Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ASAS-ASAS HUKUM ISLAM (NAFYUL HARAJ, QILLATUT TAKLIF


DAN TADARUJ)

Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah filsafat hukum islam

Di Susun Oleh :

RAHMATUL PADILA

NIM. 1202077480

Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam:

M. ABDI AL MAKSTUR M.Ag.

KELAS ILMU HUKUM HTN B

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
RAHMATUL PADILA

A. ASAS HUKUM ISLAM

Kata asas berasal dari lafal bahasa Arab, asasun yang mengandung arti
dasar, basis, dan pondasi. Jika dikaitkan dengan sistem berpikir, yang dimaksud
dengan asas adalah landasan berpikir yang sangat mendasar. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan, ada tiga pengertian kata asas: hukum dasar, dasar
Jesuatu yang menjadi tumpuan berpikir dan berpendapat, dan dasar cita-cita, atau
cita-cita yang menjadi dasar organisasi atau negara. Seperti halnya Pancasila
adalah dasar negara Republik Indonesia. Kata asas yang dihubungkan dengan
hukum memiliki arti berupa suatu kebenaran yang digunakan sebagai tumpuan
berpikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.
Asas hukum adalah suatu aturan dasar dan prinsip- prinsip hukum yang abstrak
dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum.1

Asas-asas hukum islam adalah dasar untuk berpikir dan bertindak oleh
umat muslim yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis Rasul dalam melakukan
sesuatu.2 Hukum islam memiliki asas-asas umum, asas umum hukum islam adalah
asas hukum yang meliputi semua bagian dan lapangan hukum islam, di antarnya:

1. Asas keadilan
Asas keadilan adalah asas yang penting dan mencakup semua asas
dalam bidang hukum Islam. Akibat dari pentingnya asas dimaksud,
sehingga Allah SWT mengungkapkan di dalam Alquran lebih dari
1.000 kali, terbanyak disebut setelah kata Allah dan ilmu pengetahuan.
Banyak ayat Alquran yang memerintahkan manusia berlaku adil dan
menegakkan keadilan. Dalam Alquran Surah Shad (38) ayat 26, Allah
memerintahkan penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di bumi
untuk menyelenggarakan hukum sebaik-baiknya, berlaku adil terhadap

1
Rohidin, Pengantar Hukum Islam, (Yogyakarta: Perpustakan Nasional, 2017), Cet Ke-2,
h.37.
2
Ali Imron, legal Responsibility: Membumikan Asas Hukum Islam di Indonesia,
(Semarang: Pustaka Pelajar, 2015), h 222.
semua manusia, tanpa memandang stratifikasi sosial, yaitu kedudukan,
asal usul, keyakinan yang dianut oleh pencari keadilan. Demikian juga
dalam Alquran Surah An-Nisaa' (4) ayat 135 Allah memerintahkan
agar manusia menegakkan keadilan, menjadi saksi yang adil walaupun
terhadap diri sendiri, orang tua, dan keluarga dekat. Berdasarkan
semua itu, dapat disimpulkan bahwa keadilan adalah asas, yang
mendasari proses dan sasaran hukum Islam.3
2. Asas kepastian hukum
Asas kepastian hukum adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada
satu perbuatan yang dapat dihukum kecuali atas kekuatan ketentuan
peraturan yang ada dan berlaku pada perbuatan itu. Oleh karena itu,
tidak ada sesuatu pelanggaran sebelum ada ketentuan hukum yang
mengaturnya. Asas ini berdasarkan Alquran Surah Al-Israa' (17) ayat
15 sebagai berikut.
َّ ُ ُْ ْ ٌ َ َ َ َّ َ َ َْ َ َّ َ َ َ ْ
‫َّم ِن ٱهتد ٰى ف ِإن َما َي ْهت ِدى ِلنف ِس ِهۦ ۖ َو َمن ض َّل ف ِإن َما َي ِض ُّل َعل ْي َها ۚ َوَل ت ِز ُر َو ِاز َرة ِوز َر أخ ََ ٰى َو َما ُنا‬
ً َ َ ٰ ََّ َ َ ِّ َ ُ
‫ّت ن ْب َعث َر ُسوَل‬ ‫معذ ِبي ح‬
artinya :
“Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan
barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi
(kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebel Kami
mengutus seorang rasul.”4
3. Asas kemanfaatan
Asas kemanfaatan adalah asas yang menyertai asas keadilan dan
kepastian hukum. Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastian
hukum, seyogianya dipertimbangkan asas kemanfaatannya, baik
kepada yang bersangkutan sendiri maupun kepada kepentingan
masyarakat. Dalam menerapkan ancaman hukuman mati kepada

3
Ibid.
4
Ibid. h. 46.
seseorang yang telah melakukan pembunuhan, misalnya, dapat
dipertimbangkan kemanfaatan penjatuhan hukuman kepada terdakwa
sendiri dan masyarakat. Kalau hukuman mati yang akan dijatuhkan
lebih bermanfaat kepada kepentingan masyarakat, hukuman itulah
yang dijatuhkan. Asas dimaksud, di antaranya dapat disebut firman
Allah dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 178.

ْٰ ُْ ْٰ ُْ ْ ُ ْ ْ َْ ْٰ َ ْ
ۗ ‫ص ِف القتل ۗ ال ُح َُّ ِبا ل ُح ِّـَ َوا ل َع ْبد ِبا ل َع ْب ِد َوا ْل ن ّٰت ِبا ْل ن ّٰت‬ ُ ‫ب َع َل ْي ُك ُم ْالق َصا‬ َ ‫ٰٰۤي َا ُّي َها َّالذ ْي َن ٰا َم ُن ْوا ُُت‬
ِ ِ ِ
ٌ ‫ش ٌء َفا ِّت َبا ٌع با ْل َم ْع َُ ْوف َو َا َد ٓا ٌء ِا َل ْيه با ْح َسا ن ۗ ذ ٰ ل َك َت ْخف ْي‬
ْ‫ف ِّم ْن َّ ِّرب ُكم‬ ْ َ ْ َ ْ ٗ َ َ ُ ْ َ َ
ِ ِ ٍ ِِ ِ ِ ِ ‫فمن ع ِ يف له ِمن ا ِخي ِه ي‬
ٌ‫اع َت ٰد ى َب ْع َد ذ ٰ ل َك َف َل ٗه َع َذا ٌب َال ْيم‬
ْ ‫َو َر ْح َم ٌة ۗ َف َمن‬
ِ ِ ِ

Artinya :

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu


(melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya,
perempuan dengan perempuan. Tetapi barang siapa memperoleh maaf
dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan
membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang
demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barang
siapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang
sangat pedih."5

Selain asas umum hukum islam tersebut, hukum islam juga mempunyai asas lain
diantaranya:

B. ASAS NAFYUL HARAJ


Azas Nafyul Haraji meniadakan kepicikan, artinya hukum Islam dibuat
dan diciptakan itu berada dalam batas-batas kemampuan para mukallaf. Namun
bukan berarti tidak ada kesukaran sedikitpun sehingga tidak ada tantangan,
sehingga takala ada kesukaran yang muncul bukan hukum Islam itu digugurkan
melainkan melahirkan hukum Rukhsah.6
Dalam proses penetapan hukum terdapat beberapa kaedah atau prinsip-
prinsip hukum islam yang merupakan kaedah dasar yang berlaku umum untuk
semua hukum islam, dari kaedah ini terlihat kemuliaan hukum islam dan dapat

5
Ibid.h. 47
6
Riayatul Husna, Diktat Wawasan Baru Filsafat Islam, (Jember: IAIN Jember, 2021), H.
33.
juga di jadikan patokan dalam melihat hikmah di balik semua syariat islam kaedah
tersebut adalah adam al-haraj (menghilangkan kesulitan) atau mafyul haraj
(meniadakan kepicikan). Kaedah ini menegaskan bahwa hukum islam tidak sulit
dan tidak menyulitkan umat islam. Akan tetapi semua syari’at islam itu semua
mudah. Hal ini di pahami dari firman Allah SWT sebagai berikut:7
ُ َ ُ َّ ‫… َما ُير ُيد‬.
....‫ٱَّلل ِل َي ْج َع َل َعل ْيكم ِّم ْن َح َرج‬ ِ
ٍ

Artinya :

….Allah tidak hendak menyulitkan kamu….(QS. 5; Al-Maidah ayat 6)

....‫ين ِم ْن َح َر ٍج‬
ِّ ُْ ََْ َ َ َ َ َ
ِ ‫…وما جعل عليكم ِف ٱلد‬.

Artinya :

….dan dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan….(QS. 22; Al-Hajj ayat 78)

C. QILLATUT TAKLIF
Qillatut taklif adalah menyedikitkan bebaban yang disesuikan dengan
kemampuan manusia. Janagn sampai timbul anggapan bahwa beragama itu berat.
Tidak sama sekali. Nabi melarang para sahabat memperbanyak pertanyaan
tentang hukum yang belum ada yang nantinya akan memberatkan mereka sendiri,
Nabi Muhammad SAW justru agar mereka memetik dari kaidah-kaidah umum.
Kita ingat bahwa ayat-ayat al-quran tentang hukum hanya sedikit. Justru yang
sedikit tersebut memberikan lapangan yang luas bagi manusia untuk ber-ijtihad.
Dengan demikian, hukum islam tidak kaku, keras dan berat bagi umat manusia.8
Dugaan-dugaan dan sangkaan-sangkaan tidak boleh dijadikan dasar
penetapan hukum. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada
Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan
7
Nurhadi, “Hikmah Syariah Hifzhu Al-Maal Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Buku II Dan Iiitentang Hukum Waris Dan Wakaf” Dalam Hukuma, Volume 01., No. 1., (2017), H.
38.
8
Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam, Pengantra Hukum Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2018), h.96.
jika kamu menanyakan di waktu Alquran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan
kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun." (QS. Al-Ma'idah: 101).
Ini semua menunjukkan bahwa islam mengajarkan umatnya agar realistis.
Ketika nabi ditanya apakah kewajiban haji itu tiap tahun, nabi Muhammad SAW
menjawab: “kalau pertanyaan itu saya jawab “ya”, maka akan menjadi kewajiban
bagiku. karena itu biarkan saja selama aku meninggalkanmu, sungguh telah rusak
beberapa (kaum) yang sebelum kamu ini karena (terlalu) membanyakan
pertannyan dan perselisihan mengenai Nabi-nabi mereka.” Allah SWT berfirman:
1. “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesusahan bagimu.” (QS. Al-Baqarah ayat 185).
2. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia
dijadikan makhluk yang bersifat lemah.” (QS. An-Nisa ayat 28).9

D. ASAS TADARUJ
Asas Tadaruj (bertahap) erat kaitannya dengan asas pertama dan kedua,
penerapan hukum Islam berlaku secara bertahap, tidak secara drastis dan
sekaligus. Alquran sendiri sebagai sumber hukum Islam turun secara bertahap
sampai lengkap dengan segenap surah dan ayat-ayatnya selama 22 tahun. Salah
satu hukum yang terkandung di dalamnya adalah mempermantap bacaan dan
mempermudah hafalan Rasulullah dan sahabatnya. Selain itu, dimaksudkan agar
kandungan Alquran mudah dihayati dan diamalkan oleh umat Islam secara
bertahap pula sampai ke puncak kesempurnaannya. Hal ini berdasarkan firman
Allah dalam Surah Al-Maidah (5) ayat 3.10

ً َ ْ َُ ُ ُ ْ َ ْ ََ ُْ َْ ْ ُ َ ُ ََْْ َ َْْ َ
ْ َ ِ ‫ت َع َل ْي ُك ْم ِن ْع َم‬
....ۗ ‫ّت َو َر ِض ْيت لـك ُم ِاَل ْسَل َم ِد ْينا‬‫ي‬ ‫…ا ليوم اكملت لـكم ِدينكم وا تمم‬.

Artinya :

9
Ibid.
10
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2018), Cet ke-7., h.51.
Pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu dan telah aku sempurnakan
atasmu nikmatku serta telah aku ridhai islam itu agama bagimu.

Salah satu kasus dalam Alquran yang sering dijadikan contoh dalam
penahapan penerapan hukum Islam adalah larangan minum khamar. Khamar
dilarang oleh Allah SWT tidak secara seketika, melainkan pelarangannya melalui
tiga tahapan, yaitu ketika Allah SWT ingin menunjukkan bahwa khamar itu lebih
banyak mengandung mudarat dari pada manfaatnya yang ditunjukkan Nya di
dalam Alquran Surah Al-Baqarah (2) ayat 219.
ْ َّ َْ ْ ۖ َّ ُ َ َ َّ ٌ ْ َ ٌ ْ َ ْ ْ ُ َْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ََُْ ْ َ
....ۗ ‫س ۗ َوِا ث ُم ُه َما اک ََ ُي ِم ْن نف ِع ِه َما‬
ِ ‫س ۗ قل ِفي ِهما ِاثم ک ِبي ومنا ِفع ِللنا‬
ِ ِ ‫يســئلونك ع ِن الخم َِ وا لمي‬

Artinya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi, katakan bahwa di


dalamnya terdapat dosa besar dan manfaat bagi manusia, dan dosanya lebih besar
dari manfaatnya.”

Pada tahap pertama di atas, larangan minuman khamar belum tegas dan
terkesan mentolerir kebiasaan minum khamar yang belum dapat ditinggalkan oleh
sebagian sahabat. Akan tetapi, kebiasaan buruk itu mengganggu pelaksanaan salat
lima waktu, maka muncul larangan tahap berikutnya, yaitu firman Allah dalam
Surah An-Nisaa' (4) ayat 43.11
ُ َُ َ َ َ ُ ْ َ َ ٰ َّ َْ َ ُ ٰ َّ َ ٰۤ
....‫الصلوة َوا نـت ْم ُسكا ٰرى َح َّّّت ت ْعل ُم ْوا َما تق ْول ْو‬ ‫ٰيـا ُّي َها ال ِذ ْي َن ا َمن ْوا َل تق َر ُبوا‬

Artinya:

"Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati sholat, ketika kamu
dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan,”

Larangan pada ayat tersebut, berkaitan dengan mencampuraduk minuman


khamar dan salat. Sepintas ayat di atas masih menyisakan kesan bahwa hukum
Islam masih membolehkan minum khamar, sehingga masih saja terdapat sejumlah

11
Ibid.
kecil sahabat meneruskan kebiasaan mereka meminum khamar. Akhirnya
kebiasaan mereka itu dikecam keras dengan datangnya larangan pada tahap ketiga
berupa pencegahan meminum khamar secara totalitas, berdasarkan firman Allah
SWT dalam Surah Al-Maidah (5) ayat 90.12
َ ْ ُ ُ َّ َ َ َ ٰ َّ
‫س ِّم ْن َع َم ِل الش ْيط ِن فا ْجت ِن ُب ْو ُه ل َعلك ْم تف ِل ُح ْون‬ ُ ِ ‫ٰٰۤي َا ُّي َها َّال ِذ ْي َن ٰا َم ُن ْٰۤوا ِا َّن َما ْال َخ ْم َُ َوا ْل َم ْي‬
ٌ ‫س َوا ْ َْل ْن َصا ُب َوا ْ َْل ْ َزَل ُم ر ْج‬
ِ

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,


(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 90)

Tahapan pelarangan minuman khamar di atas, juga dijadikan alasan oleh


Khalifah Umar bin Abdul Aziz ketika ditanya oleh putranya, mengapa tidak
memberlakukan hukum Islam secara total dalam khilafah kekuasaannya. Beliau
menjawab, bahwa Tuhan mencela khamar sebanyak tiga kali, tetapi nanti
diharamkan-Nya pada tahap ketiga. Aku khawatir, jika ajaran yang benar itu
diterapkan secara drastis (tanpa tahapan) kepada manusia memungkinkan mereka
akan menolaknya dengan cara meninggalkan agama Islam dengan cara drastis
pula.13

12
Ibid., h.52.
13
Ibid., h.53.

Anda mungkin juga menyukai