Anda di halaman 1dari 17

“Pemilu/Pilkada Wujud Demokrasi Pasca Reformasi”

Muhammad Nidhom Mulloh, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cirebon Indonesia


(E - mail : nidhom.mulloh20.mhs.uinjkt.ac.id)

Abstrak
Dalam UUD 1945 yang sudah di amandeman dan menjadi acuan untuk
melakukan sistem perundangan- undangan di bidang politik, guna
Mengimplementasikan UUD 1945 memiliki 5 permasalahan yaitu, pengaturan sistem
kepartaian yang demokratis, mandiri dan tangguh, terselenggaranya pemilu/pilkada
yang demokratis membangun sistem perwakilan rakyat yang krdibel dan aspiratif,
terbentuknya pemerintahan yang stabil, kapabel dan responsif dan terciptanya antar
lembaga negara yang sinergis.
Dalam Pemilu/Pilkada memilki aturan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh
UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No 6 Tahun 2005 tentang
Pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pembehentian kepala daerah dan Wakil
kepala daerah dalam pemebrian hak hak dasar dalam pemilihan. Maka adanya
pemilihan Kepala daerah secara langsung, mempunyai nilai lebih dalam kebebasan dan
persamaan hak yang dimilki masyarakat yaitu dapat menyalurkan aspirasi secara
langsung guna mewujudkan sikap demokrasi bagi rakyat indonesia karena mereka
dapat secara langsung memilih pilihannya yang mampu dan bisa membawa
kesejahteraan bagi rakyat.
Kata Kunci : Pemilu/Pilkada, Demokrasi, Reformasi
A. PENDAHULUAN
Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, Lahirlah sebuah bangsa yang sudah lama
mengalami kekangan dari penjajahan oleh kolonial Belanda dan Jepang hampir 350
tahun. Pasca diproklamirkanya Teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno, Indonesia mulai
merealisasikan dan mejalankan sistem kenegaraannya. Dalam sidang PPKI yang
dilaksanakan tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung Road Van Indie Jl. Pejambon Jakarta
dengan hasil dari sidang pertamanya; 1).Mengesahkan UUD 1945. 2). Tugas Presiden
semestar dibantu oleh komite nassional sebelum dibentuknya MPR dan DPR 3).
Mengangkat President dan Wakil Presiden. Dalam sidang ini Ir. Soekarno dan
Moh.Hatta terpilih sebagai President Pertama secara Aklamasi. Setelah menjabat
selama 22 tahun. Ir. Soerkarno digantikan oleh Soeharto karena perpolitikan masa itu.
Masa pemerintahan Soeharto selama 3 Dasawarsa dengan 6 kali pemilu dan masa itu
disebut dengan Orde Baru. Menjelang berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto
sistem tatanan perpolitikan di Indonesia sangat diakui handal dalam menjaga stabilitas
politik dan mewujudkan stabilitas kemakmuran ekonomi. Berakhirnya Orde Baru
dimulailah sistem dan tatanan baru ditubuh Bangsa dari semua elemen masyarakat

1
dengan menyebut Orde Reformasi. Karena proses Reformasi sedang dan akan terus
bergulir dengan sebuah transisi berkala. Sampai kapan proses transisi tersebut
tergantung dengan dari tiap tiap lini pemerintahan yang baru untuk mencapai sistem
yang efektif dan diterima rakyat.

Pasca reformasi runtuhnya kekuasan Soeharto Indonesia telah melakukan 3 kali


pemilu yaitu tahun 1999, 2004 dan 2009 yng tertuan dalm UU No. 3 tahun 1999 tentang
pemilu, UU 12 tahun 2003 tentang pemilu 2004 dan UU No 10 tahun 2008 tentang
pemilu 2009. Untuk mewujudkan pemilu yang jujur,adil, langsung, bebas dan rahasia.
Dari proses ketiga UU tersebut memiliki perubahan perubahan yang signifikan dari
proses pemilu, Penyelenggaraan, daerah pemilihan, pendaftaran, pencalonan anggota
DPD,DPRD. Kampanye, pemungutan, perhitungan sampai penetapan hasil. Dalam UU
No 12 tahun 2003 Proses Penyelenggaraan pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum
(KPU) yang Proses pemebentukan KPU berbeda dengan Pemilu tahun 1999 yang terdiri
dari unsur parpol peserta pemilu dan pemerintah. KPU menurt UU No 12 tahun 2003
adalah tokoh tokoh independet. Di tingkat daerah adanya KPU Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan dalam KPU Kabupaten dibentuk panitia PKK (Panitia Pemilihan
kecamatan) dan PPS (Apnitia Pemungutan suara) kemudisn membentuk KPPS.1

Maka ketika memasuki era reformasi Perubahan adanya perubahan yang


signifikan setelah pengesahan ketiga Undang Undang tersebut bahwa pemilu pertama
tahun 1999 merupakan titik awal kebebsan kehidupan berdemokrasi bagi rakyat
indonesia hal ini ditandai dengan banyak nya jumlah partai peserta pemilu yang
sebelum nya hanya 3 Partai politik, Namun saat pemilu 1999 diikuti sebanyak 48 Partai
politik yang tergabung. Pemilu 2004 berjumlah 24 partai politik dan pemilu 2009
diikuti 38 partai politik dan 6 partai politik lokal Aceh. Begitu pula pada tahun 2004
terjadi penambahan dalam kategori peserta pemilu dari perseorangan untuk memilih
calon anggota daerah DPD dapat kita sebut dengan Pilkada. Maka mulai berkembanglah
tatanan kehidupan politik di indonesia sebagian besar masyarakat berharap akan
lahirnya tatanan dan sistem perpolitikan yang benar benar Demokratis untuk dapat
menuju kedaulatan rakyat.

Namun setelah hampir berjalan selama 3 proses pemilu utamanya praktik


perpolitikan dan kehidupan bernegara pasti ada yang kurang maksimal menampakan
arah sesuai dengan kehendak Reformasi. Demokrasi pun dipertanyakan dan digugat
ketika sejumlah praktik politik yang mengatasnamakan demokrasi. Seringkali
menunjukan paradoks dan ironi yang kurang baik. Gugatan terhadap demokrasi sendiri
ini sesungguhnya memiliki relevansi yang kuat dalam sejarah dan sosiologi politik
bangsa indonesia. Maka dalam konteks inilah tulisan ini hendak melihat bagaimana

1
Masyaroh “Arah perubahan sistem dalam Undang Undang pasca Reformasai” Jurnal Cita Hukum Vol 1
No 2 (Desemeber 2013) hal. 164

2
agar dapat memaknai Pemilu/Pilkada Wujud Demokrasi Pasca Reformasi. Guna
memahami Wujud Demokrsai di indonesia dari masa ke masa. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca maupun penulis pribadi.

B. PEMBAHASAN

A. Pemilu/Pilkada
Dalam Proses Pemilu partai politik adalah sesuatu yang sangat penting danya
untuk terbangunnya sebuah sistem Demokrasi di Indonesia Partai Politik sendiri adalah
Asosiasi warga negara yang bebadan hukum (Rechts Person) Akan tetapi sebagai badn
hukum, partai politik itu tidak dapat beranggotakan badan hukum yang lain, yang
hanya dapat menjadi anggota bdan hukum partai politik adlah perorangan warga
negara sebagai Naturrlijke Persons. Maka partai politik memiliki Status dan pernanan
yang snagt penting untuk sisitem Demokrasi. Partai memainkan peran penghubung
yang sangat strategis antar proses – proses pemerintah dengan warga negara, bahkan
banak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang menetukan demokrasi, Seperti
dikatakan oleh Schattsscheder (1942) “Political Parties Created Demokrasy” karena itu
partai merupakan pilar yang sanagta penting untuk diperkuat perlembagaannya (The
degree Of Institutionalization) dalam setiap sistem politik demokratis dikatakan juga
ol,eh Schattscheider dikatakan pula “Modern Democracy is Unthinkable save in terms of
the parties” Sebuah Demokrasi yang Modern tidak terpikirkan oleh sesuatu kecuali
dalam hal partai. 2

Pemilu ( Pemilihan Umum) di indonesia pasca Reformasi adalah bagian dari


penggunaan hak yang dimiliki oleh rakyat. Untuk itu berbicara mengenai pemilu tidak
lepas dari Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi “kedaulatan negara berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” Pemilihan umum adalah sesuatu
yang real dari sebuah proses dimana rakyat menggunakan haknya. Untuk mewujudkan
nilai demokrasi. Maka sebuah perpindahan kekuasaan negara dari pemegang kekuasan
yang lama kepada yang baru dengan proses secara damai dan baik. Dalam pemilihan
Umum ada nya 2 aspek yaitu Penggunaan kedaulatan Rakyat secara langsung dan
memilih wakilnya dan sekaligus mentransfer pelaksanaan kedaulatan rakyat itu melalui
perwakilan. 3

2
Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi,
(Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), h. 69

3
Henry B Mayo, dalam mariam budiarjo, 1986, Dasar-Dasar Imu Politik, Gramedia, Jakarta, hlm.61

3
Dalam pasal 22 Ayat (2) Yang berbunyi “Pemilihan umum diselenggarakan untuk
memilih anggota dewan perwakilan rakyat, DPR, Persiden dan wakil presiden, DPRD,
adalah wujud dari demokrasi perwakilan tersebut” itulah kedaulatan rakyat diwakilkan
oleh lembaga lembaga sesuai dengan porsinya. Sesuai dengan UUD terdapat 3 tiang
Lembaga perwakilan di indoensia yaitu : DPR , DPRD, dan presiden dan wakil Presiden
ketiganya merupakan sebuah lembaga dari aspirasi rakyat meskipun dalam presiden
dan Wakil tidak terdapat “Perwakilan”karean semua nya itu mendapat mandat ataupun
kepercayaan dari rakyat untuk menjalnkan fungsi dan porsinya. DPR/DPRD diberikan
fungsi membuat Undang Undang yang nanti di forumkan ke MPR. Maka dengan adanya
Pemilihan Umum adalah salah satu nilai Demokrasi yang terwujud diIndonesia. Dengan
berpindahnya kekuasan dengan secara adil, jujur dan Damai.

Namun dalam Pemilukada/Pilkada dilaksanakan pada tahun 2004 yang dipilih


secara langsung oleh rakyat. Setelah terbit Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang pemerintah daerah Disinilah merupakan gambaran nyata indonesia
menjalankan sistem Demokrasi dengan menyalurkan aspira suara rakyat indonesia
untuk memilih pemimpin kepala daerah seperti Gubernur dan Bupati/Walikota sebagai
kedaulatan rakyat. Selain itu proses pemilukada pasti memilki landasan dasar hukum
tersendiri antara lain :

1. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.


2. Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang penyelengaraan Pemilu
3. PP No 49 Tahun 2008 tentang perubahan ketiga atas PP No 6 Tahun 2005
tentang pemilihan, Pengesahan, pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil kepala daerah.
4. Permendagri Nomor 57 Tahun 2009 tentang perubahan atas permendagri
Nomor 44 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan belanja pemilu kepala
daerah dan wakil kepala daerah.
5. Peraturan KPU Nomor 61 Tahun 2009 tentang pedoman teknis penetapan
jumlah dan Tata cara pengisisian keanggotaan DPRD Prov dan DPRD Kab.Kota
yang dibentuk setelah pemilu tahun 2009
6. Peraturan KPU No.62 Tahun 2009 tentang pedoman penyusunan tahapan,
program dan jadwal penyelenggaraan pemilu Kepala daerah dan Wakil kepala
daerah.
7. Peraturan KPU No. 63 Tahun 2009 tentang pedoman penyusunan Tata kerja
KPU Prov, KPU Kab/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam pemilu kepaladaerah dan
wakil kepal daerah.
8. Peraturan KPU No. 65 Tahun 2009 tentang pedoman pelaksanaan Sosialisasi
dan penyampaian informasi pemilukepla daerah dan wakil kepala daerah.

4
9. Peraturan KPU No. 66 Tahun 2009 tentang penetapan Norma standar,
Prosedur dan kebutuhan Pengadaan serta Pendistribusian perlengkapan
penyelengaraan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah.
10.Peratuaran KPU No. 67 Tahun 2009 tentang pedoman tata cara pemutakhiran
Data dan daftar pemilih dalam pemilu kepala daerah dan Wakil Kepala daerah.
11.Peraturan KPU NO. 68 Tahun 2009 tentang pedoman Teknis Tata Cara
Pencalonan pemilu Pemilu Kepala daerah dan Wakil kepala Daerah.
12.Peraturan KPU No. 69 Tahun 2009 Tentang pedoman teknis kampanye pemilu
Kepla daerah dan wakil kepla daerah.
13.Peraturan KPU No. 72 tahun 2009 tentang pedoman tata cara pelaksanaan
pemungutan suara dan perhitungan suara pemilu kepala daerah dan wakil
kepala daerah di TPS.
14.Peraturan KPU No. 73 Tahun 2009 tentang pedoman tata cara pelaksanaan
Rekapitulasi hasil perhitungan suara dalam pemilu kepala daerah dan wakil
kepala daerah olej PKK, KPU, Ka.Kota dan Prov. Serta menetapakan calon
terpilih, penegsahan dan pelantiakan.4

Maka pilkada secara langung akhirnya menggatikan pilkada tidak langsung


karena didasari oleh semangat pemberdayaan masyarakat dalam bepartisipasi memilih
kepala daerah secara lebih demokratis. Akan tetapi harus diakui pemilihan langsunh
sesungguhnya merupakan tindak lanjut dari realisasi prinsip-prinsip demokrasi secara
normatif yakni jaminan atas beketrjanya pronsip kebebasan individu dan persamaan.
Khususnya dalam hak politik menurut Pratikno menyebutkan ada 4 alasan mengapa
pilkada langsung dapat digelar menggatikan pilkada tidak langsung. Pertama , untuk
membangun daerah; Kedua, menumbuhkan kepemimpinan lokal; Ketiga, meningkatkan
akuntibiltas publik dan transparasi pemerintah; dan ke Empat, Proses legitimasi rakyat
yang kuat. 5

Ada beberapa implikasi yang menguntungkan pemilih dan pemimpin yang dipilih
karena partisipasi langsung dalam pemilihan karena menyiratkan tiga hal berikut.

 Kepala daerah memliki legitimasi kuat untuk memerintah


 Pilkada langsung lebih menjamin stabilitas pemerintahan daerah karena masa
kerja kepala daerah pasti yang tidak bisa dijatuhakn oleh DPRD
 Probalitas aspirasi publik yang terserap lebih tinggi karena keterpilihannya
ditentukan suara pemilih 6

4
M. Afied Hamabali, “Pemilukada pasca Reformasi di Indonesia” Jurnal Recsstaat Ilmu Hukum Fakultas
Hukum UNSA Vol 8 No 1 (1 Maret 2014 ) hal. 4-5.
5
Pratikno, Demokrasi dalam Pilkada Langsung Menyongsong”Makalah sarasehan menyongsong Pilkada
langsung, Yogyakarta 25-26 2005
6
Fitriyah, F. (20013) “Meninjau Ulang Sistem Pilkada Langsung” Masukan untuk pilkada langsung
berkualitas.

5
Namun ada juga kekurangan dan penyelewengan dari proses Pilkada
serentak/langsung unutk mewujudkan demokrasi yang baik. Baik dilakukan diawal
mapun yang sudah dilaksanakan. Berikut 3 permasalahan yang terjadi ketika pemilu
dilaksanakan :

 Money Pollitics, kegiatan ini, dalam konteks pemilu yaitu kegiatan membagi
bagikan uang atau barang kepada pemilih agar bertujuan pemilih dapat
memberikan suaranya untuk si pemberi. Meskipun sudah ada teguran keras
tetapi pada prakteknya terkadang masih terjadi.
 Golongan Putih (GOLPUT), Ini memang menjadi perdebatan dan dengan
adanya pro dan kontra, unutk memberikan pilihan kepada pemilih mau
memilih ataupun tidak/ GOLPUT bahakan tidak memilih adalah sebuah
pilihan. Namun ada yang berpendapat jika tidak memelih tidak mau ikut andil
dalam proses berdemokrasi.
 Kampanye Hitam, biasanya ini dilakukan oleh Tim Sukses partai untuk dapat
memeliki suara banyak. 7

B. Demokrasi
Dalam memahami Demokrasi yang dianut oleh perintahan indonesia, maka kita
perlu memahami makna dari demokrasi itu sendiri. Secara Etimologis Demokrasi
berasal dari bahasa Yunani, “Terdiri dari 2 kata, yaitu logos yang berarti rakyat dan
cratein?/cratos yang berarti pemerintah, sehingga menurut lincon Demokrasi dapat
diartikan sebagi pemeritahan rakyat atau sering dikenal dengan pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dan dari sudut pandang trimonologis banyak
sekali definisi mengenai demokrasi yang dikemukan oleh para ahli politik. Masing
masning mmeberikan sudut pandang yang berbeda beda, menurut haris Soche dalam
winarno dalam emngatakan bahwa : “Demokrasi adalah sistem yang menujukan bahwa
kebjakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan- Pemilihan berkala yang didasarkan atas dasar
prnsip kesamaan politik dan diselengarakan dalam suasana terjamin kebebasan politik.
8

7
M. Afied Hamabali, “Pemilukada pasca Reformasi di Indonesia” Jurnal Recsstaat Ilmu Hukum Fakultas
Hukum UNSA Vol 8 No 1 (1 Maret 2014 ) hal. 5.
8
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Jakarta: PT Buku Kita.

6
Berdasarkan mengenai pendapat tersebut, maksa secara umum demokrsi dapat
di dipahami sebuah konsep yang akan berkembang berdasarkan proses liberalisasi dan
juga individualisme dan masyarakat barat. Intisari dari ebrbagai pengertian demokrasi
berangkat dari individualisme yang didalamnya terdapat prinsip prinsip dasar yang
dianut oleh masyakart yaitu kebebasan (Freedom) dan kesamaan (Equality), kedua
prinsip tersebutlah yang membangun munculnya konsep demokrasi didalam
masyarakat.
Dalam Konstitusi UUD 1945 kita mengetahui indonesia menganut faham Demokrasi
yang menyatakan bahwa Kedaulatan Indoensia berada ditangan Rakyat. Maka berdasarkan
prinsip tersebut indonesia perlu merancang sebuah system demokrasi yang berdasarkan
ideologi negara yang baik, yaitu Pancasila. Pemahaman demokrasi yang terdapat dalam
pancasila, intisarinya adlah gotong royong dan musyawarah implementasi demokrasi di
indonesia. Terutama pada masa Orde baru, tertutup oleh Otoritarianisme pemerintahannya
sehingga demokrasi yang kedaulatan rakyat tiak dapat muncul kepermukaan sebagai sistem
demokrasi. Namun sistem demokrasi yang dijalankan indonesia saat ini lebih dominan pada
pemahaman demokrasi yang berasal dari pemikiran barat, seperti setalah bergulirnya
Reformasi hingga pada saat ini. dan Demokrasi pemerintah indonesia masih berkutat pada
peraturan perundang undangan semata. Terbuktinya adanya Perundangan undangna tentang
pemilihan umum, terutama pada pemerintahan daerah. Seperti pemilihan kepala daerah
secara langsung yang di atur dalam UU NO 32 tahun 2004, lalu berunah menjadi pemilihan
kepala daerah oleh DPRD pada UU No. 23 Tahun 2004 lalu berubah mejadi Pemilihan
umum secara serentak oleh PRPU No. 1 Tahun 2014. Berdasarkan runtutan peraturan
tersebut dapat kita lihat Indonesia masih berupaya untuk merancang model Demokrasi
melakui berbagi peraturan perundang Undangan yang diberlakukan utuk menciptakan
efektifitas serta efiseinsi demi mencapai sistem demokrasi yang baik. 9

Dari semua sistem demokrasi yang di adopsi oleh sistem barat berbeda dengan
sistem demokarsi yang ada di indoesia. Demokrasi di indoenesia memiliki landasan
idoelogi pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indoensia. Karena tujuan
berdirinya sebuah negara yaitu mengahasilkan kehidupan yang maju dan sejahtera bagi
rakyatnya, Di indoensia sendiri pernah diterapkan berbagai demokrasi dari mulai
Revolusi hingga Reformasi. yakni seperti berikut :

9
Sulaeman, Zulfikri. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia. Jakarta: Kompas Gedia Nusantara

7
1) Demokrasi pada Era Revolusi
Pelaksanaan demokarsi era revolusi (1945-1950) tahun indonesia masih
berjuang mengahdapi belanda yang ingin kembali ke indonesia. Pada saat ini
demokrasi belum berjalan dengan baik karean revolusi fisik. Pada awal
kemerdekaan masih terdapat sentralisai kekusaan. Terlihat dalam pasal 4
aturan peralihan UUD 1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA
dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaan dijalankan oleh presiden dan
dibantu oleh KNIP. Maka untuk menghindari kesan bahwa pemerintah
mengeluarkan maklumat sebagi berikut :

 Maklumat Wakjil Presiden NO X tanggal 16 Oktober, KNIP berunah


mejadi lembag legislatif
 Maklumat Pemerintah tanggal 3 november 1945 tentang
pembentukan partai politik.
 Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 tentang perubahan
sistem pemerintahan dari presidensial menjadi parlementer.

2) Demokrasi Liberal 1950 - 1959


Masa ini parlementer preside sebagi lambang atau berkedudukan sebagai
kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan
parlemen, dan akuntibiltasnya sangat tinggi dan berkembang partai partai
politik. Namun praktik demokrasi pada masa ini di nilai gagal disebabkan :
 Dominannya Partai Politik
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah.
 Tidak mampunya konstitusi bersidang untuk mengganti UUDS 1950
atas dasar kegagalan itu maka presiden mengeluarkan dekrit Presiden
5 juli 1959
 Bubarkan konstitusi
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS

3) Demokrasi Terpimpin 1959 – 1966


Demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dimpin oleh kebojaksnaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong
royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan
berporoskan nasakom dengan ciri :

8
 Dominasi Presiden
 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembang nya partai politik
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain :
 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpi n partai banyak yang
dipenjarakan
 Peranan parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden
dan presiden membentuk DPRGR
 Jaminan HAM
 Terjadi sentralisasi kekuasaan
 Terbatasnya peranan Pers
 Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
akhirnya terjasi peristiwa Pemberontakan G 30 september 1965 oleh
PKI
4) Demokrasi Orde baru 1966-1998
Pelaksanaan demokrasi Orde Baru ditandai dengan keluarnya
surat perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
Konsekuen. Awal orde baru memberi harapan baru pada rakyat
pembangunan disegala bidang melalui pelita I, II, III, IV dan pada
masa Orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum
tahun 1971,1977,1982,1987,1992, dan 1997. Namun demikian
perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal
sebab diantarnya :
 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
 Pengakuan HAM yang terbatas
 Tumbuhnya KKN yang merajalela

Sebab jatuhnya Masa Orde Baru :


 Hancurnya ekonomi nasional (Krisis Ekonomi)
 Terjadinya Krisis Politik
 TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan Orba
 Gelombang demontrasi pada masa mengehbat menuntut presiden
Soeharto untuk turun jadi Presiden
 Pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru ditandai dengan
penerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke wakil Presiden BJ
Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.

9
5) Demokrasi Era Reformasi 1998 – Sekarang
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah
Demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peratuarn yang
tidak demokratis dengan meningkatkan peran lembaga – lembaga tinggi dan
tertinggi negara dengan menegaskasn fungsi, wewenang dan tanggung jawab
yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang
jelas antara lembaga lembaga eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. Demokrasi
indoensaia saat ini telah dimulai dengan terbentuk nya DPR,MPR hasil pemilu
1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya
lembaga lembaga tinggi yang lain. Masa Reformasi berusaha membangun
kembali kehidupan yang demokratis antara lain :
 Keluarnya ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok pokok
reformasi
 Ketetapan No.VII/MPR/1998 tentang pencabutan Tap MPR tentang
Referendum
 Tap MPR Ri No. XI/MPR/1998 Penyelenggaraan Negara yang bebas
dari KKN
 Tap MPR RI No. Xlll/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan
presiden dan Wakil Presiden.
 Amandemen UUD 1945 sudsah sampai amandemen I,II,III,VI pada
masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemilihan umum sudah 3
kali yaitu tahun 1999, 2004, dan 2009.10

C. Reformasi
Reformasi merupakan sesuatu perubahan tatanan/sistem yanga lama menjadi
baru dan lebih baik. Terjadinya peristiwa reformasi merupakan hal yang sudah tunggu
tunggu oleh seluruh bangsa indonesia mengingat banyak penderitaan yang sudah
dialami selama berada dibawah pemerintahan Soeharto yang otoriter. Peristiwa
reformasi ini diwujudkan dengan mengundurkan diri Presiden Soeharto dari jabatan
sebagai presiden republik Indonesia. Banyak hal hal yang mendorong terjadinya
peristiwa reformasi, yaitu terjadinya berbagai macam krisis, terutama ketidakadilan
dalam bidang politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde baru pada awal kemunculannya
pada tahun 1966 adalah akan melaksanakn Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
Konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Setelah
masa orde baru memegang kekuasaannya terus menerus. Akhirnya penyelewengan dan

10
Saldi Isra, Sisteme Pemerintahan Indonesia, (Depok: RajawaliGrafindo Persada, 2019), cetakan kedua, h. 133

10
penyimpangan dari nilai nilai pancasila dan ketentuan- ketentuan yang terdapat pada
UUD 1945 sudah berakhir pada 21 Mei 1998. Dan kemudian diangkat Presiden baru BJ
Habibie menggatikan Soeharto. Atas desakan publik dan publik ingin segera melakukan
proses pemilu dan dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 atau setelah 13 bulan masa
pemerintahan Bj. Habibie. Diadakan pemilu kembali karena ingin meperoleh
pengakuan atau kepercayaan dari publik dalam, termasuk duniia internsional. Maka
MPR menyelengarakan sidang umum untuk melakukan pemilihan presiden dan Wakil
presiden yang baru. Proses pemilu pasca orde/Reformasi sudah dilaksanakan 3 kali
sebagai berikut :

1) Pemilu Tahun 1999


Sebelum proses pemilu di percepat karean desakan dari publik.
Pemeriintah melakukan rancangan mengenai RUU tentang partai politik, RUU
tentang Pemilu dan RUU susuna kedudukan DPR,MPR dan DPRD. Ketiga Darfa
RUU ini disiapkan oleh sebuah tim Departemen dalam negeri kemudian di
setujui dan di sahkan oleh DPR. Presiden membentuk KPU dan anggota KPU
dari berasal dari perwakilan Rakyat. Pemilu tahun 1999 dengan
penyelengaraan pemilu pada masa orde baru sangat berbeda. Pemilu tahun
1999 banyak diikuti oleh peserta mengingat adanya kebebasan untuk
mendirikan partai politik. Sebanyak 48 parpol yang malakukan kontestasi
pada pemilu 1999. Sistemepemilu pun mulai menjadi perdebatan. Ini terkait
metode pembagian kursi di parlemen hasil. Pada pemilu 1999 pembagian
kursi hasil pemilihan memakai sistem proporsional.
Jika kita bandingkan UU pemilu sebelumnya, dengan UU Pemilu tahun 1999
sudah merupakan kemajuan besar dalam praktik berdemokrasi. UU pemilu
tahun 1999 telah mampu menangkap, menampung, mengaspirasikan gagasan
berpolitik, gagasan berserikat dan berumpul serta berpendapat dan
tampaknya semua pihak juga dapat dilihat dari setiap parpol yang terlibat
dalam penyelengaraan pemilu. Dalam penyelengaraan ini berikut partai partai
politik yang tergabung dalam kontestasi politik dalam pemilu era reformasi :
 Partai Indonesia Baru (PIB)
 Partai Kristen nasional Indonesia/Partai Nasional Indonesia (PNI)
 Apartai Aliansi Demokrat Indonesia (PADI)
 Partai umat islam
 Partai kebangkitan Muslim Indonesia
 Partai Masyumi Baru
 Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
 Partai Syarikat Islam Indonesi (PSII)
 Partai Demorasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
 Partai Abul yatama

11
 Partai Kebangsaan merdeka
 Partai Demokrasi kasih bangsa (PDKB)
 Partai Amanat Nasional (PAN)
 Partai rakyat Demokratik (PRD)
 Partai Syarikat Islam Indonesia 1905
 Partai Nahdatul Ulama (PNU)
 Partai nasional Indoensia
 Front marhaenis
 Partai Ikatan pendukungKemerdekaan indonesia
 Partai Republik
 Partai islam Demokrat
 Artai nasional Indonesia
 Masaa Marhaen, partai Musyawarah Rakyat banyak
 Partai demokrasi Indonesia (PDI)
 Partai Golongan Karya (GOLKAR)
 Partai Persatuan
 Partai kebangkiatan Bangsa (PKB)
 Patrtai Uni Demokrat Indonesia (PUDI)
 Partai Buruh Nasional
 Partai Musyawarah kekeluargaan Gotong Royong
 Partai daulat rakyat
 Partai Cinta Damai
 Partai keadilan dan Persatuan (PKP)
 Partai solidaritas Uni Nasional Indonesia
 Partai nasional demokrat
 Partai Umat Muslimin Indonesia
 Partai pekerja indonesia.

Payung hukum dalam proses pemilu tahun 1999 digunakan pada pemilu
1999 yang didasarkan atas UU No.3 Tahun 1999 dengan sistem pemilu
proposional dan sistem steltel daftar. Meskipun masa persiapan tergolong
singkat, pelakasanaan pemungutan suara pada pemilu 1999 ini dapat
dilakukan sesuai jadwal yakni tanggal 7 juni 1999. Dan pemilu pertama di era
Reformasi ini berjalan dengan baik, sukses dengan hasil yang bisa diterima
oleh segenap pihak. Kekhawatiranbakal terjadinya kekacauan, pertumpahan
darah, sebagai kekhawatiran banyak pihak sebelumnya. Ternyata tidak
terbukti. 11

11
Sardini Nur Hidayat, Restorasi Penyelenggaran Pemilu di Indonesia, (Yogyakarta:fajar Media Pess,
maret 2011), cetakan Pertama, h. 20

12
Secara umum proses pemilu tahun1999 berjalan dengan apa yang
diharapakan. Namun pasti adanya permasalahan dalam penetapan hasil
pemilu terdapat 27 partai politik yang menduduki KPU menolak mengenai
penandatanganan berita acara perhitungan suara dengan dalih pemilu yang
digelar belum belum diterapkan dengan jujur dan adil dan itu memang
ditafsirkan adalah perpolitikan yang mereka buat. Namun presiden BJ Habibie
menetapkan hasil pemilu setelah mendapat masukan dari Panitia pengawas
Pemilu dengan menelusuri sejumlah kasus dan catatan yang diajukan tadi. Dan
prseiden akhirnya menyatakan bahawa hasil pemilu SAHpemilu dan diketahui
masyarakat pada 29 Juli 1999.

2) Pemilu Tahun 2004


Pada pemilu tahun 2004 adalah pemilu yang kedua ketika Indonesia
memasuki gerbang reformasi, baik itu reformasi sosial ekonomi maupun
reformasi sistem politik nasional, pada pemilu 2004 ini jumlah partai politik
berkurang. Pada pemilu tahun 1999 berjumlah 48 partai politik. Maka pada
pemilu 2004 jumlah peserta pemilu hanya 24 Partai politik. Secara teknis
pemilu 2004 memang dpat berjalan lancar. Pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah (Pilkada) yanga walnya hanya sebatas wacana juga telah
dilaksanakan mulai 2005. Situasi itu menunjukan secara formal demokrasi di
indoensia telah menampakan kemajuan. Rakyat telah memiliki kebebasan
untuk memilih. Namun pada kenyataannya pilihan yang tersedia sangatlah
terbatas. Pemilu 2004 tidak banayk menawarkanpilihan yang lebih bermakna
baik bagi perkembangan demokrasi maupun kehidupan masyarakat. 12

Dalam pemilu 2004 memilki perbedaan sistem dibandingkan dengan


pemilu sebelumnnya. Khususnya dalam pemilihan DPR/DPRD. Sistem
pemilihan DPD dan pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara
langsung tidk melalu MPR seperti pemilu sebelumnya. Pemilu 2204 dilakukan
dengnabeberapa tahap pelaksanaan pemungutan suara. Pertama : 5 juli
memilih secara langsung presiden dan wakil presiden pada putaran pertama.
20 sepetember pemilihan presiden dan wakil presiden pada putaran kedua.
Dan alkan lanju jika pasangan yang mendapat suara terbanyak pada putaran
pertama dengan cacatan tidak ada pasangan calon yang mampu meraih suara
mayoritas mutlak 50% pada putan pertama. Maka pemilu 2004 menunjukan
12
Cornelis lay,Involusi Partai politik; esai esai transisi indonesia, penerbit pasca sarjana. S2 politik lokal
otonomi daerah UGM Yogyakarta hlm.257

13
kemajuan dalam demokrasi kita. Selama ini yang terjadi adalah aspirasi politik
rakyat pemilih tak mesti berbanding lurus dengan hasil dari proses politik
yang dimaikan oleh elite. Benar bahwa fenomena semacam itu bukan hanya
khas indonesia melainkan menjadi salah satu ciri tetap dari sebuah demokrasi.
Maka dalam prses pemilihan ada pembeda dalam pemilu DPR/DPRD berikut
penjelasan nya :

 Sistem Pemilihan DPR/DPRD


Dalam UU No. 12 Tahun 2003 sistem yang digunakan dalam
pemilihan legislatif adalah sistem proporsional dengan
daftarterbuaka ( pasal 6 ayat (1). Dalam sistem ini lambang partai dan
calon pendaftar legislatif dicantukamkan dengan demikian pemlih
dapat melihat calon pemilih dan partainya. Dengan demikian
masyarakat tidak lagi hanya mencoblos tanda gambar partaitetapi
boleh memilih orang dari masing masing kontestan. Parpol dapat
mengajukan caon sebanyak banyaknya. Kareab sudah tercantum
dalam pasal 65 dan 67 ayat (2) dan (3)
Sistem pemilu prposional dengan daftar terbuka dapat
menghindari bias terhadap parpol kecil yang merupakan salah satu
kelemahan sistem distik. Artinya Suara yang diperoleh partai tidak
serta merta hangus dan sia sia jika tidak memnuhi bilangan pembagi.
Secara teknis sistem ini juga memberikan keringan terhadap beban
calon dalam meniti karir di partai politik. Selain itu partai politik tidak
sewenang wenang menetapkan calon terpilih kecuali jika suara
memnuhi BPP. Maka dengan ini akuntibilitas calon terhadap pemilihn
jauh lebih besar dibanding dengan pemilu tahun sebelumnya.

 Sistem Pemilihan DPD (Dewan Perwakilan Daerah)


Ada perbedaan logika yang dibangun dalam sistem pemilu
DPR/DPRD. Logika dalam keterwakilan DPD dibangun dengan asumsi
DPD merupakan perwakilan ruang artinya tidak mewakili orang
seperto DPR dan DPD dianggap memeliki kehususna lokal yaitu di
provinsi yang harus di apresiasi ke tingkat nasional.
Sistem pemilihan DPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem
distrik berwakil banyak sesuai dengan UU 12 tahun 2003 pasal 6 ayat
2 Tujuan penggunaan sistem ini untuk meningkatkan ketertarikan
anggota DPD dengan warga daerah konstituensinya. artinya dengan
sistem ini anggota DPD tanggung jawab moral maupun politik yang
besar untuk memperjuangkan kepentingan daerah. Dengan kata lain
anggota DPD anggota DPD sangat terikat dan tidak bisa lari dari

14
konstitunsinya. Keuntungan lain pemilihan ini secara politis anggota
DPD memiliki legitimasi yang lebih besar dari anggota DPR karena
didukung bersifat distrik.13

3) Pemilu Tahun 2009


Dalam pemilu tahun 2009 memiliki peningkatan kembali dalam
kontestasinya yaitu penambahan partai politik. Pada pemilu tahun 2004
sebanyak 24 Partai politik. Pada pemilu 2009 bertambah menjadi 38 partai
politik. Pada pemilu 2009 yang mengikuti kontestasi ada partai lokal dari
Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang ikut bergabung sebanyak 6 partai ke
enak 6 partai tersebut yaitu : Partai Aceh Aman Sejahtera (PAAS), Partai Daulat
Aceh (PDA), Partai Suara Independent Rakyat Aceh (SIRA), Partai rakyat Aceh
(PRA), Partai Aceh (PA), dan Partai Bersatu Aceh (PBA).
Dapat kita akui selama pelaksanaan pemilu 2009 masih banyak kelemahan,
baik itu dalam hal sosialisasi, penyelengaraan partisipasi aktor aktor pemilu
sampai pada karut marut legislasi yang mendasari pelaksanaan pemilu 2009.
Walaupun didasari masih menyisahkan sejumlah persoalan sebagaimana
dijelaskan pada pada bagian lain. Sikap menerima kelemahan dalam pemilu ini
patut dihargai karean inilah pemilu yang akhirnya ditempat sebagia indikator
kedewasaan dalam berdemokrasi. Sejumlah pihak ada yang menyoroti bahwa
kirang baik nya pengelolaan daftar pemilih yang dilakukan di KPU, terutama
dalam penegeloalaan daftar Pemilih (DPT) masih ada proses dengan proses
Golput (Golongan Putih) dan lain lain.

C. PENUTUP
13
Sardini Nur Hidayat, Restorasi Penyelenggaran Pemilu di Indonesia, (Yogyakarta:fajar Media Pess, maret 2011),
cetakan Pertama, hlm. 30-31

15
A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, proses pemilu di indonesia dari masa ke masa memilki
peningkatan yang signifikan untuk menuju nilai nilai demokrasi dan menuju
kedaulatan rakyat. dari mulai kemerdekaan indoensia, orde, orde baru hingga era
Reformasi. Utamanya dalam proses pemilu/pilkada di indoensia. Ada beberapa
faktor pembeda antara pemilu tahun 1999, 2004, 2009 setelah era reformasi
sebagia berikut : Pertama, pada pemilu pertama tahun 1999 pasca runtuhnya orde
baru banyak sekali partai politik yang mengikuti. Pada pemilu ini sebanyak 48
Partai Politik yang mengikuti kontestasi. Kemudian kedua, pada pemilu 2004 turun
menjadi 28 peserta pada pemilu tahun 2004. Dan pada pemilu 2004 adanya pilkda
secara langsung yang mejadi arah baru dimana proses Demokrasi di indoensia
dalam kedaulatan rakyat indonesia. Ketiga, pada pemilu tahun 2009 naik kembali
partai politik yang mengikuti proses kontestasi politik sebanyak 38 parai politik.
Dan pada pemilu 2009 terdapat 6 partai lokal dari Nangroe Aceh Darussalam yang
ikut tergabung dalam pemilu 2009. Semua proses pemilu/pilkada yang telah
dilakuakan sudah menjadi bagian dari proses Demokrasi di Indoensia sesuai dengan
Konstitusi Indoensia dalam UUD 1945 “Bahwa kedaulatan Rakyat berada ditangan
rakyat”

B. Saran
Dalam Proses pemilu indonesia sendiri kita ketahui sudah melalui proses panjang
dari mulai kemerdekaan indonesia. Dan era reformasi menujukan proses indonesia
menuju demokrasi yang baik. Namun dalam proses nya masih ada kekurang dalam
proses pemilu diantara nya adalah pertama, GOLPUT (Golongan Puti) atau kita tahu
tidak memberikan suara dalam proses pemilu. Maka sikap tersebut tidak
mencerminkan sikap Demokrasi Kedua, Money Politics/politik uang dimana para
calon memberikan uang kepada peserta pemilu agar dapat diberikan suaranya
kepada pemberi. Dan ketiga yaitu kampanye hitam dimana tim sukses dari calom
melakukan proses kampanye secara tidak baik. Maka ketiga hal tersebut harus di
benahi utamanya KPU dan Bawaslu sebagai penyelengara Pemilu mapupun Pilkada
dalam proses demokrasi kita di indonesia. Agar terwujudnya kedaulatan rakyat
indoesia.

16
D. Daftar Pustaka

Jurnal :
Masyaroh “Arah perubahan sistem dalam Undang Undang pasca Reformasai” Jurnal Cita
Hukum Vol 1 No 2 (Desemeber 2013)

Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah


Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006),
M. Afied Hamabali, “Pemilukada pasca Reformasi di Indonesia” Jurnal Recsstaat Ilmu
Hukum Fakultas Hukum UNSA Vol 8 No 1 (1 Maret 2014 )
Fitriyah, F. (20013) “Meninjau Ulang Sistem Pilkada Langsung” Masukan untuk pilkada
langsung berkualitas.
Pratikno, Demokrasi dalam Pilkada Langsung Menyongsong”Makalah sarasehan
menyongsong Pilkada langsung, Yogyakarta 25-26 2005

M. Afied Hamabali, “Pemilukada pasca Reformasi di Indonesia” Jurnal Recsstaat Ilmu


Hukum Fakultas Hukum UNSA Vol 8 No 1 (1 Maret 2014 )

Cornelis lay,Involusi Partai politik; esai esai transisi indonesia, penerbit pasca sarjana. S2 politik
lokal otonomi daerah UGM Yogyakarta.

Buku :
Henry B Mayo, dalam mariam budiarjo, 1986, Dasar-Dasar Imu Politik, Gramedia, Jakarta
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Jakarta: PT Buku Kita.
Sulaeman, Zulfikri. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia. Jakarta: Kompas Gedia Nusantara
Saldi Isra, Sisteme Pemerintahan Indonesia, (Depok: RajawaliGrafindo Persada, 2019),
cetakan kedua.
Sardini Nur Hidayat, Restorasi Penyelenggaran Pemilu di Indonesia, (Yogyakarta:fajar
Media Pess, maret 2011), cetakan Pertama.

17

Anda mungkin juga menyukai