Anda di halaman 1dari 15

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NASIONAL
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

MATA KULIAH : KEPERAWATAN BENCANA


HARI/TANGGAL : NOVEMBER 2022
WAKTU : 90 MENIT
KELAS : REGULER/KARYAWAN
SIFAT UJIAN : CLOSED BOOK/ WEBSITE
DOSEN PENGUJI : Ns. TOMMY J F WOWOR, MM, M.KEP

Petunjuk Pengerjaan Soal:

 Tulislah Identitas dan juga nomor NPM pada lembar jawaban yg sudah di sediakan
 Kerjakanlah soal yang menurut anda paling mudah
 Jumlah soal ada 5, Jawaban tidak harus di jawab secara berurutan
 Setiap soal bobotnya 20 point
 Bentuk Soal adalah Essay
 Jawablah soal pada lembar jawaban yg sudah di sediakan
 Berdoalah sebelum mengerjakan soal
=====================================================================

Soal Essay:

1. Jelaskan Jenis2 Bencana dan Penanggulangannya


2. Jelaskan Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Bencana
3. Jelaskan Konsep Triage bencana dan Model2 Triage Bencana
4. Jelaskan penilaian sebelum dan sesudah bencana, surveilans, dokumentasi dan kerjasama
tim interdisiplin

Tabrakan Mobil
Anda seorang perawat sedang bertugas di unit gawat darurat sebuah rumah sakit tempat
anda bekerja.
Anda mendapat telepon dari atasan yang menginformasikan telah terjadi kecelakaan lalu
lintas di dekat
rumah sakit Anda dan Anda ditugaskan ke tempat kejadian untuk melakukan triage. 4 menit
kemudian
Anda sampai di tempat kejadian, ternyata sebuah minibus dengan 5 orang penumpang
menabrak
pagar pembatas jalan. Menurut informasi dari saksi mata kecepatan minibus tadi sekitar 100
km/jam.
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan keadaan korban sebagai berikut :
Pasien A
Laki-laki, umur 45 tahun, pengemudi minibus, tanpa sabuk pengaman pada saat kejadian.
Nampaknya
menghantam kaca depan mobil. Pada saat diperiksa tampak sesak berat dan pucat.
Mengalami
perlukaan berat di daerah maksilo-facial, banyak darah di daerah wajah, keluar darah dari
mulut dan
hidung. Tampak jejas di daerah dada.
Tanda-tanda vital: nadi 120 kali/menit, pernapasan 40 kali/menit, GCS 8.
Pasien B
Perempuan umur 38 tahun, berada 9 meter dari minibus, tampaknya terpental keluar dari
dalam mobil.
Pada saat Anda temukan pasien dalam keadaan sadar, pasien mengeluh sangat nyeri di
daerah perut.
Pada saat Anda palpasi teraba krepitasi di daerah panggul.
Tanda-tanda vital: nadi 140 kali/menit, kecil serta akral terasa dingin, pernapasan 28
kali/menit, GCS
15.
Pasien C
Laki-laki, usia 48 tahun, Anda temukan berada di belakang jok mobil. Pada saat Anda
periksa nampak
sangat sesak dan hanya berespon bila diajak bicara. Perlukaan yang nampak, ada ekskoriasi
di daerah
wajah, dada dan abdomen. Bising nafas tidak terdengar pada paru sisi kiri dan pada
abdomen ada
nyeri tekan.
Tanda-tanda vital: nadi 140 kali/menit, kecil serta akral terasa dingin, pernafasan 35
kali/menit, GCS
14.
Pasien D
Perempuan, usia 25, ditemukan di tempat duduk belakang dalam keadaan histeris dan
mengeluh nyeri
perut. Ternyata perempuan tersebut sedang hamil 8 bulan dan nampaknya akan partus. Ada
perlukaan
ekskoriasi daerah wajah dan abdomen.
Tanda-tanda vital: nadi 96 kali/menit, besar, respirasi 25 kali/menit, GCS 15.
Pasien E
Anak laki-laki umur 6 tahun, ditemukan di lantai mobil, pada saat ditemukan masih bisa
diajak bicara, 3
menit kemudian tidak bisa lagi. Dari hasil pemeriksaan nampak ekskoriasi di seluruh tubuh
serta
tungkai kanan tampak angulasi. Keluar darah dari mulut dan hidung.
Tanda-tanda vital: nadi 180 kali/menit, sedang, respirasi 30 kali/menit, GCS 12.

5. Pertanyaan:
1. Kenali apa yang dapat Anda lakukan dalam menyelesaikan masalah primer yang
membutuhkan penanganan segera.
2. Tuliskan prioritas pasien menurut Anda, untuk penanganan lebih lanjut dengan
menuliskan
nomor 1 – 5 (dengan # 1 prioritas tertinggi dan # 5 prioritas terendah) pada tiap baris di
bawah
ini.
Pasien A
Pasien B
Pasien C
Pasien D
Pasien E
3. Jelaskan dengan singkat alasan Anda dalam menentukan prioritas pasien
tersebut: Prioritas 1……………………………………………........................
Prioritas 2……………………………………………………………
Prioritas 3……………………………………………………………
Prioritas 4……………………………………………………………
Prioritas 5……………………………………………………………

******** SELAMAT MENGERJAKAN ********


Nama : Hanifah Ambang Fitriani
NPM : 214201446188
Kelas : B2

1. Jelaskan Jenis2 Bencana dan Penanggulangannya


Jawab :
Jenis bencana ada 3 :
a. Bencana alam
b. Bencana non alam
c. Bencana sosial

Menurut BNPB 2012 Jenis jenis bencana :

1) Gempa Bumi
Gempabumi merupakan gejala alamiah yang berupa gerakan goncangan atau getaran tanah
yang ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran tanah akibat terjadinya patahan atau
sesar akibat aktivitas tektonik, letusan gunung api akibat aktivitas vulkanik, hantaman benda
langit (misalnya meteor dan asteroid), dan/atau ledakan bom akibat ulah manusia.
- Prabencana
 Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi.
 Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan saat gempa bumi,
seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan ataupun dengan bersembunyi
di bawah meja.
 Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan persediaan obat-obatan
 Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa bumi dengan
fondasi yang kuat. Selain itu, Anda bisa merenovasi bagian bangunan yang sudah rentan.
 Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan lahan yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
- Saat bencana
 Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, upayakan keselamatan diri
Anda dengan cara berlindung di bawah meja untuk menghindari dari benda-benda yang
mungkin jatuh dan jendela kaca. Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau berdirilah
di bawah pintu. Bila sudah terasa aman, segera lari keluar rumah
 Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan mematikan semua
peralatan yang menggunakan listrik untuk mencegah terjadinya kebakaran
 Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng, atau material lain.
Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan terbuka, jangan berdiri dekat tiang,
pohon, atau sumber listrik atau gedung yang mungkin roboh
 Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga darurat untuk
evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di dalam elevator, tekan semua tombol atau
gunakan interphone untuk panggilan kepada pengelola bangunan
 Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut bangunan
Saat di dalam mobil :
 Saat terjadi gempa bumi besar, Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil.
 Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri bahu jalan dan berhentilah.
 Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memerhatikan lingkungan sekitar atau
melalui alat komunikasi lainnya seperti radio atau gawai.
.
- Pasca Bencana
 Periksa kondisi keluarga dan sekitar.
 Jauhi bangunan yang sudah retak - retak dan tidak aman.
 Laporkan kejadian kerugian, korban orang hilang.
 Membersihkan puing - puing dan kerusakan yang terjadi.
 Gotong royong dengan masyarakat dan aparat sekitar untuk kembali memperbaiki rumah
atau kerusakan sarana dan prasarana yang ada di sekitar wilayah bencana.
 Bangun kembali bangunan yang sudah rusak dengan kontruksi bangunan tahan gempa.
 Obati trauma yang terjadi khususnya pada anakanak, wanita dan manula.
 Selalu waspada akan terjadinya gempa susulan.
 Beri pertolongan, dapat diramalkan banyak orang akan cedera saat terjadi gempabumi
besar.
 Bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada di sekitar
 Dengarkan informasi, saat gempabumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya.
Untuk mencegah kepanikan, bersikaplah tenang dan bertindak sesuai dengan informasi
yang benar.
 Peroleh informasi yag benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak
karena informasi yang belum jelas.
2) Tsunami
Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, “tsu” berarti pelabuhan dan “ berarti gelombang sehingga
secara umum diartikan sebagai gelombang/ombak yang besar di pelabuhan. Tsunami dapat diartikan
sebagai gelombang laut yang disebabkan oleh gempabumi dengan pusat di bawah laut, letusan
gunungapi bawah laut, longsor di bawah laut, dan atau hantaman meteor di laut. Diartikan sebagai
gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut.
Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
- Prabencana
 Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah gempa (intensitas gempa
lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan
menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda-tanda alam lain).
 Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami setelah gempa
terjadi.
 Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk sementara waktu
setelah satu gempa besar mengguncang.
 Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami atau menangkap ikan
yang terdampar di pantai karena air surut
 Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami dan jalur evakuasi
tercepat ke dataran yang lebih tinggi.
- Saat Bencana
 Jika berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan segera membimbing keluarga untuk
menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan aman.
 Tidak semua gempa memicu tsunami. Jika mendengar sirine tanda bahaya atau
pengumuman dari pihak berwenang mengenai bahaya tsunami, Anda perlu segera
menyingkir dari daerah pantai. Perhatikan peringatan dan arahan dari pihak berwenang
dalam proses evakuasi
 Jika telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah disana karena gelombang tsunami yang
kedua dan ketiga biasanya lebih besar dari gelombang pertama serta dengarkan informasi
dari pihak yang berwenang melalui radio atau alat komunikasi lainnya.
 Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak berwenang.
 Tsunami tidak datang sekali, tetapi bisa sampai lima kali. Oleh karena itu, sebelum ada
pengumuman dari pihak berwenang bahwa kondisi telah aman, janganlah meninggalkan
tempat evakuasi karena seringkali gelombang yang datang kemudian justru lebih tinggi
dan berbahaya.
 Hindari jalan melewati jembatan. dianjurkan untuk melakukan evakuasi dengan berjalan
kaki.
 Bagi yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan terjadi kemacetan, segera
kunci dan tinggalkan kendaraan serta melanjutkan evakuasi dengan berjalan kaki.
 Apabila berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, upayakan untuk tetap berlayar
dan menghindari wilayah pelabuhan.
- Pasca Bencana
 Tetap utamakan keselamatan. Waspada dengan instalasi listrik dan pipa gas
 dapat kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman dari pihak berwenang.
 Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari pihak berwenang
 Hindari air yang menggenang karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan
ancaman tersengat aliran listrik.
 Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan
 Hindari area bekas genangan untuk menghindari terperosok atau terjebak dalam kubang.
 Jauhi reruntuhan di dalam genangan air karena sangat berpengaruh terhadap keamanan
perahu penyelamat dan orang-orang di sekitar
 Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air bersih, perbaikan jamban dan saluran
pembuangan air limbah.
 Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak berwenang membutuhkan
relawan.
 Tetap di luar gedung yang masih dikelilingi genangan air.
 Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat seperti pada
fondasi.
 Apabila terluka, dapatkan perawatan kesehatan di pos kesehatan terdekat.

3) Latusan gunung berapi


Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan
batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma).
- Pra Bencana
 Perhatikan arahan dari PVMBG dan perkembangan aktivitas gunungap
 Siapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengatasi debu vulkanik.
 Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak berwenang.
 Menyiapkan skenario evakuasi lain jika dampak letusan meluas di luar prediksi ahli.
 Siapkan dukungan logistik, antara lain makanan siap saji, lampu senter dan baterai
cadangan, uang tunai yang cukup serta obat-obatan khusus sesuai pemakai.
- Saat Bencana
 Tidak berada di lokasi yang direkomendasikan untuk dikosongkan
 Tidak berada di lembah atau daerah aliran sungai.
 Hindari tempat terbuka. Lindungi diri dari abu letusan gunungapi.
 Hindari tempat terbuka. Lindungi diri dari abu letusan gunungapi.
 Kenakan pakaian tertutup yang melindungi tubuh seperti, baju lengan panjang, celana
panjang, dan topi.
- Pasca Bencana
 Kurangi terpapar dari abu vulkanik.
 Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu vulkanik sebab bisa merusak
mesin kendaraan.
 Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik karena beratnya bisa merobohkan dan
merusak atap rumah atau bangunan.
 Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar pada musim hujan.

4) Banjir
Bencana Banjir adalah bencana yang paling sering melanda Indonesia. Curah hujan diatas normal dan
adanya pasang naik air laut merupakan penyebab utama terjadinya banjir. Selain itu faktor ulah
manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat, pembuangan sampah ke
dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya. Adapun banjir
terbagi menjadi 3 kategori: Banjir (genangan) Banjir bandang Banjir rob, akibat naiknya permukaan air
laut.
- Pra Bencana
 Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya banjir, seperti
Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan.
 Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada di zona rawan banjir
 Mengetahui cara-cara untuk melindungi rumah dari banjir.
 Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa dampaknya untuk
rumah
 Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute evakuasi dan daerah yang
lebih tinggi.
 Mengetahui bantuan apa yang bisa diberikan apabila ada anggota keluarga yang terkena
banjir.
 Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan tetangga apabila banjir
terjadi.
- Saat bencana
 Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
 Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di
wilayah yang terkena bencana.
 Mengungsi ke daerah aman atau posko banjir sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk dilewati.
 Segera amankan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi
 Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana
seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Cama
- Pasca Bencana
 Secepatnya membersihkan rumah, gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
 Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare.
 Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat.

- Mitigasi dan Upaya Pengurangan Risiko Bencana


 Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan
 Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta di daerah banjir
 Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari pemukiman laut.
 Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi
aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

5) Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran
keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan
penyusun lereng. Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari curah hujan yang
tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya
tutupan vegetasi, dan getaran.
- Pre Bencana
 Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. (Perhatikan fungsi
drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke dalam
lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar
jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah).
 Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling
 Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan
sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah).
 Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat
(khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80%
sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih
pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
 Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat
 Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah rawan longsor.
 Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
 Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke dalam tanah.
 Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction (infeksi
cairan)
- Saat Bencana
 Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya longsoran.
 Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi ke arah zona evakuasi
yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di Indonesia telah terpasang Sistem Peringatan
Dini Longsor).
- Pasca Bencana
 Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
 Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor susulan.

6) Angin Puting Beliung


Angin puting beliung adalah angin kencang atau bisa juga disebut badai besar yang sangat kuat
dengan pusaran angin dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih. Angin puting beliung bergerak
mengaduk laut di bawahnya dan menyebabkan gelombang besar yang sangat kuat.
- Pra Bencana
 Membuat rumah/bangunan yang kokoh
 Meningkatkan pengetahuan tentang angin puting beliung dan cara penyelamatan diri.
 Memperhatikan tanda-tanda terjadinya angin puting beliung, seperti udara terasa panas,
kemudian muncul awan gelap yang berlangsung hingga sore hari.
- Saat Bencana
 Bawa masuk barang-barang ke dalam rumah, agar tidak terbawa angin.
 Tutup jendela dan pintu lalu kunci.
 Matikan semua aliran listrik dan peralatan elektronik
 Jika ada potensi petir akan menyambar, segera membungkuk, duduk dan peluk lutut ke
dada.
 Hindari bangunan yang tinggi, tiang listrik, papan reklame, dan sebagainya.
- Pasca Bencana
 Pastikan tidak ada anggota keluarga yang cedera.
 Bila jatuh korban, segera berikan pertolongan darurat.
 Laporkan segera kepada yang berwenang jika ada kerusakan yang berhubungan dengan
listrik, gas, dan kerusakan lainnya
 Jika dalam perjalanan, teruskan kembali dengan berhati-hati.

7) Gelombang Pasang
gelombang air laut yang melebihi batas normal, dan dapat menimbulkan bahaya di laut maupun di
darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin
kencang/puting beliung, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi
bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 Km/ jam. Gelombang pasang
di laut akan menyebabkan tersapunya daerah pinggir pantai yang disebut dengan abrasi.
- Saat bencana
 Pemberitahuan dini kepada masyarakat dari hasil prakiraan cuaca melalui radio dan alat
komunikasi.
 Bila sedang berlayar di tengah laut, usahakan menghindari daerah laut yang sedang
dilanda cuaca buruk.
 Membuat/merencanakan pengungsian apabila terjadi gelombang pasang di pinggir pantai.
 Membuat infrastruktur pemecah ombak untuk mengurangi energi gelombang yang datang
terutama di daerah pantai yang bergelombang besar.
 Saat gelombang pasang terjadi, jauhi pantai dan berlarilah ke dataran yang lebih tinggi.

- Mitigasi dan Upaya Pengurangan Risiko Bencana


 Peningkatan kewaspadaaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya gelombang pasang.
 Pembangunan tembok penahan air pasang pada garis pantai yang berisiko.
 Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai untuk meredam
gelombang pasang.
 Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman yang
cukup tinggi dan mudah dilalui.
 Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang tinggal di pinggir pantai
tentang pengenalan tanda-tanda gelombang pasang cara-cara penyelamatan diri terhadap
bahaya gelombang pasang.
 Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya gelombang pasang.
 Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinya gelombang pasang
kepada petugas yang berwenang : Kepala Desa, Polisi, Stasiun Radio, SATLAK PB
maupun institusi terkait.
 Melengkapi diri dengan alat komunikasi.

8) Kebakaran Lahan dan Hutan


Kebakaran lahan dan hutan adalah keadaan di mana lahan dan hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan serta hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian.
- Pra Bencana
 Memberikan peringatan. Masih banyak warga yang tinggal di sekitar hutan yang masih
belum mempunyai pengetahuan yang memadai tentang hutan dan menyebabkan kerusakan
ekosistem yang fatal. Masih banyak warga yang membakar rumput saat musim kemarau
yang disertai angin kencang. Sehingga penyebaran api akan mudah dan meluas. Sehingga
memang perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat di sekitar hutan untuk tidak
membakar rumput dan puing puing.
 Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang telah ditentukan Seperti
diketahui, Jarak minimal yang harus diperhatikan untuk melakukan pembakaran terhadap
sampah atau puing-puing adalah minimal 50 kaki dari bangunan dan 500 kaki dari hutan.
Hal tersebut harus bisa diterapkan oleh warga yang ingin membakar rumput di area hutan.
 Pastikan api sudah mati. Sebelum warga pergi meninggalkan tempat pembakaran, sangat
disarankan untuk membersihkan area tersebut dari bahan bahan yang mudah terbakar.
 Hindari membakar ketika cuaca berangin. Angin kencang menjadi faktor utama kebakaran
hutan semakin meluas. Api akan semakin kencang dan besar dan tentu ini sangat
berbahaya.
- Saat Bencana
 Apabila tidak memiliki kepentingan, jangan keluar rumah.
 Tinggal di dalam rumah. Tutup segala akses udara berasap yang bisa masuk ke dalam
rumah dan jaga udara dalam ruangan sebersih mungkin.
 Nyalakan Air Conditioner (AC) atau filtrasi udara. Jika tidak memiliki AC dan terlalu
pengap untuk tinggal di dalam rumah, carilah perlindungan di pusat.
 Segera periksa ke dokter bila memiliki gangguan jantung atau paru-paru.
 Cukupi asupan air putih, buah dan makanan bergizi.
 Lindungi lubang pernafasan dengan masker/kain setiap kali beraktivitas di luar ruangan.
Gunakan masker N95 untuk perlindungan lebih baik. Cuci tangan dan wajah sesudah
beraktivitas di luar ruangan. Bila api terus menjalar, segera laporkan kepada Posko
Kebakaran atau pihak terkait.
9) Kekeringan
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup,
pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan.
- Mitigasi dan Upaya Pengurangan Risiko Bencana
 Penyusunan peraturan Pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim dari
daerah ke pusat pengolahan data.
 Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan
memperhatikan historical right dan azas keadilan.
 Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
 Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/ perbaikan jaringan pengamatan iklim
pada daerah-daerah rawan kekeringan.
 Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan
kekeringan.
 Memberikan sistem reward dan punishment bagi masyarakat yang melakukan upaya
konservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan hutan/lahan.

10) Kerusuhan Sosial


Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara/kerusuhan atau
perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat,
golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.
- Mitigasi dan Upaya Pengurangan Risiko Bencana
 Hindari kumpulan kelompok yang sedang melakukan kegiatan demo, karena kegiatan
tersebut akan memicu terjadinya kerusuhan.
 Apabila melihat terjadinya kerusuhan sosial atau tindak kekerasan antar kelompok segera
hubungi pihak yang berwajib (Kepolisian).
 Saling menghargai antara demonstran dan aparat keamanan, agar tercipta situasi yang
kondusif dan menghindari terjadinya kerusuhan sosial.

2. Jelaskan Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Bencana


Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
di tujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan
kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK).
1) Undang-undang Pra Bencana
Undang – undang No. 38 tahun 2014, Pasal 31:
 Memberikan konseling penyuluhan
 Melakukan pemberdayaan masyarakat
 Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan
 Meningkatkan pengetahuannya
2) Undang- undang Saat Bencana
Undang-undang saat bencana
- UU No 38 Tahun 2014
Pasal 33 ayat 4
Dalam melakukan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perawat berwenang:
 Melakukan pengobatan
 Merujuk pasien sesuai system rujukan, dan untuk penyakit umum tenaga medis, dengan
ketentuan yang ada
 Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga
kefarmasian.
Pasal 35
 Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, perawat dapat melakukan
tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensi
 Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan
nyawa klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut
 Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai
dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuanya
 Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
diatur pada Peraturan Menteri.
- UU No 36 Tahun 2009
 Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi:
 Pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan
 Pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan
 Pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh
Pemerintah agar dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak
bertentangan dengan norma agama.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis pelayanan kesehatan tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Aspek legal dalam konteks pelayanan keperawatan bencana:
- Membuat kontrak kerja (memahami hak dan kewajiban)
- Praktek yang kompeten hanya dilakukan oleh seorang perawat yang kompeten
- Tambahan penyuluhan kesehatan dan konseling dalam pemberian asuhan keperawata
- Melaksanakan tugas delegasi, sesuai dengan kemapuan perawat yang akan diberikan delegasi.
Undang-undang Pasca Bencana
Undang-undang pasca bencana
a. PP No. 21 Tahun 2008 Pasal 56 :
 Perawat harus mempunyai skill keperawatan yang baik, memiliki sikap dan jiwa
kepedulian, dan memahami konsep siaga bencana
 Perawatan korban bencana, obat –obatan, peralatan kesehatan, rehabilitasi mental.
b. No. 36 Tahun 2009
 Pasal 1:
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/ ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
 Pasal 9:
Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikikasi minimum D3 kecuali tenaga medis
Aspek Etik dan Legal dalam konteks Keperawatan adalah merupakan istilah yang digunakan untuk
merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berprilaku, apa yang seharusnya dilakukan
seseorang terhadap orang lain, selain itu merupakan prinsip yang menyangkur benar atau salah,
baik dan buruknya dalam berhubungan dengan orang lain. Keperawatan telah mengembangkan
kode etik dengan menggambarkan kondisi ideal professional. Kode etik mencerminkan prinsip etis
yang secara luas dapat diterima anggota profesi.
1) Etika Berdasarkan Norma Profesi
 Menghargai klien
 Manusia utuh dan unik (umur, status social, latar belakang budaya dan agama)
 Menghargai keputusan yang dibuat klien dan keluarga
 Memberikan yang terbaik asuhan keperawatan yang bermutu
 Mempertanggungjawabkan pelayanan keperawatan yang diberikan
 Tidak menambah permasalahan
 Bekerja sama dengan teman sejawat, tim kesehatan untuk pelayanan keperawatan terbaik
2) Kode Etik Keperawatan Bencana
Menurut ANA (2005), Etik dalam Keperawatan Bencana adalah:
 Perawat bencana memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan
dan keunikan klien
 Perawat bencana mempertahankan kompetensi dan tanggung jawab dalam praktek
keperawatan emergensi
 Perawat, dalam semua hubungan profesional, praktek dengan kasih sayang dan rasa
hormat terhadap martabat yang melekat, nilai, dan keunikan setiap individu, dibatasi oleh
pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut pribadi, atau sifat masalah kesehatan
perawat komitmen utama adalah untuk pasien, baik individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat
 Perawat bencana melindungi klien manakala mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak
cakap, tidak legal, sehingga keselamatannya terancam
 Perawat mempromosikan, menganjurkan, dan berusaha untuk melindungi kesehatan,
keselamatan, dan hak pasien
 Perawat bertanggung jawab dan akuntabel untuk praktek keperawatan individu dan
menentukan delegasi yang sesuai tugas sesuai dengan kewajiban perawat untuk
memberikan perawatan pasien yang optimal.
 Perawat bertanggung jawab untuk dirinya dan untuk lainnya, termasuk tanggung jawab
untuk menjaga integritas dan keamanan, untuk menjaga kompetensi, dan melanjutkan
pertumbuhan pribadi dan profesional.
 Perawat berpartisipasi dalam membangun, memelihara, dan meningkatkan lingkungan
perawatan kesehatan dan kondisi kerja yang kondusif bagi penyediaan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan konsisten dengan nilai-nilai profesi melalui aksi individu
dan kolektif perawat berpartisipasi dalam kemajuan profesi melalui kontribusi untuk
berlatih, pendidikan, administrasi, dan pengembangan pengetahuan
 Perawat bekerja sama dengan profesional kesehatan lainnya dan masyarakat dalam
mempromosikan masyarakat, nasional, dan upaya internasional hanya untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan
 Profesi keperawatan, yang diwakili oleh asosiasi dan anggotanya, bertanggung jawab
untuk mengartikulasikan nilai keperawatan, untuk menjaga integritas profesi dan praktek,
dan untuk membentuk kebijakan social

3. Jelaskan Konsep Triage bencana dan Model2 Triage Bencana


Konsep Triage
1) Definisi Triage
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera
(perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat (life-saving surgery) .

2) Prinsip Trage Bencana


 Triase umumnya dilakukan untuk seluruh korban
 Waktu untuk triase per orang tidak lebih dari 30 detik
 Melaksanakan prioritas sesuai kategori tingkat kedaruratannya
 Pemasangan kartu triase (kode identifikasi korban) sesuai urutan ataupun kategori prioritasnya
 Triase dilakukan secara berulang-ulang.

3) Metode Triage Bencana


a. Single Triage
Digunakan untuk keadaan dimana pasien datang satu persatu, seperti misalnya instalasi
atau Unit gawat Darurat sehari-hari. Atau pada MCI (mass casualty incident/ bencana
dimana fase akut telah terlewati (setelah 5-10 hari).

b. Simple Triage
Pada keadaan bencana massal (MCI) awal-awal, dimana sarana transportasi belum ada,
atau ada tapi terbatas, dan terutama sekali,belum ada tim medis atau paramedis yang
kompoten. Pemilahan atau pemilihan pasien terutama ditujukan untuk prioritas transportasi
pasien yang kemudian tingkat keparahan penyakitnya. Biasanya, digunakan triage tag/
kartu triase

c. S.T.A.R.T. (Simple Triage And Rapid Treatment)


Prinsip dari START adalah START bertujuan untuk mengatasi ancaman hidup yang
utama, yaitu sumbatan jalan nafas dan eprdarahan arteri yang hebat. Pengkajian diarahkan
pada pemeriksaan: status respirasi, sirkulasi (pengisian kapiler, dan status mental).
Kategori/ warna kode

 Warna hijau, yang merupakan “walking waunded”, korban cedera yang masih
bisa berjalan dengan para korban dari kategori yang lain
 Warna merah (immediate) korban yang bernapas spontan hanya setelah reposisi
jalan napas dilakukan. Korban yang memiliki pola napas lebh dari 30 kali per
menit, atau dengan pengisian kapiler yang lambat (lebih dari 2 detik). Korban
memiliki pla napas kurang dari 30 kali per menit, dengan pengisian kapiler yang
normal (kurang dari atau sama dengan 2 detik), tetapi tidak dapat mengikuti
perintah sederhana.
 Warna kuning (delayed) para korban yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke
dalam kategori immediate maupun kategori ringan
 Warna hitam (deceased/ unsalvageable) korban yang tidak bernapas walaupun
jalan napas sudah dibebaskan

d. Secondary Assesment to Victim Endpoint (SAVE)


Pada keadaan dimana terdapat korban dalam jumlah yang sangat banyak, yang jauh
melampaui kapasitas penolong, maka harus dilakukan triase secara cepat dengan tujuan
menyelamatkan banyak korban sebanyak-banyaknya. Untuk itu, pada triase dengan
metode SAVE, korban dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
 Kelompok korban yang diperkirakan akan meninggal, apapun tindakan yang akan
diberikan
 Kelompok korban yang diperkirakan akan mampu bertahan hidup, apapun tindakan
yang akan diberikan (termasuk tidak dilakukan pertolongan)
 Kelompok yang tidak termasuk dalam 2 kategori diatas, yang berarti korban pada
kelompok ini keselamatannya sangat tergantung pada intervensi yang akan diberikan.
Kelompok inilah yang harus mendapat prioritas penanganan.
4) Jenis Triage Bencana

a. Triage di Tempat
 Dilakukan di " tempat korban ditemukan " atau pada tempat penampungan yang
dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama atau Tenaga Medis Gawat Darurat.
 Mencakup pemeriksaan, klasifilkasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke pos
medis lanjutan

b. Triage Medik
 Dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga medis yang berpengalaman
(sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan
terakhir oleh dokter bedah)
 Tujuan - menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban

c. Triage Evakuasi
 Ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah Sakit yang telah sia
menerima korban bencana massal
 Jika pos medis lanjutan dapat berfungsi efektif, jumlah korban dalam status " merah "
akan berkurang, dan akan diperlukan pengelompokkan korban kembali sebelum
evakuasi dilaksanakan
 Tenaga medis di pos medis lanjutan berkonsultasi dengan Pos Komando dan Rumah
Sakit tujuan berdasarkan kondisi korban untuk membuat keputusan korban mana yang
harus dipindahkan terlebih dahulu, Rumah Sakit tujuan, jenis kendaraan dan
pengawalan yang akan dipergunakan

4. Jelaskan penilaian sebelum dan sesudah bencana, surveilans, dokumentasi dan kerjasama tim
interdisiplin
a. Penilaian sebelum bencana
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi bencana
yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat
bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode
bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur
ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan
lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural,
diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi
lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta
dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah. Mitigasi bencana yang
efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu penilaian bahaya, peringatan dan
persiapan.
b. Penilaian sesudah bencana
Penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan sumber daya dilakukan pada minggu
terakhir masa tanggap darurat atau setelah masa tanggap darurat dinyatakan berakhir.
Penilaian dilakukan melalui persiapan, persiapan, pengumpulan pengumpulan data,
analisis analisis data dan pelaporan. pelaporan. Hasil assessment tersebut menjadi data
dan informasi penting untuk melakukan perbaikan sumber daya. Ketahanan masyarakat
yang hidup di daerah rawan bencana menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah. Penilaian pasca bencana meliputi :
 Jumlah korban baik yang selamat maupun meninggal. Termasuk populasi rentan
lansia, ibu hamil, anak-anak dan penderita disabilitas.
 Kerugian harta benda
 Kerusakan sarana dan prasarana
 Cakupan luas wilayah yang terkena bencana
 Dampak social ekonomi yang ditimbulkan
c. Surveilans
Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara
sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan
untuk dapat mengambil tindakan. Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan
prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit
penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian,
pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan meliputi tata hubungan surveilans
epidemiologi antar wilayah Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat
d. Dokumntasi
1) Dokumentasi Pra Bencana
Data pra bencana merupakan basis data yang dapat digunakan apabila diperlukan.
Data ini memberikan gambaran mengenai kondisi geografis, geologis, iklim,
ketersediaanini memberikan gambaran mengenai kondisi geografis, geologis, iklim,
ketersediaan sumber daya dan lain sebagainya. Ketersediaan data tersebut akan
membantu sebagaisumber daya dan lain sebagainya. Ketersediaan data tersebut akan
membantu sebagai informasi awal dalam penanganan bencana.
2) Penilaian Kebencanaan
Penilaian resiko bencana dapat dilakukan berdasarkan dengan hasil identifikasi
bencana. Dengan dilakukan penilaian kemungkinan dan skala dampak yang mungkin
ditimbulkan oleh bencana tersebut. Dengan demikian dapat diketahui, apakah potensi
sebuah bencana disuatu daerah tergolong tinggi atau rendah. Identifikasi bencana
dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu daerah atau perusahaan,
seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam, aktivitas manusia, dan
industry, sumber daya alam serta sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan
bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada pengalaman bencana
sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi.
e. Kerjasama tim interdisiplin
Tim pelayanan Kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok  professional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik.
Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu dalam tugas, namun dalam
pemecahan suatu masalah saling bekerjasama dengan disiplin ilmu lain, saling
berkaitan.Interdisiplin merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik
yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui  program-program  program-
program penenlitian penenlitian dengan tujuan melakukan melakukan integrasi integrasi
konsep, konsep, metode, dan analisis.

5. Soal

a. Kenali apa yang dapat anda lakukan dalam menyelesaikan masalah primer yang
membutuhkan penganan segera

• keadaan umum pasien : Kaji kesadaran pasien, apakah pasien dalam kondisi sadar penuh
(composmentis), apatus, delirium, somnolen, stupor, koma.

• Kaji jalan nafas (Airway) : Anda lakukan observasi pada gerakan dada,, apakah ada
gerakan dada atau tidak. Apabila ada gerakan dada spontan berarti jalan nafas lancar atau
paten, sedang apabila tidak ada gerakan dada walaupun diberikan bantuan nafas artinya
terjadi sumbatan jalan nafas

• Kaji fungsi paru (breathing): Anda kaji/observasi kemapuan mengembang paru, adakah
pengembangan paru spontan atau tidak. Apabila tidak bisa mengembang spontan maka
dimungkinkan terjadi gangguan fungsi paru sehingga akan dilakukan tindakan untuk
bantuan nafas.

• Kaji sirkulasi (Circulation) : Anda lakukan pengkajian denyut nadi dengan melakukan
palpasi pada nadi radialis, apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis, apabila tidak
teraba gunakan nadi carotis. Apabila tidak teraba adanya denyutan menunjukkan
gangguan fungsi jantung.

• Kaji Disability yaitu tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan GCS

• Lakukan pengukuran tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, jumlah pernafasan.

• Lakukan pemeriksaan fisik (data focus) sesuai dengan keluhan pasien.

• Lakukan kolaborasi untuk pemeriksaan penunjang seperti : EKG, foto rontgen dan
pemeriksaan analisa gas darah.

b. Tuliskan prioritas

Pasien A : 1

Pasien B : 4

Pasien C : 3

Pasien D : 5

Pasien E :2

c. Jelaskan dengan singkat alasan dalam menentukan Prioritas

1) Prioritas 1 : Pasien A

- Adanya keluar darah dari mulut dan hidung : gangguan Airway

- Pasien tampak sesak berat RR : 40x/menit : gangguan Breathing

- Pasien tampak pucat : gangguan Circulation

- Adanya GCS 8 : gangguan disability


- Tampak jejas di daerah dada seperti mengindikasikan adanya resiko simple
pneumothorax

2) Prioritas 2 : Pasien E

- Keluar darah dari mulut dan hidung : gangguan pada airway

- Ada nya RR : 30 x/menit : gangguan breathing

- GCS 12 , masih bisa di ajak bicara 3 menit kemudian tidak bisa : dissability

3) Prioritas 3 : Pasien C

- Bising nafas tidak terdengar pada paru sisi kiri , RR : 35x/menit (gangguan Breathing)

- Akral dingin

- Diketahui dengan nilai GCS : 14 ( disability)

- Abdomen nyeri tekan

4) Prioritas 4 : Pasien B

- RR : 28 x menit (gangguan Breathing )

- Adanya krepitasi di panggul (gangguan Circulation)

- Ada nyeri tekan abdomen

- Akral teraba dingin

- GCS : 15

5) Prioritas 5 : Pasien D

- Eksorasi bagian wajah dan abdomen

- Nyeri perut

- Gcs dengan nilai 15

- RR : 25x/menit

Anda mungkin juga menyukai