Anda di halaman 1dari 26

A S U H A N K E P E R AWATA N G E R O N T I K

DENGAN MASALAH SISTEM


K A R D I O VA S K U L E R

Disusun Oleh : kelompok 3

Pipit Widowati (214201446184)

Hanifah Ambang F (214201446188)

Tina Lestiana R (214201446194)


S I S T E M K A R D I O VA S K U L E R

Sistem kardiovaskuler sangat erat kaitannya dengan


jantung dan pembuluh darah dimana jantung dan
pembuluh darah merupakan satu kesatuan integrasi yang
mampu memberikan oksigen dan nutrient bagi setiap sel
hidup untuk bertahan hidup. Sistem ini bertanggung
jawab atas pengangkutan darah kaya oksigen dan nutrisi
ke organ serta pengangkutan produk limbah metabolic
yang selanjutnya akan dibuang dari tubuh (Touhy &
Jett, 2014).
P E R U B A H A N YA N G T E R J A D I
PA D A S I S T E M
K A R D I O VA S K U L E R L A N S I A

1) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per tahun sesudah


usia 20 tahun, yang menyebabkan penurunan kontraksi dan volumenya.

2) Kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,


perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) dapat
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg yang
berakibat pusing mendadak.

3) Tekanan darah meningkat berakibat meningkatnya resistensi


pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg). (Muhith, 2016).
PENYAKIT SISTEM
KARDIOVASKULER PADA LANSIA

HIPERTENSI
DEFINISI
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Penyakit hipertensi ini tidak selalu beresiko pada
penderita penyakit jantung, tetapi juga beresiko pada penderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah
dan semakin tinggi tekanan darah, makin besar pula resikonya
(Nurarif, et al., 2015).
KLASIFIKASI

Tekanan Darah Tekanan Darah


  Sistolik
Klasifikasi Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
(mmHg)

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi ringan (Stadium I) 140-159 90-99

Hipertensi sedang (Stadiumt II) ≥160 ≥100


ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi Penyebab hipertensi pada Lansia terjadi karena adanya
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
perubahan pada:
(Nurarif & Kusuma, 2015) :
a. Hipertensi Primer (hipertensi ensesial) a) Elastisitas dinding aorta menurun
faktor yang mempengaruhinya yaitu:
genetik, lingkungan, hiperaktifitas b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
saraf simpatis system renin,
angiotensin dan peningkatan Na + Ca c) Kemampuan kemampuan jantung memompa darah
intraseluler. menurun menyebabkan menurunya kontraksi dan
faktor-faktor yang meningkatkan volumenya, hal ini disebabkan oleh 1% setiap tahunnya
resiko yaitu: obesitas, merokok,
alkohol polisitemia, asupan lemak sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
jenuh dalam jumlah besar, dan stres.
darah menurun.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab dari hipertensi sekunder d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi
meliputi: penggunaan estrogen,
karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
penyakit ginjal, sinrom cushing, dan
hipertensi yang berhubungan dengan untuk oksigenasi.
kehamilan.
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
FAKTOR RISIKO MANIFESTASI KLINIS

Faktor risiko hipertensi menurut Menurut (Aspiani, 2015) Secara umum

(Sya’diyah, 2018) : gejala yang dikeluhkan oleh penderita


hipertensi sebagai berikut :
1. Usia dan riwayat keluarga
1. Sakit kepala
2. Ras dan seks
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada
3. Intake tinggi garam tengkuk
4. Stres 3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling

5. Penggunaan obat-obat kontrasepsi serasa ingin jatuh

oral 4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telinga berdenging
PATHOFISIOLOGI
-Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut serta menyebabkan peningkatan
tekanan darah pada pasien hipertensi. Diantaranya adalah faktor primer dan faktor
sekunder. Faktor primer adalah faktor genetik, gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol, kopi, obat-obatan, asupan garam, stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik
yang kurang. Sedangkan faktor sekunder adalah kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi
insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat- obatan seperti kontasepsi oral dan
kartikosteroid (Wijaya & Putri, 2013).
- Pada Lansia terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang ada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung ( volume sekuncup )
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. (Wijaya &
Putri, 2013).
KOMPLIKASI PEMERIKSAAN PENUNJANG

Komplikasi yang dapat terjadi jika hipertensi 1. Pemeriksaan Laboratorium (Hb/Ht,

tidak terkontrol, antara lain (Sya‟diyah, BUN/Kreatinin, Glukosa)

2018): 2. CT Scan

a. Krisis hipertensi. 3. EKG

b. Penyakit jantung dan pembuuh darah, seperti: 4. IVP


jantung koroner dan penyakit jantung 5. Photo dada
hipertensi, gagal jantung.

c. Stroke.

d. Ensefalopati hipertensi

e. Nefrosklerosis hipertensi.

f. Retinopati hipertensi.
PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
- Konsumsi gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak.
- Mempertahankan berat badan ideal.
- Gaya hidup aktif/olahraga teratur.
- Stop merokok.
- Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).
- Istirahat yang cukup dan kelola stres

2. Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatan hipertensi perlu dilakukan seumur hidup penderitannya. Dalam pengobatan hipertensi obat
standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi, antara lain obat deuretik, Penekat Betha,
Antagonis kalsium, atau penghambat ACE .
KASUS HIPERTENSI
Tn. S berjenis kelamin laki-laki, berusia 75 tahun, bertempat tinggal di Surabaya dari suku jawa dan
beragam Islam. Klien sudah menikah, pendidikan terakhir SMP. Klien udah tinggal di UPTD Griya
Wreda selama ± 10 bulan. Keluhan utama yang dirasakan Tn. S saat pengkajian adalah sulit tidur saat
malam hari karena merasa pusing dan pegal pada belakang kepala. Tn. S mengatakan memiliki
riwayat penyakit hipertensi. Untuk mengatasi keluhan susah tidur Tn. S hanya diam ditempat tidur,
duduk. Selama berada di UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya Tn. S mendapat obat Amlodipine
1x5mg, B Complex 1x1 dan Kalk 1x1. Tn. S tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan.
Tn. S mengalami perubahan status fisiologis antara lain Tn. S sering sulit tidur dimalam hari
dikarenakan merasa pusing dan pegal di belakang kepala. Klien mengatakan sering pusing juga saat
beraktivitas(P), nyeri terasa seperti mencengkram (Q), Tn.S mengatakan nyeri di belakang kepala
( R), Skala nyeri yang di rasakan Tn.s yaitu 5, Nyeri yang di rasakan hilang timbul (T). Durasi tidur
Tn. S pada malam hari pukul 01.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB. Sedangkan durasi tidur siang Tn. S
pukul 10.00 WIB sampai pukul 11.30 WIB, seteah itu tidur kembali pukul 13.00 WIB dan bangun
pukul 15.00 WIB. Dalam kemapuan ADL Tn. S melakukannya secara mandiri tanpa bantuan dan
tidak ada perubahan nafsu makan. Berikut adalah data tanda-tanda vital dan antopoetri Tn. S ang
diperoleh ketika melakukan pengkajian:
1. Keadaan umum baik, Tekanan Darah 170/90 mmHg, Nadi 94 ×/menit, Respirasi 20 ×/menit, Suhu
36,4oC, CRT < 2 detik.
2. Berat Badan 68 kg, Tinggi badan 170 cm, IMT: 23,52 (Ideal/Normal).
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENYAKIT JANTUNG
KORONER
DEFINISI

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung karena adanya
sumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner sehingga otot jantung
tidak mendapatkan suplai makanan dan oksigen. Pada saat jantung akan bekerja
lebih keras terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal
ini yang menyebabkan nyeri dada. Jika pembuliuh darah mengalami sumbatan,
pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut
dengan serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan oksigen
dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK (Wijaya, 2013).
KLASIFIKASI

Menurut Helmanu, (2015) penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu :

a. Chronic Stable Angina (Angina Piktoris stabil (APS)

b. Acute Coronary Syndrome (ACS) Merupakan suatu sindrom klinis yang


bervariasi. ACS dibagi menjadi 3, yaitu :

1) Unstable Angina (UA) atau Angina Piktoris Tidak Stabil (APTS)

2) Acute Non ST Elevasi Myocardinal Infarction (NSTEMI)

3) Acute ST Elevasi Myocardina Infarction (STEMI)


ETIOLOGI
Menurut (Piscilla LeMone, dkk, b. Dapat dimodifikasi

2019) penyebab penyakit jantung - Hipertensi


koroner yaitu : - Diabetes mellitus
a.Tidak dapat dimodifikasi - Hiperlipidemia
-Usia - Merokok
-Jenis kelamin - Obesitas
-Riwayat keluarga - Kurang aktivitas fisik

- Menopause

- stress
MANIFESTASI KLINIS

Menurut (Abata, 2014) secara umum penyakit jantung koroner ditandai oleh beberapa gejala
seperti dibawah ini :

a. Mudah Lelah

b. Nyeri ringan di beberapa bagian badan

c. Mudah berkeringat

d. Sesak napas

e. Susah tidur atau insomnia

f. Denyut jantung tidak normal (Aritmia)

g. Pusing atau mual


PATHOFISIOLOGI

Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh darah
(aterosklerosis). Salah satu faktor PJK adalah hiperglikemia dalam waktu yang panjang, sehingga
dapat menyebabkan disfungsi endotel berupa spasme koroner dan oklusi. Kondisi tersebut dapat
menghambat aliran darah pada pembuluh darah koroner dan menyebabkan aterosklerosis. Langkah
pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan endotel lumen arteri,
kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel
endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak
dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan
oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah (Huether & Mc Cance, 2017).
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit jantung koroner menurut (Wicaksono Saputro,
2019), yaitu :

a. Syok kardiogenik

b. Gagal jantung kongestif

c. Disfungsi otot papilaris


d. Sindrom dissler (post pericardiotomy syndrome)

e. Pericarditis akut

f. Aneurisme ventrikal

g. Rupture miokard
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostic meliputi pemeriksaan EKG 12 lead yang dikerjakan waktu istirahat
pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium terutama untuk menemukan faktor risiko,
pemeriksaan ekocardiografi dan radio nuclide miokardial imaging (RNMI) waktu istirahat dan
stress fisis ataupun obat-obatan, sampai ateriografi koroner dan angiografi ventrikel kiri
(Wijaya, 2013). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan selama terjadinya episode nyeri adalah,
pantau takikardi atau disritmia dengan saturasi, rekam EKG lengkapT inverted, ST elevasi
atau depresi dan Q patologis, pemeriksaan laboratorium kadar enzim jantung Creatinin Kinase
(CK), Creatinin Kinase M-B (CKMB), laktat dehydrogenase (LDH), fungsi hati serum glutamic
oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyrivate transaminase (SGPT), profil
lipid Low Desinty Lipoprotein (LDL) dan High Desinty Lipoprotein (HDL), foto thorax,
echocardiografi, kateterisasi jantung (Wijaya, 2013).
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada PJK menurut (LeMone, Priscilla, dkk tahun 2019) yaitu :

a. Pengobatan farmakologi meliputi nitrat, aspirin, penyekat beta (bloker), antagonis kalsium, dan anti kolesterol.

b. Revaskularisasi miokardium

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) atau bisa disebut dengan cangkok pintas merupakan pembedahan
untuk penyakit jantung koroner melibatkan pembukaan vena atau arteri untuk menciptakan sambungan
antara aorta dan arteri koroner melewati obstruksi. Kemudian memungkinkan darah untuk mengaliri bagian
iskemik jantung (Nurhidayat S, 2011).

c. Non farmakologi
1) Modifikasi pola hidup yang sehat dengan cara olahraga ringan.
2) Mengontrol faktor risiko yang menyebabkan terjadinya PJK, seperti pola makan, dll.
3) Melakukan teknik distraksi, memejamkan mata untuk mengatasi rasa nyeri dan relaksasi nafas dalam
(teknik breathing exercise, slowbreathing exercise, slow deep breathing exercise) untuk mengurangi tingkat
kelelahan.
4) Membatasi aktivitas yang memperberat aktivitas jantung.
PENCEGAHAN

Menurut Mary T. Kowalski (2014) ada beberapa cara untuk mencegah penykit kardiovaskular
diantaranya:
a. Tidak merokok/berhenti merokok untuk menghindari efek yang membahayakan dari rokok.
b. Mengurangi asupan natrium (garam).
c. Memperhatikan berat badan agar tidak terjadi obesitas.
d. Mengindari makan makanan yang mengandung kafein.
e. Berolahraga secara teratur sedikitnya 3 hari dalam 1 minggu dengan waktu 30 menit.
f. Tinggikan tungkai kaki pada pagi dan sore hari untuk beberapa menit.
g. Hindari dan meminimalkan stress lingkungan dan penyebab asietas.
h. Mengonsumsi obat yang diberikan.
i. Memperbanyak istirahat dan relaksasi jika diperlukan.
Kasus :

Ny. N usia 60 Tahun, beragama islam, bekerja sebagai IRT dan status perkawinan janda dengan 2 orang
anak. Klien tinggal di Rumdis TNI AL Wonosari Surabaya Bersama dengan anak pertama, menantu dan
dua cucu. Klien mengidap penyakit jantung coroner. Hasil pengkajian didapatkan klien mengeluh nyeri
dada sebelah kiri saat beraktivitas, nyeri terasa berat, menjalar sampai ke punggung, skala nyeri 4 (1-
10), dan nyeri tiba-tiba muncul selama kurang lebih 5 menit. Selain itu klien juga mengatakan sering
kram pada kaki, kadang bengkak dan Lelah saat aktivitas. Saat keluhan muncul klien hanya meminum
obat saja. Klien mengatakan mempunyai Riwayat penyakit hipertensi sejak 26 tahun yang lalu dan
diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu, klien juga rutin control sebulan sekali. Pada januari 2020
klien pernah dirawat di ICU dengan PVC + Bradikardi. Klien juga rutin mengkonsumsi obat Micardis,
Spinolactone, Concor, CPG, Atorvastatin, Furosemide tab (k/p), Glimipid dan Metvormin. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan dengan kesadaran composmentis (E4V5M6), TD : 180/100 mmHg, N : 98
x/menit, S : 36,5°C, RR : 22x/menit, TB : 155 cm, BB : 88 kg.
ASUHAN
KEPERAWATAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai