Anda di halaman 1dari 10

KEPEMIMPINAN - PANCASILA

Kepemimpinan Yang Berkarakter


Pancasila
1. Pengertian Kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau
memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnyadalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
Adapun pengertian kepemimpinan pancasila menurut
para ahli :
1. Ary Murty
Kepemimpinan Pancasila adalah kepamimpinan yang berasas,
berjiwa, dan beramal pancasila. Sebagai keterpaduan antara
penguasaan nilai-nilai luhur yang berakar pada budaya Nusantara
dengan penguasaan nilai-nilai kemajuan universal.
Adapun nilai-nilai budaya Nusantara meliputi keterjalinan hidup
manusia dengan tuhannya, keserasian hidup antara sesama
manusia serta lingkungan alam, kerukunan dan mempertemukan
cita-cita hidup di dunia dan akhirat. Nilai-nilai kemajuan universal
meliputi pendayagunaan Sains dan Teknologi secara efektif dan
efisien dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
ketangguhan bangsa disegala aspek kehidupan.
2. Wahjosumidjo
Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan modern
yang selalu menyumberkan diri pada nilai-nilai dan norma-norma
pancasila.

Kepemimpinan Pancasila adalah suatu perpaduan dari


kepemimpinan yang bersifat universal dengan kepemimpinan
indonesia, sehingga dalam kapemimpinan pancasila menonjolkan
dua unsur, yaitu “Rasionalitas” dan “semangat kekeluargaan”.
Kepemi mpi nan Pancasila dapat diartikan sebagai
kepemimpinan yang dijiwai Pancasila, disemangati azas
kekeluargaan, memancarkan wibawa serta menumbuhkan daya
mampu untuk membawa serta masyarakat, berbangsa dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kepemimpinan yang diharapkan adalah kepemimpinan
moderen, kepemimpinan Pancasila perlu memiliki ciri-ciri tentang
sifat kepemimpinan modern.
Di antara sifat-sifat kepemimpinan modern adalah sebagai berikut:
a. Berorientasi jauh ke depan;
Dalam menentukan kebijaksanaan dan memecahkan persoalan,
masa yang akan akan datang selalu diperhitungkan. Karena kita
bukan hidup untuk masa lampau, tetapi hidup untuk
menyongsong masa yang akan datang.
b. Berlandaskan pola pikir ilmiah;
Dalam mengambil keputusan mengikuti penentuan
masalah/ problem, penentuan data/informasi yang
diperl uk an, pengumpul an data dan informasi, analisis data,
penarikan simpulan. Dengan demikian, dihindari pengambilan
keputusan yang didasarkan pada emosi atau intuisi semata-mata
ataupun situasi senang dan tidak senang.
c. Berpegang pada prinsip efesien dan efektif;
Menentukan cara yang perlu diambil dalam
m e n y e l e s a i k a n s u a t u kegiatan dengan waktu yang
sesingkat-singkatnya, biaya, sarana dan tenaga yang minimal
tetapi tercapai hasil yang maksimal. Cara ini perlu dipadukan
dengan nilai atau azas Pancasila sehingga
tercapaikeselarasan, keserasian dan keseimbangan.

2. Nilai-Nilai Yang Dijadikan Sumber Pedoman


Bagi Pemimpin
Nilai Moral Pancasila Sebagai Sumber Kepemimpinan :
 Sila I : Iman dan taqwa - Saling menghormati - Kebebasan
ibadah
 Sila II : Hak-hak dan kewajiban Azasi - Toleransi dan
kemanusiaan – Kerjasama
 Sila III : Patriotisme, Nasionalisme - Persatuan, Kesatuan -
Bhinneka Tunggal Ika
 Sila IV : Musyawarah, Mufakat - Melaksanakan Putusan
 Sila V : Gotong royong, familier, damai.

3. Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila


Dalam kepemimpinan Pancasila keterpaduan pola pikir
modern dengan dengan pola pikir Pancasila bertumpu pada azas-
azas sebagai berikut:
1. Azas Kebersamaan;
Menurut azas kebersamaan, dalam Kepemimpinan Pancasila
hendaknya:
a. pemimpin dan yang dipimpin merupakan kesatuan organisasi;
b. pemimpin tidak terpisah dengan yang dipimpin;
c. pemimpin dan yang dipimpin saling pengaruh mempengaruhi;
d. pemi mpi n dan yang di pi mpi n buk an uns ur yang
s ali ng bertentangan sehingga tidak terjadi dualisme;
e. masing-masing unsur yang terlibat dalam kegiatan mempunyai
tempat dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-sendiri dan
merupakan suatu golonganyang paling kuat, tetapi juga tidak
menganggap kepentingan seseorangsebagai pusat;
f. tanpa ada yang dipimpin tidak mungkin ada pemimpin;

2. Azas Kekeluargaan dan Kegotong-royongan


Ciri-ciri kekeluargaan dan Kepemimpinan Pancasila, di antaranya:
a. timbul kerjasama yang akrab;
b. kesejahteraan dan kebahagiaan bersama yang menjadi titik
tumpu;
c. berlandaskan kasih sayang dan pengorbanan;

3. Azas Persatuan dan Kesatuan dalam Ke-bhinekaan;


Kita semua sadar akan kebhinekaan Bangsa Indonesia, baik dari
segi suku, bangsa, adat istiadat, agama, aliran dan sebagainya.
Namun keanekaragaman itu, masing-masing diakui keberadaannya
sendiri-sendiri dan ciri-ciri kepribadiannya dalam persatuan dan
kesatuan.

4. Azas Selaras, Serasi dan Seimbang;


Semua azas tersebut di atas harus dijiwai dan disemangati oleh
azas k eselarasan, k es erasi an dan kesei m bangan, az as
yang ti dak mencari menangnya s endi ri, adu kek uatan,
atau timbul k ontradiksi , k onfl ik dan pertentangan.
Adanya perbedaan keanekaragaman adalah
mencerminkan kodrat alam yang masing-masing memiliki
tempat. Kedudukan dan kewajiban serta fungsinya sendiri-sendiri.
Di negara Indonesia, setiap warga negara diharapkan bersikap
dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang
terkandung dalam Pancasila. Seorang pemi mpin diharapk an
menj adi c ontoh tel adan serta panutan orang -orang
yang di pi mpi nnya, mau tidak mau harus bers ikap dan
berti ngk ah laku s es uai dengan Pancasila. Ia harus
melaksanakan butir-butir yang merupakan nilai-nilai dan norma-
norma Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang nyata.
Perbuatannya tidak bolehbertentangan dengan nilai-nilai tersebut.

Dikalangan ABRI telah dirumuskan sebelas asas


kepemimpinan, yang telah digali dari nilai-nilai kepemimpinan di
bumi Indonesia. Yang paling penting dari kesebelas asas tersebut
ialah tiga asas pertama, yang sangat ditonjolkan oleh Ki Hajar
Dewantara, dan pada akhirnya dijadikan prinsip utama
kepemimpinan Pancasila.
Kesebelas asas tersebut ialah :
1) Ing Ngarsa sung Tulada (di depan memberikan teladan)
Pemimpin yang baik adalah orang yang berani berjalan di
depan, untuk menjadi ujung tombak dan tameng/perisai di arena
perjuangan, untuk menghadapi rintangan dan bahay-bahaya
dalam merintis segala macam usaha.
2) Ing Madya Mangun Karsa ( di tengah membangun
motivasi dan kemauan)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau terjun di
tengah-tengah anak buahnya, merasa senasib sepenanggungan
sanggup menggugah dan membangkitkan gairah serta motivasi
kerja, semangat tempur/juang, dan etik kerja yang tinggi.
3) Tut Wuri Handayani
Pada saat yang tepat pemimpin juga harus sanggup berdiri
di belakang anak buahnya. Hal ini bukan berarti bahwa dengan
kecut hati pemimpin ”bersembunyi” di belakang pengikutnya, dan
mengekor di balik kekuatan anak buahnya. Akan tetapi harus
diartikan sebagai mau memberikan dorongan dan kebebasan,
agar bawahannya mau berprakarsa, berani berinisiatif, dan
memiliki kepercayaan diri untuk berpartisipasi dan berkarya dan
tidak selalu bergantung pada perintah atasan saja.
4) Takwa kepada TYME
Pemimpin Indonesia dituntut agar memiliki keyakinan
beragama, keimanan, dan ketakwaan yang teguh terhadap Tuhan
yang Maha Esa. Kesadaran sedemikian menimbulkan pengertian
bahwa setiap insan Indonesia mempeunyai kedudukan yang
sama tingginya di hadapan Tuhan. Kesadaran tersebut
menginsyafkan seorang pemimpin, bahwa dirinya bukan seorang
yang maha super, bukan pula sumber kewenangan yang mutlak
dalam menentukan permasalahandan kedudukan orang lain,
terutama bawahan dan pengikut-pengikutnya.
5) Waspada purba wisesa (waspada dan berkuasa)
Waspada itu mempunyai ketajaman penglihatan dan juga
mampu menembus penglihatan ke depan, mampu mengadakan
forecasting atau meramal bagi masa mendatang, atau bersifat
futuristik. Sedang ”murba” atau ”purba” itu artinya mampu
mencipta atau mampu mengendalikan menguasai.
6) Ambeg paramarta
Ambeg itu artinya mempunyai sifat-sifat. Paramarta
(sansekerta : paramartha) artinya yang benar, yang hakiki. Maka
ambeg paramartha itu artinya murah, karim, dermawan, mulia,
murni, baik hati. Biasanya ”paramartha” selalu disertai dengan
”adil” jadi ambeg adil-paramartha berarti : bersikap adil, mampu
membedakan yang penting dan yang tidak penting, sehingga
mendahulukan hal-hal yang perlu dan penting, dan
menomorduakan peristiwa-peristiwa yang remeh dan tidak
penting.
7) Ambeg prasaja (bersifat sederhana)
Ambeg prasaja pada diri pemimpin itu berarti dia bersifat
sederhana, terus terang, blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar,
dan toleran. Sikapnya bersahaja/tunggal, hidupnya juga tidak
berlebih-lebihan, tetap sederhana, dan tidak tamak.
8) Ambeg Satya (setia)
Amberg satya itu ialah bersifat setia, menepati janji, dan
selalu memenuhi segala ucapannya.
9) Gemi Nastiti ( hemat dan teliti-cermat)
Pemimpin yang baik itu sifatnya hemat cermat, dan berhati-
hati, tidak boros. Hemat karena ia mampu melaksanakan semua
pekerjaan dengan efektif dan efisien. Hemat pula dalam
mengelola sumber tenaga manusia, material, dan harta
per,odalan, dan menyingkiri semua tingkah laku yang tidak
memberi manfaat.
Cermat itu dalam bahasa Jawanya ialah nastiti, yaitu
meneliti dengan sangat hati-hati segala karya, perbuatan, dan
peristiwa di sekitarnya. Sedang berhati-hati artinya : pemimpin itu
selalu bernalar, cermat, dan teliti.
10) Blaka ( terbuka, jujur, lurus)
Pimpinan yang baik harus bersikap terbuka, komunikatif.
Dia bersedia memberikan kesempatan kepada bawahan dan
orang lain untuk mengemukakan sugesti usul, pendapat, kritik
yang konstruktif, dan koreksi
11) Legawa (tulus ikhlas)
Legawa artinya rela dan tulus ikhlas, setiap saat dia
bersedia untuk memberikan pengorbanan. Sifat orangnya ialah
pemurah (murah hati), karim, dan dermawan.

4. Sumber Kepemimpinan Pancasila


Ada tiga sumber pokok Kepemimpinan Pancasila, yaitu:
1. Pancasila, UUD 1945, dan GBHN
2. Nilai-nilai kepemimpinan universal
3. Nilai-nilai spiritual nenek moyang.
Hal-hal yang dapat dianggap sebagai sumber kepemimpinan
Pancasila antara lain berupa :
a. Nilai-nilai positif dari modernisme
b. Intisari dari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma-norma
kepemimpinan yang ditulis oleh para nenek moyang.
c. Refleksi dan kontemplasi mengenai hakikat hidup dan tujuan
hidup bangsa pada era pembangunan dan zaman modern,
sekaligus juga refleksi mengenai pribadi selaku ”manusia utuh”
yang mandiri dan bertanggung jawab dengan misi hidupnya
masing-masing.

5. Landasan Kepemimpinan Pancasila


Selanjutnya, pada tingkat, jenjang serta di bidang apa pun,
pemimpin harus mempunyai
landasan pokok berupa nilai-nilai moral kepemimpinan, seperti
yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
Keempat macam landasan pokok kepemimpinan itu ialah :
1. Landasan diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr. R.
Sosrokartono ):
a) Sugih tanpa banda (kaya tanpa harta benda)
b) Nglurung tanpa bala (melurug tanpa balatentara)
c) Menang tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan)
d) Weweh tanpa kelangan (memberi tanpa merasa
kehilangan)

2. Landasan Kepemimpinan
a) Sifat ratu/raja: bijaksana, adil, ambeg paramarta, konsekuen
dalam janjinya.
b) Sifat pandita: membelakangi kemewahan dunia, tidak punya
interest-interest, dapat melihat jauh ke depan/waskita
c) Sifat petani: jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka
d) Sifat guru : memberikan teladan baik.

3. Landasan Pengabdian (Sri Mangkunegara 1)


a) Ruwangsa handarbeni (merasa ikut memiliki negara)
b) Wajib melu angrungkebi (wajib ikut bela negara)
c) Mulat Sarira hangrasa wani (mawas diri untuk bersikap
berani)

6. KEPEMIMPINAN PANCASILA DALAM PERSPEKTIF


PEMIMPIN YANG ADA DI INDONESIA

Kepemimpinan pancasila, teori ini mengisyaratkan bahwa


kepemimpinan itu harus didasarkan pada nilai-nilai pancasila
seperti yang dijelaskan oleh lima sila yang ada pada idiologi
negara ini.
Kepemimpinan pancasila menurut Drs. Sukarna dalam
bukunya yang berjudul “kepemimpinan dalam administrasi
Negara” adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Thesis (percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa)
Kepemimpinan Thesis adalah kepemimpinan yang religius
dan melaksanakan hal-hal yang harus diperbuat yang
diperintahkan Tuhannya, dan menjauhkan diri dari setiap
larangan Tuhan dan agamanya. Kepemimipinan ini didasarkan
pada sila pertama yaitu ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Konsep kepemimpinan thesis ini sangat susah diterapkan
karena merupakan konsep ideal suatu kepemimpinan, dan
merupakan das sein namun das sollennya tidak semua pemimpin
mampu mewujudkannya. Kepemimpinan tipe ini sangat
dipengaruhi oleh ajaran agama yang dianutnya, misalnya Islam
dengan gaya nabi panutannya yaitu Nabi Muhammad, kemudian
Kristen dengan tokoh panutannya yaitu Jesust Crist, serta Hindu
dan Budha dengan Dewa yang mereka yakini sebagai tokoh
panutan dalam bertindak.

2. Kepemimpinan yang humanis (memiliki rasa


kemanusiaan).
Kepemimpinan model ini berdasarkan sila ke-2 pancasila
kita yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka setiap
tindakan kepemimpinan harus berdasarkan perikemanusiaan,
perikeadaban dan perikeadilan.
Perikemanusiaan diartikan sebagai suatu tindakan yang
didasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia. Perikeadaban dimaksudkan sebagai nilai-nilai
manusia yang beradab, yang memiliki etika sosial yang kuat dan
menjunjung tinggi kebersamaan yang harmonis. Kemudian
perikeadilan dianggap sebagai prilaku pemimpin yang adil kepada
setiap orang yang dipimpinnya, adil bukan berarti sama rata,
namun adil sesuai dengan hak dan kewajibannya atau sesuai
dengan porsinya.

3. Kepemimpinan yang unitaris atau nasionalis


(mempersatukan).
Kepemimpinan yang mengacu pada sila ke-3 ini yaitu
persatuan indonesia tidak boleh melepaskan diri dari
nasionalisme yang sehat. Nasionalisme diartikan sebagai
kesetiaan tertinggi dari setiap inividu ditujukan kepada
kepribadian bangsa. Ada 4 fungsi nasionalisme bagi
kepemimpinan administratif menurut Drs. Sukarna, yaitu:
a. Mempersatukan seluruh kekuatan politik, ekonomi, sosial
budaya dan bangsa Indonesia.
b. Mengeliminasi dominasi asing, ataupun yang bersifat asing
dalam politik, ekonomi, sosial dan budaya
c. Mempertahankan kepribadian bangsa indonsia di tengah
percaturan global.
d. Mengusahakan gengsi dan pengaruh dalam dunia
internasional.

4. Kepemimpinan demokratik
Kepemimpinan administratif yang mengacu pada sila ke-4
yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan atau dengan kata lain adalah
kepemimpinan demokratis pancasila. Adapun ciri-ciri
kepemimpinan yang demokratis pancasila ini menurut Drs.
Sukarna adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan administartif tunduk dan taat kepada kehendak
serta aspirasi-aspirasi rakyat di dalam segala bidang baik yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
b. Kepemimpinan administratif selalu melaksanakan amanat rakyat
yang tertuang dalam falsafah hidupnya sendiri, UUD dan aturan
lain yang ada dibawahnya yang merupakan aspirasi dan suara
rakyat.
c. Kepemimpinan demokratik selalu menjunjung tinggi
falsafah”ambeg paramarta” yaitu mendahulukan kepentingan
umum diatas kepentingan pribadi, buka ororiter atau tirani
d. Kepemimpinan demokratik harus menjunjung tinggi penegakan
hukum, karena negara kita adalah negara hukum
e. Kepemimpinan administratif mempunyai kewajiban untuk
menegakan HAM
f. Kepemipinan yang demokratik pada dasarnya tidak memusatkan
kekuasaan pada satu tangan, namun meyerahkannya kepada
pembagian yang proporsional.

5. Kepemimpinan social justice (berkeadilan).


Kepemimpinan yang didasarkan pada sila ke-5 yaitu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Kepemimpinan
berkeadilan itulah konsep dasar teori ini, adil dalam hal ini bukan
sama rata dan sama rasa, namu lebih pada adil yang sesuai
dengan hak dan kewajibannya, harus proporsional, oleh karena
itu untuk menerapkan kepemimpinan ini perlu strategi yang tepat
untuk mengasah kemampuan membuat suatu kebijaksanaan
yang benar-benar bijaksana..
Ada beberapa ciri-ciri kepemimpinan yang berkeadilan
(Sukarna, 2006,75), yaitu:
a. Kepemimpinan selalu mendahulukan kepentingan orang yang
mengikutinya atau kepentingan umum diatas kepentingan pribadi
atau kelompok;
b. Tidak bersifat nepotisme atau mendahulukan orang-orang
terdekat dalam setiap pengambilan;
c. Mampu menegakkan keadilan;
d. Tidak mungkin mewujudkan keadilan sosial jika dalam suatu
negara atau suatu organisasi yang pemimpinnya menganut
paham otoriterisme, karena dalam konsep otoriterisme tidak
meengenal keadilan model ini;
e. Menempatkan pengikutnya diatas segalanya, karena dia
sebagai pelayan pengikutnya.

11 Asas Kepemimpinan

1. Taqwa
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya.

2. Ing Ngarsa Sung Tulada


Memberi suri tauladan di hadapan anak buah.

3. Ing Madya Mangun Karsa


Ikut bergiat serta menggugah semangat di tengah-tengah anak buah.

4. Tut Wuri Handayani


Mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.

5. Waspada Purba Wisesa


Selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi kepada anak buah.

6. Ambeg Parama Arta


Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.

7. Prasaja
Tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.

8. Satya
Sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan dan dari bawahan terhadap atasan dan
ke samping.

9. Gemi Nastiti
Kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu
kepada yang benar-benar diperlukan.

10. Belaka
Kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya.

11. Legawa
Kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan
kedudukan kepada generasi berikutnya
HUM ANI ORA

Kepemimpinan Lapangan di Lingkungan


TNI
28 Oktober 2015 11:22 Diperbarui: 28 Oktober 2015 11:40 2219 0 0

Setiap Perwira, di lingkungan TNI menurut pemahaman penulis adalah seorang pemimpin.
Perwira memang dipersiapkan diri sejak dini, terutama yang berkaitan dengan ilmu kemiliteran,
kemampuan dan keterampilan di bidang ilmu kepemimpinan, serta bagaimana berinteraksi sosial
dengan sesama Perwira, dengan pimpinan dan dengan masyarakat. Untuk menjadi seorang
pemimpin yang baik tidaklah mudah, dan tidak pula bisa diperoleh secara instan, tetapi melalui
proses panjang, dengan terus belajar dan berlatih.

Itulah sebabnya hingga kini kepemimpinan menjadi salah satu topik yang selalu menarik untuk
dikaji dan diteliti, karena paling banyak diamati sekaligus merupakan fenomena yang paling
sedikit dipahami. Berbagai tipe kepemimpinan telah dikaji dalam dunia pendidikan, mulai dari
kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis, kepemimpinan liberal, kepemimpinan
populis, kepemimpinan kharismatik, dan kepemimpinan kooperatif. Saat ini mulai berkembang
model dan gaya kepemimpinan yang disebut kepemimpinan paternalistik, kepemimpinan
visioner, kepemimpinan integratif, kepemimpinan strategis, dan kepemimpinan efektif. Bahkan
sekarang banyak orang mengembangkan model dan gaya kepemimpinan transformasional. Di
kalangan TNI-pun, kita mengenal kepemimpinan TNI.

Anda mungkin juga menyukai