Anda di halaman 1dari 26

“KEPEMIMPINAN”

Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah prinsip-prinsip manajemen dan bisnis

Dosen Pengampuh :

Akh. Yunan Athoillah, M.Si.

Disusun oleh :

1. Ilyas Arma Putra (G93219073)

2. M. Faris Alifuddin (G93219077)

3. Krisna Adam Juniandika Putra (G93219075)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2019

1
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalha ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalha yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penullis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak khususnya kepada dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Surabaya, 8 September 2019

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................................4
1.2. Rumusan masalah .....................................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kepemimpian ...........................................................................................................5
2.2. Peran Kepemimpinan dalam Kewirausahaan ...........................................................5
2.3. Kepribadian seorang leadpreuner .............................................................................6
2.4. Tipologi kepemimpinan ...........................................................................................10
2.5. Model kepemimpinan ..............................................................................................11
2.6. Teori kepemimpinan ................................................................................................15
2.7. Kepemimpinan Masa Kini .......................................................................................18
2.8. Kepemimpinan Transformasional ...........................................................................23
2.9. Kepemimpinan Transaksional .................................................................................24.

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .............................................................................................................25
3.2. Saran .......................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN
3.2. Latar belakang
Manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan yang digunakan untuk melakukan
kegiatan secara sitematis dan terorganisasi guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen bisa juga diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan menitik beratkan sesuatunya
terhadap suatu metode keilmuan yang bersifat rasional, empiris, umum dan akumulatif.

Tetapi yang akan kita bahas saat ini bukan tentang manajemen secara umum
melainkan salah satu unsur yang ada dalam satu kegiatan manajemen yaitu Kepemimpinan.
Kepemimpinan sendiri adalah Banyak sudah upaya yang ditempuh pemerintah dan elemen
masyarakat lain untuk timbuhnya lebih banyak wirausahawan di Indonesia. Namun upaya ini
belum membuahkan hasil seperti yang telah diharapkan, bekal lain yang mesti diharapkan
antaranya adalah kedisiplinan dan kepemimpina. Dengan kata lain, disamping memiliki
pengetahuan serta ketrampilan kewirausahaan (enterpreunership), seorang wirausahawan
harus pula memiliki kualitas kepemimpinan (leadership), yang tinggi. Perpaduan inilah yang
boleh kita sebut leadpreunership.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?

2. Bagaimanakah peran dalam kepemimpinan itu?

3. Bagaimanakah teori dalam kepemimpinan?

4. Bagaimanakah kinerja kepemimpinan masa kini?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Memahami sistem kepemimpinan dalam manajemen

2. Mengetahui hal-hal dasar dalam kepemimpinan

3. Memahami teori-teori kepemimpinan

4. Untuk menjelaskan kepada pembaca tentang kepemimpinan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KEPEMIMPINAN

Banyak sudah upaya yang ditempuh pemerintah dan elemen masyarakat lain untuk
timbuhnya lebih banyak wirausahawan di Indonesia. Namun upaya ini belum membuahkan
hasil seperti yang telah diharapkan, bekal lain yang mesti diharapkan antaranya adalah
kedisiplinan dan kepemimpina. Dengan kata lain, disamping memiliki pengetahuan serta
ketrampilan kewirausahaan (enterpreunership), seorang wirausahawan harus pula memiliki
kualitas kepemimpinan (leadership), yang tinggi. Perpaduan inilah yang boleh kita sebut
leadpreunership.

2.2. PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KEWIRAUSAHAAN

Orang-orang yang memiliki kualitas Leadpreunership yang tinggi adlah mereka yang
mampu untuk mengubah sumber daya yang tadinya bernilai rendah menjadi bernilai tinggi.
Dalam Leadpreunership, mengejar serta memanfaatkan peluang lebih diutamakan daripada
pertimbangan sumber daya yang dimiliki. Orang-orang yang memiliki jiwa tersebut yang
kuat meyakini bahwa jika tidak dimanfaatkan sekarang, peluang itu akan hilang dan belum
tentu akan kembali. Bagi seorang Leadpreuner, apa yang dilihat sebagai masalah bagi bagi
orang lain justru dianggapnya sebagai peluang. Bagi mereka, masalah yang ,uncul merupakan
peluang sekaligus juga tantangan. Ia bekerja secara sistematis dalam mengatasi tantangan
yang ada. Dengan demikian, peluangnya menjadi lebih besar. Yang lebih penting adalah
mewujudkan dalam oprasi bisnis yang nyata. Tentu saja harus menguntungkan untuk
nmengakumulasi modal dan mengembangkan bisnis nya. Kegiatan-kegiatan proaktif dan
terarah ini merupakan cerminan dan gabungan dari kualitas kepribadian, kepemimpinan,
ketrampilan, dan landasan nilai-nilai.

5
2.3. KEPRIBADIAN SEORANG LEADPREUNER

Kepribadian yang dimiliki seorang Leadpreuner dapat dikelompokkan ke dalam akronim


SUCCEED, yaitu Self-confident, Utilize, Cashflowspirit, Charismatic, Emphatic, dan Drive

Seorang leadpreuner harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Ia harus mengenali dirinya
sendiri dalam rangka membantu mewujudkan cita-cita dirinya dan juga organisasi.
Kepercayaan diri ini harus ditunjukkan terutama pada saat pengambilan keputusan. Tidak
jarang seseorang Leadpreuner sebagai pemimpin harus membuat keputusan dalam waktu
cepat berdasarkan keputusan yang tidak sempurna guna mengejar momentum. Jadi,
keputusan itu diambil merupakanj gabungan antara informsi yang relatif tidakmlengkap
dengan intuisi. Agar dapat dapat melakukan hal ini, maka seorang pemimpin juga harus
memiliki kepercayaan yang tinggi,

Seorang Leadpreuner harus pula membekali dirinya dengan memanfaatkan secara optimal
segala potensi seta sumber daya yang dimiliki, seperti nkekuatan pribadi, sumber daya
manusia, finansial, infrastruktur, dan sebagainya demi tercapainya misi, visi, tujuan serta
sasaran perusahaan, biasanya seorang Leadpreuner adalah seorang yang karismatik yang
dapat “mempesona” orang lain. Hal ini bukan berarti seorang Leadpreuner identik dengan
kemampuan untuk berbicara dengan berapi-api.

Seorang pemimpin harus menggunakan berbagai upaya, dengan mengubah perilaku pihak itu.
antara lain: penggunaan kekuasaan, taktik memengaruhi, mentoring, modifikasi perilaku, dan
komunikasi.

 Kekuasaan.
Kekuasaan sendiri mempunyai arti yaitu, kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menguasai sumber daya manusia, informasi, dan material sehingga suatu pekerjaan
dapat dilaksanakan. Kekuasaan memiliki tiga dimensi, yaitu kemampuan untuk
mendominasi, kemampuan untuk berbuat sesuatu, dan kemampuan untuk menolak
permintaan pihak lain. Karena kekuasaan merupakan suatu kemampuan sedangkan
otoritas merupakan suatu hak, maka akan terjadi tiga kemungkinan, situasi dalam
kaitannya dengan kepemimpinan.

6
1. Kondisi dimana seseorang memiliki wewenang tetapi tidak memiliki kekuasaan.
Dengan ini maka seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan
wewenang yang ia miliki, sehingga wewenang yang ia miliki tidak akan memengaruhi
pihak lain.
2. Situasi dimana seseorang memiliki wewenang dan juga kekuasaan, karena orang
tersebut memiliki kemampuan untuk menggunakan wewenangnya.
3. Situasi dimana seseorang memiliki kekuasaan tetapi tidak memiliki wewenang. Hal
ini terjadi karena orang tersebut dapat memanfaatkan wewenang yang dimiliki orang
lain untuk kepentingannya

Dari mana seseorang pemimpin dapat memeperoleh kekuasaan? French dan raven
menyebutkan adanya lima sumber yang memiliki kekuasaan yang bisa diperoleh seseorang
dalam hubungannya dengan pihak lain, kelima pihak tersebut adalah

1. Kekuasaan yang sah, yaitu kewenangan pemimpin yang memiliki kekuasaan karena
dia seorang otoritas ataupun pemegang kekuasan yang lebih tinggi.
2. Kekuasaan ahli, hal ini merupakan kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena
ia memiliki keahlian yang diakui oleh otoritas keahliannya oleh orang lain.
3. Hadiah kekuasaan, yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin yang dapat
memberikan imbalan atas kinerja yang ditunjukkan seseorang.
4. Kekuasaan koersif, yaitu kekuasaan yang dimiliki seseorang pemimpin karena dia
memiliki kemampuan untuk memaksa orang sehingga patuh terhadap perintahnya,
kekuasaan jenis ini terutama banyak ditemukan di organisasi otoriter.
5. Kekuatan referensi, yaitu kekuasaan yang dimiliki seseorang atas pemimpin
wibawanya, sedangkan kewibawaan dapat diperoleh oleh seorang pmimpin dari
keselarasan antara perkatan serta perbuatan seorang pemimpin.

Seorang pemimpin seringkali tidak hanya memperoleh kekuasaan dari satu sumber saja,
tetapi mereka memperoleh dari berbagai sumber kekuasaan yang simultan. Studi kasus
berikut menceritakan retorika Kennedy yang disampaikannya ketika marthin lutter king
terbunuh mampu menenangkan masa di Indianapolis

7
 Taktik memengaruhi.
Saat peneliti Gary yukl dan Cecilia M falbe mananyakan para responden “apa
yang anda lakukan, sehingga atasan, rekan kerja dan bawahan anda mau melakukan
apa yang anda inginkan?” jawabannya muncul atas pertanyaan tersebut menghasilkan
delapan taktik memengaruhi, sebagai berikut:
1. Konsultasi, yaitu pihak yang ingin memengaruhi orang lain berusaha melibatkan
pihak-pihak yang ingin dipengaruhi melalui pengambilan keputusan bersama,
sehingga keputusan yang dihasilkan dapat mengikat orang-orang yang terlibat
didalamnya
2. Persuasi rasional, merupakan upaya yang dilakukan pihak untuk mencari pengaruh
dengan cara meyakinkan pihak lain yang ingin dipengaruhi melalui fakta-fakta secara
rasional.
3. Daya tarik inspirasi, pihak yang mencari pengaruh berusaha mencari pihak yang ingin
dipengaruhi melalui penanaman daya tarik, baik emosi, nilai atau berbagai ide untuk
menghasilkan antusiasme dan rasa percaya diri pada pihak yang dipengaruhi
4. Taktik menjilat, manusia pada dasarnya ingin dihargai, pihak yang mencari pengaruh
dapat memanfaatkan kebutuhan manusia akan penghargaan ini dengan
menjadikanpihak lain yang ingin dipengaruhi merasa dibutuhkan atau diperhatikan.
5. Taktik koalisi, koalisi merupakan taktik mencari pengaruh dengan
cara memengaruhi pihak lain agar berada dipihak yang mencari pengaruh dan
bersama-sama mengupayakan agar pihak yang dipengaruhi menyetujui keinmginn
mereka.
6. Taktik menekan, untuk dapat memperoleh kepatuhan dari pihak lain, para pencari
pengaruh menggunakanberbagai cara intimidasi maupun ancaman.
7. Memperoleh dukungan atasan, dslam hal ini orang yang mempengaruhi, berusaha
mencari dukungan dari manajemen yang lebih atas, agar mereka bisa memengaruhi
pihak lain.
8. Taktik pertukaran, seseorang berusaha memengaruhi orang lain dengan meminta
balasan atas kebaikanj yang telah ia lakukan dimasa lalu.

8
 Mentoring.
Adanya faktor yang membuat seorang pemimpin lebih baik dibanding pemimpin yang
lain adalah kesedian pemimpin tersebut agar menjadi mentor. Mentor merupakan
seseorang individu yang secara sistematis mengembangkan kemampuan orang lain
melalui pelatihan dan pembimbingan yang intensif. Dalam kaitannya antara manajer
senior dan manajer junior dalam proses mentoring, manajer senior sebagai mentor
dapat menjalankan dua fungsi yang sangat penting, yakni:
1. Fungsi untuk mengembangkan karir manajer juinior.
2. Fungsi untuk memberikan dukungan secra psikologis dan sosial

 Modifikasi perilaku.
Menurut skinner, perilaku seseorang dapat dikendalikan oleh lingkungan dimana
tempat ia tinggal. Skinner termasuk dalam penganut aliran tingkah laku yang
dipelopori oleh Thorndike dan watson, dimana aliran ini berpendapat bahwa perilaku
yang dapat diamati lebih penting dibanding dengan kejiwaan seseorang yang bersifat
hipotesis seperti kebutuhan, motif, dan ekspektasi.

Selain mengelola anteseden perilaku para manajer yang menerapkan modifikasi perilaku juga
harus mengelola konsekuensi perilaku, yakni apa yang harus dilakuka oleh manajer setelah
seorang bawahan menunjukkan perilaku tertentu. Dalam hal ini, setelah seorang
menunjukkan kinerja tertentu maka kepadanya dapat diberikan alternatif konsekuensi yang
terdiri dari 4 kategori konsekuensi, yakni:

1. Peneguhan posistif, yaitu suatu peneguhan yang mendorong seseorang tetap


melakukan perilaku tertentu dengan segera memberikan konsekuensi dari perilaku
yang telah dtunjukkan melalui cara yang menyenngkan oang tersebut.
2. Peneguhan negatif, yaitu suatu peneguhan yang mendorong seseorang malakukan
perilaku tertentu dengan menghentikan sesegra mungkin konsekuensi perilaku yang
tidak menyenangkan.
3. Taktik pemadaman, yaitu suatu tindakan untuk tidak memberi pujian atau perhatian
terhadap seseorang dengan tujuan agar orang tersebut dapat mengubah perilakunya.

9
4. Pemberian hukuman, yaitu suatu tindakan untuk memberikan suatu perlakuan yang
tidak menyenangkan kepada seseorang setelah ia melakukakan perilaku yang tidak
diinginkan
.
 Komunikasi .
Berdasarkan tujuannya, komunikasi sendiri terdiri dari 3 kategori yakni komunikasi
informatif, komunikasi rekreatif, dan komunikasi persuasif. Pada saat melakukan
komunikasi informatif, pembicara berkeinginan agar pendengarnya memperoleh
pemahaman atas informasi yang disampaikan. Komunikasi informatif dilakukan
misalnya pada saat dosen memberikan kuliah pada para mahasiswa

2.4. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN :

Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe

kepemimpinan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tipe otokratis, seorang pemimpin yang otokratis adalah pemimpin yang memiliki
kriteria atau ciri sebagai berikut : menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi,
mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
2. Tipe militeritis, perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud adalah
seorang pemimpin tipe militerismeberbeda dengan seorang pemimpin organisasi
militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat berikut :
dalam menggerakkan bawahan sistem perintah sering digunakan, dalam
menggerakkan
bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya.
3. Tipe paternalistis, seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap
bawahanya sebagai manusia yang tdak dewasa, bersikap terlalu melindungi, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif.
4. Tipe karismatik, hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-
sebab mengapa seorang peimipin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa
pemimpin yang demikian memiliki daya darik yang sangat besar, meskipun para
pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka mereka menjadi

10
pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musahab
seorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya sering dikatakan
bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan ghaib (supra natural
power).
5. Tipe demokratis, pengetahuan tentang kepemimpinnan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini
terjadi karena tipe kepemimpinan memiliki karakteristik sebagai berikut: dalam
proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia didunia, selalu berusaha bersinkronisasi kepentingan
dan tujuan organisasi, senang menerima saran.

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang
mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian alangkah baiknya jika semua pemimpin
berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.

2.5. MODEL KEPEMIMPINAN

Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada kepemimpinan


yang berlandaskan pada suatu perilaku dan ketrampilan seorang yang berbaur kemudian
membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model yang menganut pendekatan
ini, diantaranya adalah sebagai berikut

1. Kepemimpinan kontinum (otokratis-demokratis)


Tannenbaun dan schmidt dalam hersey dan blanchard (1994) memiliki pendapat
tersendiri bahwa pemimpin memengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, yaitu
dengan cara menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai
dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku
demokratis. Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, dimana sumber
kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan, karena pemusatan
kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegangv tanggung
jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman.
Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan mempunyai manfaat antara lain,
pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan pada pimpinan serta dapat
memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orietasi utama dari
perilaku otokratis ini adalah pada tugas.

11
Perilaku demokratis memiliki arti yaitu perilaku kepemimpinan ini memperoleh
sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadinjika
bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan
kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk
mencapai tujuan, dimana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan
kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan
kelompok.

Namun, kenyataannya perilaku kepemimpinan ini tidak mengacu pada dua model
perilaku kepemimpinan yang ekstrim di atas, melainkan memiliki kecenderungan
yang terdapat di antara dua sisi ekstrim tersebut. Tannenbaun dan schmidt dalam
hersey dan blanchard (1994) mengelompokkannya menjadi tujuh kecenderungan
perilaku kepemimpinan. Ketujuh perilaku inipun tidak mutlak melainkan akan
memiliki kecenderungan perilaku kepemimpinan mengikuti suatu garis kontinum dari
sisi otokratis yang berorientasi pada tugas sampai dengan sisi demokrasi yang
berorientasi pada hubungan.

2. Kepemimpinan Ohio
Menurut penelitiannya, Universitas Ohio menciptakan teori dua faktor tentang gaya
kepemimpinan yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi ( Hersey dan Blanchard,1992).
Struktur inisiasi ini mengacu kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkan
hubungan antara dirinya dengan suatu anggota kelompok kerja dalam upaya
membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang
ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi yang mengacu kepada perilaku yang
menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal balik, rasa hormat dan kehangatan
dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota stafnya (bawahan). Adapun contoh
dari faktor konsiderasi misalnya pemimpin menyediakan waktu untuk menyimak
anggota kelompok, pemimpin mau mengadakan perubahan, dan pemimpin
mempunyai sikap bersahabat dan dapat didekati. Sedangkan contoh untuk faktor
struktur inisiasi misalnya pemimpin menugaskan tugas tertentu kepada anggota
kelompok, pemimpin meminta anggota kelompok mematuhi tata tertib dan peraturan
standar, dam pemimpin memberitahu anggota kelompok tentang hal-hal yang

12
diharapkan dari mereka. Kedua faktor dalam model kepemimpinan Ohio tersebut
dalam implementasinya mengacu pada empat kuadran, yaitu : (a). Model
kepemimpinan yang memiliki konsiderasi yang rendah dan juga struktur inisiasinya,
(b). Model kepemimpinan yang memiliki konsiderasi yang tinggi dan juga struktur
inisiasinya, (c). Model kepemimpinan yang tinggi konsiderasinya tetapi rendah
struktur inisiasinya, dan (d). Model kepemimpinan yang rendah konsiderasinya tetapi
tinggi sruktur inisiasinya.

3. Kepemimpinan Likert
Menurut Likert dalam Stoner (1978) bahwa dalam model kepemimpinan dapat
dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu sistem otoriter, otoriter yang bijaksana,
konsultatif, dan partisipatif. Penjelasan dari keempat sistem tersebut adalah seperti
yang disajikan pada bagian berikut ini.
Sistem Otoriter. Dalam sistem ini, pimpinan dapat menentukan semua
keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan pimpinan dapat memerintahkan
semua bawahan untuk menjalankannya. Untuk itu, pemimpin juga menentukan
standar pekerjaan yang harus dijalankan bawahan. Dalam menjalankan pekerjaannya,
pimpinan terkadang menerapkan ancaman dan hukuman. Oleh karena itu, hubungan
antara pimpinan dan bawahan dalam sistem ini memiliki kecurigaan antara satu
dengan lainnya.
Sistem Otoriter Bijak. berbeda dengan sistem sebelumnya, karena pada sistem
ini adanya fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai dengan
meminta pendapat kepada bawahan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering
memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan baik.
Namun demikian, pada sistem ini pun, sikap pemimpin yang selalu memerintah tetap
dominan.
Sistem konsultatif. Yaitu sistem yang menjelaskan kondisi lingkungan kerja,
pada sistem ini dicirikan adanya pola komunikasi yang memiliki dua arah antara
pemimpin dan bawahan. Pemimpin dalam menerapkan kepmimpinannya cenderung
lebih bersifat mendukung. Selain itu sistem kepemimpinan ini juga tergambar pada
pola penetapan target atau sasaran organisasi yang cenderung bersifat konsultatif dan
memungkinkan diberikannya wewenang pada bawahan pada tingkatan tertentu.

13
Sistem partisipatif. Pada sistem ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan
yang lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk
mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan
memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses
pengambilan keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan.
Dalam sistem inipun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan
memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide ataupun
permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.
Dengan hal ini, model kepemimpinan yang telah disampaikan oleh Likert
pada dasarnya merupakan pengembangan dari model-model yang dikembangkan oleh
Universitas Ohio, yaitu diambil dari sudut pandang struktur inisasi dan konsiderasi.
4. Kepemimpinan managerial grid.
Jika kondisi model Ohio, kemampuan ditinjau dari sisi struktur iinisiasi dan
konsideransinya, maka dalam model managerial grid yang disampaikan oleh blake
dan maouton, dalam robbins. Memperkenalkan model kepemimpinan yang yang
ditinjau dari sisi kepemimpinan terhadap perhatiaannya terhadap tugas dan perhatian
pada orang,. Kedua sisi tinjauan model kepemimpinan ini ditinjau dari model
kepemimpinan ini kemudian diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0
sampai 9. Dalam pemikiran model managerial grid adalah seorang pemimpin harus
lebih memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainyajuga dituntut untuk
memiliki orientasi yang baik terhadap hubungan kerja dengan manusia terhadap
bawahannya. Menurut blake dan monton ini, kepemimpinan dapat dikelompokkan
menjadi empat kecenderungan yang terletak ditengah-tengah keempat gaya ekstim
tersebut.
5. Kepemimpinan kontingensi
Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh fielder, fildear dalam gibson,
ivancevich, dan donnelly. Berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai
bagi sebuah organisasi bergantung pada sebuah situasi dimana pemimpin bekerja.
Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utrama yang cenderung
menentukan apakah situasi yang menguntungkan bagi pemimpin atau tidak. Ketiga
variabel utama tersebut adalah: hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota
kelompok, kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk
dilaksanakan, dan kekuasaan yang diwenangkan posisi yang dimiliki.

14
Berdasarkan ketiga variabel utama tersebut, fielder menyimpulkan bahwa: para
pemimpin yang berorientasi pada tugas cenderung berprestasi terbaik dalam situasi
kelompok yang sangat menguntungkan sekalipun, para pemimpin yang berorientasi
pada hubungan cenderung berprestasi terbaik dalam kondisi-kondisi yang cukup
menguntungkan.
Dari kesimpulan tersebut, pendapat fielder cenderung kembali pada konflik kontinum
perilaku pemimpin. Namun perbedaannya di sini adalah bahwa situasi yang
cenderung menguntungkan dan yang cenderung tidak menguntungkan.

6. Kepemimpinan 3 dimensi
Model kepemimpinan ini di kembangkan oleh redin. Model 3 dimensi ini, pada
dasarnya merupakan pengembangan dari model yang dikembangkan oleh universitas
ohoi dan model managerial Grid. Perbedaan utama daei dua model ini adalah adanya
penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi efektivitas,
sedangkan dua dimensi lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan dimensi perilaku
tugas tetap sama.
Intisari dari model ini terletak pada pemikiran bahwa pemikiran bahwa kepemimpinan
dengan kombinasi perilaku hubungan dan perilaku tugas dapat saja sama, namun hal
tersebut tidak menjamin memiliki efektivitas yangb sama pula. Hal ini terjadi karena
perbedaan kondisi lingkungan hubungan dan tugas yang sama tersebut memiliki
perbedaan. Secara umum, dimensi efektivitas terdiri dari dua bagian, yaitu dimensi
lingkungan yang tidak efektif dan efektif. Masing-masing bagian dimensi lingkungan
ini memiliki skala yang sama 1 sampai dengan 4, dimana untuk lingkungan tidak
efektif skalanya bertanda negatif dan untuk lingkungan yang efektif skalanya bertanda
efektif.

2.6. TEORI KEPEMIMPINAN

Salah satu prestasi yang cukup menonjol dari sosiologi kepemimpinan modern yaitu
adanya perkembangan dari teori peran. Setiap anggota suatu masyarakat menempati status
posisi tertentu, demikian juga halnya dengan individu diharapkan memainkan peran tertentu.
Dengan demikian kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu aspek dalam diferensiasi

15
peran. Ini berarti bahwa kepemimpinan dapat dikonsepkan sebagai suatu interaksi antara
individu dengan anggota kelompoknya

Berdasarkan kaidah, para pemimpin atau manajer adalah manusia-manusia YANG


lebih daripada yang lain, kuat, gigih, dan tahu segala sesuatu (White,Hudgson & Crainer,
1997). Para pemimpin juga merupakan manusia-manusia yang berjumlah sedikit, namun
perannya dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang
hendak dicapai. Berawal dari ide-ide pemikiran, visi para pemimpin ditentukan arah
perjalanan suatu organisasi. Walau bukan satu-satunya ukuran keberhasilan dari tingkat
kinerja organisasi, akan tetapi kenyataan membuktikan tanpa kehadiran pemimpin, suatu
organisasi akan bersifat statis dan akan berjalan tanpa arah.

Dalam sejarah peradaban manusia, dikonstatir gerak hidup dan dinamika organisasi
sedikit banyak tergantung pada sekelompok kecil manusia penyelenggaraan organisasi.
Bahkan dapat dikatakan kemajuan umat manusia datangnya dari sejumlah kecil orang-orang
istimewa yang maju kedepan. Orang-orang ini adalah perintis, pelopor, dan ahli organisasi.
Para pemimpin dalam menjalankan tugasnya tidak hanya bertanggung jawab kepada
atasannya, pemilik, dan tercapainya tujuan organisasi, mereka juga bertanggung jawab
terhadap masalah-masalah internal organisasi termasuk tanggung jawab terhadap
pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia. Secara eksternal, para pemimpin
memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan atau akuntabilitas publik.

Dari sisi teori kepemimpinan pada dasarnya teori kepemimpinan mencoba


menerangkan dua hal yaitu, faktor-faktor yang melibatkan kemunculan kepemimpinan dari
sifat dasar kepemimpinan. Penelitian tentang dua masalah ini lebih memuaskan daripada
teorinya itu sendiri. Namun bagimanpun teori-teorinkepemimpinan cukup menarik, karena
teori banyak membantu dalam mendefinisikan dan menentukan masalah-masalah penelitian.
Dari penelusuran literatur tentang.

Kepemimpinan, teori ini banyak dipengaruhi oleh penelitian Galton (1879) tentang
latar belakang dari orang-orang terkemuka yang mencoba menerangkan kepemimpinan
berdasarkan warisan. Beberapa penelitian lanjutan, mengemukakan individu-individu dalam
setiap masyarakat memiliki tingkatan yang berbeda dalam inteligasi, energi, dan kekuatan
moral serta mereka selalu dipimpin oleh individu yang benar-benar superior.

Perkembangan selanjutnya, masing-masing ahli teori mengembangkan pandangan


kemunculan pemimpin besar adalah hasil dari waktu, tempat dan situasi sesaat. Dua hipotensi

16
yang dikembangkan masalah kepemimpinan yaitu ; (1) kualitas (2), kualitas individu dalam
mengatasi situasi sesaat merupakan hasil kepemimpinan terdahulu yang berhasil dalam
mengatasi situasi yang sama.

Dua teori yaitu Teori Orang-Orang Terkemuka dan Teori Situasional, berusaha
menerangkan kepemimpinan sebagai efek dari kekuatan tunggal. Efek interaktif antara faktor
individu dengan daktor situasi tampaknya kurang mendapat perhatian. Untuk itu, penelitian
tentang kepemimpinan harus juga termasuk; (1) sifat-sifat efektif, intelektual dan tindakan
individu, dan (2) kondisi khusus individu di dalam pelaksanaannya. Pendapat lain
mengemukakan, untuk memahamii kepemimpinan perhatian harus diarahkan kepada (1) sifat
dan motif pemimpin sebagai pemimpin, dan (4) kaitan kelembagaan melibatkan dia dan
pengikutnya (Hocking & Boggardus, 1994). Beberapa pendapat tersebut, apabila diperhatikan
dapat dikategorikan sebagai teori kepemimpinan dengan sudut pandang “Personal
Situasional”. Hal ini dikarenakan, pandangannya tidak hanya pada masalah situasi yang ada,
namun juga dilihat interaksi antar individu maupun antar pimpinan dengan kelompoknya.
Teori kepemimpinan yang dikembangkan mengikuti tiga teori diatas, adalah Teori Interaksi
Harapan. Teori ini mengembangkan tentang peran kepemimpinan dengan menggunakan tiga
variabel dasar yaitu: tindakan, interaksi, dan sentimen. Asumsinya, bahwa peningkatan
frekuensi interaksi dan partisipasi sangat berkaitan dengan peningkatan sentimen atau
perasaan senang dan kejelasan dari norma kelompok. Semakin tinggi kedudukan individu
dalam kelompok, maka aktivitasnya semakin sesuai dengan norma kelompok, interaksinya
semakin meluas, dan banyak anggota kelompok yang berhasil di ajak berinteraksi.

Pada tahun 1957 Stogdill mengembangkan Teori Harapan-Reinforcement untuk


mencapai peran. Dikemukakan, interaksi antara anggota dalam pelaksanaan tugas akan lebih
mengutamakan harap untuk tetap berinteraksi. Jadi, peran individu ditentukan oleh harapan
bersama yang dikaitkan dengan penampilan dan iteraksi yang dilakukan. Kemudian
dikemukakan, inti kepemimpinan dapat dilihat dari usaha anggota untuk merubah motivasi
anggota lain agar perilakunya ikut berubah. Motivasi dirubahb dengan melalui perubahan
harapan tentang hadiah dan hukuman. Perubahan tingkah laku anggota kelompok yang
terjadi, dimaksudkan untuk mendapatkan hadiah atas kinerjanya. Dengan demikian, nilai
seorang pemimpin atau manajer tergantung dari kemampuannya menciptakan harapan akan
pujian atau hadiah.

17
Atas dasar teori tersebut, House pada tahun 1970 mengembangkan Teori
Kepemimpinan yang Motivasional. Fungsi motivasi menurut teori ini untuk meningkatkan
asosiasi antara cara-cara tertentu yang bernilai positif dalam mencapai tujuan dengan tingkah
laku yang diharapkan dan meningkatkan penghargaan bawahan akan pekerjaan yang
mengarah pada tujuan. Pada tahun yang sama Fiedler mengembangkan Teori Kepemimpinan
yang Efektif. Dikemukakan, efektivitas pola tingkahlaku pemimpinbtergantung dari hasil
yang ditentukan oleh situasi tertentu. Pemimpin yang memiliki orientasi kerja cenderung
lebih efektif relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara
keseluruhan, dan (3), interaksi yang akrab dan harmonis antara pemimpin dengan anggota.
Blanchard, Zigarmi dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang
anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang anda lakukan bersama dengan
orang lain (Blanchard & Zigarmi,2001).

Teori kepemimpinan lain, yang perlu dikemukakan oleh Teorin perilaku


Kepemimpinan. Teori ini menekankan pada apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin.
Dikemukakan terdapat perilaku yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin.
Jika suatu penelitian berhasil menemukan perilaku khas yang menunjukan keberhasilan
seorang pemimpin, maka indikasinya yakni seorang pada dasarnya dapat dilatih untuk
menjadi seorang pemimpin yang efektif. Teori ini sekaligus menjawab pendapat, pemimpin
itu ada bukan hanya dilahirkan untuk menjadi pemimpin tetapi juga dapat muncul sebagai
hasil dari suatu proses belajar.

Selain teori-teori kepemimpinan yang telah dikemukakan, dalam perkembangan yang


akhir-akhir ini mendapat perhatian para pakar dan praktisi adalah dua pola dasar interaksi
para pemimpin dan pengikut yaitu pola kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan
transaksional. Kedua pola kepemimpinan tersebut, adalah berdasarkan pendapat seorang
ilmuan dibidang poltik yang bernama James McGregor Burns (1978)dalam bukunya yang
berjudul “leader ship”. Selanjutnya Bass (1985) meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai
kedua pola kepemimpinan dan kemudian mengumumkan secara resmi sebagai teori, lengkap
dengan model dan pengukurannya.

2.7. KEPEMIMPINAN MASA KINI

Uraian dan kepemimpinan masa kini beranjak dari pandangan bahwa pemimpin
publik harus mengenali secara tepat dan utuh baik mengenai dirinya maupun mengenai
kondisi dan aspirasi masyarakat atau orang-orang yang dipimpinnya, perkembangan dan

18
permasalahana lingkungan strategis yang dihadapai dalam berbagai bidang kehidupan
utamanya dalam bidang yang digelutinya, serta paradigma dan sistem organisasi dan
manajemen dimana ia berperan. Tanggung jawab pemimpin adalah memberikan jawaban
secara arief, efektif, dan produktif atas berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi pada
zamannya,

Apabila konfigurasi kepemimpinan terbangun dari tiga unsur yang interpendensial, yaitu
pemimpin, kondisi mesyarakat termasuk orang-orang yang dipimpin, dan perkembangan
nasional dan internasional karena senantiasa mengalami perubahan, maka inilah valid apabila
jika kita mempertanyakan kualifikasi kepemimpinan atau persyaratan yang diperlukan bagi
adanya kepemimpinan yang efektif dalam mengalami kompleksitas perkembangan dan
dinamika perubahan masa kini. Dalam hubungan itu kita perlu mempertanyakan paradigma
dan sistem organisasi dan manajemen relevan yang diperlukan untuk menghadapi berbagai
permasalahan dan tantangan yang dihadapi, ataupun untuk mewadahi interplay dan
interdependensi yang terjadi dalam proses kepemimpinan dan perubahan tersebut. Seorang
pemimpin publik harus dapat melihat kehadiran dirinya dalam nya konteks yang luas dan
dasar nilai yang dianut serta merupakan acuan hidup dan kehidupan masyarakat bangsanya.
Pada tataran tertentu ia bisa menangkap makna kehadirannya sebagai bagian dari sistem
administrasi negara yang mendeterminasikan kompleksitas struktur dan dinamika proses
kelembagaan masyarakat negara dan bangsa serta hubungan antar bangsa, yang pada
hakikatnya merupakan wahana perjuangan bangsa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
negara bangsa.

Kompleksitas dan dinamika perkembangan lingkungan strategis, pada tatanan


nasional ditandai oleh permasalahan dan tantangan dan multi dimensional, dibidang sosial,
ekonomi, politik, kelembagaan, serta pertahanan dan keamanan, saing perekonomian,
penegakan hukum, pelaksanaan otonomi dan desentralisasi, besarnya hutang luar negri,
tingkat kemiskinan dan pengangguran, tuntutan demokratisasi, dan ancaman desintegrasi.
Pada tataran internasional, terdapat perkiraan bahwa perkembangan lingkungan global
ditandai situasi, kondisi, tantangan dan tuntutan, yang makin kompleks, selalu berubah,
penuh ketidakpastian, dan bahkan sering tidak ramah.

Perkembangan lingkungan strategis tersebut menuntut pemimpin dan kepemimpinan


yang kompak, mampu mengantisipasi perkembangan kedepan, membangun visi, misi, dan
strategi serta mengembangkan langkah-langkah kebijakan, sistem kelembagaan dan

19
manajemen pemerintahan yang relevan dengan perkembangan, permasalahan, dan tantangan
yang dihadapi, baik pada tataran nasional maupun internasioanl.

Dewasa ini kita dihadapkan situasi dimana berbagai peritiwa didunia yang biasanya
mempengaruhi orang-orang secara perlahan, sekarang menimpa kita hampir secara serta
merta dan sangat kuat. Sistem ekonomi global dewasa ini telah membuat sekitar 1 miliar dari
5,8 miliar penduduk dunia terintegrasi melalui produk dan pasar. Kapasitas atau kompetensi
mengantisipasi perubahan tersebut kini menjadi faktor pembeda antara kepemimpinan
dengan manajemen. Organisasi agar berhasil harus mampu dan mau malkukan perubahan
sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan strategisnya (internal maupun eksternal).

Dengan memperhatikan perbedaan fundamental antara kepemimpinan dan


manajemen terdahulu dapat diidentifikasi asas-asas kepemimpinan yang perlu kita arahkan
dalam pengembangan kepemimpinan. Apabila manajemen berkaitan dengan penanggulangan
kompleksitas usaha organisasi, dan kepemimpinan berkaitan akan penanggulangan
perubahan, maka terlihat suatu sebab mengapa kepemimpinan menjadi begitu penting pada
akhir-akhir ini. Karna pengembangan semakin kompetitif dan mudah tergoyahkan berbagai
organisasi terhadap arus perubahan. Pada masa stabil ataupun mapan seperti pertengahan
abad 20 dan sebelumnya, dengan adanya administrasi serta manajemen yang baik setiap
organisasi bisa bertahan hidup. Namun pada masa yang intensitas dan frekuensi perubahan
yang sangat tinggi seperti pada abad ke-21 ini disamping manajemen yang baik juga
diperlukan kapasitas dan kualifikasi kepemimpinan yang handal.Saling hubungan antar
kepemimpinan, manajemen dengan instrumentasi menurut fungsi dan aktifitasnya, dan asas
kepemimpinan.

Abad 21 ditandai dengan adanya globalisasi, kehidupan manusia telah mengalami


perubahan-perubahan fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad
sebelumnya. Perubahan-perubahan besar dan mendasar tersebut menuntut penanganan
berbeda dengan sebelumnya. Peter senge (1994) menyatakan bahwa kedepan keadaan
berubah dan berkembang dari detail complexity menjadi dynamic complexity. Interpolasi
perkembangan sebagai dasar acuan masa depan, menjadi sulit bahkan terkadang salah, bukan
saja karna parameter perubahan menjadi sangat banyak, tetapi juga karna sensitifitas
perubahan yang lain dalam lingkup yang luas, dan masing-masing perubahan menjadi sulit
diperkirakan. Abad 21 juga abad yang menuntut dalam segala usaha dan hasil kerja manusia

20
termasuk dibidang kepemimpinan. Drucker bahkan menyatakan, tantangan manajemen pada
abad ke-21 adalah berkaitan dengan “ knowledge worker”, yang memerlukan paradigma
manajemen baru, strategi baru, pemimpin perubahan, tantangan informasi, produktifitas
pegawai berbasis pengetahuan, dan kemampuan mengelola diri sendiri (Drucker, 1999).

Gelombang globalisasi itu sendiri selain menghadapkan tantangan juga peluang. Dengan kata
lain, globalisasi itu sendiri memiliki dampak-dampak positif dan juga negatif. Salah satu
dampak globalisasi dapat berupa bentuk-bentuk proteksionisme baru. Meskipun batas-batas
negara, perdagangan bebas pada tahun 2003 ini mulai diberlakukan, namun demikian bentuk-
bentuk proteksionisme yang tidak kelihatan akan muncul. Oleh sebab itu, yang dituntut di
dalam masyarakat Abad 21 ialah kepemimpinan yang unggul atau “super”. Ulrich (1998)
dalam kaitan ini menawarkan empat agenda utama pengembangan kepemimpinan pada abad
ke-21 agar tetap menjadi “champion”, adalah: (1) menjadi rekan yang strategis, (2) menjadi
seorang pakar, (3) menjadi seorang pekerja ulung, dan (4) menjadi seorang “agent of
change”. Sebab, menurut Ulrich, masayarakat pada abad 21 adalah suatu masyarakat mega-
kompetisi. Pada abad 21, tidak ada tempat tanpa kompetisi. Kompetisi telah dan akan
merupakan prinsip hidup yang baru, karena dunia terbuka dan bersaing untuk melaksanakan
sesuatu yang lebih baik. Disisi lain, masyarakat kompetitif dapat melahirkan manusia-
manusia yang frustasi apabila tidak dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Masyarakat
kompetitif dengan demikian, menuntut perubahan dan pengembangan secara terus-menerus.

Adapun dampak negatif dari globalisasi atau lebih tegas lagi merupakan ancaman
antara lain ancaman terhadap budaya bangsa; lunturnya identitas bangsa; lunturnya batas-
batas negara bangsa; dan ancaman-ancaman organisasional lainnya. Kesemuanya, apabila
tidak segera dilakukan perbaikannya bukan tidak mungkin akan mengancam kelangsungan
hidup suatu negara. Bahkan lebih dari itu, kesatuan dan persatuan suatu bangsa dan negara
dapat terkoyak dan terpecah belah. Dengan kata lain, bahwa dampak globalisasi akan menjadi
ancaman yang makin besar dan serius, lebih-lebih apabila organisasi tidak memiliki
kepemimpinan yang kuat. Gambaran di atas menunjukkan bahwa, pada Abad 21 diperlukan
paradigma baru di bidang kepemimpinan, manajemen, dan pembangunan dalam menghadapi
berbagai permasalahan dan tantangan baru. Penyusunan paradigma baru menuntut proses
terobosan pemikiran (break through thinking process), apalagi jika yang kita inginkan adalah
output yang berupa manusia, barang, dan jasa yang berdaya saing.

21
Menurut Chowdury, manajemen pada abad 21 akan bergantung pada 3 faktor yang
menopangnya, yakni kepemimpinan, proses, dan organisasi. Asset yang paling berharga bagi
pemimpin abad 21 adalah kemampuana untuk membangun impian seperti dilakukan para
entrepreneurs. Faktor pertama yaitu, pemimpin abad 21 yaitu pemimpin yang memiliki
kompetensi berupa kemampuan mengembangka century predecssors “...” One of the
important characteristics of multi-skill leader is the ability to encourage diversity”. Sebab,
tantangan organisasional sesungguhnya pada abad 21 bukanlah jarak geographikal,
melainkan diversitas kultural. Mengenai next mentality, yang dipandang sebagai kunci
keberhasilan organisasi abad 21, meliputi hard working, never satisfied, idea-centric,
curious, dan persistent. Peoplistic communication, emotion and belief, multi skill, dan juga
memiliki next mentality. Pemimpin yang berhasil dalam mengejar dan mengerjakan impian-
impiannya menggunakan komunikasi, dan memberikan inspirasi kepada setiap orang dalam
organisasi untuk juga meyakini impiannya. Sebab itu, kompetensi sang pemimpin ditandai
dengan sikap peoplistic bukan individualistic. Chowdury pernah berkata bahwa “You can
have the best communication system, but if you are individualistic as a leader the
oerganization suffers”. Seorang komunikator yang peopulistik harus bisa mengembangkan
iklim yang bersahabat dimana setiap orang dapat berkomunikasi secara cepat. Di dalam
organisasi yang besar komunikasi dapat mengalami kegagalan yang disebabkan adanya
jenjang birokrasi dan orang hanyan menerima 10% dari informasi yang dibutuhkannya. “the
21” century leader will bea firm believe in such peolistic communnication, which is fast and
all envolving”. Kompetensi lain menurut chowduryadalah sentuhan emosional (emotion) dan
kepercayaan (belief). Emosi dalam pengertian “you should touch the mind, touch the
emotion”. Komitmen emosional yang berharga bagi manajemen. Untuk mendapatkan suatu
komitmen terhadap suatu strategi baru, dapat dicapai dengan cara mendapatkan orang-orang
dalam penyusunan strategi tersebut, dan mengurangi jangka waktu antara konsptialuasi
strategi dan pelaksanaannya. Sedangkan mengenai believe, dikemukakan bahwa hal ini ada
perbedaan mendasar antara menerima, dan memepercayai. Bertalia dengan kompetensi multi
skin, Chowdury memandang bahwa “twenty first century leaders” will become more multi-
skilled then their 2032.

Faktor kedua, proses abad 21 fokus pada kegiatan inti, meliputi 4 area kritis berupa
grass root education, fire prevention, direct interaction, dan effective globalization. Yang
dimaksud pendidikan dan pelatihan yang melibatkan seluruh staff tanpa diskriminasi, dari
pimpinan sampai staf biasa, organisasi abad 21 menekankan lebih pada entuisme pelanggan

22
disamping kepuasannya. Effective globalization, selalu mengandung resiko berbeda antara
negara yang satu dengan negara yang lain. Permasalahannya adalah berapa cepat respons
dalam menghadapi perubahan dramatik yang terjadi. Dalam hubungan itu, Chowdury
berpandangan bahwa manajemen harus ; study local culture ; local market and local
kompetition. Berbagai kompetensi kepemimpinan yang telah dikemukakan terdahulu, seperti
yang dikemukakan oleh Spencer dan kazanas, warren benni, kanter akan tetap diperlukan
bagi kepemimpinan dan pemimpin di abad 21. Dalam pengembangan kepemikiran tersebut
ada baiknya apabila kita eksplorasi dan simak kembali berbagai pandangan mengenai
kepemimpinan dan pemimpin yang dikemukakan beberapa ahli, Cooper dan Sawaf,
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang pimpinan dalam merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sebagai sumber
energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi, Bethel mengemukakan bahwa,
kepemimpinan merupakan pola ketrampilan, bakat, dan gagasan yang selalu berkembang,
bertumbuh, dan berubah. Oleh karena itu, dinyatakan bahwa kualitas menjadi penting dan
kuantitas tidak lagi menjadi keunggulan bersing.

Pengetahuan dan ilmu harus terus dicari bagi pemimpin di masa depan, hal ini sangat
penting sebab ilmu pengetahuan merupakan energi vital bagi setiap organisasi. Sejalan
dengan pendapat ini, mengemukakan bahwa kemampuan seorang pemimpin masa depan
meliputi kemampuan intelektual dan interpersonal, untuk mencapai tujuan organisasi secara
efisien.

Ronald heifetz dan laurie berpendapat, kepemimpinan masa depan adalah seorang
pemimpin yang adaptif terhadap tantangan, peraturan yang menekan, memeperhatikan
pemeriharaan kepemimpinan, memberikan kembali kepada karyawan, dan menjaga
kepemimpinannyn. Ditambah, kepemimpinan harus selalu menyiapkan berbagai bentuk
solusi dalam pemecahan masalah tantangan masa depan. Dalam kaitannya dengan adaptasi
terhadap perubahan, ditekankan pada masa pemanfaatlan sumber daya manusia. Untuk itu,
perlu dikembangkan peraturan-peraturan baru, hubungan dan kerjasama yang baru, nilai-nilai
baru, perilaku baru, dan pendekatan yang baru terhadap pekerjan.

2.8. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

Kepemimpinan transformasional ini menunjuk pada masa untuk membangun


komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para pengikut untuk
mencapai sasaran-sasaran tersebut. Teori transformasional mempelajari juga bagaimana para

23
pemimpin mengubah gaya budaya struktur organisasi agar lebih konsisten dengan strategi-
strategi manajemen untuk mencapai sasaran organisasi.

Secara konseptual, kepemimpinan mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja dan


pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu
mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah proses
transformasi terjadi dalam hubungan kepemimpinan manakala pemimpin membangun
kesadaran bawahan akan pentingnya nilai kerja.

Konsep awal tentang kepeminpinan transformasional telah diformulasi oleh Burns, dari
penelitian deskriptif mengenai pemimpin-pemimpin politik, Burns, menjelaskan
kepemimppnan transformasional sebagai proses yang padanya, “para pemimpn dan pengikut
saling menaikkandiri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi”, seperti
kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, dan bukan didasarkan atas emosi, seperti misalnya
keserakaan, kecemburuhan sosial, atau kebencian.

2.9. KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL

Pengertian kepemimpinan transaksional merupakan salah satu gaya kepemimpina


yang intinya menekankan transaksi diantara pemimpin dan bawahan. Kepemimpinan
transaksional memungkinkan pemimpin memotivikasi dan mampengaruhi bawahan dengan
cara memeprtukarkan reward dengan kinerja tertentu, bawahan mampu menyelesaikan
tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama. Dengan alasan ini
mendorong Burns untuk mendefinisikan kepemimpinan transaksional menekankan proses
hubungan pertukaran yang bernilai ekonomis yang memenuhi kebutuhan biologis dan
psikologis sesuai dengan kontrak yang telah mereka setujui bersama.

Menurut Bass, sejumlah langkah dalam proses ini yakni, pemimpin transaksional
memperkenalkan apa yang diinginkan bawahan dari pekerjaannya dan mencoba memikirkan
apa yang diinginkan bawahan dari pekerjaannya dan mencoba memikirkan apa yang akan
bawahan peroleh jiak hasil kerjanya sesuai dengan transaksi. Pemimppin menjajnjikan
imbalan bagi usaha yang dicapai, dan kepemimpinan tanggap terhadap minat pribadi
bawahan bila ia merasa puas dengan kinerjanya.

24
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau


bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk menerapkan Manajemen dalam suatu
organisasi diperlukan adanya kepemimpinan yang ciri-cirinya berbeda dengan kepemimpinan
yang tidak untuk meraih mutu. Manajemen diterapkan dalam organisasin yang melihat tugas
organisasinya tidak sekedar melaksanakan tugas rutin, yang sama saja dari hari ke hari
berikutnya.

3.2. SARAN

Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,


mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan
bersama. Maka untuk menjadi seorang pemimpin haruslah mempunyai pengetahuan dan jiwa
pemimpin.

Seharusnya pemimpin manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada


dirinya, tetapi akan menyebarkan kepemimpina itu pada orang-orang lain, dan hanya
menyisakan pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Terry,George,R. 1990. “Guide to Manejemen”. Jakarta : Bumi Aksara


Drs. Gitosudarmo,I. 2001. “Prinsip Dasar Manajemen”. Yogyakarta : PT BPFE-
YOGYAKARTA
Ir. Suminto,H. 1997. “Masa Depan Kepemimpinan”. Batam : Interaksara
Dr. Darodjat,TA. 2015. “Konsep-konsep dasar MANAJEMEN PERSONALIA
Masa Kini”. Bandung : PT Refika Aditama
Solihin,I. 2009. “Pengantar Manajemen”. Jakarta : Erlangga
Drs. Permadi.K. 1996. “Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen”.
Jakarta : PT Rineka Cipta
T. Handoko,H. 2012. “Manajemen dalam Berbagai Perspektif”. Jakarta :
Erlangga
Prof. dr. Wibowo. 2016. “Kepemimpinan”. Depok : PT RajaGrafindo Persada
Amri, Husnul. “kepemimpinan yang efektif”, (3) 1, 2016

Nafisah, Durratun. “ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN


KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN”. Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun
2006, Halaman 69

Wijayanto,Dian. 2016 “Pengantar Manajemen”. Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai