OLEH
KELOMPOK : 1 (SATU)
SEM/KELAS : V/A
NAMA-NAMA ANGGOTA:
1. SHANDY G. JOOSTENSZ
2. EMERENSIANA SUSANA BENGA
3. GERRY J.A NALLE
2020
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................
C. Manfaat....................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Defenisi....................................................................................................
B. Etiologi......................................................................................................
C. Manifestasi klinis......................................................................................
D.Patofisiologi...............................................................................................
E. Pathway.....................................................................................................
F komplikasi...................................................................................................
G. Penatalaksanaan Medis.............................................................................
A. Pengkajian.................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan...............................................................................
C. Rencana Keperawatan...............................................................................
D. Implementasi……………………………………………………………
E. Evaluasi…………………………………………………………………
A.KESIMPULAN……………………………………………………….
B.SARAN……..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu menyusun asuhan keperawatan pada anak
dengan Rheumatoid Heart Disease (RHD)
Tujuan Khusus
b. Asuhan keperawatan
A. Tinjauan Teori
1. Defenisi
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan
penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 2015).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan pada
katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. (kapita
selekta, edisi 3, 2011)
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik
yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus
Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih
gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan
dan Eritema marginatum.
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi
Jantung normal dibungkus oleh perikardium terletak pada mediastinum
medialis dan sebagian tertutup oleh jarinbgan paru. Bagian depan dibatasi
oleh sternum dan iga 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak di
sebelah kiri garis media sternum. Jantung terletak diatas diafragma, miring ke
depan kiri dan apeks kordis berada paling depan dari rongga dada. Apeks ini
dapat diraba pada ruang sela iga 4 – 5 dekat garis medio- klavikuler kiri. Batas
kranial dibentuk oleh aorta asendens, arteri pulmonal dan vena kava superior.
Ukuran atrium kanan dan berat jantung tergantung pada umur, jenis kelamin,
Anatomi jantung dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu anatomi luar dan
anatomi dalam. Anatomi luar, atrium dipisahkan dari ventrikel oleh sulkus
kanan dan arteri sirkumfleks setelah dipercabangkan dari aorta. Bagian luar
depan, yang ditempati oleh arteri desendens anterior kiri, dan sulkus
desendens posterior.
pangkal aorta dan arteri pulmonal. Selanjutnya jaringan ini akan berputar –
pemisah yang berisi cairan bening licin agar jantung mudah bergerak saat
pemompaan darah.
jantung yang merupakan tempat pijakan atau landasan ventrikel, atrium dan
katup – katup jantung. Bagian tengah badan jaringan ikat tersebut disebut
mitral, dan anulus aorta. Jaringan ikat padat ini meluas ke arah lateral kiri
Salah satu perluasan penting dari kerangka jantung ke dalam ventrikel adalah
juga meluas dan berhubungan dengan daun septal katup trikuspid dan
Anatomi dalam, jantung terdiri dari empat ruang yaitu atrium kanan dan
kiri, serta ventrikel kanan dan kiri dipisahkan oleh septum. Atrium kanan,
darah vena mengalir kedalam jantung melalui vena kava superior dan inferior
masuk ke dalam atrium kanan, yang tertampung selama fase sistol ventrikel.
ventrikel kanan atau atrium kiri. Pada bagian antero- superior atrium kanan
septal licin dan rata, tetapi daerah lateral dan aurikel permukaannya kasar dan
tersusun dari serabut – serabut otot yang berjalan paralel yang disebut otot
Ventrikel kanan, letak ruang ini paling depan di dalam rongga dada, yaitu
kanan depan ventrikel kiri dan di medial atrium kiri. Perbedaan bentuk kedua
bulan sabit atau setengah bulatan, berdinding tipis dengan tebal 4 –5 mm.
Secara fungsional ventrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk dan alur
keluar.Ruang alur masuk ventrikel kanan ( right ventricular inflow tract)
dibatasi oleh katup trikuspid, trabekula anterior dan dinding inferior ventrikel
dan alur keluar dipisahkan oleh krista supraventrikuler yang terletak tepat di
Atrium kiri, menerima darah dari empat vena pulmonal yang bermuara
sepasang vena kanan dan kiri.Letak atrium kiri adalah di posterior-superior ari
ruang jantung lain, sehingga pada foto sinar tembus dada tidak tampak.Tebal
tersebut adalah anulus mitral. Tebal dinding ventrikel kiri adalah 2- 3 kali
Katup jantung terdiri atas 4 yaitu katup trikuspid yang memisahkan atrium
kanan dengan ventrikel kanan , katup mitral atau bikuspid yang memisahkan
antara atrium kiri dengan ventrikel kiri setra dua katup semilunar yaitu katup
pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal adalah katup yang memisahkan
ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis. Katup aorta adalah katup yang
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan
atau inferior. Serabut post – ganglionik akan menjadi saraf kardialis untuk
oleh asetilkolin.
Pendarahan jntung, berasal dari aorta melalui dua pembuluh darah koroner
utama yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri ini keluar dari sinus
interventrikularis posterior.
Aliran balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang
berjalan berdampingan dengan arteri koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan
melalui sinus koronarius.Selain itu terdapat juga vena – vena kecil yang disebut
pembuluh – pembuluh limfe akan membentuk satu trunkus yang berjalan sejajar
dan berakhir pada kelenjar limfe antara vena kava superior dan arteri inominata.
Fisiologi
aksi yang menyebar melalui membran sel otot. Jantung berkontraksi atau
suatu sifat yang dikenal dengan otoritmisitas. Terdapat dua jenis khusus sel
otot jantung yaitu 99% sel otot jantung kontraktil yang melakukan kerja
mekanis, yaitu memompa. Sel – sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak
Kontraksi otot jantung dimulai dengan adanya aksi potensial pada sel
potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf dan sel otot
influks pasif Na+ dalam jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam secara
ambang tercapai, terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai respon terhadap
pengaktifan saluran Ca2+ dan influks Ca2+ kemudian; fase ini berbeda dari
otot rangka, dengan influks Na+ bukan Ca2+ yang mengubah potensial aksi
ke arah positif. Fase turun disebabkan seperti biasanya, oleh efluks K+ yang
otortmisitas ditemukan pada nodus SA, nodus AV, berkas His dan serat
purkinje.
3. Etiologi
Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel
B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status
reumatikus.
Reaksi autoimun
Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens
infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam
reumatik juga meningkat.
4. Klasifikasi
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat dibagi
dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 2011 adalah:
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus
Grup A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare,
Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3
minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup
tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup
jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pada fase
ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-
waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
5. Patofisiologi
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh radang
saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus
golongan A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik
akut. Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik,
diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul
gejala-gejala demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung antara
infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut. Produk streptokokus yang
antigenik secara difusi keluar dari sel-sel tenggorok dan merangsang jaringan limfoid
untuk membentuk zat anti. Beberapa antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O
dapat mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan
tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif maupun
proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan eritema marginatum
dan khorea. Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan
perikarditis.
6. Pathway
7. Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a. Kriteria mayor:
1.Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah, radang sendi –
sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis migran).
2.Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3.Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai manifestasi peradangan
pada sistem saraf pusat.
b. Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien kadang –
kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
8. Penatalaksanaan
- Karditis ( - )
- Artritis ( + ) 2 2
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-) 4 4
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
9. Komplikasi
Penyakit jantung rematik yang tidak mendapatkan penanganan berpotensi
menimbulkan komplikasi diantaranya :
Gagal jantung
Aritmia
Edema Paru
Emboli Paru
Endokarditis
Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan
sosial juga ikut berpengaruh.
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama,
timbul gerakan yang tiba-tiba.
6. ADL
a. Aktivitas/istrahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan.
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Nyeri/ketidaknyamanan
e. Pernapasan
f. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
Tanda : Demam
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Suhu : 38 – 390
BB: turun
b.Pemeriksaan fisik
b. Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos serta
takhikardi
d. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan darah
- Astopiter
- LED
- Hb
- Leukosit
- Pemeriksaan EKG
- Pemeriksaan hapus tenggorokan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Prioritas
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan
katup mitral ( stenosiskatup )
b. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
- Observasi gejala
kardinal.
4. Anjurkan makan
dengan porsi sedikit
tetapi sering dan tidak
makan makanan yang
merangsang
pembentukan Hcl
seperti terlalu panas,
dingin, pedas
5. Kolaborasi untuk
pemberian obat
penetral asam lambung
seperti antasida
6. Kolaborasi untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang sesuai
dengan diet klien
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang diangkat dengan
memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan.
F. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
3. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
4. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
5. Berat Badan dalam batas normal
6. Klien dapat beraktivitas secara mandiri
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya timbul
setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai
kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya
katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman
termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik,
diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-
gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat,
Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh
kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami
demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan,
dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan
racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan
peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga
menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan
terjadi kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya
infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter
adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika
penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap
kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan
cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and
Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan
terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung,
endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang
mengandung cukup vitamin.
B. SARAN
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan mengalami demam
reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotika, hal ini untuk
menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya bahkan menyebabkan penyakit
jantung reumatik.
DAFTAR PUSTAKA
LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak (2007), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Soetomo, Surabaya
Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius.
Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6
Vol 1. EGC. Jakarta.
Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.