A. Persoalan Iman
Iman merupakan persoalan yang sangat penting
keberadaannya dalam agama, tanpa iman manusia tidak ada
nilainya dalam hidup yang dikaitkan hubungan dengan Allah
terhadap segala perbuatannya. Dengan iman seseorang
mendapat prediket sebagai muslim dan juga mukmin. Para
ulama berbeda pendapat tentang bagaimana seseorang
menjadi sempurna imannya.
Menurut syarak iman adalah:
القول ابللسان والتصديق ابجلنان والعمل ابالركان
Mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan
hati dan mengerjakan dengan anggota tubuh.1
Ibnu Katsir mengatakan:
االميان الشرعي اليكون اال اعتقاد او قوال وعمال
Iman menurut syarak tidak lain kecuali pengakuan
hati, ikrar lisan, dan amalan dengan anggota.2
|19
20 Ilmu Kalam
bahwa iman adalah (1) ikrar lidah, (2) amal anggota tubuh,
(3) akuan hati. Tidak sah iman jika ketiganya tidak terwujud.
Pendapat Abu Ishaq al-Asfariyaini; hakikat iman ialah
membenarkan, tetapi dipastikan adanya iman jika disertai
makrifah, tunduk dan mengerjakan semua perintah.
Pendapat Sahl ibn Abdullah al-Tastari, iman adalah
ikrar lidah, amalan dengan jawarih dan keyakinan hati serta
sesuai sunnah. Jika iman hanya sebatas ikrar, tanpa
diamalkan, maka ia menjadi kufur. Jika diikrarkan dan
diamalkan, tetapi tidak diyakini, maka ía menjadi munafik.
Jika diikrarkan, diamalkan dan diyakini dalam hati, tetapi
tidak sesuai dengan sunnah, maka dia dinamakan dengan
bid’ah.6
Jadi, iman bersifat pada ucapan dengan lisan,
pembenaran dengan hati dan dibarengi karya nyata. Dalam
hal ini, golongan Muktazilah menyatakan bahwa seseorang
beriman tidak hanya sekedar ucapan, membenarkan, tetapi
harus mengamalkan serta tidak berbuat dosa, maka apabila ia
berbuat salah (dosa besar), imannya akan berbeda, hati orang
tersebut tidak lagi mukmin sempurna atau mukmin lengkap
(di bawah) seorang mukmin di atas orang kafir.7
Dalam hal ini, golongan Khawarij menyatakan bahwa
seseorang mukmin tidak sebatas mengucapkan dua kalimah
syahadat dan pengakuan dalam hati yang diwajibkan untuk
menjadi seorang mukmin, tetapi melaksanakannya juga
merupakan syarat sah imannya. Maka jika ia berbuat salah
atau mengerjakan dosa besar, orang tersebut tidak menjadi
kafir. Dengan demikian, iman akan hilang ketika seorang
berbuat dosa seperti tidak mau berperang, tidak hijrah
bersama mereka.8
B. Persoalan Kufur
Kufur berasal dari bahasa Arab, yang berarti
menutupi, gelap, menyembunyikan sesuatu, tidak percaya,
tidak bersyukur dan malam yang gelap. Oleh karena itu,
malam, laut, membenamkan bibit ke dalam tanah disebut juga
kafir.
Pada dasarnya, kekufuran merupakan kebalikan atau
lawan dari keimanan, maka kita harus mencari pokok-pokok
yang membuat seseorang menjadi kafir. Maka yang kita
ketahui bahwa iman adalah membenarkan semua unsur yang
dibawa oleh Rasul dengan penuh keyakinan, dan berdasarkan
realita bahwa kufur itu kebalikan dan iman. Disini dapat
dikatakan bahwa kufur adalah menolak untuk membenarkan
dan mengenal walaupun sedikit apa yang dibawa oleh
Rasulullah.11
Al-Razi dalam tafsirnya “Mafatih al-Ghaib”,
mengatakan bahwa kafir berarti menolak untuk
membenarkan rasul dan apa saja dibawanya. Menurut al-
Razi, masalah yang paling sulit bagi para Mutakallimin adalah
ين َك َف ُروا َس َواءٌ َعلَْي ِه ْم أَأَنْ َذ ْرتَ ُه ْم أ َْم ََلْ تُْن ِذ ْرُى ْم َال يُ ْؤِمنُو َن ِ َّ ِ
َ إ َّن الذ
Bahwasanya bagi mereka yang kufur adalah sama
saja, apakah engkau beri peringatan dengan ancaman
atau tidak, mereka tetap tidak mau beriman. (QS. al-
Baqarah: 4)
Ayat tersebut dengan jelas mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan kufur adalah mengingkari sesuatu yang telah
dinyatakan Alquran sendiri, atau apa yang telah dikabarkan
Nabi Saw. Jadi, suatu yang telah jelas dan mudah diketahui
bahwa penetapan itu adalah ketentuan agama. Maka suatu
yang diingkari bukan berdasarkan dalil qath’i, tidak dipandang
sebagai kafir, kecuali apabila ia mendustakan Nabi.
Orang menjadi kafir adakala disebabkan ingkar, tidak
mau tunduk kepada kebenaran, dan karena syirik, murtad
dan lainnya. Maka kufur dapat dibagi dalam tiga golongan:
1. Kufur jahli. yaitu kufur yang disebabkan kebodohannya,
karena tidak mau memperhatikan dan menyelidiki tanda
anda yang dapat menghasilkan iman, golongan ini paling
banyak terdapat dewasa ini.
2. Kufur inadi atau juhudi, yaitu kufur karena angkuh, keras
kepala seperti Fir’aun dan kaumnya, atau takut
kehilangan pangkat dan kedudukan, seperti Heraclius
mereka menolak dan menentang apa yang dibawa dan
dikabarkan oleh Rasulullah.
3. Kufur hukmi atau amali, adalah karena mengajarkan
sesuatu yang oleh agama dipandang berlawanan dengan
iman, seperti menghina suatu yang dimuliakan dan
menyakini benar suatu yang sudah jelas dilarang atau
salah, seumpama meninggalkan perintah wajib atau
28 Ilmu Kalam
C. Persoalan Syirik
Syirik menurut bahasa adalah sekutu, serikat atau
perkongsian. Menurut pengertian syarak adalah
memperserikatkan Allah dengan makhluk-Nya. Kemudian
syirik sebagai kufur dan nifaq terbagi kepada:
1. Syirik akbar, adalah memperserikatkan Tuhan dengan
sesuatu makhluk-Nya, dalam menciptakan alam ini atau
memperserikatkannya dalam beribadat kepada-Nya
maka pelaku syirik ini dinamakan juga pelaku syirik
i’tiqadi yang mengakibatkan dirinya keluar dari barisan
Islam.
Beberapa Pengertian Dasar dalam Pembahasan Ilmu Kalam 29
E. Persoalan Nifaq
Nifaq adalah melahirkan suatu perbuatan atau
perkataan itu tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam
hatinya. Seperti seseorang mengerjakan suatu amal kebaikan
di hadapan orang banyak, supaya orang-orang itu
mengatakan bahwa dia itu masuk ke dalam orang-orang yang
berbuat kebaikan. Dia melakukan bukan karena iman dan
mengharap ridha Allah, tetapi untuk mendapat pujian dan
mencari popularitas.
Daftar Kepustakaan
A. Hanafi, Penganlar Theologi Islam, Penerbit PT. Al-Husna
Zikra. Jakarta, 1995.
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, PT. Raja
Gratindo Persada, Jakarta, 1995.
lbnu Taimiyah, Al-Islam wal Islam, (Beirut: al-Mathba’ah al-
Amiriyah), 1322 H.
Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i, al-Umnm, (Kairo: as-
Sya’bati), tt.,
Syekh Ja’far Subhani, Tauhid dun Syirik, Mizan, Bandung,
1985.
T, M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam, PT Pustaka Riziki Putra,
1987.