Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN KRITIS

“Kasus Krisis Hipertensi”

DOSEN PEMBIMBING : Ns. REBBI PERMATA SARI, M.Kep

Kelompok 6

1. KHAMSATI PUTRI HANDAYANI


2. MILA SAGITA
3. UTARI SARI RAHMAH
4. FEBRI NOVIA RAMADHANI
5. SLAMET RIADI

KEPERAWATAN 7C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES ALIFAH PADANG
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan Dosen Mata Kuliah
KEPERAWATAN KRITIS.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat,
isi maupun dalam penyusunan.oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.

Padang, November 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh ke dalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi Krisis
Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang
ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1 %. Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan
tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik lebih
atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan gangguan fungsi
jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III ± IV menurutKeith-Wagner (KW).

B. Tujuan
Tujuan Umum Setelah membaca asuhan kepertawatan klien dengan krisis hipertensi ini
mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan krisis hipertensi dan hal-hal yang
menyangkut asuhan keperawatannya.
Tujuan KhususSetelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan definisi penyakit krisis hipertensi ?
2. Menjelaskan manifestasi klinis krisis hipertensi ?
3. Menjelaskan patologis penyakit krisis hipertensi ?
4. Menjelaskan diagnosis penyakit krisis hipertensi ?
5. Menjelaskan etiologi dan PNP penyakit krisis hipertensi ?
6. Mengetahui penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan penyakit krisis
hipertensi ?

C. Rumusan masalah
1. Apa definisi penyaki krisis hipertensi ?
2. Apa saja manifestasi klinis krisis hipertensi ?
3. Apa saja patologi penyakit krisis hipertensi ?
4. Apa etiologi dan PNP penyakit krisis hipertensi ?
5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit krisis hipertensi ?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah menjadi sangat tinggi
dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti otak (stroke), ginjal, dan jantung.
Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai
meminum obat antihipertensinya.
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan
penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan dalam batas normal), untuk
mencegah atau membatasi kerusakan organ. ( Mansjoer:522 ).
Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau
mereka yang tiba-tiba menghentikan pengobatan. (Brunner & Suddarth:908).
Kegawatan hipertensi (hypertensive emergencies) adalah hipertensi berat yang disertai
disfungsi akut organ target.
Pada pasien krisis hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah yang mencolok tinggi,
umumnya tekanan darah sistolik lebih dari 220 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih
dari 120-130 mmHg, dan peningkatannya terjadi dalam waktu yang relative pendek.
Jadi kedaruratan hipertensi adalah kondisi penderita hipertensi yang tidak terkontrol
sehingga diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera.

B. Etiologi
1. Meminum obat antihipertensi tidak teratur.
2. Stress.
3. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral.
4. Obesitas.
5. Merokok.
6. Minum alcohol.

C. Manifestasi Klinis
1. Sakit Kepala Hebat.
2. Nyeri dada peningkatan tekanan vena.
3. Shock / Pingsan
Tanda umum adalah :
1. Sakit kepala hebat.
2. Nyeri dada.
3. Pingsan.
4. Tachikardia > 100/menit.
5. Tachipnoe > 20/menit.
6. Muka pucat
D. Krisis Hipertensi dibedakan menjadi 2 berdasar tingkat kegawatannya :
1. Emergency Hypertension (Hipertensi Darurat): Tekanan darah yang sangat tinggi dan
terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam
menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah
untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan
referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.
2. Urgency Hypertension (Hipertensi Mendesak) :Tekanan darah yang tinggi tapi belum
disertai kerusakan organ. Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan jam atau hari
untuk mencegah kerusakan target organ. Sama seperti Hipertensi darurat, tidak ada
patokan mutlak, namun sebagai patokan tekanan darah yang lebih dari 180/110 sudah
dapat dikatakan hipertensi mendesak.

E. Gejala krisis Hipertensi ini bervariasi, mulai dari gejala ringan sampai berat.
1. Gejala ringan : Mual, Muntah, Sakit Kepala, Kaku pada tengkuk, Nyeri Dada, Sesak
Napas.
2. Gejala yang lebih berat : Gangguan kesadaran sampai pingsan, Kejang, Nyeri Dada
hebat.

F. Patofisiologi
Penyebab krisis hipertensi yaitu adanya ketidak teraturan minum obat antihipertensi,
stress, mengkonsumsi kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan minum alkohol. Karena
ketidak teraturan atau ketidak patuhan minum obat antihipertensi menybabkan kondisi akan
semakin buruk, sehingga memungkinkan seseorang terserang hipertensi yang semakin berat (
Krisis hipertensi ).
Stres juga dapat merangsang saraf simpatik sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi
sedangkan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang biasanya mengandung hormon estrogen
serta progesteron yang menyebabkan tekanan pembuluh darah meningkat, sehingga akan
lebih meningkatkan tekanan darah pada hipertensi, kalau tekanan darah semakin meningkat,
maka besar kemungkinan terjadi krisis hipertensi.
Apabila menuju ke otak maka akan terjadi peningkatan TIK yang menyebabkan
pembuluh darah serebral sehingga O2 di otak menurun dan trombosis perdarahan serebri
yang mengakibatkan obstruksi aliran darah ke otak sehingga suplai darah menurun dan
terjadi iskemik yang menyebabkan gangguan perfusi tonus dan berakibat kelemahan anggota
gerak sehingga terjadi gangguan mobilitas fisik, sedangkan akibat dari penurunan O2 di otak
akan terjadi gangguan perfusi jaringan.
Dan bila di pembuluh darah koroner ( jantung ) menyebabkan miokardium miskin O2
sehingga penurunan O2 miokardium dan terjadi penurunan kontraktilitas yang berakibat
penurunan COP.
Paru-paru juga akan terjadi peningkatan volum darah paru yang menyababkan penurunan
ekspansi paru sehingga terjadi dipsnea dan penurunan oksigenasi yang menyebabkan
kelemahan.
Pada mata akan terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga terjadi diplopia bisa
menyebabkan injury.
G. Pathway

Antihipertensi Stress Kontrasepsi Oral

Vasokontriks Tekanan darah meningkat

Hipertensi

Krisis Hipertensi

Kompensasi saraf simpatis meningkat Peningkatan TIK Volume darah meningkat

Kontraktivitas meningkat Trombosis Penurunan O₂ ditolak Penumpukan darah

Diaphoresisi ObstruksiKeditakefektifan perfusi jaringan (perifer) LAEDP meningkat

Emboli Iskemik Kongesti vena pulmonal

Nyer Gangguan perfusi tonus Proses perpindahan cairan


karena perbedaan tekanan

Kelemahan
Oedema

Hambatan mobilitas fisik

Gangguan pertukaran gas


H. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardio.
2. Urinalisa.
3. USG.
4. CT scan.
5. Rongsen.

I. Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard.
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri dada berkurang atau
sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat pilihan adalah nitrat yang diberikan
secara intravena yang dapat menurunkan resistensi sistemik perifer dan memperbaiki
perfusi koroner. Obat lain yang dapat dipakai adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif.
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat menimbulkan
gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan bersama-sama dengan oksigen,
morfin, dan diuretik merupakan obat pilihan karena dapat menurunkan preload dan
afterload. Nitrogliserin yang juga dapat menurunkan preload dan afterload merupakan
obat pilihan yang lain.
3. Diseksi Aorta Akut.
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan darah yang
mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan perut. Untuk menghentikan
perluasan diseksi tekanan darah harus segera diturunkan. Tekanan darah diastolik harus
segera diturunkan sampai 100 mmHg, atau lebih rendah asal tidak menimbulkan
hipoperfusi organ target. Obat pilihan adalah vasodilator seperti nitroprusid yang
diberikan bersama penghambat reseptor b. Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
4. Insufisiensi Ginjal.
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian tekanan
darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian tekanan darah dapat
disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok, siklosporin, kortikosteroid, dan sekresi
renin yang tinggi oleh ginjal asli. Penatalaksanaan adalah dengan cara menurunkan
resistensi vaskular sistemik tanpa mengganggu aliran darah ginjal. Antagonis kalsium
seperti nikardipin dapat dipakai pada keadaan ini.
5. Eklampsia.
Pada eklampsia dijumpai hipertensi, edema, proteinuria, dan kejang pada
kehamilan setelah 20 minggu. Penatalaksanaan definitif adalah dengan melahirkan bayi
atau mengeluarkan janin. Hidralazin digunakan untuk menurunkan tekanan darah karena
tidak mengganggu aliran darah uterus. Labetalol juga dapat dipakai pada keadaan ini.
6. Krisis Katekolamin.
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis kokain. Pada
intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan infark miokard. Fentolamin
adalah obat pilihan klasik pada krisis katekolamin, meski labetalol juga terbukti efektif.

J. Penanganan Krisis Hipertensi


1. Hipertensi Darurat (Emergency Hypertension)
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak
dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan
diturunkan lagi ke 160/100dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per
parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan
adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral
dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat
diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,
Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
2. Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension)
Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek,tekanan darah
harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam.

K. Pengeloaan
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah
secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Pengobatan
biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat terhadap
penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya
masalah baru. Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara
yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap
tubuh dan efek samping minimal.
1. Diazoxide
Adalah derivat benzotiadiazin, obat ini menurunkan tekanan darah secara kuatdan
cepat dengan mempengaruhi secara langsung pada otot polos arterial, sehingga terjadi
penurunan tekanan perifer tanpa mengurangi curah jantung atau aliran darah ke ginjal.
Tetapi menurut beberapa penulis, diazoxide juga menaikkan isi sekuncup, isi semenit dan
denyut jantung permenit, sehingga tidak dianjurkan pada krisis hipertensi yang disertai
aorta diseksi atau kelainan coroner.
Efek samping dari diazoxide adalah : hipoglikemi, hiperurikemi dandapat
menembus plasenta sehingga mempengaruhi metabolisme janin sehingga tidak
direkomendasikan untuk krisis hipertensi pada kasus eklamsia. Diazoxide diberikan
dengan intravena 75-300 mg selama 10-30 detik, penurunan tekanan darah akan tampak
dalam waktu 1-2 menit, pengaruh puncak dicapai antara 2-3 menit, dan bertahan 4-12
jam.
Untuk penderita dengan perdaraham otak, dianjurkan pemberian intravena sebesar
500-1.000 mg. Pemberian dapat diulang setiap 10-15 menit sampai didapat tekanan
diastolik 100-105 mmHg.
2. Sodium Nitropusid
Sodium nitropusid merupakan vasodilator pada arteri dan vena. Obat ini dapat
menurunkan isi sekuncup dan isi semenit jantung. Untuk menghindari hipotensi,
pengawasan ketat harus dilakukan pada pemberian obat ini. Dosis : 0,3-0,6
ug/kgBB/menit, dinaikkan pelan-pelan sampai tercapai penurunan tekanan darah yang
cukup. Penurunan tekanan darah terjadi dalam beberapa detik dan puncak tercapai dalam
1-2 menit, hanya berlangsung 3-5 menit.
Efek samping : takikardi dan sakit kepala.
3. Trimetapan (Artonad)
Merupakan penghambat ganglion, bekerja dengan cara menurunkan isi sekuncup
jantung dan isi semenit jantung. Obat ini baik digunakan pada kasus krisis hipertensi
dengan payah jantung atau diseksi aorta anerisma.
Dosis : 500 mg/500 cc Dextrosa 5% dengan kecepatan 0,25 mg%/menit,
kemudian dinaikkan perlahan sampai dicapai penurunan tekanan yang dikehendaki, yaitu
tekanan diastolik 110 mmHg dalam waktu 1 jam. Jangka waktu kerja 5-15 menit. Infus
diberikan dengan posisi duduk, untuk menghindari efek hipotensi yang berlebihan.
4. Hidralazin (Apresolin)
Obat ini bekerja langsung pada otot polos arterial dan menimbulkan vasodilatasi
perifer, tanpa menurunkan aliran darah ke ginjal. Tetapi hidralazin menaikkan denyut
jantung permenit, isi sekuncup dan isi semenit jantung. Hidralazin direkomendasikan
untuk diberikan pada toksemia gravidarum dan krisis hipertensi dengan ensefalopati.
Dosis : 5-20 mg diberikan intramuskular setiap 2-4 jam, atau ecara intra vena(1
ampul dari 20 mg/ml dilarutkan dalam 300 cc NaCl 0,9%) dengan kecepatan 10-60
tetes/menit. Penurunan tekanan darah terjadi dalam 10-20 menit, berlangsung sampai 1
jam. Apabila selama 30 menit tidak berhasil, dapat diulang tiap 3-6 jam.
5. Klonidin (Catapres)
Merupakan derivat imidazolin, yang merangsang reseptor alfa adrenergik
pada batang otak, mengakibatkan penurunan discharge symphatis, sehingga menurunkan
tekanan vaskular sistemik, juga menekan pengeluaran renin oleh ginjal.
Klonidin diberikan intravena 1 ampul (150 ug) diencerkan dalam 10 ml NaCl0,
9% dalam waktu 10 menit. Efek penurunan tekanan terjadi dalam waktu 5-10 menit.
Pemberian intramuskular, 1-2 ampul dan diulang dalam 3-4 jam, terjadi penurunan
tekanan dalam waktu 10-15 menit. Pemberian IM dinilai lebih aman dan terkontrol, tetapi
kurang dalam kekuatan dan kecepatan dibanding dengan Diazoxide, Sodium Nitroprusid
dan Trimetapan.
Efek samping yang muncul biasanya adalah mulut kering dan kantuk yang hebat.
Obat ini direkomendasikan dipakai untuk krisis hipertensi dengan eklamsia dan aorta
anerisma.
6. Kaptopril (Kapoten)
Obat ini cukup memberikan harapan karena menaikkan kecepatan filtrasi
glomeruli dengan menghambat pembentukan vaso konstriktor yang sangat kuat
(angiotensin II) dan juga menghambat perusakan vasodilator yang kuat (bradikinin).
Dosis awal 12,5 mg, dinaikkan pelan-pelan sampai dosis optimal. Diuretik dapat
memberikan efek potensiasi.
7. Pentolamin dan Penoxi Benzamin
Kedua obat merupakan penghambat alfa adrenergik, diberikan terutama
untuk feokromositoma atau karena hambatan MAO (mono amino oksidase).
Dosis : 5-15 mg IV, akan menurunkan tekanan darah dalam 10-15 menit.
8. Antagonis Kalsium (Nifedipin)
Antagonis kalsium (Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil) bekerja dengan
menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel dan merupakan vasodilatator kuat
yang mempunyai daya aksi jangka panjang. Nifedipin mempunyai harapan dalam
pengobatan darurat dengan cara menurunkan tahanan perifer dengan melemaskan otot
polos pembuluh darah, tidak menimbulkan depresi pada miokard dan tidak mempunyai
sifatantiaritmia.
Dosis : 1-2 tablet (10-20mg) dosis tunggal. Pemberian sublingual dapat
memberikan efek yang lebih cepat, yaitu beraksi dalam 3 menit setelah pemberian.
Apabila penderita tidak sadar dapat diberikan lewat pipa lambung.

L. Pengobatan khusus krisis hipertensi


1. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya
tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah, bingung
dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif, reflek
asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan
akhirnya meninggal.
Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.
2. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari
bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Odema paru akut akan membaik bila tensi telah
terkontrol.
Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan
mempercepat perbaikan.
3. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor
akan berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala,
palpitasi, keringat banyak dan tremor.
Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
4. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas.
Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya adalah nyeri
dada tidak khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi :
didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan tekanan darah pada
kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan darah
diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.
5. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan.
Obat pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
6. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena
penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah disekitar
tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan. Penurunan tekanan darah
dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-120 MmHg.
Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas.
Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama, Bangsa.
Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama, Bangsa
dan hubungan dengan pasien.
2. Pengkajian Primer.
a. Airway
 Bersihan jalan nafas.
 Adanya/ tidaknya jalan nafas.
 Distres pernafasan.
 Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring.
b. Breathing
 Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada.
 Suara nafas melalui hidung atau mulut.
 Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas.
c. Circulation
 Denyut nadi karotis.
 Tekanan darah.
 Warna kulit, kelembapan kulit.
 Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal.
d. Disability
 Tingkat kesadaran.
 Gerakan ekstremitas.
 GCS ( Glasgow Coma Scale ).
 Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
e. Eksposure
 Tanda-tanda trauma yang ada. ( Muslicha : 45-46 ).
3. Dasar Data Pengkajian.
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton Tanda : frekuensi
jantung meningkat, perubahan irama jantung, Takipnea.
b. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu
dingin.
c. Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, Factor stress
multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi.
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
e. Makanan/Cairan.
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
f. Neurosensori.
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,
gangguan penglihatan, episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal
optic.
g. Nyeri/ketidaknyamanan.
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen.
h. Pernapasan.
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis.
i. Keamanan.
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura.
j. Pembelajaran/Penyuluhan.
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri bd adanya emboli dalam aliran darah
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan bd penuruna konsentrasi hemoglobin dalam darah
3. Hambatan mobilitas fisik bd kelemahan otot
4. Gangguan pertukaran gas bd ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri bd adanya emboli dalam aliran darah
Tujuan : pasien menunjukan tingkat nyeri terkontrol
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukan tingkat nyeri berkurang
- Pasien menunjukan kesejahteraan fisik dan psikologis
- Adanya perubahan dalam tekanan darah
Intervensi :
- Kaji lokasi ,karakteristik, awitan / durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
- Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat
- pastikan pemberian analgesa

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan bd penuruna konsentrasi hemoglobin dalam


darah Tujuan : status sirkulasi oksigen di otak terpenuhi
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukan fungsi sensorimotor kranial yang utuh
- Tidak mengalami sakit kepala
- Pasien menunjukan status sirkulasi yang baik
Intervensi :
- Pantau TTV
- Pantau sakit kepala
- Pantau tingkat kesadaran
- Berikan obat yang menyebabkan hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi
serebral sesuai dengan permintaan
- Tinggikan bagian kepala 0 sampai 45 derajat bergantung pada kondisi pasien dan
permintaan medis
- Pantau TIK

3. Hambatan mobilitas fisik bd kelemahan otot


Tujuan : tingkat mobilitas terpenuhi
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukan pergerakan kekuatan pada otot
- Pasien mampu melakukan perpindahan secara mandiri
Intervensi :
- Ajarkan dan bantu pasien dalam prses perpindahan yang aman
- Berikan penguatan positif selama aktivitas
- Instruksikan pasien untuk menyangga berat badannya
- Berikan analgesik sebelum aktivitas
- Letakan pasien pada posisi terapeutik
- Dukungan latihan ROM aktif

4. Gangguan pertukaran gas bd ketidakseimbangan perfusi-ventilasi


Tujuan : status pertukaran gas efektif
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukan gangguan pertukaran gas terkurangi
- Pasien tidak mengalami gangguan pernapasan
- Pasien menunjukan tidak menggunakan pernapasan mulut
Intervensi :
- kaji frekuensi nafas, kedalaman, dan bunyu paru
- pantau saturasi oksigen
- pantau tingkat kesadaran
- berikan oksigen
- memantau komplikasi
- atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Krisis hipertensi adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa penderita
yangmemerlukan penanganan intensif di Rumah Sakit dengan pengawasan yang ketat.
2. Obat parenteral merupakan pilihan utama karena bisa bereaksi cepat dan aman.
3. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi pilihan obat guna keberhasilan terapidalam
menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang ditimbulkan.

B. Beberapa Hal yang perlu diperhatikan


1. Disiplinlah dalam meminum obat antihipertensi andaKedisiplinan dalam meminum obat
antihipertensi anda akan mencegah terjadinyakrisis hipertensi ini. Keitdakdisiplinan
dalam meminum obat juga dapatmenyebabkan resistensi obat. Dimana diperlukan dosis
yang lebih besar untuk menurunkan tekanan darah anda ke angka yang ideal.
2. Sebaiknya anda memiliki pengukur tekanan darah sendiriAlat pengukur tekanan darah
elektronik dapat diperoleh dengan harga palingmurah sekitar Rp 300.000,00. Alat ini
akan sangat membantu anda memantautekanan darah anda di rumah. Dan dapat member
peringatan dini bila tekanandarah anda terlalu tinggi.
3. Kontrol secara teratur Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit lain seperti
penyakit ginjal,mata, pembesaran jantung, bahkan stroke. Bila anda penderita penyakit
darahtinggi anda lebih mudah terkena penyakit-penyakit tersebut. Maka dari itu
rajinlahmemeriksakan diri anda untuk memantau kesehatan anda.
4. Ubah gaya hidupBanyak pasien Hipertensi merasa cukup dengan pemberian obat anti
hipertensi. Perlu diketahui pemberian obat antihipertensi hanyalah salah satu aspek
dalam penanganan hipertensi. Anda juga harus berperan aktif dalam menjaga gaya
hidupanda. Makanlah dengan pola makan yang sehat, berhenti merokok,
berolahraga,kurangi garam dan vetsin
DAFTAR PUSTAKA

Kapita selekta kedokteran,editor Mansjoer Arif edisi 3 jakarta: 2000

World Health Organization-International Society of Hypertension. Guidelines for the


management of hypertension. Guidelines subcommittee. J Hypertens 1999;17:151-83.

National Institutes of Health. The sixth report of the joint national committee on
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. NIH Publication;2017.

Calhoun DA. Hypertensive crisis. Dalam: Oparil S, Weber MA, editor. Hypertension: A
companion to brenner and rector’s the kidney. St. Louis: WB Saunders Co; 2000. p.715-8.

Spitalewitz S, Porush JG. Hypertensive emergencies and urgencies. Dalam: Glassock RJ


editor. Current therapy in nephrology and hypertension, 4th ed. St Louis: Mosby-Year Book Inc;
2018. p.323-7.

Anda mungkin juga menyukai