidang hukum.

2. Sekretaris merangkap anggota.

3. Anggota Majelis Etik Bidanan

 Tugas Majelis Etik kebidanan,adalah meliputi :

a. Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menetapkan
standar profesi yang dilakukan oleh bidan.

b. Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat,pasien,dan keluarga yang dirugikan oleh


pelayanan kebidanan.

c. Permohonan secara tertulis dan disertai data-data.

d. Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa konsul ke Majelis Etik Kebidanan
pada tingkat pusat.

e. Sidang Majelis Etik Kebidanan paling lambat tujuh hari,setelah diterima pengaduan.
Pelaksanaan sidang menghadirkan dan minta keterangan dari bidan dan saksi-saksi.

f. Keputusan paling lambat 60 hari,dan kemudian disampaikan secara tertulis kepada


pejabat yang berwenang.

g. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan daerah IBI di
tingkat propinsi.

C. Majelis etika kebidanan Badan Konsil Kebidanan


Dalam organisasi profesi bidan Indonesia hingga saat ini belum terbentuk badan
konsil kebidanan. Secara konseptual badan konsil merupakan badan yang dibentuk dalam
rangka melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Konsil kebidanan Indonesia merupakan lembaga otonom dan
independen,bertanggung jawab kepada Presiden sebagai Kepala negara.

 Tugas badan konsil kebidanan

a. Melakukan registrasi tenaga bidan.

b. Menetapkan standar pendidikan bidan.

c. Menapis dan merumuskan arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


d. Melakukan pembinaan terhadap pelanggaran praktik kebidanan.

Konsil kebidanan Indonesia berfungsi mengatur,menetapkan serta membina tenaga bidan


yang menjalankan praktik kebidanan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

 Wewenang badan konsil kebidanan meliputi

a. Menetapkan standar kopetensi bidan.

b. Menguji persyaratan registrasi bidan.

c. Menyetujui dan menolak permohonan pegistrasi.

d. Menerbitkan dan mencabut sertifikat registrasi.

e. Menetapkan tehnologi kebidanan yang dapat diterapkan di Indonesia.

f. Melakukan pembinaan bidan mengenai pelaksanaan etika profesi yang di tetapkan


organisasi profesi.

g. Melakukan pencatatan bidan yang dikenakan sanksi oleh organisasi profesi.

 Keanggotaan konsil kebidanan

a. Dari unsur Departemen Kesehatan 2 orang.

b. Lembaga Konsumen 1 orang.

c. Bidan 10 orang.

d. Organisasi profesi terkait 4 orang.

e. Ahli hukum 1 orang.

 Persyaratan anggota konsil

a. Warga Negara Indonesia

b. Sehat jasmani dan rohani.

c. Berkelakuan baik.

d. Usia sekurangnya 40 tahun.

e. Pernah praktik kebidanan minimal 10 tahun.

f. Memiliki moral etika yang tinggi.


 Keanggotaan konsil berhenti karena
a. Berakhirmasa jabatan sebagai anggota.

b. Meninggal dunia.

c. Mengundurkan diri.

d. Bertempat tinggal diluar wilayah Republik Indonesia.

e. Gangguan kesehatan.

f. Diberhentikan karna melanggar urutan konsil.

 Mekanisme tata kerja konsil:

a. Memelihara dan menjaga registrasi bidan.

b. Mengadakan rapat pleno,dikatakan sah bila dihadiri separuh tambah 1 unsur pimpinan
harian.

c. Rapat pleno memutuskan :

1) Menolak permohonan registrasi

2) Membentuk sub-sub komite dan anggota.

3) Menetapkan peraturan dan kebijakan.

d. Konsil kebidanan melakukan rapat pleno sekurang-kurangnya empat kali dalam


setahun.

e. Ketua konsil,wakil ketua konsil,ketua komite registrasi dan ketua komite peradilan
profesi merupakan unsur pimpinan harian konsil.

 Badan Pertimbangan Kesehatan

Badan pertimbangan kesehatan merupakan badan independen, yang memiliki tugas, fungsi
dan wewenang di bidang kesehatan, dan berkedudukan di pusat dan daerah, badan
pertimbangan kesehatan pusat dinamakan badan pertimbangan kesehatan nasional
selanjutnya disingkat BPKN berkedudukan di ibu kota Negara Repoblik Indonesia.
sedangkan badan pertimbangan kesehatan daerah selanjutnya disingkat BPKD berkedudukan
di profinsi kabupaten/kota. kedudukan BPKNdan BPKD ini berada sampai pada tingkat
kecamatan.
BPKN dan BPKD berperan membantu pemerintah dan masyarakat dalam
bidang kesehatan sesuai dengan lingkup dan tugas masing masing, dengan tugas
dan wewenang antara lain:

a. menginventarisasi masalah melalui penelaahan terhadap berbagai informasi dan data


yang relevan atau berpengaruh terhadap proses pembangunan kesehatan

b. memberikan masukan kepada pemerintah tentang sasaran pembangunan kesehatan


selama kurun waktu 5(lima) tahun

c. menyusun strategi pencapaian dan prioritas kegiatan pembangunan kesehatan

d. memberikan masukan kepada pemerintah dalam pengidentifikasian dan penggerakan


sumber daya untuk pembangunan kesehatan

e. melakukan advokasi tentang alokasi dan penggunaan dana dari semua sumber agar
pemanfaatannya efektif, efesien dan sesuai dengan strategi yang ditetapkan

f. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan kesehatan

g. merumuskan dan mengusulkan tindakan korektif yang perlu dilakukan dalam


pelaksanaan pembangunan kesehatan yang menyimpang.

Anda mungkin juga menyukai