Anda di halaman 1dari 10

TUGAS AKHIR

MAKALAH HAKIKAT DEMOKRASI

DIMAS ADI SETIO KUSUMO/XI MIPA-E/14

Jl. Pramuka No.2, Rw. 08, Barurambat Kota, Kec.


Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur 69317

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesehatan dan kesempatan shingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Kewarganegaran yang berjudul "Hakikat Demokrasi ". Shalawat serta salam kita
curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. yang syafaatnya kelak kita nantikan.
Makalah ini merupakan tugas akhir Kewarganegaraan. Penulis mengucapkan terima kash
banyak kepada guru pembimbing Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama proses belajar mengajar, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi yang membaca. Terima kasih
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
BAB I...................................................................................................................................i
PENDAHULUAN..................................................................................................................ii
A. Latar belakang........................................................................................................................ii
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................iv
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................v
BAB II................................................................................................................................vi
PEMBAHASAN..................................................................................................................vii
A. Pengertian Demokrasi..........................................................................................................viii
B. Hakikat Demokrasi.................................................................................................................ix
C. Tiga Tradisi Pemikiran Politik Demokrasi.................................................................................x
D. Pemikiran Tentang Demokrasi Indonesia...............................................................................xi
E. Alasan Mengapa Diperlukan Demokrasi Yang Bersumber Dari Pancasila................................xii
BAB III.............................................................................................................................xiii
PENUTUP.........................................................................................................................xiv
A. Kesimpulan...........................................................................................................................xv

BAB I

iii
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demokrasi saat ini merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan berbagai lapisan
masyarakat mulai dari masyarakat bawah sampai masyarakat kelas elit seperti kalangan elit
politik, birokrat pemerintahan, tokoh masyarakat, aktivis lembaga swadaya masyarakat,
cendikiawan, mahasiswa, kaum profesional lainnya. Pada berbagai kesempatan mulai dari
obrolan warung kopi sampai dalam forum ilmiah seperti seminar, lokakarya, symposium,
diskusi publik, dan sebagainya. Semaraknya perbincangan tentang demokrasi semakin
memberi dorongan kuat agar kchidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat
menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Wacana tentang demokrasi seringkali dikaitkan
dengan berbagai persoalan. Karena itu demokrasi menjadi alternatif system nilai dalam
berbagai lapangan kchidupan manusia baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan
Negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Demokrasi ?
2. Apa Hakikat Demokrasi?
3. Apa Saja 3 Tradisi Pemikiran Politik Demokrasi ?
4. Bagaimana Pemikiran Tentang Demokrasi Indonesia?
5. Apa Alasan Demokrasi Diperlukan Bersumber Dari Pancasila?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Demokrasi.
2. Untuk Mengetahui Hakikat Demokrasi.
3. Untuk Mengetahui Tradisi Pemikiran Politik Demokrasi.
4. Untuk Mengetahui Alasan Demokrasi Diperlukan Harus Bersumber Dari Pancasila.

BAB II

iv
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu "Demos" dan "Kratos". Demos bermakna rakyat
atau khalayak, sementara Kratos bermakna pemerintahaan. Demokrasi sebagai sistem
pemerintahan yang mengijinkan dan memberikan hak, kebebasan kepada warga negaranya
untuk berpendapat serta turut serta dalam pengambilan keputusan di pemerintahan. Berikut
beberapa pengertian demokrasi menurut para ahli :
Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana mayoritas rakyat berusia dewasa turut serta
dalam politik atas dasar sistem perwakilan, yang kemudian menjamin pemerintahan
mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusannya. (C.F Strong)
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana rakyat memiliki wewenang untuk
mempertimbangkan dan memutuskan undang-undang ("demokrasi langsung"), atau untuk
memilih pemerintahan pejabat untuk melakukannya ("demokrasi perwakilan").
Landasan demokrasi termasuk kebebasan berkumpul, berserikat dan berbicara, inklusivitas
dan kesetaraan, kewarganegaraan, persetujuan dari yang diperintah, hak suara, kebebasan dari
perampasan pemerintah yang tidak beralasan atas hak untuk hidup dan kebebasan, dan hak
minoritas. Ada begitu banyak model pemerintahan demokratis yang berbeda di seluruh dunia
sehingga terkadang lebih mudah untuk memahami gagasan demokrasi dalam pengertian apa
yang sebenarnya bukan.
Jadi, demokrasi bukanlah otokrasi atau kediktatoran, di mana satu orang memerintah; dan itu
bukan oligarki, di mana sebagian kecil masyarakat berkuasa. Dipahami dengan benar,
demokrasi seharusya tidak menjadi "kekuasaan mayoritas", jika itu berarti
kepentingan minoritas diabaikan sepenuhnya. Demokrasi, setidak-tidaknya secara teori,
adalah pemerintahan atas nama seluruh rakyat, menurut "kehendak" mereka.
B. Hakikat Demokrasi
Pada dasarnya, hakikat demokrasi adalah menempatkan rakyat sebagai pemegang kuasa.
1. Pemerintahan dari Rakyat
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang sah di mata rakyat
atau legitimate government. Pemerintahan yang sah ini adalah pemerintahan yang mendapat
pengakuan dan dukungan rakyat. Legitimasi atau pengakuan ini penting

bagi sebuah pemerintahan agar pemerintah dapat menjalankan birokrasi dan program-
programnya.

v
2. Pemerintahan Oleh Rakyat
Suatu pemerintahan harus dijalankan atas nama rakyat, bukan atas dorongan sendiri.
Pengawasannya pun dilakukan oleh rakyat. Proses pengawasannya dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung (melalui lembaga pengawas).
3. Pemerintahan Untuk Rakyat
Kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah dijalankan untuk kepentingan
rakyat. Kemudian, pemerintah harus menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada
rakyat dalam menyampaikan aspirasinya. Penyampaian ini dapat dilakukan secara langsung
atau melalui media.
C. Tiga Tradisi Pemikiran Politik Demokrasi
Secara konseptual, seperti dikemukakan oleh Carlos Alberto Torres (1998) demokrasi dapat
dilihat dari tiga tradisi pemikiran politik, yakni "classical Aristotelian theory, medieval
theory, contemporary doctrine". Dalam tradisi pemikiran Aristotelian demokrasi merupakan
salah satu bentuk pemerintahan, yakni "...the government of all citizens who enjoy the
benefits of citizenship", atau pemerintahan oleh seluruh warganegara yang memenuhi syarat
kewarganegaraan. Sementara itu dalam tradisi
"medieval theory" yang pada dasarnya menerapkan "Roman law" dan konsep "popular
souvereignity" menempatkan "...a foundation for the exercise of power, leaving the supreme
power in the hands of the people", atau suatu landasan pelaksanaan kekuasaan tertinggi di
tangan rakyat. Sedangkan dalam "contemporary doctrine of democracy", konsep "republican"
dipandang sebagai "the most genuinely popular form of government", atau konsep republik
sebagai bentuk pemerintahan rakyat yang murni.
Lebih lanjut, Torres (1998) memandang demokrasi dapat ditinjau dari dua aspek, yakni di
satu pihak adalah "formal democracy" dan di lain pihak "substantive democracy".
"Formal democracy" menunjuk pada demokrasi dalam arti sistem pemerintahan. Hal ini dapat
dilihat dari dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di berbagai negara. Dalam suatu negara
demokrasi, misalnya demokrasi dapat dijalankan dengan menerapkan sistem presidensial atau
sistem parlementer.
Substantive democracy menunjuk pada bagaimana proses demokrasi itu dilakukan.
Proses demokrasi itu dapat diidentifikasi dalam empat bentuk demokrasi.

1. Pertama, konsep "protective democracy" yang merujuk pada perumusan Jeremy Bentham
dan James Mill ditandai oleh ".. the hegemony of market economy", atau kekuasaan ekonomi
pasar, di mana proses pemilihan umum dilakukan secara reguler sebagai upaya "…to advance

vi
market interests and to protect against the tyrany of the state within this setting", yakni untuk
memajukan kepentingan pasar dan melindunginya dari tirani negara.
2. Kedua, "developmental democracy", yang ditandai oleh konsepsi "..the model of man as a
possesive individualist, atau model manusia sebagai individu yang posesif, yakni manusia
sebagai "conflicting, self interested consummers and appropriators", yang dikompromikan
dengan konsepsi "..manusia sebagai"... a being capable of developing his power or capacity",
atau mahluk yang mampu mengembangkan kekuasaan atau kemampuannya. Di samping itu,
juga menempatkan
"democratic participation" sebagai "central route to self development".
3. Ketiga, "equilibrium democracy" atau "pluralist democracy" yang dikembangkan oleh
Joseph Schumpeter, yang berpandangan perlunya "depreciates the value of participation and
appreciates the functional importance of apathy", atau penyeimbangan nilai partisipasi dan
pentingnya apatisme, dengan alasan bahwa
"Apathy among a majority of citizens now becomes functional to democracy, because
intensive participation is inefficient to rational individuals", yakni bahwa apatisme di
kalangan mayoritas warga negara menjadi fungsional bagi demokrasi karena partisipasi yang
intensif sesungguhnya dipandang tidak efisien bagi individu yang rasional. Selain itu
ditambahkan bahwa "Participation activates the authoritarianism already latent in the masses,
and overloads the systems with demands which it cannot meet", yakni bahwa partisipasi
membangkitkan otoritarianisme yang laten dalam massa dan memberikan beban yang berat
dengan tuntutan yang tak bisa dipenuhi (Torres, 1998). Keempat, "participatory democracy"
yang diteorikan oleh C.B.
Machperson yang dibangun dari pemikiran paradoks dari J.J. Rousseau yang menyatakan:
"We cannot achieve more democratic participation without a prior change in social inequality
and in
D. Pemikiran Tentang Demokrasi Indonesia
Mohammad Hatta menjadi salah satu founding father Indonesia yang menarik untuk dikaji
pemikirannya. Pemikiran Hatta yang dikaji dalam penelitian ini ialah demokrasi.
Konsep demokrasi yang digagas Hatta memadukan antara demokrasi barat yang telah

modifikasi oleh Hatta dan demokrasi yang memang telah ada di Indonesia sejak lama.
Dari konsep demokrasi tersebut, penelitian akan dilanjutkan dengan Hatta menjabat sebagai
wakil presiden dan saat Hatta berhenti.

vii
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka dengan pencarian sumber-sumber
primer khususnya tulisan-tulisan Hatta kemudian mencari bahan sumber sekunder yang
membahas dalam lingkup tahun 1945- 1965.
Hasilya pada masa Hatta menjabat sebagai wakil Presiden, Hatta mengaplikasikan konsep
demokrasinya dalam berbagai kebijakan. Rebijakankebijakan dibuat untuk
mendemokratisasi Indonesia yang saat itu sedang menghadapi keadaan Revolusi
Kemerdekaan. Dengan usaha mendemokratisasi Indonesia tersebut maka Indonesia akan
mendapat pengakuan Internasional dan menjadi negara yang berdaulat. Kemudian pada masa
demokrasi terpimpin, saat Hatta sudah berhenti dari jabatannya sebagai wakil Presiden.
Keadaan demokrasi Indonesia malah menuju ke arah otoriter dengan berbagai kebijakan
seperti pembubaran parlemen, pengebirian partai politik, dan pembreidelan pers. Hal itu
membuat Hatta merasa berkewajiban untuk menaschati dan mengkritik pemerintah dan
Presiden agar kembali ke jalur demokrasi yang sebenarnya.
1. Demokrasi Politik dan Ekonomi
Demokrasi politik yang ingin dijelaskan oleh Mohammad Hatta adalah demokrasi yang
mencerminkan sifat keperibadian kehidupan asli dari masyarakat
Indonesia yang sejak dulu sudah ada, sifat-sifat tersebut seperti rapat, musyawarah untuk
mencapai mufakat, dan sikap kritis terhadap peguasa. Sedangkan pengertian untuk demokrasi
ekonomi oleh Mohammad Hatta dijelaskan bahwa demokrasi yang berdasarkan asaz tolong-
menolong serta kebersamaan dan kekeluargaan yang tertuang dalam konsep koperasi
iterjemahkan dengan menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional.
Sebagai penjelasan akhir dari pandangan Mohammad Hatta mengenai demokrasi politik dan
demokrasi ekonomi yaitu melalui kehidupan masyarakat asli Indonesia yang memiliki ciri
kehidupan secara Kolektivisme atau kebersamaan diajadikan sebagai sendi dalam
mengembangkan tatanan demokrasi untuk Indonesia merdeka. Penjelasan secara konkret
adalah pertama, unsur rapat/musyawarah dan mufakat melandasi pengembangan demokrasi
dalam kehidupan politik. Sedangkan yang kedua, tradisi tolong-menolong dengan melalui
pengembangan koperasi merupakan dasar dari pengembangan demokrasi dalam kehidupan
ekonomi. Dari

semua itulah yang menjadi kontruksi pemikiran Mohammad Hatta tentang demokrasi
Indonesia.
2. Demokrasi Parlementer

viii
Mohammad Hatta menggaris besarkan bahwa demokrasi parlementer yang dilaksanakan pada
tahun 1955 bukan hanya memiliki parlemen sebagai wakil rakyat tetapi juga memiliki
pemerintahan yang bertanggung jawab pada parlemen.
Disamping itu parlemen dan peralatan parlementer merupakan suatu langkah kearah
pembangunan demokrasi parlementer.
Menurut Mohammad Hatta, demokrasi parlementer mengutamakan aspek-aspek politik,
karena cita-cita demokrasi politik di Barat telah maju. Definisi Parlementer di Barat
merupakan hasil politi dari suatu evaluasi politik karena lapisan demi lapisan dan masyarakat
memperoleh kekuatan ekonomi, mereka maju ke medan perjuangan politik serta telah
mencapai kemenangan/telah mendapat perwakilan parlementer. Disini dapat disimpulkan
parlementer di Barat adalah ganjaran politik untuk kekuatan ekonomi yang telah dicapai
karena mereka kuat ekonominya berusaha melindungi kekuatan itu dengan alat-alat politik.
Demokrasi di Indonesia mengandung unsur pembinaan dan pelaksanaan ekonomi yang besar.
Sedangkan demokrasi di Barat dapat menerima banyak bentuk, selama dua hal yang pokok
dipenuhi yaitu; (1) perwakilan rakyat secara jujur (2) pemerintahan yang bertanggung jawab
pada parlemen.
E. Alasan Mengapa Diperlukan Demokrasi Yang Bersumber Dari Pancasila
Demokrasi memiliki prinsip dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Mengapa demokrasi
harus bersumber dari Pancasila? Karena dengan berumber dari Pancasila maka
demokrasi diharapkan dapat berjalan sesuai dengan nila-nilai dan tujuan dari setiap
sila Pancasila. Demokrasi harus sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan setiap sila
Pancasila seperti, Demokrasi di Indonesia harus berketuhanan sesuai dengan sila
pertama, lalu demokrasi harus bersifat kemanusiaan dengan cara adil dan beradab
sesuai dengan sila kedua, lalu demokrasi harus menyatukan setiap elemen-elemen
yang ada di Indonesia sesuai dengan sila ketiga, lalu demokrasi harus dipimpin oleh
hikmat serta bijaksana dalam permusyawaratan maupun perwakilan sesuai dengan sila
keempat, lalu demokrasi harus memiliki tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia sesuai dengan sila kelima.

BAB III
PENUTUP

ix
A. Kesimpulan
Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang bersumber pada nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia itu sendiri. Pancasila mengandung cita-cita dan pedoman dasar
bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
Demokrasi yang berlaku di Indonesia memiliki sifat kolektif yang telah menyatu atau
membaur dalam pergaulan hidup rakyat Indonesia, schingga tidak bisa dihilangkan sampai
kapan pun. Dalam menjalankan suatu negara yang demokrasi, maka perlu sesuai dengan jati
diri atau budaya bangsa Indonesia itu sendiri. Pancasila merupakan cerminan jati diri bangsa
Indonesia. Untuk mencapai sistem pemerintahan yang baik dan lancar, demokrasi tersebut
harus sesuai dan tidak bertolak belakang dengan nilai-nili Pancasila. Bagaimanapun Pancasila
menjadi sumber hukum dari segala sumber hukum dari negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai