Secara etimologi, etika berasal dari istilah “ethos” yang dalam bahasa Yunani
mengandung arti kebiasaan atau cara hidup. Sama halnya dengan kata moral yang memiliki
makna serupa, namun berasal dari sumber bahasa yang berbeda yakni dari bahasa Latin Mos
(jamak: Mores). Etika sering diidentikan dengan moral (atau moralitas). Namun, meskipun
sama-sama terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan
pengertian. Moralitas lebih condong pada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap
perbuatan manusia, sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk.
Jadi bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk (Bertens,
1994 : 1-2). Berikut akan dijabarkan nilai-nilai bijak yang tercermin dalam dongeng Contes
Kutipan di bawah menujukkan nilai bijak yang ingin disampaikan dalam cerita Les
simple. Dalam hal ini, nilai moral yang dimaksudkan adalah praxis moral dalam kehidupan
Adapun nilai moral dalam cerita les simple ditunjukkan melalui tokoh imsaeng, tokoh
Imsaeng digambarkan sebagai seorang pria yang penasaran dan sabar. Dia duduk sambil
mengamati musang yang sedang menggali tanah untuk menutupi lubangnya dalam waktu
yang lama. setelah beberapa saat musang tersebut pergi. Imsaeng mempunyai ide untuk
tinggal lebih lama menunggu Musang itu pulang. setelah menunggu lama tiba-tiba musang
itu muncul dikejar ular. Musang dan ular saling bertarung, yang menyebabkan ular mati dan
musang membelah perutnya. Setelah membelah perut ular itu, tokoh musang menemukan
anak-anaknya dalam keadaan mati kemudian menngambil beberapa rumput dan menggosok-
Penggambaran tersebut menunjukkan tokoh imsaeng yang melakukan praxis moral dalam hal
mendapatkan pengetahuan tentang pengobatan melalui bahan-bahan yang berasal dari alam.
Berikut kutipannya:
Un jour, Imsaeng, un homme plus curieux et plus patient que les autres, vois une
balette très affairée à fouir la terre pour recouvrir son terrier. Le cul sur une souche,
assis à fumer sa pipe, il l’observe tranquille, longtemps. Au bout d’ut temps, elle s’en
va à d’autres occupations et disparaît. Il a idée de rester là pour attendrde son
retour. D’un rocher elle surgit soudain, courant à toutes pattes, essoufflée, poursuivie
par un énorme serpent.
La belette lui lance un de ses fameux pets puants et rentre dans son terrier, mais le
serpent la suit. Le sol est alors ébranlé d’un violent remue-ménage dont l’homme
s’attend à voir sortir le serpent vainqueur. Mais non, c’est la belette qui bondit de son
trou, se dresse ser se pattees. La terre tremble, explose et découvre le corps du
serpent maintenant étalé, flasque, inanimé. La balette lui saute dessus, elle lui mord
le cou, puis le fend et l’ouvre de ses griffes et de ses dents. Elle lui retire du ventre
trois petites belettes mortes.
Elle part comme une flèchce et revient, le museau rempli d’herbes. Elle en frotte la
nifle de ses petits pendant une bonne demi-heure. Et soundain un miracle, les petits
couinent et reprennent vie. Et puis la mère bellette s’en va avec ses enfants.
Lebih lanjut, nilai moral yang berhubungan dengan praxis moral dalam cerita ini juga
ditunjukkan pada bagian akhir cerita yang menggambarkan tokoh imsaeng yang mengambil
rumput yang digunakan induk Musang untuk menghidupkan kembali anak-anaknya. Setelah
mengambil rumput tersebut, Imsaeng pulang ke rumahnya dan menggunakan rumput itu
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan nilai bijak dalam cerita Les simples
merujuk pada praxis moral dalam tujuan untuk mendapatkan pengetahuan atau hal yang
bermanfaat dalam kehidupan. Nilai bijak lainnya yang dapat diambil dari cerita ini terdapat
membantu kehidupan manusia lainnya menjadi lebih baik (Suseno F.M, 1993:39-40).
Kutipan di bawah menujukkan nilai bijak yang ingin disampaikan dalam cerita La vie
coûte cher. Dalam hal ini, nilai moral yang dimaksudkan adalah Prinsip keadilan.
Nilai moral dalam cerita La vie coûte cher. ditunjukkan melalui tokoh seorang
pemimpin yang adil. hal tersebut dapat dilihat dari awal cerita, seorang pemimpin berjanji
akan membagikan perak secara adil. Agar adil, dia saling memperhatikan, mengajukan
Lebih lanjut, nilai moral yang berhubungan dengan prinsip kadilan dalam cerita ini
juga ditunjukkan pada bagian akhir cerita, setelah mengajukan beberapa pertanyaan kepada
orang beriman dan orang miskin, diapun mulai membagikan perak yang di janjikannya. Si
miskin mendapatkan lebih banyak perak dari orang beriman, sebab pasha melihat kebutuhan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan nilai bijak dalam cerita La vie coûte cher
merujuk pada prinsip keadilan. Prinsip keadilan mengandung kewajiban untuk memberikan
perlakuan yang sama kepada semua orang dalam pembagian dari pada yang baik dan yang
Kutipan di bawah menujukkan nilai bijak yang ingin disampaikan dalam cerita Vivre sa
vie. Dalam hal ini, nilai bijak yang dimaksudkan adalah hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, berhubungan dengan masalah-masalah seperti eksistensi diri, rasa percaya diri, takut,
maut, rindu, dendam, kesepian, keterombang-ambingan antara beberapa pilihan, dan lain-
lain yang melibatkan ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu (Nurgiyantoro, 2010:324).
Nilai moral dalam cerita Vivre sa vie ditunjukkan melalui tokoh petani.
Dikisahkan dalam cerita ini bagaimana tokoh petani hidup dengan semangat
menjalani kegiatannya bertani. Peristiwa bijak ini dibungkus dengan konflik batin tokoh
petani yang mendapatkan mimpi dirinya dihampiri oleh malaikat berambut putih. Setelah
dihampiri tokoh petani membatin dan berada dalam kondisi gundah antara bekerja dan
beribadah. Petani itupun memfokuskan diriya hanya untuk beribadah kepada Tuhan dan
meninggalkan pekerjaanya. Kemudian mimpi, tujuan dan cahayapun lenyap. Dia sedih,
kecewa, hingga hari dimana dia mendengar suara yang menjauhkan air matanya. Setelah
kejadian tersebut petani itupun kembali bekerja membajak kebunnya. Berikut kutipannya:
menengah ke bawah, seperti yang dijelaskan di atas. Kelas menengah ke bawah bekerja untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik sembari terus berdoa untuk menikmati hal yang
didapatkan dari pekerjaannya. Penjelasan ini berkitan dengan judul dari cerita ini yang
d) La soupe a la farine
Kutipan di bawah menujukkan nilai bijak yang ingin disampaikan dalam cerita La
soupe a la farine. Dalam hal ini, nilai bijak yang dimaksudkan merujuk pada prinsip sikap
baik pada dasarnya manusia harus bersikap baik terhadap siapa saja. Bersikap baik dalam arti
memandang seseorang atau sesuatu tidak hanya sejauh bagi dirinya sendiri. Menghendaki,
Dikisahkan dalam cerita La soupe a la farine seorang pria bernama Rabbi Eléazar
pergi untuk menemukan sebuah penginapan di tepi sungai Dniester. Setelah melakukan
kamar dan meminta makan. Seorang wanita tua keluar dan berkata rumah saya miskin, saya
tidak punya banyak hal untuk ditawarkan kepada anda, jika anda ingin memakan sup tepung,
dengan senang hati saya akan menyiapkannya untuk anda. Wanita tua menyiapkan
semangkuk sup tepung dan memberikannya kepada Rabbi. Rabbipun memakannya dengan
lahap dan meminta lebih banyak. Kemudian Rabbi berkata, apa yang anda masukkan
kedalam sup ini, kenapa sup ini sangat enak. Kemudian wanita itu berkata, Saya tidak punya
yang lain, seperti malam ini tepung, garam dan air. Saya berdoa kepada tuhan. Saya berkata
kepada-Nya, “Tuhan anda memiliki taman yang indah, dengan semua yang anda butuhkan di
dalamnya, ketika saya tidak memiliki apapun untuk sup anak-anak yang baik ini, saya
mohon, mereka sangat lapar, tunjukkan belas kasihan dan masukkan ke dalam magkuk
mereka beberapa ramuan yang baik dari surga anda. Jadi untuk anda malam ini, sekali lagi
Data: “Alors Rabbi Eléazar se mit en route pour retrouver cette auberge, au bord du
Dniestr. Il finit par la voir un soir, attiré par la même lumière. Il y entra, y demanda
une chambre, et souhaita dîner. Le plafond était bas, les cuivres éclairaient la salle
vide. Il s’installa au bout de l’unique table. Une bonne femme, une grand-mère ronde
à la bouille fendue d’un sourire bienheureux, s’excusa :
<< Notre maison est pauvre, mon mari est allé échanger quelques pois chiches
contre un peu d’eau-de-vie et je n’ai pas grand-chose à vous offrir. Si vous voulez
bien vous contenter d’une soupe à la farine , je serais contente de vous la préparer.
Attendez-moi un peu.>>
Elle posa bientôt devant son hôte une écuelle fumante. Le Rabbi mangea sa soupe, il
en redemanda, et puis en redemanda encore.
<< Dites-moi ce que vous avez bien pu mettre dans cette soupe pour lui donner si bon
goût.
- Ma foi, je n’y ai rien mis du tout, mon bon monsieur.
- Mais enfin, ce n’est pas seulement de la farine à l’eau!
Je vous assure, rien de rien, je n’y ai rien mis.>>”
soupe a la farine merujuk pada prinsip sikap baik. Bersikap baik dalam arti memandang
seseorang atau sesuatu tidak hanya sejauh bagi dirinya sendiri. Ditunjukkan melalui tokoh
wanita yang menyiapkan sup untuk tamunya Rabbi, dia tidak punya bahan makanan lain
selain tepung, air dan garam. Ketika dia membuat sup, dia berdoa, meminta belas kasihan
dari Tuhan untuk membuat sup buatannya menjadi enak. terlihat nilai bijak yang tercermin
dalam cerita diatas yaitu kita harus berbuat baik kepada siapapun dan pentingnya bersyukur
Kutipan di bawah menujukkan nilai bijak yang ingin disampaikan dalam cerita
l’ânesse plus clairvoyante que le devin. Dalam hal ini, nilai moral yang dimaksudkan adalah
norma moral mengenai aturan sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Hal ini
menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku manusia
sejauh ia dilihat sebagai manusia. Nilai moral dalam cerita l’ânesse plus clairvoyante que le
tetutua-tetua negeri Moab yang membuat Tuhan murka dan mengutus malaikatnya untuk
terus menerus karena keledai tersebut menghalangi jalannya. Kemudian malaikat muncul
dengan pedang terhunus ditangannya, malaikat itu membuat keledai berbicara dan keledai itu
berkata kepada bileam, mengapa engkau memukuli ku terus-menerus? Apa yang ku perbuat
kepada mu sampai engkau berbuat seperti itu kepadaku? Kemudian malaikat membuka mata
bileam agar bileam bisa melihat malaikat. Berfirmanlah malaikat tuhan kepada bileam
Le devin Balaam se leva de bon matin, sella son ânesse et prit la route avec les
dignitaires de Moab. Mais l’éternel se mit en colère en le voyant partir ainsi. Il posta
son ange sur son chemin pour le lui barrer.
L’ânesse vit l’ange, l’épée nue à la main. Alors, quittant la route, elle prit á travers
champs. Balaam la battit pour la ramener sur la bonne voie. L’ange alla se placer sur
un sentier qui traversait les vignes entre deux murettes. L’ânesse le vit et se serra.
Elle bouscula le pied de Balaam qui buta contre le mur. Alors il se remit à la battre.
L’ange le dépassa encore une fois pour barrer leur passage étroit où il ne fut plus
possible d’avancer. L’ânesse à nouveau le vit et se coucha sous Balaam qui, fou de
rage, la battit de nouveau.
L’Èternel ouvrit la bouche de l’ânesse et lui donna ainsi la parole:
<< Que t’ai-je fait, Balaam, pour que tu me battes par trois fois?
- C’est que tu en prends trop à ton aise. Et si j’avais une épée en main, je te tuerais là
tout de suite.
- Ne suis-je donc pas l’ânesse que tu montes depuis ton enfance? Est-ce mon habitude
d’agir ainsi avec toi?
- Non !>>
Alors l’Èternel ouvrit les yeux de Balaam, qui vit soudain l’ange posté sur le chemin,
l’épée nue à la main, et l’ange lui dit :
<<pourquoi as-tu battu ainsi ton ânesse? Tu le vois, c’est moi qui suis venu te barrer
la route, car tu as entrepris ce voyage à la légère et il te menait au précipice. Elle
s’en est détournée et bien lui en a pris. Si elle ne s’était pas écartée devant moi, je
t’aurais tué sur-le-champ tandis que je lui aurais laissé la vie sauve.>>
Balaam s’inclina et se prosterna face contre terre :
<<si ce voyage te déplaît, je m’en retournerai.
- Va lui dit l’ange, mais tu feras seulement ce que je te dirai de faire, tu diras
seulement ce que je te dirai de dire.>>
Et Balaam poursuivit sa route.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan nilai bijak dalam cerita l’ânesse plus
clairvoyante que le devin merujuk pada norma moral yang ditunjukkan melalui tokoh Bileam.
Bileam digambarkkan sebagai tokoh yang tidak bermoral. Dalam artian perilakunya sebagai
manusia tidak seperti manusia pada umumnya. Tidak patuh terhadap perintah Tuhan,
membuat murka Tuhan dan memperlakukan makhluk hidup seperti budak, mulai dari
menunggangi dan memukuli keledainya berkali–kali menggunkan tongkat. Dari tindakannya
tersebut Bileam mendapatkan peringatan langsung dari Tuhan melalui malaikat yang diutus
oleh tuhan dan keledai. Nilai bijak yang tercermin dalam cerita di atas menekankan
pentinganya nilai kepatuhan, saling menghargai sesama makhluk hidup dan tidak berbuat
kasar terhadap makhluk hidup.
f) Le roi fou
Kutipan di bawah menujukkan nilai bijak yang ingin disampaikan dalam cerita Le roi
fou. Dalam hal ini, nilai moral yang dimaksudkan adalah hubungan manusia dengan tuhan.
Dikisahkan seorang raja yang gila, kejam, bodoh dan penyembah berhala, raja akan
memilih tiga orang yang lewat dan memaksa mereka untuk menyembah berhalanya. Kemudia
terpilihlah tiga orang tersebut yaitu seorang ilmuan, pendeta dan pelacur. Pengawal
menyuruh mereka masuk untuk menghadap kepada raja. Kemudian raja memberitahu apa
yang akan mereka lakukan. Pertama dia menyuruh seorang ilmuan untuk berlutut dan
menyembah berhalanya jika tidak berlutut raja akan memotong kakinya, dengan segera dia
berlutut dan membungkuk dihadapan raja dan berhalanya. Setelah itu raja menyuruh pendeta
untuk melakukan hal yang sama, pendeta dengan segera membungkuk dan berlutut. Setelah
menyuruh seorang ilmuan dan pendeta raja kemudian menyuruh pelacur untuk berlutut dan
menyembah berhalanya tapi pelacur itu menolak untuk berlutut dan berkata bahwa dia tidak
punya alasan untuk melakukan itu. Pelacur tu menolak menyembah berhala karena tidak
pantas dan tidak sesuai dengan keyakinannya. Setelah mendengarkan ucapan pelacur tersebut
raja membebaskannya dari hukuman sementara itu tokoh ilmuan dan pendeta dihukum dan
dipenggal kepalanya walaupun telah memenuhi perintah raja untuk menyembah berhalanya.
berikut kutipannya :
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan nilai bijak dalam cerita le roi fou berkaitan
dengan persoalan keyakinan. Nilai bijak tersebut terdapat pada bagian ketika pelacur disuruh
untuk berlutut dan menyembah berhala. Pelacur itu berkata walaupun saya tidak pernah
belajar maupun membaca surat-surat kecil tentang Tuhan. Saya tidak bisa menyembah
berhala anda, apalagi harus berpura-pura, itu tidak akan menjadi alasan saya untuk berlutut.
Berbeda dengan tokoh ilmuan dan pendeta yang membungkuk dan berlutut dihadapan raja
dan berhalanya karena diancam akan dipenggal kakinya.
Kutipan di bawah menujukkan nilai bijak yang ingin disampaikan dalam cerita Encore
une histoire d’âne. Dalam hal ini, nilai moral yang dimaksudkan adalah hubungan manusia
dengan dirinya sendiri. Nilai moral dalam cerita Encore une histoire d’âne ditunjukkan
dikisahkan seekor keledai kurus, tidak pernah makan dengan kenyang karena majikannya
perkampungan dan melihat seekor keledai yang kurus. Permaisuri itu lalu menanyakan
kepada pemilik keledai mengapa keledainya begitu kurus dan dijawab oleh peemiliknya
karena kekurangan makanan.permaisuri meminta agar keledai itu ikut dengannya agar
keledai itu bisa menikmati kandang yang indah. Akhirnya keledai itu pergi bersama
permaisuri dan keledai itu ditempatkan dikandang yang indah. Kemudian keledai kurus iri
dngan kuda-kuda kekar yang gagah dan difungsikn pada medan pertempuran. Namun ketika
kuda-kuda tersebut kembali dari medan perang, tubuh mereka dipenuhi luka, bahkan lumpuh.
Kemudian keledai mereflesikan kejadian tersebut dan berkata kepada dirinya sendiri lebih
baik menjadi kurus dan apa adanya dari pada kekar, namun luka dan lumpuh. Berikut
kutipannya :
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan nilai bijak dalam cerita encore une histoire
d’âne berkaitan dengan persoalan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Tokoh Manusia
disini di personifikasikan oleh tokoh hewan (Keledai). Nilai bijak tersebut terdapat pada akhir
cerita ketika kuda-kuda kembali dari medan perang, tubuh mereka dipenuhi luka-luka,
bahkan ada yang lumpuh. Kemudian keledai mereflesikan kejadian tersebut dan berkata
kepada dirinya sendiri, kelimpahan itu berbahaya, lebih baik menjadi kurus dan apa adanya
dari pada kekar, namun luka dan lumpuh. Dari pengandaian itu jelas terlihat nilai bijak yang
menekankan pentingnya bersyukur terhadap kehidupan masing-masing yang dimiliki saat ini.