Angioedema
Definisi (pembengkakan subkutan/submukosa ec ektravasasi cairan dari intersitial. Bisa muncul sendiri atau disertai
urtikaria/manifestasi reaksi anafilaksis)
Klasifikasi
Luka bakar
Pmx penunjang (DL, elektrolit, RFT, GD, LFT luka bakar organ dalam lebih buruk)(inhalasi BGA serial
karboksihemoglobin)(listrik UL, myoglobin)
DD ( ileus paralitik, appendisitis akut, pankreatitis akut, GEA)
Manajemen (6C: Clothing, Cooling, Cleaning, Chemoprophylaxis, Covering, Comfort)
o Airways, curiga trauma inhalasi:
Luka bakar kena wajah/leher Suara sesak
Alis mata & bulu hidung hangus Sputum karbon
Timbunan karbon & tanda radang pd Kadar Hemoksihemoglobin >10%
orofaring Riwayat terkurung dalam api
o Breathing ada takipneu/eskar melingkar, beri O2, lakukan eskarotomy
o Circulation pasang IV line, atasi syok + maintenance
o Menghentikan proses trauma bakar mencuci permukaan tubuh yg terbakar dgn air bersih, lalu selimuti
pasien
o Menilai luka bakar (etio, luas, kedalaman), > 20% butuh resusitasi RL
o Baxter: hari ke-1 (hari ke-2 dewasa ½ h-1, anak sesuai kebutuhan faali
Dewasa RL 4cc x BB x % luas 8 jam, 16 jam
Anak RL:Dextran 17:3 2cc x BB x % luas + kbutuhan faali (<1thn bbx100cc, 1-3thn bbx75cc, 3-5 thn
bbx50cc)
o Keracunan CO berikan O2 konsetrasi tinggi NRBM, ada eskar eskarotomy
o AB (Ceftriakson 500-1000mg/12 jam iv/im pada pasen >40% dan dilakukan tindakan operasi.beri analgetik
Obat Dosis Durasi
Tramadol (>12 thn) 1mg/kg 4-6 jam
Ketamin 0,2-0,5mg/kg 15-25 mnt
Morfin/diamorfin 0,03-0,1 mg/kg 4-6 jam
Anak 0,1 mg/kg
Fentanil 1-1,5 ugr/kg 45-60 menit
Anak 1,ugr/kg
Meperidin 0,5-1 mg/kg 2-4 jam
RJ Naproxen, anak ibuprofen/pct
o Rujukan (ABA)
II & III >10% pasien <10thn/>50thn
II & III >20%
II & III wajah, mata, telinga, kaki, genital, perineum, sendi2 utama
III > 5%
Luka bakar listtrik
Luka bakar kimia
Trauma inhalasi
Adanya penyakit lain yg memperparah
Adanya cedera yg menyertai
SSJ
Definisi (SSJ-TEN merupakan reaksi mukokutan berat biasanya terhadap obat, dicirikan dgn lepuh dan
pengelupasan epitel)
Klasifikasi ( SJS <10%, SJS-TEN 10-30%, TEN with spots >30% +makula purpura/target atipikal datar luas, TEN
without spots)
Etiologi ( Allopurinol, Sulfonamid & sulfametoksazole, agen anti-epilepsi, NSAIDS, ARV, Sulfasalazin, obat TB,
aminopenisilin, antiglaukoma)
Patogenesis
o Hipersensitivitas obat tipe lambat, periode laten 4-28 hari dan jarang mencapai 8 mgg
o Apoptosis keratinosit epitel luas, oleh limfosit T sitotoksik ec induksi obat
o Biasanya dipicu obat2an, yg lain: infeksi, kontras/vaksin
o Sekunder pada infeksi Mycoplasma pneumoniae/ HSV
o Varian Coxsackie Virus A6 dari genus enterovirus dapat menyebabkan reaksi pelepuhan mukokotan menyerupai
SJS
Anamnesis & Pmx fisik
o Paling sering 4 mgg sejak penggunaan obat, bisa jam-hari
o Lesi kulit: awal regio presternal, wajah, proksimal tungkai, telapak tangan dan kaki. Lesi kulit makula purpura
kehitaman, ireguler. Nikolsky sign +. Epidermus mengelupas dari dermis, menyisakan lepuh lembek nekrosis)
o Lesi mukosa: sensasi nyeri terbakar pada bibir, konjungtiva, dan genital diikuti lesi bula edema, eritema, lembek.
Erosi pada glan penis, vulva, vagina, sensasi terbakar saat miksi, retensi, sinekia. Konjungtiva 80% dgn gejala
fotofobia, nyeri, lakrimasi, kemosis, kemerahan)
o Sistemik: disfungsi parusesak, batuk, obtruksi bronkus, distress nafas. GIT diare, distensi abd, ekskresi
epitel bisa menjadi perforasi usus. Ginjal GGA, ATN, hemturia, mikroalbuminuria. Anemia, LFT ↑ dan amilase
saliva, neutropenia.
Pmx penunjang
o DL LED, CRP, RFT, LFT, GD, elektrolit, bga, koagulasi
o Foto thoraks
o Biopsi rutin kulit lesi dekat lepuh, imunokromatografi, swab kulit, fotografi kulit
SCORTEN Parameter Prediksi mortalitas
Usia > 40 thn 0 1%
Adanya keganasan 1 4%
HR >120x 2 12%
>10% saat awal masuk 3 32%
Urea > 10mmol/L 4 62%
Glukosa >14 mmol/L 5 85%
Bikarbonat <20mmol/L 6 95%
7 99%
Definisi (Luka robek yang diakibatkan benda tajam yang mengenai kelopak mata)
Etiologi ( trauma tajam oleh pisau, gigitan binatang, perkelahian, kecelakaan)
Anamnesis & Pmx fisik (warning sign trauma mata: visus ↓, COA menyempit, hifema, pupil abnormal, tidak
simetris okuli, kerusakan retina)
o Kelopak mata robek
o Tepi luka teratur dan dapat mengenai sebagian/seluruh ketebelan kelopak
o Nyeri tempat robekan
Pmx penunjang (oftalmoskup segmen posterior, USG mata, CT Scan Mata)
DD ( vulnus penetratum oculi: bila ada trauma bola mata segera rujuk)
Manajemen
o Identifikasi luka dan stop perdarahan dengan tekan langsung
o Manajemen nyeri. Anestesi dengan pantokain tetes 0,5-2%
o Pemeriksaan dan eksplorasi lengkap pada luka
o Bersihkan luka lakukan debridemen, irigasi dengan PZ secukupnya. Minimal debridement, sisakan jaringan
semaksimal mungkin, jangan cukur bulu mata/ membalikkan kulit berambut ke arah luka.
o Bila di faskes 1 segera tutup kasa lalu rujuk
o IGD konsul, bila diperbolehkan lakukan penjaitan
Penjahitan (rekonstruksi dan reposisi) bila memungkinkan
Bila laserasi melibatkan batas pinggir kelopak, lakukan jahitan intermarginal dibelakang bulu mata untuk
memastikan kesimetrisan
Lakukan penjahitan perlapisan: konjugtiva dan tarsus dengan benang 6/0 absorbable, kulit dengan benang
6/0 non-absorbable dan otot dengan benang 6/0 absobable. Ikat simpul jahitan menjauhi orbita
Bila luka mengenai sistem lakrimal perlu rekanalisasi sebaiknya dalam watu 1-2 hari
o AB spektrum luas bila tedapat luka terkontaminasi/debridemen jaringan nekrotik
Luka gigitan hewan
Luka yg sangat kotor (feses, urin, saliva, tanah, air kotor, makanan)
Luka dengan jaringan mati
Luka dengan benda asing yg tidak bisa disingkirkan dalamnya
Luka tusuk
o Pilihan AB
AB Dosis
Kloramfenikol tm 1% 6 dd gtt 1 selama 2 hari
Gentamisin tm 0,3% 6 dd gtt 1 selama 3 hari
Kloramfenikol sm 1% 3 dd ue secukupnya selama 3 hari
Gentamisin sm 0,3% 2 dd ue secukupnya selama3 hari
Otolaringologi
Benda Asing Hidung
Epistaksis
Definisi (perdarahan mengalir keluar dari hidung, dari rongga hidung/nasofaring. Bukan penyakit melainkan gejala,
90% dapat berhenti sendiri)
Klsifikasi
o Anterior (paling sering dari pleksus kiesselbach: a.etmuidalis, a. Sfenopalatina mayor, a. Labialis sup, yg
merukapan sumber perdarahan paling sering, dapat berhenti spontan)
o Posterior (a. Sfenopalatina dan a. Etmoidalis post. Sering pada dewasa dengan HT, Aterosklerosis, penaykit
Carvas. Perdarahan hebat dan suakr berhenti spontan)
Etiologi
o Trauma
o Penyakit hidung yg mendasari (rinosinusitis, rhinitis alergi)
o Penyakit sitemik (kelainan pembuluh darah, nefritis kronis, DBD)
o Obat (NSAID, Aspirin, Warfarin, Heparin, Tiklopidin, kortikosteroid spray, kokain spray)
o Tumor jinak maupun ganas, pada hidung, sinus paranasalis, nasofaring
o Kongenital ( Hereditary Hemorragic Talengeactasis/Osler’s disease)
o Deviasi septum
o Lingkungan (tinggal di daerah sangat tinggi, tekanan udara rendah, udara sangat kering
Anamnesis & Pmx fisik
o Keluar darah dari hidung
o Rhinskopi ant (vestibulum, mukosa, septum, dinding laterar, konka)
o Rhinoskopi post (dilakukan pada epistaksis berulang, menyingkirkan tumor)
o Ukur BP mengetahui HT/tidak
Pmx penunjang (DL, faal hemostasis, CT-Scan kepala/leher: axial dan lateral view bila curiga kegananasan)
DD ( hemoptisis, varises esofagus yg pecah, perdarahan basis cranii, knf, angiofibroma)
Manajemen
o Perbaiki KU
o Diperiksa dalam posisi duduk, kecuali bila syok/lemah dgn berbaring kepala miring. Hindari hiperkekstensi untuk
mencegah aspirasi
o Pada anak dan epistaksis ringan metode trotter (duduk, kepala tegak, tekan hidung10-15 menit, bernafas
lewat mulut)
o Bila perdarahan berhenti (dgn spekulum hidung buka lalu suction sisa2)
o Bila tdk berhenti ( masukkan tampon yg dibasahi 2 cc pantokain 2%/lidokain 2%+0,2 cc adrenalin 10-15 menit
o Pada epistaksis ant
Jika sumber perdarahan jelas kaustik lidi kapas + Nitras argenti 15-25%/asam trikloroasetat 10%, setelah
itu beri salep AB
Jika masih perdarahan perlu pemasangan tampon anterior dgn vaselin+betadin/AB, dipertahankan 2x24 jam
Berikan AB dan analgetik
o Pada epistasksis post
Pasang tampon bellocq 2-3 hari
Berikan obat hemostatik
Bila tdk terdapat tampon bellocq, dapat digunakan kateter folley dengan balon rujuk Sp. THT ntuk ligasi
arteri dengan endoskopi
Trauma Aurikular
A. Laserasi Arikula
Definisi (Laserasi akibat tumbukan/benda tajam. Dibedakan menjadi linear, tangensial, stellata dan terkadang
dengna tepi maserasi)
Etiologi ( mudah terjadi laserasi/ avulsi akibat tarikan)
Anamnesis & Pmx fisik
o Inspeksi aurikula: luas kerusakan kartilago dinilau, dibandingkan panjang:lebar dgn telinga kontralateral
o Inspeksi canalis: dibersihkan dar debris+darah, cek canalis_membran timpani
o Regio post aurikula: nyeri tekan mastoid, battle sign
o Tes garputala
o N. Cranialis terutama n. Cranialis ipsilateral
Manajemen
o Laserasi cananlis: jarang butuh hecting, penutupan dgn spons pada resiko stenosis setelah cek membran
timpani
o Luka lobulus: oenutupan primer/ z-plasty
o Cedera kulit/kartilago dangkal: penutupan primer. Graft kulit dipertimbangkan
o Cedera kulit/kartilago penuh: eksisi baji
o AB: flurukuinolon, bila ada luka di kanalis beri tt 5-7 hari
B. Trauma tumpul (seroma dan hematoma)
Definisi (kontusio oleh benda tumpul disertai dengan rusaknya kulit)
Etiologi ( pecahnya kapiler menyebabkan timbunan cairan intersitial (seroma)/ akumulasi darah (hematoma))
Manajemen
o Seroma
Bila kecil/tidak ada infeksi obeservasi
Bila besar perlu aspirasi
Jika terjadi reakumulasi seroma drainase dan ditutup kasa gulung dental, jahitan tak terserap untuk
menutup ruang potensial
Jika terinfeksi, terdapat resiko nekrosis kartilago insisi dan beri antibiotik+ pasang drain
o Hematoma
Resiko kerusakan kartilago ↑, harus segera di drainase+dibebat tekan dengan kasa gulung dental kedua sisi
Bila terkumpul kembali/sangat besar perlu pasang drain & telinga perlu diterapi hingga flap kulit mendatar
menjaga agar tidak menjadi cauliflower ear
C. Trauma tajam Aurikula
Definisi (trauma tajam berupa tusukan anting yg robek, gigtan, kll)
Manajemen
o Lobulus robek ac anting( bisa RJ, lobulus dapat dilubangi kembali kemudian
o Luka gigitan hewan/manusia
Bersifat kontaminasi
Tepi luka didisinfeksi
Diberikan TT dan AB spektrum luas dan anaerob
Jika sisa aurikula bisa diselamatkan, maka harus dicuci, didekontaminasi dan disambung dengan hecting
Jika tersisa kartilago bersihkan, dekontaminasi, dikubur di kantung subkutan
o Avulsi geser
o Jika mengenai canalis pasang gelfoam untuk mencegah stenosis rujuk Sp. THT untuk rekonstruksi
D. Trauma termal
Definisi (diklasifikasikan berdasrakan mekanisme: frostbite, burn injuries. Berdasarkan jejas pada kulit: 1.eritema,
2.lepuh, 3.ketebalan penuh)
Pmx fisik (tampak eritem, lepuh, menghitam pada luka bakar. Putih, keras, dingin pada frostbite)
Manajemen
o Pendinginan luka dengan kompres dingin/es
o Frosbite dengan kompres hangat. Jika pada area tubuh yg luas, pasien ditempatkan dengan air mandi
hangat+larutan iv hangat
o Beri AB spektrum luas dan salep/krim topikal seperti silversulfadiazin 1%
o Debridement ditunda hingga batas jaringan mati dan sehat tampak jelas, baru debridement. Pemberian salep
antiseptik
o Luka bakar parah perlu grafting
E. Trauma kimia pada aurikula
Definisi (menyebabkan denaturasi kulit, jar. Lunak dan kartilago. Jarang kecelakan, biasanya disengaja)
Manajemen
o Irigasi banyak dan lama
o Jarang sendiri, biasanya dengan trauma lain spt inhalasi dll
o Jika aurikula mengalami kerusakan berat, mungkin perlu autoamputasi
o Biasanya muncul hipertrofi/keloid bebat tekan +injeksi triamsinolon 10 atau 40mg/ml