Anda di halaman 1dari 7

JIDAN

Jurnal Ilmiah Bidan IS


ISSN : 2339-1731

Analisis Faktor – Fakto


ktor Yang Berhubungan Dengan Kejadianian Ruptur Perineum
Pada Persalinan Normal
al D
Di Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondanoo K
Kabupaten Minahasa

Tarelluan1, Syuul K Adam2, Sandra Tombokan3


Jusimaa Tar
1. R
RSUP Tondano.: 2,3 Poltekkes Kemenkes Manado

Abstrak

Latar Belakang : Ruptur perineumneum adalah luka jalan lahir yang dapat terjadi di secara spontan karena
perineum kaku, persalinan presipita erjalinnya kerjasama yang
itatus, pimpinan persalinan yang salah, tidak terja
baik dengan ibu selama proses pers
persalinan, penggunaan perasat manual yang tidak dak tepat. Ruptur perineum
karena episiotomi memperluas jalan ak serta persalinan dengan
an lahir karena bayi besar, prematur, kelainan letak
tindakan vakum / forcep.
Tujuan : Untuk mengetahui faktor ktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian an ruptur perineum pada
persalinan normal.
Metode : Penelitian ini bersifat at analitik deskriptif dengan menggunakan de desain Retrospektif atau
pengumpulan data sekunder. Popula
opulasi penelitian adalah semua ibu yang dengan ke kejadian ruptur perineum
pada persalinan normal pada tahunhun 2012 di RSUD DR Sam Ratulangi Tondano ano Kabupaten Minahasa,
sebanyak 375 responden. Analisis m menggunakan uji statistik chi square.
Hasil penelitian : Menunjukkan terterdapat hubungan umur dengan kejadian ruptur pe perineum pada persalinan
normal. Hasil penelitian menggunak
unakan taraf signifikansi α = 0,05 dan dk = 2 (X tatabel) untuk variabel usia,
paritas dan BBL. Faktor umur dida dapat hasil nilai X2 = 160,302 > 5,99 maka Hoo di ditolak dan Ha diterima.
2
90,792 > 5,99 dan BBL didapat hasil X2 = 173,613
Faktor paritas didapat hasil X = 90, 73,613 > 5,99
Simpulan : ada hubungan yang si signifikan antara faktor umur paritas, dan BBL L dengan kejadian ruptur
perineum pada persalinan normal.

Kata Kunci : Ruptur Perineum,, P


Persalinan Normal

LATAR BELAKANG. Sebaliknya kepala jani


janin yang akan lahir
jangan ditahan terlampmpau kuat dan lama,
Ruptur perineum adalah luka jalan lahir karena akan mengakib kibatkan asfiksia dan
yang dapat terjadi secara spontan karena perdarahan dalam ten tengkorak janin, serta
perineum kaku, persalinan presipitatus, melemahkan otot-ototot da
dan fasia pada dasar
pimpinan persalinan yang ssalah, tidak nggangkan terlalu lama
panggul, karena direngga
(2)
terjalinnya kerjasama yang baik ik dengan ibu .
selama proses persalinan, sertata penggunaan Ruptur perineum dapat terjadi hampir
perasat manual yang tidak te tepat. Ruptur pada semua persalinan
nan pertama, dan tidak
perineum karena tindakan episiot
pisiotomi adalah nan berikutnya. Ruptur
jarang pada persalinan
ruptur perineum karena
na dilakukan perineum pada dasarnyaya tidak membahayakan
pengguntingan perineum untuk uk memperluas nanganan dan perawatan
jika mendapatkan penan
jalan lahir karena indikasi bayiyi besar, bayi yang tepat dan baik. ik. Sebaliknya ruptur
prematur, bayi dengan kelainannan letak, serta perineum yang tidak
ti mendapatkan
persalinan dengan vakum/forcepp ((1). penanganan dan peraw awatan yang tepat dan
hindarkan atau
Ruptur perineum dapat dihinda baik akan menyebabka bkan perdarahan yang
di kurangi dengan menjaga jan jangan sampai ngga dapat menyebabkan
hebat, infeksi, sehingga
dasar panggul dilalui oleh ke kepala janin partum (3)(Prawiroharjo,
kematian ibu postpart
dengan cepat dan tindakan kan terkendali. 2009).

Volume I Nomor 1. Juli – Desembe


mber 2013 36
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan IS
ISSN : 2339-1731

Menurut Survei Demograf rafi Kesehatan menguasai cara me memimpin persalinan


(7)
Indonesia (SDKI), Angka Ke Kematian Ibu (Wiknjosastro, 2005).).
(AKI) di Indonesia berjumlahh 228/100.000 Kejadian ruptur
ur perineum pada
Kelahiran Hidup. Penyebab bab langsung persalinan normal setia
setiap tahun meningkat.
kematian ibu adalah perdaraha rahan, infeksi, Tahun 2010 terdapat 396 persalinan, ibu yang
keracunan kehamilan, partus lama ma dan aborsi. mengalami kejadiann ru ruptur perineum 208
Perdarahan pos partum menjadi njadi penyebab (52,5%), dengan prese sentasi ruptur spontan
utama 40% kematian ibu di Indon Indonesia, dan 141(67,7%) ibu, dan ep episiotomi 67 (32,2%)
ruptur perineum merupakan peny penyebab kedua ibu. Tahun 2011 terdapa
dapat 404 persalinan, ibu
(4)
setelah atonia uteri . yang mengalami kejadi jadian ruptur perineum
Data Angka Kematian Ibu (AKI) di 236 (58,4%), dengan gan presentasi rupture
Provinsi Sulawesi Utara tahun hun 2011 terdapat spontan 164 (69,4%) ibu, dan episiotomi 72
71 kasus kematian Ibu, dengan gan presentasi (30,5%) ibu. Tahun hun 2012 terdapat 510
penyebab langsung kematiann Ibu adalah persalinan, ibu yangg mengalami kejadian
Perdarahan 29 Ibu (40%), Eklam klamsi 15 ibu ruptur perineum 375 (73,5%) dengan
bortus 1 ibu(2%),
(21%), Infeksi 6 ibu (8%), Abortus presentasi ruptur sponta
spontan 291 (77,6%) ibu,
dan lain- lain 20 ibu(28%) (Pr (Profil DinKes dan episiotomi 84 (22,4%
22,4%) ibu.
Sulut). Dikabupaten Minahasa hasa, jumlah Menurut data yang ng di ambil dari buku
kematian ibu pada tahun 2012 sebanyak 4 register laporan persalin
salinan, serta penjelasan
kasus, dengan presentase perdara darahan 3 orang, dari bidan - bidan yang ng bertugas di ruangan
(5)
Eklamsi 1 orang (Profil DinKe nKes Minahasa, bersalin RSUD DR Sam am Ratulangi Tondano
2012). Data di RSUD DR Sam Ratulangi Kabupaten Minahasa,, Pa Pada saat pengambilan
Tondano Kabupaten Minahasa, sa, pada tahun data awal, terlihat de dengan jelas kejadian
2012, jumlah kematian ibu seban banyak 2 kasus, rupture perineum pada persalinan normal
dengan presentasi perdarahan an 1 orang, berkaitan dengan usia ibu, paritas, berat
Eklamsi 1 orang. badan lahir, lamanya pr proses persalinan, serta
Ruptur perineum dapat di dihindari atau faktor penolong persalina
linan.
dicegah dengan berbagai upaya ya pendekatan, Tujuan Penelitiann adalah Mengetahui
penyuluhan, bahkan anjuran kepa pada pasangan faktor-faktor yang bberhubungan dengan
usia subur (PUS), sebelum ha hamil, selama kejadian ruptur perineineum pada persalinan
dalam masa kehamilan, se serta dalam normal.
menghadapi proses persalina linan. Untuk METODE
menghindari atau meminimalka lkan kejadian
ruptur perineum, pasangan usia subur (PUS) Penelitian ini bersif
rsifat analitik deskriptif
di harapkan untuk tidak hamil pa pada usia < 20 dengan desain pene penelitian Retrospektif.
tahun dan > 35 tahun. Jika hamil mil di anjurkan Dilaksanakan di RSUD UD DR Sam Ratulangi
untuk rutin memeriksakan ke kehamilannya, Tondano Kabupatenn Mi Minahasa. pada bulan
makan makanan bergizi sesuai ke kebutuhan ibu Maret 2013 –Juni 2013. Variabel Penelitian
hamil, melakukan senam hamill se sesuai dengan terdiri dari Variabel
abel bebas (independen)
(6)
usia kehamilan iana,
(Anggriana 2010). adalah usia, paritas dadan berat badan lahir,
Persalinan harus di tolong olehh se seorang yang Variabel terikat (depen
penden) adalah ruptur
mampu dan berwewenang dalam m memberikan perineum. Populasi da dalam penelitian ini
manejemen asuhan bidanan
kebida serta semua ibu yang menga galami kejadian ruptur

Volume I Nomor 1. Juli – Desembe


mber 2013 37
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan IS
ISSN : 2339-1731

perineum pada persalinan normalal pada tahun dokumentasi (Data Seku


Sekunder) Analisis Data
2012 di RSUD DR Sam Ratulangulangi Tondano menggunakan uji statis
atistik Non parametrik
Kabupaten Minahasa, sebanyakk 375 ibu yang yaitu chi square.
menjadi subjek penelitian. n. Teknik
pengumpulan data yang digun unakan adalah
HASIL PENELITIAN

Karakteristik responden dan variabel penelitian


Tabel 1 : Ka ian

Variabel Jumlah (N= 375) %


Umur :
< 20 tahun 73 19
20-35 ahun 266 71
˃ 35 tahun 36 10
Paritas :
Primipara 178 47
Multipara 165 44
Grandemultiparaa 32 9
Berat Badan Lahir :
1500 – 2499 gr 20 5
2500– 4000 gr 333 89
˃ 4000 gr 22 6
Ruptur perineum :
Spontan 291 77,6
Episiotomy 84 22,4

Tabel 1, menunjukkan golongan an um


umur BBL pada 2500 – 4000 gram dan menurut
responden terbanyak pada usia 20 – 35 kejadian rupture ternban
nbanyak adalah spontan.
vida, menurut
tahun, paritas dengan primigravida

Tabel 2 : Hubungann um
umur, paritas, dan berat badan dengan ruptur
ur pperineum
Variabel Ruptur perineum jlh % 2

Spont
Spontan Perineum (n=375)
x
Umur :
< 20 tahun 27 34 72 71,2 160,302
20-35 tahun 233 45 267 19,2
˃ 35 tahun 31 5 36 9,6
Paritas :
Primipara 122 56 178 47,47 90,792
Multipara 150 15 165 44
Grande 29 3 32 8,53
Bert badan bayi :
1500-2499 gr 9 11 20 5,3 173,613
2500-4000 gr 274 59 333 88,8
˃ 4000 gr 11 11 22 5,8

Volume I Nomor 1. Juli – Desembe


mber 2013 38
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan IS
ISSN : 2339-1731

Berdasarkan hasil analisis uji Chi-square Karakteristik rresponden menurut


pada tabel 2 diperoleh. ada hubun
hubungan yang paritas menunjukkan
ukkan terbanyak pada
signifikan antara umur denga ngan kejadian primipara berjumlahh 178 multipara
ruptur perineum pada persalina linan normal. berjumlah 165 da
dan grandemultipara
2
Dibukti dengan nilai X = 160,302 > Xtabel = berjumlah 32. Terbanya nyak rupture spontan
5,99, ada hubungan yang signi nifikan antara 122 dan episiotomyy 56 pada primipara,
paritas dengan kejadian ruptur pe
perineum pada pada multipara rupture ure spontan 150 dan
persalinan normal, yang dibukti
buktikan dengan episiotomy 15 dan paling sedikit
2
nilai X = 90,792 > Xtabelel = 5,99, ada grandemulti rupture spontan 29 dan
hubungan yang signifikan antarara Berat badan episiotomy 3.
perineum pada
bayi dengan kejadian ruptur per Primipara berpe rpeluang lebih besar
buktikan dengan
persalinan normal, yang dibukti terjadi ruptur perineu neum dibandingkan,
2
nilai X = 173,613 > Xtabel = 5,99. multipara dan grandemndemultipara, ini sesuai
dengan teori yang men engatakan bahwa pada
PEMBAHASAN saat persalinan oleh kare
karena keadaan perineum
Karakteristik Responden
sponden Menurut yang masih utuh, vul vulva tertutup, hymen
Golongan Umur Karakteristik stik responden perforates dan vagina na masih sempit dan
menurut golongan umur m menunjukkan adanya rugae padaa primigravida akan
sebagian besar pada umur 20 – 35 tahun ada mengalami tekanan pad pada jalan lahir lunak
266 responden (71%) dan golon ongan umur < oleh kepala janin, denga
ngan keadaan perineum
20 tahun 73 responden (19 19 % %) dan > 35 yang masih utuh pada primigravida akan
tahun ada 36 responden (10% 10%). Golongan mudah terjadi ruptur ur perineum. Multipara
umur 20 – 35 tahun terbany banyak rupture berpeluang terbanyakk mengalami kejadian
spontan 27 dan paling sedikit kit episiotomy ruptur perineum spo spontan dibandingkan
berjumlah 45. Golongan umur ur < 20 tahun primipara, sehubungan gan dengan tidak lagi
terbanyak rupture spontan berjum
jumlah 233 dan dilakukan episiotomi,, kkesalahan penanganan
paling sedikit episiotomy 34 dan an > 35 tahun ruptur perineum pada pe persalinan sebelumnya,
terbanyak rupture spontan berjumjumlah 31 dan serta kurangnya ketramp mpilan penolong dalam
paling sedikit episiotomy 5. Hasil yang menyokong perineum um khususnya para
diperoleh pada penelitian ini usia < 20 tahun mahasiswa praktek.
berpeluang lebih besar terj terjadi ruptur Karakteristik responde
esponden menurut BBL
perineum dibandingkan dengan an usia 20-35 pada BBL 1500–249 2499gr berjumlah 20
tahun dan usia > 35 tahun kurang (5.33%), BBL 2500–40 4000gr berjumlah 333
berpeluang/lebih kecil rjadi
terja ruptur (88.8%) dan BBL > 4000g berjumlah 22
perineum. Hasil penelitian ini tentunya (5.87%). BBL 2500– 2500–4000 gr terbanyak
sesuai dengan teori yang mengatgatakan bahwa rupture spontan yaituu 274 ibu dan episiotomy
ibu hamil dengan usia muda merupa
erupakan risiko 59 ibu, dan paling sedi
sedikit pada BBL 1500-
tinggi yang dapat mengancam keselamatan 2499 gr rupture spontanan 9 dan episiotomy 11.
ibu oleh karena fungsi organ repr
eproduksi yang Hasil ini menunjukka ukkan bahwa ruptur
belum sempurna. Usia < 20 tahun dan >35 perineum lebih banyak ak pada BBL 2500 –
tahun dapat menimbulkan kompl plikasi dalam 4000gr disebabkan ka karena BBL besar
persalinan (8)
kehamilan dan kesulitan saat persa berpeluang lebih be besar terjadi ruptur
perineum pada persalina
salinan normal, dimana
Volume I Nomor 1. Juli – Desembe
mber 2013 39
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan IS
ISSN : 2339-1731

menurut Mauaba (2008) bahwa hwa kepala dan episiotomi. Hasil ini ni mmenunjukkan kejadian
berat janin yang besar merupa upakan bagian ruptur perineum sebagiagian besar pada kategori
rena keduanya
terpenting dalam persalinan karena isiko oleh karena teknik
ruptur yang tidak berisik
dapat menyebabkan dinya
terjdin ruptur penyokongan perineum um (stenen) yang baik
perineum. Berdasarkan teori ori yang ada, ngerutkan perineum saat
yaitu dengan mengerut
robekan perineum terjadi pada kelahiran kepala bayi sudah didasar panggul
dengan BBL yang besar.(8) disesuaikan dengan kek ekuatan mengedan ibu
sponden menurut
Karakteristik responden yang terkontrol terbukti
bukti dapat meminimalkan
ur spont
kejadian rupture yaitu ruptur spontan ada kejadian ruptur pei peineum baik pada
291 responden (77,6%) dan epi episiotomy ada primigravida, mul
multigravida dan
84 responden (22,4%). Hal inini m
menunjukkan grandemultigravida. Ha Hasil ini sama dengan
bahwa kejadian rupture terban banyak adalah hasil penelitian yan ang dilakukan oleh
rupture spontan 291 responde
esponden, ini Ardiani,(2011) bahwaa paritas atau jumlah
disebabkan karena faktor usia ibu < 20 tahun, anak berhubungan den dengan tingkat kejadian
(11)
multipara berat badan lahir besar
sar. ruptur perineum.
Ada hubungann yyang signifikan antara
Penelitian ini menunjukkaukkan kejadian usia dengan kejadian ru ruptur perineum pada
ruptur perineum lebih banyak pada kelompok persalinan normal. Pe Perolehan data dalam
usia berisiko < 20 tahun di dibandingkan penelitian ini menunjukka
nunjukkan kejadian ruptur
dengan kelompok usia tidak be berisiko (20 – perineum terbanyak pad pada BBL 2500 - 4000g
35 tahun dan > 35 tahun). Hal ini disebabkan yaitu 333 responden (8 (88,8%) dibandingkan
karena pada usia < 20 tahun keadaan dengan BBL > 4000g ya yaitu 22 responden dan
perineum yang masih utuh, vul vulva tertutup, paling sedikit pada BBL BL 1500 – 2499g yaitu
hymen perforates dan vagina m masih sempit 20 responden. asil
Hasi penelitian ini
dan adanya rugae pada primig igravida akan menunjukkan bahwa ssemakin besar BBL
mengalami tekanan pada jalan an lahir lunak semakin meningkatkan kan risiko terjadinya
oleh kepala janin, dengan keadaa daan perineum ruptur perineum. Jaringa
ngan otot disekitar dasar
yang masih utuh pada primig igravida akan panggul dan jalan lahir hir memiliki elastisitas
mudah terjadi ruptur perineum (9). Hasil ini yang berbeda-beda pad pada setiap responden
sama dengan penelitian yang dil dilakukan oleh termasuk jaringan kulit disekitar perineum.
Sri Purwati,(2011) bahwa faktor ktor umur ibu Otot-otot ini akann bertambah tingkat
berhubungan dengan kejadi
adian ruptur elastisitasnya pada saa saat persalinan untuk
perineum sehubungan denga ngan tingkat menyesuaikan dengann besarnya bayi yang
(10)
keelastisitas perineum ibu. akan lahir. Semakin kin meningkat pula
Terdapat hubungan yang ang signifikan elastisitasnya bila ba bayi yang dilahirkan
antara paritas dengan kejadi jadian ruptur berukuran besar akiba batnya kulit perineum
perineum pada persalinan norma mal. Penelitian menjadi sangat teregangang dan tipis sehingga
ini lebih banyak pada multigra gravida ruptur sangat rawan terjadi rup
ruptur perineum apalagi
spontan yaitu 150 ibu (40%) dan episiotomi jika kelahiran bayi be besar ini terjadi pada
56 ibu (14,9%), dibanding primig igarvida yaitu perineum yang masihh utuh dan kaku juga
122 ibu (32,5%) episiotomy 15 ibu (4%), dan maka perineum akan sul sulit menahan regangan
yang paling sedikit grande m multi 29 ibu besarnya janin sehingga gga bayi dengan berat
(7,73%) ruptur spontan dan 3 ibu (0,8%) badan besar (makroso rosomia) meningkatkan
Volume I Nomor 1. Juli – Desembe
mber 2013 40
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan IS
ISSN : 2339-1731

risiko terjadinya ruptur perineum


neum. Hasil ini 1. Bagi RSU. DR. Sam Ratulangi Tondano
sama dengan hasil penelitian yan
yang dilakukan dapat meningkatkan kan kualitas kesehatan
berat badan bayi
oleh Sekartini (2009) bahwa bera khususnya dibidang ng obstetri gynekologi,
yang besar berhubungan denga ngan besarnya dengan meningkatka
katkan pengetahuan dan
janin yang dapat mengakibatka tkan perineum keterampilan petugatugas kesehatan dalam
tidak cukup kuat menahan rega gangan kepala hal ini para bidan,
n, aagar dapat menangani
bayi dengan BBL yang besar sehi
sehingga sering persalinan sesuai AP APN, dengan tepat dan
menyebabkan rupture perineum..((12) benar untuk menga engantisipasi terjadinya
ruptur perineum.
SIMPULAN 2. Bagi Institusi Pendidikan dapat
1. Faktor – faktor yang berhubung
hubungan dengan meingkatkan kualita litas ketrampila lulusan
kejadian ruptur perineum pada persalinan secara professional
onal dalam memberikan
normal terbanyak pada golong
ongan umur 20 manajemen asuhan
suhan kebidanan khususnya
– 35 tahun dalam menangani ni prproses persalinan yang
4000 gram pada
2. BBL sebagian besar 2500–4000 berkaitan dengan an kejadian rupture
paritas dengan primipara perineum.
3. Persalinan normal yang mengangalami ruptur 3. Untuk ibu hamill da dapat mempersiapkan
pisiotomy
spontan lebih banyak dari episi kesehatan fisik da dan mental sebelum
gnifikan antara
4. Terdapat hubungan yang signi hamil, selama hami mil, serta dalam proses
usia, dan berat badan deng ngan kejadian persalinan dengan an mengikuti semua
inan normal.
ruptur perineum pada persalina anjuran dari bidann tetentang kehamilan dan
proses persalinann yang terkait dengan
SARAN
kejadian ruptur perine
erineum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sukrisno. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta: Trans Info Media; (2010).
an IV
2. Sofian A. Sinopsis Obstetri. Jak
akarta: EGC; (2011).
3. Prawirohardjo. S. Pelayanann Ke
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta YBP-SP -SP; (2009).
4. Ratna. Buku Ajar Kebidanann K Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika; (2011).
5. Dinas Kesehatan. Kabupatenn M Minahasa. Profil Kesehatan Kabupaten Minahasa asa (2012).
6. Anggriyana. Senam Kesehatan. an. YYogyakarta Muha Medical; (2010 ).
7. Wiknjosastro. Buku Acuan Pe Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehe ehensip. Jakarta: YBP-SP;
(2005).
8. Manuaba. Ilmu Kebidanan, Kandungan
andungan ddan KB. Jakarta EGC; (2008).
9. Mochtar R. Sinopsis Obstetryy Ji Jilid I. Jakarta: EGC; (1998).
10. Sri Purwati. Hubungan Umur mur,Paritas dan Lingkar Kepala Terhadap Keja ejadian Ruptur Perieum
[Skripsi]. Banjernegara.(2011).).
11. Ardiani P. Hubungan Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum [Skripsi]. Banja
as de njarmasin(2011).
12. Sekartini R. Hubungan Berat at Badan lahir dengan Ruptur Perineum Prim rimigravida di Puskesmas
Marngasan. (2009) [cited 2013 12 P Pebruari]; Available from wwwrinisekartini.
ini.com. .

Volume I Nomor 1. Juli – Desembe


mber 2013 41
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Volume I Nomor 1. Juli – Dese


esember 2013 42

Anda mungkin juga menyukai