Disusun Oleh:
KELOMPOK 3A
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan
sirkulasi yang adekuat yang ditandai oleh adanya suatu sindroma klinis berupa dispneu
(sesak nafas), dilatasi vena dan edema yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur
atau fungsi jantung (Sudoyo, 2006). Gagal jantung ( GJ ) adalah sindrom klinis
( sekumpulan tanda dan gejala ), ditandai oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atau
saat aktivitas ) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung ( ARU W.
Sudoyo,dkk, 2009). Gagal jantung atau payah jantung (fungsi jantung lemah) adalah
ketidakmampuan jantung memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh yang ditandai
dengan sesak nafas pada saat beraktifitas dan atau saat tidur terlentang tanpa bantal,
dan atau tungkai bawah membengkak. Didefinisikan sebagai penyakit gagal jantung jika
pernah didiagnosis menderita penyakit gagal jantung (decompensatio cordis) oleh dokter
atau belum pernah didiagnosis menderita penyakit gagal jantung tetapi mengalami gejala
atau riwayat: sesak napas pada saat aktifitas dan sesak napas saat tidur terlentang tanpa
bantal, kapasitas aktivitas fisik menurun atau mudah lelah dan tungkai bawah bengkak
(Riskesdas, 2013).
KLASIFIKASI
Berdasarkan presentasinya gagal jantung dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal
jantung kronik, dan acute on chronic heart failure.
Timbulnya sesak napas secara cepat (<24 jam) akibat kelainan fungsi jantung, gangguan
fungsi sistolik atau diastolik atau irama jantung, atau kelebihan beban awal (preload),
beban akhir (afterload) atau kontraktilitas. Keadaan ini mengancam jiwa jika tidak
ditangani dengan cepat (Liwang F, et al, 2014).
Contoh gagal jantung akut adalah robekan daun katup secara tiba-tiba akibat
endokarditis, trauma atau infark miokard luas. Curah jantung yang menurun secara tiba-
tiba menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai edema perifer (Panggabean
MM, 2009).
Sindrom klinis yang kompleks akibat kelainan structural fungsional yang mengganggu
kemampuan pompa jantung atau mengganggu pengisian jantung (Liwang F, et al, 2014).
Contoh gagal jantung kronik adalah kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvular yang
terjadi secara perlahan-lahan. Kongesti perifer sangat menyolok, namun tekanan darah
masih terpelihara dengan baik (Panggabean MM, 2009).
Pada gagal jantung kronis, derajat penyakit secara klinis fungsional dapat dikategorikan
berdasarkan criteria New York Heart Association (NYHA):
NYHA I : Penyakit jantung, namun tidak ada gejala atau keterbatasan dalam aktivitas fisik
sehari-hari biasa, misalnya berjalan, naik tangga, dan sebagainya (Liwang F, et al, 2014).
NYHA I : Gejala ringan (sesak napas ringan dan atau angina) serta terdapat keterbatasan
ringan dalam aktivitas fisik biasa sehari-hari (Liwang F, et al, 2014).
NYHA III : Terdapat keterbatasan fisik sehari-hari akibat gejala gagal jantung pada
tingkatan yang lebih ringan. Misalnya berjalan 20-100 m. Pasien hanya merasa nyaman
saat beristirahat (Liwang F, et al, 2014).
NYHA IV : Terdapat keterbatasan aktivitas yang berat, misalnya gejala muncul saat
istirahat (Liwang F, et al, 2014).
Stage A : Ada faktor risiko gagal jantung (seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung
koroner) namun belum ada kelainan structural dari jantung (cardiomegali, LVH, dll)
maupun kelainan fungsional (Manurung D, 2009).
Stage B : Ada faktor risiko gagal jantung dan sudah terdapat kelainan structural dengan
atau tanpa kelainan fungsional, namun bersifat asimptomatik (Manurung D, 2009).
Stage C : Sedang dalam dekopensasi dan atau pernah gagal jantung, yang didasari oleh
kelainan structural dari jantung (Manurung D, 2009).
Stage D : Sudah masuk ke dalam refractory heart failure, dan perlu advanced treatment
strategies (Manurung D, 2009).
ETIOLOGI
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gagal jantung, antara lain:
a. Usia
Resiko gagal jantung meningkat seiring bertambahnya usia, semakin bertambahnya usia
maka akan semakin besar kemungkinan menderita gagal jantung (Ponikowski P, et al,
2014).
b. Jenis Kelamin
Pada umumnya laki-laki beresiko untuk mendapat gagal jantung lebih besar dibandingkan
perempuan, setelah menopause, frekuensinya menjadi hampir sama, mungkin karena
adanya hormone estrogen pada perempuan yang berpengaruh terhadap bagaimana
tubuh menghadapi lemak dan kolesterol. Menurut penelitian di Amerika laki-laki memiliki
resiko relatif lebih besar (53%) dibandingkan perempuan (47%) (Whelten, et al, 2001).
c. Riwayat merokok
Merokok adalah faktor resiko yang kuat pada gagal jantung. Setelah melakukan penelitian
studi cohort pada tahun 2001 didapatkan adanya hubungan antara merokok dan resiko
menderita gagal jantung. Merokok pada usia 50 tahun, maka resiko menderita gagal
jantung akan lebih tinggi 60%. Di Amerika merokok sebagai faktor resiko dari gagal
jantung menduduki posisi kedua setelah CHD (Whelten, et al, 2001).
d. Hipertensi
Hipertensi pada dasarnya didefinisikan sebagai tekanan sistol ≥ 120 mmHg, tekanan
diastol ≥ 80 mmHg, atau memiliki riwayat menggunakan obat antihipertensi. Berdasarkan
penelitian di Amerika, hipertensi menduduki urutan ketiga sebagai faktor resiko gagal
jantung setelah merokok dan CHD (Whelten, et al, 2001).
e. Diabetes
Hipertensi dan diabetes sangat penting perannya sebagai faktor resiko pada gagal
jantung. Penemuan ini mengindikasikan bahwa dalam menjaga kesehatan, kontrol
hipertensi dan diabetes pada populasi umum sangat berperan dalam mengurangi insiden
dan mortalitas dari gagal jantung (Whelten, et al, 2001).
TANDA DAN GEJALA (Arif Mutaqin, 2009) :
Kerusakan jantung
Kelebihan beban hemodinamik, dan
Mekanisme kompensasi sekunder yang timbul saat gagal jantung terjadi.
2. Gejala-gejala yang terjadi akibat gagal jantung :
Batuk
Edema
Dispenia
Disritmia
Ortopnea
Paroksismal
Kulit dingin
Kelemahan fisik
Dispenia nocturnal
Edema pulmonal akut
Distensi vena jugularis
Adanya bunyi jantung ketiga dan keempat dan crackles pada paru-paru
Perubahan nadi ( takikardi, thread pulse, hipotensi sistolik, pulsus alternans )
Gambaran pada gagal jantung sisi kiri adalah sebagai berikut ( Jhon E. Hall, 2010):
Iskemia Miokard
Infark Miokard
Gagal Jantung
(Heart/Cardiac Failure)
Sudoyo WA. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed. IV, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
Sudoyo, W. Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ( edisi ke lima, jilid II ).
Jakarta : Interna Publishing.
Kemenkes RI., 2013., Riskesdas 2013, Kementerian Kesehatan RI: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Liwang, F., Wijaya, I.P., 2014, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 Jilid II, Media
Aesculapius, Jakarta, hal 742-745.
Panggabean, M.M., 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, Interna
Publishing, Jakarta, hal 1584.
Manurung, D., 2009, Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam Jilid II Edisi V, Interna
Publishing, Jakarta, hal 1586.
Ponikowski, P., 2014, Heart Failure Preventing Disease and Death Worldwide
World Heart Failure Alliance.
Whelten, 2001, Risk Factor for Congestive Heart Failure in US Men and Women:
NHANES I Episemiologic Follow-up Study, Arch Intern Med.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Hall, E. Jhon. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Gray, H. Huon. 2005. Kardiologi. Jakarta : Erlangga.
Soeparman, 2001, Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 11. Ed 3, FKUI, Jakarta, p. 127,
ISBN 0-443-07145-4.
Osama, G.M.D., 2002, Topic Review – Heart Failure, Albany Medical Review.
Figueroa, M.S., Peters, J.I., 2006, Congestive Heart Failure: Diagnosis,
Pathophysiology,Therapy, and Implications for Respiratory Care, Respir
Care, 51 (4), pp. 403– 412.
Tsutsui, H., Matsushima, S., Kinugawa, S., 2007, Angiotensin II type 1 receptor
blocker attenuates myocardial remodeling and preserves diastolic function in
diabetic heart, Hypertens Res, 30 (5): 439–49.
Loscalzo, Joseph, Fauci, Anthony, S., Braunwald, Eugene, Dennis, L., Kasper,
Hauser, Stephen, L., Longo, Dan, L., 2008, Harrison's Principles of Internal
Medicine(17 ed.), McGraw- Hill Medical, ISBN 978-0-07 147693-5.
Boron, Walter, F., Boulpaep, Emile, L., 2005, Medical Physiology: A Cellular and
Molecular Approach(Updated ed.), Saunders, p. 533.
Shigeyama, J., Yasumura, Y., Sakamoto, A., 2005, Increased gene expression
of collagen Types I and III is inhibited by beta-receptor blockade in patients
with dilated cardiomyopathy, Eur Heart J, 26 (24): 705–2698.
Kabo, P., 2012, Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular Secara
Rasional, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal 181- 201.