Anda di halaman 1dari 13

DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PRAKTIS

MAKALAH

Dosen pengampu : Nurhidayah, M.H

Oleh

ABDURRAHMAN

ABDUL HAFIZ

ACHMAD RIFAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAICHONA MOH.CHOLIL


BANGKALAN

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, dengan judul “ DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PRAKTIK ”.

Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari Demokrasi
Indonesia. Kami sadar tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya, terutama
mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang berdemokrasi pancasila, karena kita adalah penerus Bangsa
Indonesia.

Bangkalan,17 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3. Tujuan ............................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi........................................................................................6

B. Norma Demokrasi............................................................................................... 7

C. Sejarah Demokrasi............................................................................................... 8

D. Demokrasi Indonesia........................................................................................... 9-10

BAB III
Kesimpulan dan Saran
A.Simpulan............................................................................................................. 11
B. Saran.................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun, dari semua
sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat ini adalah sistem
pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dan tantangan disana sini.
Sebagian kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem demokrasi di Indonesia. Artinya,
kebebasan pers sudah menempati ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak
menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-masing.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua
warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui
perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya
praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia. Selain itu
yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di Indonesia. Hal itu bisa kita temukan dari
banyaknya agama yang masuk dan berkembang di Indonesia, selain itu banyaknya suku, budaya dan
bahasa, kesemuanya merupakan karunia Tuhan yang patut kita syukuri.

4
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa itu Demokrasi?

1.2.2. Bagaimana sejarah Demokrasi?

1.2.4. Bagaimana praktiknya?

1.3. Tujuan

1.3.1. Dapat mengetahui pengertian demokrasi

1.3.2. Dapat mengetahui norma demokrasi

1.3.3. Dapat mengetahui sejarah demokrasi

1.3.4. Dapat mengetahui praktik demokrasi

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi (dari bahasa Yunani) adalah bentukan dari dua kata demos (rakyat)
dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan kata demos dan cratein atau cratos
membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian umum sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat di
mana kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat dan dilakukan oleh rakyat melalui mekanisme pemilihan
yang berlangsung oleh rakyat atau melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas. Secara
substansial, demokrasi adalah –seperti yang pernah dikatakan oleh Abraham Lincoln— sesuatu pemerintahan
dari, oleh, dan untuk rakyat.

Demokrasi merupakan sebuah kumpulan ide dan prinsip tentang kebebasan, bahkan juga mengandung
sejumlah praktik dan prosedur mencapai kebebasan yang terbentuk melalui perjalanan sejarah yang panjang dan
berliku. Secara singkat, demokrasi merupakan bentuk institusionalisasi dari kebebasan. Untuk melihat apakah
suatu pemerintahan dapat dikatakan demokratis atau tidak terletak pada sejauh mana pemerintahan tersebut
berjalan pada: prinsip konstitusi, hak asasi manusia, dan persamaan warga negara dihadapan umum.

Dapat disimpulkan bahwa hakikat demokrasi adalah sebuah proses bernegara yang bertumpu pada peran
utama rakyat sebagai pemegang tertinggi kedaulatan. Pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan yang
meliputi tiga hal, yaitu sebagai berikut.

1. Pemerintahan dari rakyat mengandung pengertian bahwa suatu pemerintahan yang sah adalah suatu
pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi,
pemilihan umum.

2. Pemerintahan oleh rakyat memiliki pengertian bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas
nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elit negara negara atau elit birokrasi.

Selain pengertian ini, unsur ini mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaannya,
pemerintah berada dalam pengawasan rakyat. Pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian bahwa
kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.

6
B. Norma Demokrasi

Setidaknya ada enam norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis.

1. Kesadaran akan pluralisme. Kesadaran akan kemajemukan tidak sekedar pengakuan pasif akan kenyataan
masyarakat yang majemuk. Kesadaran atas kemajemukan menghendaki tanggapan dan sikap positif
terhadap kemajemukan itu sendiri secara pasif. Jika norma ini dijalankan secara sadar dan konsekuen
diharapkan dapat mencegah munculnya sikap pandangan hegemoni mayoritas dan tirani minoritas.

2. Musyawarah. Makna dan semangat musyawarah adalah mengharuskan adanya keinsafan dan kedewasaan
warga negara untuk secara tulus menerima kemungkinan untuk melakukan negosiasi dan kompromi-
kompromi sosial dan politik secara damai dan bebas dalam setiap keputusan bersama. Konsekuensi dari
prinsip ini adalah kesediaan setiap orang maupun kelompok untuk menerima pandangan yang berbeda
dari orang atau kelompok lain dalam bentuk-bentuk kompromi melalui jalan musyawarah yang berjalan
secara seimbang dan aman.

3. Cara haruslah sejalan dengan tujuan. Norma ini menekankan bahwa hidup demokratis mewajibkan adanya
keyakinan bahwa cara haruslah sejalan dengan tujuan. Demokrasi pada hakikatnya tidak hanya sebatas
pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi, tetapi harus dilakukan secara santun dan beradab.

4. Norma kejujuran dalam pemufakatan. Suasana masyarakat demokrasi dituntut untuk menguasai dan
menjalankan seni permusyawaratan yang jujur dan sehat untuk mencapai kesepakatan yang memberi
keuntungan semua pihak. Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing-masing
pribadi atau kelompok memiliki pandangan positif terhadap perbedaan pendapat dan orang lain.

5. Kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban. Pengakuan akan kebebasan nurani, persamaan hak dan
kewajiban bagi semua merupakan norma demokrasi yang harus diintegrasikan dengan sikap percaya
pada itikad baik orang dan kelompok lain.

6. Trial and error dalam berdemokrasi. Demokrasi bukanlah sesuatu yang telah selesai dan siap saji, tetapi ia
merupakan sebuah proses tanpa henti.

7
C. Sejarah Demokrasi

Demokrasi yang dipraktikkan pada abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M terbentuk demokrasi langsung,
yaitu hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara
berdasarkan prosedur mayoritas. Demokrasi langsung tersebut berjalan secara efektif karena negara kota Yunani
kuno merupakan sebuah kawasan politik yang kecil, sebuah wilayah dengan jumlah penduduk tidak lebih dari
300.000 orang.

Demokrasi Yunani kuno berakhir pada Abad Pertengahan. Pada masa ini masyarakat Yunani berubah
menjadi masyarakat feudal yang ditandai oleh kehidupan keagamaan terpusat pada Paus dan pejabat agama
dengan kehidupan politik yang diwarnai dengan perebutan kekuasaan di kalangan para bangsawan.

Demokrasi tumbuh kembali di Eropa menjelang akhir Abad Pertengahan, ditandai oleh lahirnya Magna
Charta (Piagam Besar) di Inggris. Magna Charta adalah suatu piagam yang memuat perjanjian antara kaum
bangsawan dan Raja John. Terdapat dua hal yang sangat mendasar pada piagam ini: pertama, adanya pembatasan
kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja.

Momentum lainnya yang menandai kemunculan kembali demokrasi di Eropa adalah gerakan pencerahan
(renaissance) dan reformasi. Renaissance merupakan gerakan yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan
budaya Yunani kuno. Philip K. Hitti menyatakan bahwa gerakan pencerahan di Barat merupakan buah dari
kontak Eropa dengan dunia Islam yang ketika itu sedang berada pada puncak kejayaan peradaban dan ilmu
pengetahuan. Pemuliaan ilmuwan Muslim terhadap kemampuan akal ternyata telah berpengaruh pada bangkitnya
kembali tuntutan demokrasi di masyarakat Barat.

Gerakan reformasi merupakan penyebab lain kembalinya tradisi demokrasi di Barat, setelah sempat
tenggelam pada Abad Pertengahan. Gerakan demokrasi adalah gerakan revolusi agama di Eropa pada abad ke-16.
Tujuan dari gerakan ini merupakan gerakan kritis terhadap kebekuan doktrin gereja. Selanjutnya, gerakan
reformasi ini dikenal dengan gerakan Proteksionisme Amerika. Gerakan ini dimotori oleh Martin Luther King
yang menyerukan kebebasan berpikir dan bertindak. Salah satu asas dalam prinsip hukum alam itu adalah
pandangan bahwa dunia ini dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam yang mengandung prinsip-prinsip
keadilan yang universal, berlaku untuk semua waktu dan semua orang, baik raja, bangsawan, maupun rakyat
jelata. Unsur universalitas hukum alam pada akhirnya mempengaruhi kehidupan politik di Eropa. Politik
didasarkan pada perjanjian yang mengikat kedua belah pihak.

Lahirnya istilah kontrak sosial antara yang berkuasa dan yang dikuasai tidak lepas dari dua filsuf Eropa, John
Locke (Inggris) dan Montesquieu (Perancis). Pemikiran keduanya telah berpengaruh pada ide dan gagasan
pemerintah demokrasi. Menurut Locke (1632-1704), hak-hak politik rakyat mencakup hak atas hidup, kebebasan
dan hak kepemilikan, sedangkan menurut Montesquieu (1689-1744), sistem pokok yang dapat menjamin hak-hak
politik tersebut adalah melalui prinsip trias politica. Trias politica adalah suatu sistem pemisahan kekuasaan
dalam negara menjadi tiga bentuk kekuasaan: legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

8
D. Demokrasi Indonesia
Sejarah demokrasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam empat periode: periode 1945-1959, periode 1959-1965,
periode 1965-1998, dan periode pasca-Orde Baru.

1. Periode 1945-1965

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer. Namun, dianggap kurang
cocok untuk Indonesia. Lemahnya budaya demokrasi untuk mempraktikkan demokrasi model Barat ini telah
memberi peluang sangat besar kepada partai-partai politik untuk mendominasi kehidupan sosial-politik.

Akibatnya, pemerintahan yang berbasis pada koalisi politik pada masa ini jarang dapat bertahan lama.
hal ini mengakibatkan destabilisasi politik nasional yang mengancam integrasi nasional yang sedang dibangun.

Faktor-faktor diatas ditambah dengan kegagalan partai-partai dalam Majelis Konstituante untuk
mencapai konsensus mengenai dasar negara untuk undang-undang dasar baru, mendorong Presiden Soekarno
untuk mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, yang menegaskan berlakunya kembali Undang-
Undang Dasar 1945. Dengan demikian, masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir, digantikan
oleh Demokrasi Terpimpin yang memposisikan Presiden Soekarno menjadi pusat kekuasaan negara.

2. Periode 1959-1965

Periode ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin. Ciri-ciri demokrasi ini adalah dominasi
politik presiden dan berkembangnya pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam panggung politik
nasional. Hal ini disebabkan oleh lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai usaha untuk mencari jalan keluar
dari kebuntuan politik melalui pembentukkan kepemimpinan persoalan yang kuat. UUD 1945 memberi peluang
seorang presiden untuk memimpin pemerintahan selama lima tahun, ketetapan MPRS No. III/1963 mengangkat
Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Lahirnya ketetapan MPRS ini secara otomatis telah membatalkan
pembatasan waktu lima tahun sebagaimana ketentuan UUD 1945.

Ini terbukti melahirkan tindakan dan kebijakan yang menyimpang dari ketentuan Undang-Undang Dasar
1945. Pada tahun 1960 Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum,
padahal dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak memiliki
wewenang untuk berbuat demikian. Sejak diberlakukan Dekrit Presiden 1959 telah terjadi penyimpangan
konstitusi oleh Presiden Soekarno.

9
3. Periode 1965-1998

Periode ini merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto dengan Orde Barunya. Orde Baru,
sebagaimana dinyatakan oleh pendukungnya, adalah upaya untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap
Undang-Undang Dasar 1945 yang terjadi dalam masa Demokrasi Terpimpin. Kebijakan pemerintah sebelumnya
yang menetapkan masa jabatan presiden seumur hidup untuk Presiden Soekarno telah dihapuskan, diganti dan
dipilih kembali melalui proses pemilu.

Demokrasi Pancasila menawarkan tiga komponen demokrasi. Pertama, demokrasi dalam bidang politik
pada hakikatnya adalah menegakkan kembali asas-asas negara hukum dan kepastian hukum. Kedua, demokrasi
dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak bagi semua warga negara. Ketiga,
demokrasi dalam bidang hukum pada hakikatnya bahwa pengakuan dan perlindungan HAM, peradilan yang
bebas yang tidak memihak.

Demokrasi Pancasila dikampanyekan oleh Orde Baru baru sebatas retorika politik belaka. Penguasa
Orde Baru bertindak jauh dari prinsip-prinsip demokrasi. M. Rusli Karim menyatakan ketidakdemokratisan
penguasa Orde Baru ditandai oleh:
1. Dominannya peranan militer (ABRI).
2. Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik.
3. Pengebirian peran dan fungsi partai politik.
4. Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan publik. 5. Politik
masa mengambang.
6. Monolitisasi ideologi negara.
7. Inkorporasi lembaga nonpemerintah.

4. Periode Pasca-Orde Baru


Periode pasca-Orde Baru sering disebut dengan era Reformasi. Periode ini erat
hubungannya dengan gerakan reformasi rakyat yang menuntut pelaksanaan dengan demokrasi
dan HAM secara konsekuen. Tuntutan ini ditandai oleh lengsernya Presiden Soeharto dari
tampuk kekuasaan Orde Baru pada Mei 1998, setelah lebih tiga puluh tahun berkuasa dengan
Demokrasi Pancasilanya.

Pengalaman pahit yang menimpa Pancasila, yang pada dasarnya sangat berbuka, inklusif,
dan penuh nuansa HAM, berdampak pada keengganan kalangan tokoh reformasi untuk
menambahkan atribut tertentu pada kata demokrasi. Demokrasi yang hendak
dikembangkan setelah kejatuhan rezim Orde Baru adalah demokrasi tanpa nama atau
demokrasi tanpa embel embel di mana hak rakyat merupakan komponen inti dalam
mekanisme dan pelaksanaan pemerintahan yang demokratis.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan
1. Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga
negara
2. Praktik demokrasi di indonesia berdasarkan periode terbagi menjadi empat periode
3. Demokrasi memiliki sejarah yang panjang sejak berabad yang lalu
3.2 Saran
Dalam konteks demokrasi Indonesia, kesungguhan dan kesabaran dari kalangan elit nasional untuk
membangun demokrasi di negeri ini dengan cara berpolitik santun, bersih dari unsur-unsur politik manipulatif
serta berorientasi kesejahteraan rakyat. Kesungguhan dan kesabaran mereka diharapkan tercermin dalam
sokongan mereka untuk menyerukan nilai-nilai Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Fuadi,Munir, 2013. Konsep Negara Demokrasi, Refika Aditama.

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Pancasila, Demokrasi, HAM,


dan Masyarakat Madani (Edisi Revisi), 2009. Jakarta: Tim ICCE UIN, Prenada
Media Group

Winarno, 2019. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan: Panduan


Kuliah di Perguruan Tinggi (Edisi 4), Bumi Aksara

Erwin,Muhammad, 2017. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia,


Refika Aditama

11
12
13

Anda mungkin juga menyukai