Anda di halaman 1dari 5

Dugaan Korupsi VLCC

 Mantan Komisaris Pertamina yang saat ini menjabat Deputi Menteri Negara BUMN, Roes Aryawijaya,
kembali diperiksa penyidik bagian Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung sebagaisaksi dugaan korupsi
dalam penjualan kapal tanker raksasa atau very large crude carrier (VLCC) Pertamina. Seusai pemeriksaan,
Roes yang ditanya wartawan soal keputusan penjualan dua kapaltanker raksasa Pertamina tahun 2004 itu
menjawab, “Penjualan tersebut sebenarnya usulan Direksi Pertamina. Oleh Komisaris dikaji dan dilihat. ‘Kan
kalau tidak dijual perusahaannya bangkrut,” kata Roes. Keputusan menjual VLCC itu melibatkan seluruh
direksi dan komisaris Pertamina. Dalam siaran pers yang dikeluarkan Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan
Agung, disebutkan bahwa direksi Pertamina bersama Komisaris Utama Pertamina, tanpa persetujuan Menteri
Keuangan pada 11 Juni 2004 telah melakukan divestasi dua tanker VLCC milik Pertamina nomor Hull 1540
dan 1541 kepada Frontline dengan harga US$ 184 juta. Hal tersebut bertentangan dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 89 Tahun 1991 Pasal 12 Ayat 1 dan 2 karena persetujuan Menteri Keuangan baru terbit
tanggal 7 Juli 2004. Secara terpisah, Jaksa Agung Hendarman Supandji menyatakan bahwa tersangka kasus
dugaan korupsi penjualan VLCC itu ternyata lebih banyak dari yang semula disebutkan.
Pertanyaan :
1. Menurut Anda, siapakah yang disebut dengan pemegang saham dari PT Pertamina tersebut?
JAWAB : Menurut saya pemegang saham dari PT Pertamina adalah Pemerintah Republik Indonesia, karena Pertamina adalah
perusahaan energi nasional yang 100% kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia, melalui
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku Kuasa Pemegang Saham.
                                                                                                
2. Menurut Anda, apakah tindakan Direksi dan Komisaris Pertamina di atas dapat dibenarkanbila dilihat dari UU PT ?
JAWAB : Dapat dibenarkan, karna Pertamina berubah menjadi persero tahun lalu (2003) maka, juragan migas itu tunduk
pada UU Perseroan Terbatas. Sehingga setiap penjualan aset (bukan saham) cukup dengan persetujuan komisaris lewat Rapat
Umum Pemegang Saham
 3. Menurut Anda siapa yang seharusnya berwenang untuk memutuskan divestasi aset Pertamina tersebut ?
 JAWAB : Menurut kelompok kami Direksi lah yang berwenang untuk melakukan divestasiaset Pertamina
karena Direksi bertanggung jawab menyusun strategi bisnis, anggaran danrencana kerja sesuai dengan visi,
dan misi perusahaan serta RKAP dan RIPP. Direksi jugabertanggung jawab terhadap struktur pengendalian
internal dan penerapan manujeinen risikodan praktek-praktek tata kelola perusahaan yang baik. Direksi
memastikan praktek akuntansidan pembukuan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
memberikan perhatianpada pelaksanaan audit internal, melakukan tindak lanjut yang diperlukan sesuai
arahanDewan Komisaris dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai denganperaturan yang ada
saat ini, Direksi bertanggungjawab terhadap laporan keuanganperusahaan dan keputusan RUPS
4. Mengapa kasus seperti penjualan VLCC pada perusahaan Pertamina itu dapat muncul dan sering menimpa perusahaan BUMN ?
Jawab :Karena penjualan Tanker Pertamina secara bisnis menimbulkan kontroversi karena perbedaan persepsi soal untung rugi
dalam pelegoan itu dan BUMN di anggap tak punya kuasa menjual tankernya

5. Coba pelajari berbagai peratura pemerintah tentang penjualan aset BUMN dan berikan pendapat anda bagaimana seharusnya
menurut prinsip-prinsip penerapan GCG
Jawab : Menurut Peraturan Menteri Negara BUMN nomor PER – 02/MBU/2010 bagian kedua tentang penjualan pasal
5,6 dan7, menyatakan bahwa pemindahtanganan dengan cara Penjualan dapat dilakukan apabila memenuhi
persyaratan, penjualan dilakukan sepanjang hal tersebut memberikan dampak yang lebih baik bagi BUMN, penjualan
dapat dilakukan dengan cara Penawaran Umum, Penawaran Terbatas, dan Penunjukan Langsung. Sesuai dengan
prinsip GCG, Komisaris serta Direksi harus bersikap profesionalisme untuk menyelamatkan perusahaan dalam keadaan
apapun dan melakukan aktivitas ekonomi sesuai dengan memperhatikan aspek indepedensi dan profesionalitas agar
menghasilkan dampak positif bagi perusahaan                                                                                                 

Anda mungkin juga menyukai