Anda di halaman 1dari 12

i

DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PRAKTIS


MAKALAH
Dosen Pengajar : Nurhidayah, M.H

OLEH :
KELOMPOK VII
ABDURRAHMAN
ABDUL HAFIZ
ACHMAD RIFAI

YAYASAN MA’ARIF SYAICHONA MOCH. CHOLIL


STAI SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN
PRODI HUKUM PIDANA ISLAM
BANGKALAN
ii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan,
dengan judul “ DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PRAKTIK ”.

Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna
dari Demokrasi Indonesia. Kami sadar tulisan ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang
berdemokrasi pancasila, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

Bangkalan, 19 Desember 2023

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengertian Demokrasi...............................................................................................2
B. Norma Demokrasi.....................................................................................................3
C. Sejarah Demokrasi.....................................................................................................3
BAB III PENUTUP.................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada
awalnya. Namun, dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era
reformasi 1998 sampai saat ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun
masih terdapat beberapa kekurangan dan tantangan disana sini. Sebagian
kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem demokrasi di
Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang sebebas-
bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya
masing-masing.
Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau
negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau
melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Demokrasi ?
2. Bagaimana sejarah Demokrasi ?
3. Bagaimana praktiknya ?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui pengertian demokrasi.
2. Untuk mengetahui norma demokrasi.
3. Untuk mengetahui sejarah dan praktiknya demokrasi.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi (dari bahasa Yunani) adalah bentukan dari
dua kata demos (rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan).
Perpaduan kata demos dan cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang
memiliki pengertian umum sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat di mana
kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat dan dilakukan oleh rakyat melalui
mekanisme pemilihan yang berlangsung oleh rakyat atau melalui mekanisme
pemilihan yang berlangsung secara bebas. Secara substansial, demokrasi adalah
seperti yang pernah dikatakan oleh Abraham Lincoln ”sesuatu pemerintahan dari,
oleh, dan untuk rakyat.”
Demokrasi merupakan sebuah kumpulan ide dan prinsip tentang kebebasan,
bahkan juga mengandung sejumlah praktik dan prosedur mencapai kebebasan
yang terbentuk melalui perjalanan sejarah yang panjang dan berliku.
Secarasingkat, demokrasi merupakan bentuk institusionalisasi dari kebebasan.
Untuk melihat apakah suatu pemerintahan dapat dikatakan demokratis atau tidak
terletak pada sejauh mana pemerintahan tersebut berjalan pada: prinsip konstitusi,
hak asasi manusia, dan persamaan warga negara dihadapan umum.
Dapat disimpulkan bahwa hakikat demokrasi adalah sebuah proses
bernegara yang bertumpu pada peran utama rakyat sebagai pemegang tertinggi
kedaulatan. Pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan yang meliputi tiga hal,
yaitu sebagai berikut.
 Pemerintahan dari rakyat mengandung pengertian bahwa suatu pemerintahan
yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan
mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi, pemilihan umum.
 Pemerintahan oleh rakyat memiliki pengertian bahwa suatu pemerintahan
menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elit
negara negara atau elit birokrasi.
3

Selain pengertian ini, unsur ini mengandung pengertian bahwa dalam


menjalankan kekuasaannya, pemerintah berada dalam pengawasan rakyat.
Pemerintahan untuk
rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat
kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.

B. Norma Demokrasi
Norma demokrasi mencakup prinsip-prinsip seperti kebebasan berpendapat,
hak asasi manusia, proses pemilihan yang adil, serta perlindungan terhadap
minoritas. Sistem ini didasarkan pada partisipasi aktif warga negara dalam
pengambilan keputusan politik, Setidaknya ada enam norma atau unsur pokok
yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis, sebagai berikut :

 Kebebasan Berpendapat: Hak setiap individu untuk menyuarakan pendapatnya


tanpa takut represi.
 Hak Asasi Manusia: Perlindungan terhadap hak-hak dasar setiap warga negara.
 Proses Pemilihan yang Adil: Penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas
dan adil untuk menentukan pemimpin dan perwakilan rakyat.
 Perlindungan Terhadap Minoritas: Menjamin hak-hak kelompok minoritas
agar tidak diabaikan atau dilanggar.
 Partisipasi Aktif Warga Negara: Mendorong keterlibatan warga dalam proses
pengambilan keputusan politik.

Ini hanya beberapa contoh, dan nilai-nilai demokrasi dapat bervariasi tergantung
pada konteks dan interpretasi.

C. Sejarah Demokrasi

Demokrasi yang dipraktikkan pada abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M


terbentuk demokrasi langsung, yaitu hak rakyat untuk membuat keputusan politik
4

dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara berdasarkan prosedur


mayoritas. Demokrasi langsung tersebut berjalan secara efektif karena negara kota
Yunani kuno merupakan sebuah kawasan politik yang kecil, sebuah wilayah
dengan jumlah penduduk tidak lebih dari 300.000 orang.

Demokrasi Yunani kuno berakhir pada Abad Pertengahan. Pada masa ini
masyarakat Yunani berubah menjadi masyarakat feudal yang ditandai oleh
kehidupan keagamaan terpusat pada Paus dan pejabat agama dengan kehidupan
politik yang diwarnai dengan perebutan kekuasaan di kalangan para bangsawan.

Demokrasi tumbuh kembali di Eropa menjelang akhir Abad Pertengahan,


ditandai oleh lahirnya Magna Charta (Piagam Besar) di Inggris. Magna Charta
adalah suatu piagam yang memuat perjanjian antara kaum bangsawan dan Raja
John. Terdapat dua hal yang sangat mendasar pada piagam ini: pertama, adanya
pembatasan kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia lebih penting daripada
kedaulatan raja.

Momentum lainnya yang menandai kemunculan kembali demokrasi di


Eropa adalah gerakan pencerahan (renaissance) dan reformasi. Renaissance
merupakan gerakan yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan budaya
Yunani kuno. Philip K. Hitti menyatakan bahwa gerakan pencerahan di Barat
merupakan buah dari kontak Eropa dengan dunia Islam yang ketika itu sedang
berada pada puncak kejayaan peradaban dan ilmu pengetahuan. Pemuliaan
ilmuwan Muslim terhadap kemampuan akal ternyata telah berpengaruh pada
bangkitnya kembali tuntutan demokrasi di masyarakat Barat.

Gerakan reformasi merupakan penyebab lain kembalinya tradisi demokrasi


di Barat, setelah sempat tenggelam pada Abad Pertengahan. Gerakan demokrasi
adalah gerakan revolusi agama di Eropa pada abad ke-16. Tujuan dari gerakan ini
merupakan gerakan kritis terhadap kebekuan doktrin gereja. Selanjutnya, gerakan
reformasi ini dikenal dengan gerakan Proteksionisme Amerika. Gerakan ini
dimotori oleh Martin Luther King yang menyerukan kebebasan berpikir dan
bertindak. Salah satu asas dalam prinsip hukum alam itu adalah pandangan bahwa
5

dunia ini dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam yang mengandung prinsip-
prinsip keadilan yang universal, berlaku untuk semua waktu dan semua orang,
baik raja, bangsawan, maupun rakyat jelata. Unsur universalitas hukum alam pada
akhirnya mempengaruhi kehidupan politik di Eropa. Politik didasarkan pada
perjanjian yang mengikat kedua belah pihak.

Lahirnya istilah kontrak sosial antara yang berkuasa dan yang dikuasai
tidak lepas dari dua filsuf Eropa, John Locke (Inggris) dan Montesquieu
(Perancis). Pemikiran keduanya telah berpengaruh pada ide dan gagasan
pemerintah demokrasi. Menurut Locke (1632-1704), hak-hak politik rakyat
mencakup hak atas hidup, kebebasan dan hak kepemilikan, sedangkan menurut
Montesquieu (1689-1744), sistem pokok yang dapat menjamin hak-hak politik
tersebut adalah melalui prinsip trias politica. Trias politica adalah suatu sistem
pemisahan kekuasaan dalam negara menjadi tiga bentuk kekuasaan: legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.

 Periode 1945-1965

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer.


Namun, dianggap kurang cocok untuk Indonesia. Lemahnya budaya demokrasi
untuk mempraktikkan demokrasi model Barat ini telah memberi peluang sangat
besar kepada partai-partai politik untuk mendominasi kehidupan sosial-politik.
Akibatnya, pemerintahan yang berbasis pada koalisi politik pada masa ini jarang
dapat bertahan lama. Hal ini mengakibatkan destabilisasi politik nasional yang
mengancam integrasi nasional yang sedang dibangun.

Faktor-faktor diatas ditambah dengan kegagalan partai-partai dalam Majelis


Konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar negara untuk undang-
undang dasar baru, mendorong Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, yang menegaskan berlakunya kembali Undang-
Undang Dasar 1945. Dengan demikian, masa demokrasi berdasarkan sistem
parlementer berakhir, digantikan oleh Demokrasi Terpimpin yang memposisikan
Presiden Soekarno menjadi pusat kekuasaan negara.
6

 Periode 1959-1965

Periode ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin. Ciri-ciri


demokrasi ini adalah dominasi politik presiden dan berkembangnya pengaruh
komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam panggung politik nasional. Hal ini
disebabkan oleh lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai usaha untuk mencari
jalan keluar dari kebuntuan politik melalui pembentukkan kepemimpinan
persoalan yang kuat. UUD 1945 memberi peluang seorang presiden untuk
memimpin pemerintahan selama lima tahun, ketetapan MPRS No. III/1963
mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Lahirnya ketetapan
MPRS ini secara otomatis telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun
sebagaimana ketentuan UUD 1945. Ini terbukti melahirkan tindakan dan
kebijakan yang menyimpang dari ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Pada
tahun 1960 Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil
pemilihan umum, padahal dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 secara
eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak memiliki wewenang untuk berbuat
demikian. Sejak diberlakukan Dekrit Presiden 1959 telah terjadi penyimpangan
konstitusi oleh Presiden Soekarno.

 Periode 1965-1998

Periode ini merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto dengan Orde


Barunya. Orde Baru, sebagaimana dinyatakan oleh pendukungnya, adalah upaya
untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap Undang-Undang Dasar 1945
yang terjadi dalam masa Demokrasi Terpimpin. Kebijakan pemerintah
sebelumnya yang menetapkan masa jabatan presiden seumur hidup untuk Presiden
Soekarno telah dihapuskan, diganti dan dipilih kembali melalui proses pemilu.
Demokrasi Pancasila menawarkan tiga komponen demokrasi. Pertama, demokrasi
dalam bidang politik pada hakikatnya adalah menegakkan kembali asas-asas
negara hukum dan kepastian hukum. Kedua, demokrasi dalam bidang ekonomi
pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak bagi semua warga negara. Ketiga,
demokrasi dalam bidang hukum pada hakikatnya bahwa pengakuan dan
7

perlindungan HAM, peradilan yang bebas yang tidak memihak. Demokrasi


Pancasila dikampanyekan oleh Orde Baru baru sebatas retorika politik belaka.
Penguasa Orde Baru bertindak jauh dari prinsip-prinsip demokrasi. M. Rusli
Karim menyatakan ketidakdemokratisan penguasa Orde Baru ditandai oleh:

 Dominannya peranan militer (ABRI).


 Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik.
 Pengebirian peran dan fungsi partai politik.
 Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan
publik.
 Politik masa mengambang monolitisasi ideologi negara.
 Inkorporasi lembaga nonpemerintah.

 Periode Pasca-Orde Baru

Periode pasca-Orde Baru sering disebut dengan era Reformasi. Periode ini
erat hubungannya dengan gerakan reformasi rakyat yang menuntut pelaksanaan
dengan demokrasi dan HAM secara konsekuen. Tuntutan ini ditandai oleh
lengsernya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan Orde Baru pada Mei 1998,
setelah lebih tiga puluh tahun berkuasa dengan Demokrasi Pancasilanya.

Pengalaman pahit yang menimpa Pancasila, yang pada dasarnya sangat


berbuka, inklusif, dan penuh nuansa HAM, berdampak pada keengganan kalangan
tokoh reformasi untuk menambahkan atribut tertentu pada kata demokrasi.
Demokrasi yang hendak dikembangkan setelah kejatuhan rezim Orde Baru adalah
demokrasi tanpa nama atau demokrasi tanpa embel embel di mana hak rakyat
merupakan komponen inti dalam mekanisme dan pelaksanaan pemerintahan yang
demokratis.
8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahhwa sistem ini menekankan pada partisipasi warga negara, kebebasan


berpendapat, hak asasi manusia, proses pemilihan yang adil, dan perlindungan
terhadap hak minoritas.

Dengan demikian, demokrasi diharapkan menciptakan lingkungan politik


yang inklusif dan mewakili kepentingan seluruh masyarakat. Namun, keberhasilan
demokrasi bergantung pada implementasinya dan keterlibatan aktif warga negara.

B. Saran

Dalam konteks demokrasi Indonesia, kesungguhan dan kesabaran dari


kalangan elit nasional untuk membangun demokrasi di negeri ini dengan cara
berpolitik santun, bersih dari unsur-unsur politik manipulatif serta berorientasi
kesejahteraan rakyat. Kesungguhan dan kesabaran mereka diharapkan tercermin
dalam sokongan mereka untuk menyerukan nilai-nilai Islam.
9

DAFTAR PUSTAKA

Ideologi Pancasila: Sebuah Pendekatan Kritis, Dr. M. Syafi’I Anwar


Ideologi Pancasila: Sebuah Pengantar oleh Dr. Abdul Mu’ti Kamus Besar Bahasa
Indonesia
Pancasila sebagai Ideologi Negara, Drs. H. Suparlan, M.Si.

Anda mungkin juga menyukai