Anda di halaman 1dari 22

AGAMA DAN

POLITIK
DI SAMPAIKAN OLEH:
PRIHATMY EKO DIANTORO, S.AG., M.AG.
z MATA KULIAH:
PENDIDIKAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU


POLITIK RAJA HAJI TANJUNGPINANG
TH 2022
POLITIK
z

 Politik berasal dari bahasa latin politicos atau politicus yang berarti
relating to citizen(hubungan warganegara). Sedangkan dalam bahasa arab
diterjemahkan dengan kata siyasah, kata ini diambil dari kata saasa-
yasuusu yang diartikan mengemudi, mengendalikandan mengatur.
 Kata Politik berasal dari bahasa latin Politicos, artinya sesuatu yang
berhubungan dengan warga negara dan warga kota
 Politik dalam literasi Islam dikenal dengan istilah “siyasah”yang berarti
pengaturan masalah keummatan
 Siyasah tidak diorientasikan kepada kekuasaan karena berfungsi
sebagai sarana menyempurna pengabdian kepada Allah
PENGERTIAN POLITIK
z

 Pengertian politik (al-siyasah) dalam fiqih Islam menurut ulama Hanbali, adalah
sikap, perilaku dan kebijakan kemasyarakatan yang mendekatkan pada
kemaslahatan, sekaligus menjauhkan dari ke-mafsadah-an.
 Sedangkan menurut ulama Syafi'iyah mengatakan, politik harus sesuai dengan
syari'at Islam, yaitu setiap upaya, sikap dan kebijakan untuk mencapai tujuan
umum prinsip syari’at.
 (1)Memelihara, mengembangkan dan mengamalkan agama Islam. (2)
Memelihara rasio dan mengembangkan cakrawalanya untuk kepentingan ummat.
(3) Memelihara jiwa raga dari bahaya dan memenuhi kebutuhan hidupnya,baik
yang primer, sekunder mau pun suplementer. (4)Memelihara harta kekayaan
dengan pengembangan usaha komoditasnya dan menggunakannya tanpa
melampaui batasmak simal dan mengurangi batas minimal. (5)Memelihara
keturunan dengan memenuhi kebutuhan fisik mau pun rohani.
TUJUAN SIYASAH
z

 Islam memandang kehidupan dunia sebagai


ladang bagi kehidupan akhirat.
 Tata kehidupan di dunia tersebut harus senantiasa
tegak di atas aturan-aturan dien.
TITIK TEMU ISLAM-POLITIK
z

 Sebagai sarana menata kebutuhan hidup manusia


secara menyeluruh.
 Islam dapat menjadi sumber inspirasi kultural dan politik.

 Sehingga politik tidak dipahami sebagai perjuangan


mencapai kekuasaan atau pemerintahan semata.
 Dalam konteks Indonesia, korelasi Islam dan politik juga
menjadi jelas dalam penerimaan Pancasila sebagai satu-
satunya asas.
RELASI ISLAM-POLITIK
z
 Aliran pertama berpendirian bahwa Islam bukanlah semata-mata agama dalam
pengertian Barat,yakn ihanya menyangkut hubungan antara manusia dan Tuhan,
sebaliknya, Islam adalah satu agama sempurna dan lengkap yang mengatur segala
aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan bernegara (dîn wa dawlah).
 Aliran kedua berpendapat bahwa Islam adalah agama yang tidak ada hubungannya
dengan urusan kenegaraan .Menurut aliran ini, Nabi Muhammad hanyalah seorang
rasul biasa seperti rasul-rasul sebelumnya dengan tugas mengajak manusia kembali
kepada kehidupan mulia dengan menjunjung tinggi budi pekerti luhur dan Nabi tidak
pernah dimaksudkan untuk mendirikan dan memimpin satu negara
 Aliran ketiga menolak pendapat bahwa Islam adalah suatu agama yang serba
lengkap yang di dalamnya terdapat system ketatanegaraan. Aliran ini juga menolak
anggapan bahwa Islam adalah agama yang mengatur hubungan antar manusia dengan
Sang Penciptanya. Aliran ini berpendapat bahwa dalam Islam tidak terdapat system
ketatanegaraan, tetapi terdapat etika bagi melaksanakan urusan kenegaraan.
NILAI-NILAI DASAR SISTEM POLITIK DALAM ISLAM
z

 Kemestian mewujudkan satu kesatuan ummat:

‫اح َدةً َّواَنَ ۠ا َربُّ ُك ْم فَاتَّقُ ْو ِن‬


ِ ‫َواِ َّن ٰه ِذ ٖ ٓه اُ َّمتُ ُك ْم اُ َّمةً َّو‬
Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah
Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (al-Mu’minun ayat ke 52)

 Keharusan bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-


masalah Ijtihadiyah:
‫ۚ َوالَّ ِذي َْن ا ْستَ َجاب ُْوا لِ َربِّ ِه ْم َواَقَا ُموا الص َّٰلو ۖةَ َواَ ْم ُرهُ ْم ُش ْو ٰرى بَ ْينَهُ ۖ ْم َو ِم َّما َر َز ْق ٰنهُ ْم يُ ْنفِقُ ْو َن‬
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki
yang Kami berikan kepada mereka” (al-Syura ayat 38).
Lanjutan….
z

 ‫ب اَل ْنفَضُّ ْوا ِم ْن‬ ْ ْ َ ً ّ ْ ُ َ َ ْ ‫هّٰللا‬


ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّم َن ِ لِنت لهُ ْم ۚ َول ْو كنت فظا غلِ ْيظ القل‬
َ َ َ َ َ
َ ‫او ْرهُ ْم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَا ِ َذا َع َز ْم‬
‫ت‬ ِ ‫ف َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِ ْر لَهُ ْم َو َش‬
ُ ‫ك ۖ فَا ْع‬
َ ِ‫َح ْول‬
ْ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫فَتَ َو َّك ْل َعلَى ِ ۗ اِن َ ي ُِحبُّ ال ُمت َوكلِ ْي َن‬.
ِّ َ َّ
 Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
(Ali Imran 159)
Lanjutan….
z

 Keharusan mentaati Allah, Rasul, dan Ulil Amri:

ُ ْ ْ َ ُ ْ َ ‫اْل‬ ُ َ ‫هّٰللا‬
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا َ َوا ِط ْيعُوا ال َّرس ُْو َل َواولِى ا ْم ِر ِمنك ْم فاِن تَنَا َزعت ْم فِ ْي‬
ۚ
ٰ ٰ ‫اْل‬ ْ ‫هّٰلل‬ ْ ُ ‫هّٰللا‬
‫ك َخ ْي ٌر‬ ‫ل‬‫ذ‬
َ ِ ِ ِ ۗ
‫ر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ال‬‫و‬
َِْ َ ِ ِ َ ْ ِ ْ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫و‬ُ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ْؤ‬ُ ‫ت‬ ‫م‬ُ ‫ت‬‫ن‬ ‫ك‬ ْ
‫ن‬ ‫ا‬ ‫ل‬
ِ ِ ْ‫ُو‬
‫س‬ َّ
‫ر‬ ‫ال‬‫و‬َ ِ ‫ ُّد ْوهُ اِلَى‬e‫َش ْي ٍء فَ ُر‬
‫ࣖ َّواَحْ َس ُن تَْأ ِو ْياًل‬
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan
Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (al-Nisa’ ayat 59)
Lanjutan…
z

 Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum


secara adil:

َ
‫اس ا ْن‬ َّ ُ َ ۙ َ ٓ ٰ ٰ ‫اْل‬ ُ َ ُ ‫ْأ‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ت اِلى ا ْهلِهَا َواِذا َح َك ْمت ْم بَ ْي َن الن‬ ِ ‫اِ َّن َ يَ ُم ُرك ْم ا ْن تَؤ ُّدوا ا َ ٰمن‬
‫ص ْي ًرا‬ ۢ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫تَحْ ُك ُم ْوا بِ ْال َع ْد ِل ۗ اِ َّن َ نِ ِع َّما يَ ِعظك ْم بِ ٖه ۗ اِ َّن َ َك‬
ُ ُ
ِ َ‫ان َس ِم ْي ًعا ب‬

Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (al-Nisa’ ayat
58).
Lanjutan….
z
 Keharusan mendamaikan konflik antar kelompok dalam
masyarakat:

ْ ‫صلِح ُْوا بَ ْينَهُ َم ۚا فَاِ ۢ ْن بَ َغ‬


 ‫ت اِ ْح ٰدىهُ َما‬ ْ َ ‫ط ۤا ِٕىفَ ٰت ِن ِم َن ْال ُمْؤ ِمنِ ْي َن ا ْقتَتَلُ ْوا فَا‬
َ ‫َواِ ْن‬
ْ‫َعلَى ااْل ُ ْخ ٰرى فَقَاتِلُوا الَّتِ ْي تَ ْب ِغ ْي َح ٰتّى تَفِ ۤ ْي َء اِ ٰلٓى اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۖفَاِ ْن فَ ۤا َءت‬
‫فَاَصْ لِح ُْوا بَ ْينَهُ َما بِ ْال َع ْد ِل َواَ ْق ِسطُ ْوا ۗاِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطي َْن‬

Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang
lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil.
z

 Keharusan mempertahankan kedaulatan negara dan


larangan melakukan agresi dan invasi:

 ُّ‫سبِ ْي ِل هّٰللا ِ الَّ ِذ ْي َن يُقَاتِلُ ْونَ ُك ْم َواَل تَ ْعتَ ُد ْوا ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحب‬
َ ‫َوقَاتِلُ ْوا فِ ْي‬
‫ْال ُم ْعتَ ِد ْي َن‬

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi


jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas. (al-Bagarah ayat 190)
z

 Keharusan mempertahankan negara:

 ِ ‫ع ُد َّو هّٰللا‬
َ ‫اط ْال َخ ْي ِل تُ ْر ِهب ُْو َن بِ ٖه‬
ِ َ‫ط ْعتُ ْم ِّم ْن قُ َّو ٍة َّو ِم ْن ِّرب‬
َ َ‫َواَ ِع ُّد ْوا لَهُ ْم َّما ا ْست‬
‫َو َع ُد َّو ُك ْم َو ٰا َخ ِر ْي َن ِم ْن ُد ْونِ ِه ۚ ْم اَل تَ ْعلَ ُم ْونَهُ ۚ ْم هّٰللَا ُ يَ ْعلَ ُمهُ ۗ ْم َو َما تُ ْنفِقُ ْوا ِم ْن َش ْي ٍء‬
َ ْ ُ ‫اَل‬ ُ ْ َ ُ َ َّ
‫فِ ْي َسبِ ْي ِل ِ ي َُوف اِل ْيك ْم َوانت ْم تظل ُم ْو َن‬ ‫هّٰللا‬

 Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan


kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh
Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi
Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas
dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan). (al-Anfal ayat 60)
SYURO DAN DEMOKRASI
z
1.
 Umat (rakyat) dalam suatu sistem demokrasi dapat didefinisikan sebagai
sekumpulan manusia yang menempati suatu wilayah tertentu, dimana setiap individu
di dalamnya berkumpul dikarenakan kesadaran untuk hidup bersama, dan diantara
faktor yang membantu terbentuknya umat adalah adanya kesatuan ras dan bahasa
[Mabadi Nizham al-Hukm fi al-Islam hlm. 489].
 Sedangkan dalam sistem Islam, definisi umat sangatlah berbeda dengan apa yang
disebutkan sebelumnya, karena dalam mendefinisikan umat, Islam tidaklah terbatas
pada faktor kesatuan wilayah, ras, dan bahasa. Namun, umat dalam Islam memiliki
definisi yang lebih luas karena akidah islamiyah-lah yang menjadi tali pengikat
antara setiap individu muslim tanpa membeda-bedakan wilayah, ras, dan bahasa.
Dengan demikian, meski kaum muslimin memiliki beraneka ragam dalam hal ras,
bahasa, dan wilayah, mereka semua adalah satu umat, satu kesatuan dalam
pandangan Islam [Asy Syura wa ad-Dimuqratiyyah al-Ghariyyah hlm. 25].
2.
 z
Sistem demokrasi hanya berusaha untuk merealisasikan berbagai tujuan yang bersifat materil demi
mengangkat martabat bangsa dari segi ekonomi, politik, dan militer. Sistem ini tidaklah memperhatikan
aspek ruhiyah.
 Berbeda tentunya dengan sistem Islam, dia tetap memperhatikan faktor-faktor tersebut tanpa
mengenyampingkan aspek ruhiyah diniyah, bahkan aspek inilah yang menjadi dasar dan tujuan dalam
sistem Islam.Dalam sistem Islam, aspek ruhiyah menjadi prioritas tujuan dan kemaslahatan manusia yang
terkait dengan dunia mereka ikut beriringan di belakangnya [Asy Syura wa ad-Dimuqratiyyah al-Ghariyyah
hlm. 25].
3
 Di dalam sistem demokrasi, rakyat memegang kendali penuh. Suatu undang-undang disusun dan diubah
berdasarkan opini atau pandangan masyarakat. Setiap peraturan yang ditolak oleh masyarakat, maka
dapat dimentahkan, demikian pula peraturan baru yang sesuai dengan keinginan dan tujuan masyarakat
dapat disusun dan diterapkan.
 Berbeda halnya dengan sistem Islam, seluruh kendali berpatokan pada hukum Allah suhanahu wa ta’ala.
Masyarakat tidaklah diperkenankan menetapkan suatu peraturan apapun kecuali peraturan tersebut sesuai
dengan hukum Islam yang telah diterangkan-Nya dalam al-Quran dan lisan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Demikian juga dalam permasalahan ijtihadiyah, suatu peraturan dibentuk sesuai dengan hukum-
hukum politik yang sesuai dengan syari’at [An Nazhariyaat as-Siyaasiyah al-Islamiyah hlm. 338].
4.

 Syuraz yang berlandaskan Islam senantiasa terikat dengan


nilai-nilai akhlaqiyah yang bersumber dari agama. Oleh
karena itu, nilai-nilai tersebut bersifat tetap dan tidak
tunduk terhadap berbagai perubahan kepentingan dan
tujuan. Dengan demikian, nilai-nilai tersebutlah yang akan
menetapkan hukum atas berbagai aktivitas dan tujuan
umat.
 Di sisi lain, demokrasi justru berpegang pada nilai-nilai
yang relatif/nisbi karena dikontrol oleh beranka ragam
kepentingan dan tujuan yang diinginkan oleh mayoritas
[Asy Syura wa Atsaruha fi ad- Dimuqratiyah hlm. 427-428].
5. Demokrasi memiliki kaitan erat dengan eksistensi partai-
partai politik,
z padahal hal ini tidak sejalan dengan ajaran
Islam karena akan menumbuhkan ruh perpecahan dan
bergolong-golongan.
6. Syari’at Islam telah menggariskan batasan-batasan syar’i
yang bersifat tetap dan tidak boleh dilanggar oleh majelis
syura. Berbagai batasan tersebut kekal selama Islam ada.
Adapun demokrasi tidak mengenal dan mengakui batasan
yang tetap. Justru aturan-aturan yang dibuat dalam sistem
demokrasi akan senantiasa berevolusi dan menghantarkan
pada tercapainya hukum yang mengandung kezhaliman
menyeluruh yang dibungkus dengan slogan hukum mayoritas
[Fiqh asy-Syura wal al-Istisyarah hlm. 12].
7. Demokrasi menganggap rakyatlah yang memiliki
kekuasaan
z tertinggi dalam suatu negara yang
berdasar pada hukum mayoritas, suara
mayoritaslah yang memegang kendali
pensyari’atan suatu hukum dalam menghalalkan
dan mengharamkan. Adapun di dalam sistem
syura, rakyat tunduk dan taat kepada Allah dan
rasul-Nya kemudian kepada para pemimpin kaum
muslimin [Asy Syura la ad-Dimuqratiyah hlm. 40-
41, Ad Dimuqratiyah Din hlm. 32].
8. Syura
z
bertujuan untuk menghasilkan solusi
yang selaras dengan al-haq meski bertentangan
dengan suara mayoritas, sedangkan demokrasi
justru sebaliknya lebih mementingkan solusi yang
merupakan perwujudan suara mayoritas meski hal
itu menyelisihi kebenaran [Hukm ad-Dimuqratiyah
hlm. 32].
HUKUMNYA
z
MELAKSANAKAN
SISTEM ISLAM

 Sebagaimana termaktub dalam ‘al-


Ahkam al-Sulthaniyah’ Imama al-
Mawardi menyatakan pelaksanaan poltik
dan pemerintahan Islam atau Khilafah
hukumnya “Mubah”
KORELASI ISLAM DAN POLITIK
z
 Islam sebagai agama tentunya dapat mengajak dan menjadi sarana edukasi
bagi para pemeluknya untuk melaksanakan politik sesuai dengan ajaran
yang diyakini.
 Islam relevan dengan semua system politik selama para pelakunya
berakhlakul karimah sesuai tuntunan agama.
 Dalam konteks Indonesia, korelasi Islam dan politik juga menjadi jelas dalam
penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Ini bukan berarti
menghapus cita-cita Islam dan melenyapkan unsur Islam dalam percaturan
politik di Tanah Air. Sejauh mana unsur Islam mampu memberikan inspirasi
dalam percaturan politik, bergantung pada sejauh mana kalangan muslimin
mampu tampil dengan gaya baru yang dapat mengembangkan kekayaan
pengetahuan sosial dan politik untuk memetakan dan menganalisis
transformasi sosial.
z

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai