Anda di halaman 1dari 3

NAMA : TOMMY GABRIEL WINS SUNLOY

NIM 202021350
KLS/SEMESTER : N4A
UAS : HUKUM KEPEGAWAIAN

1. Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) harus mampu mengendalikan, membimbing dan mengarahkan
seluruh dimensi kehidupan bermasyarakat termasuk harus tanggap terhadap perkembangan yang terjadi
pada semua aspek kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik dan ketertiban. Untuk terwujudnya semua
itu, maka diperlukan ASN yang profesional, mandiri dan tidak terlibat dalam kekuatan sosial politik
manapun (Netral) dan tidak menggunakan wewenang jabatan dan pengaruh untuk tendensi keberpihakan
kepada salah satu calon atau bakal calon Kepala Daerah dalam konteks Pilkada atau Pemilu. ASN harus
menjunjung tinggi prinsip netralitas dalam menyelenggarakan tugas Negara sebagaimana kode etik
sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
Kode Etik. Dengan demikian jika prinsip ini dipedomani maka akan menjadi basis idealismenya
pengabdian pada pelayanan publik yang prima dalam mewujudkan tanggungjawab, moralitas, dan disiplin
PNS/ASN dalam mengembang amanah negara.
Netralitas berasal dari kata “netral” yang berarti tidak membantu atau tidak mengikuti salah satu
pihak. Netralitas adalah sebentuk keadaan dan sikap yang tidak memihak/bebas terhadap kubu, sebab
ASN harus memiliki sikap yang tidak memihak dan tidak berpihak terhadap salah satu
kelompok/golongan, termasuk tidak diskriminatif dan steril dari kepentingan kelompok social dan
kepentingan partai politik sebagaimana Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
kepegawaian pasal 2 (dua) “Pegawai negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai serta
tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.” Lebih lanjut bahwa netralitas yang
dimaksudkan adalah perilaku tidak memihak atau tidak terlibat yang ditunjukkan birokrasi pemerintahan
(ASN) dalam rentang masa sosialisasi bakal calon hingga kampanye kandidat kepala daerah di ajang
pemilihan kepala daerah (Pilkada) baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Adapun indikator
yang digunakan untuk mengukur netralitas antara lain : (a). Tidak terlibat, dalam arti tidak menjadi tim
sukses calon kandidat pada masa kampanye atau menjadi peserta kampanye baik dengan menggunakan
atribut partai atau atribut PNS. (b). Tidak memihak, artinya tidak membantu dalam membuat keputusan
dan/atau tindakan yang menguntungkan salah satu pasangan calon, tidak mengadakan kegiatan yang
mengarah kepada keberpihakan terhadap salah satu pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
pada masa sosialisasi/kampanye, meliputi pertemuan, ajakan himbauan, seruan atau pemberian barang
kepada PNS/ASN dalam lingkup unit kerjanya, anggota keluarga dan masyarakat serta tidak membantu
dalam menggunakan fasilitas negara yang terkait dengan jabatan dalam rangka pemenangan salah satu
calon pasangan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah pada masa kampanye secara jelas tertuang dalam PP
43 Tahun 2010 Pasal 4 (empat) angka 15 (lima belas).

2. Pengembangan ASN berbasis sistem merit di masa sekarang dan yang akan datang menyimpan
sejumlah peluang dan tantangan. Bagi penyelenggara birokrasi pemerintahan, tantangan ke depan yang
dimaksud yaitu dunia memasuki era revolusi industri 4.0 dan era millennium III. Hal yang menjadi
penting di era millennium III adalah ilmu pengetahuan yang digunakan sudah berbasis komputerisasi
dikarenakan pada era tersebut, dunia telah masuk ke era yang lebih canggih yaitu ndustri yang
menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Perubahan budaya revolusi industri 4.0
dan millinium ini harus direspon cepat dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan pemerintah
sehingga mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tengah persaingan global. Dalam upaya
menghadapi persiangan global dimaksud, prioritas utama dalam penyelenggaraan pemerintahan hanya
dapat dilakukan dengan menciptakan profesionalitas sumber daya aparatur yang berintegritas, kompeten,
berorientasi pada pelayanan publik, netral dan memiliki wawasan global.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sumber daya aparatur yang bertugas menyelenggarakan tugas-tugas
pemerintahan dan memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan publik atau masyarakat secara
profesional dan berkualitas. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, dinyatakan bahwa ASN adalah profesi bagi PNS bertugas melaksanakan
kebijakan publik; memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia. Implementasi kebijakan tersebut diharapkan dapat
mewujudkan dan menciptakan PNS (Aparatur Birokrasi) yang berkualitas yang memiliki kompetensi dan
profesionalisme dalam menjalankan tugas dan jabatannya.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang prima ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain adalah
faktor profesionalisme aparaturnya, sedangkan untuk mendapatkan aparatur yang profesional diperlukan
kualitas sumber daya aparatur yang sesuai dengan tuntutan organisasi. Hal ini penting dan esensial karena
pelayanan publik merupakan pelayanan berhubungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat
luas dan sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan organisasi secara menyeluruh.
Pengaturan PNS sebagai sumber daya aparatur melalui Manajemen PNS sebagai bagian dari
Manajemen ASN, yaitu pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki
nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik Kolusi Kurupsi Nepotisme
(KKN). Manajemen PNS adalah fungsi dalam organisasi yang dirancang untuk memaksimalkan kinerja
pegawai dalam memaksimalkan kinerja organisasi. Salah satu aktivitas organisasi untuk memajukan
kemampuan pegawainya adalah pengembangan karir pegawai.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Pasal 163 disebutkan bahwa
Pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola karier, mutasi, dan promosi merupakan
manajemen karier PNS yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip Sistem Merit. Selanjutnya
dalam Pasal 176 pasal (1) disebutkan pengembangan karier PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162
dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah,
sedangkan dalam ayat (2) disebutkan bahwa pengembangan karir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui manajemen pengembangan karir dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas.
Dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 2014 pada Bab I Pasal 1 Ketentuan Umum dijelaskan bahwa,
sistem merit adalah kebijakan dan Manajemen Aparatur Sipil Negara yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

3. Manajemen ASN merupakan pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Kewenangan pembinaan dan penyelenggaraan manajemen ASN secara nasional diamanatkan
UU ASN kepada BKN.
Pasal 3 UU ASN menyatakan bahwa ASN sebagai profesi harus berdasarkan pada beberapa prinsip, di
antaranya adalah nilai dasar, serta kode etik dan kode perilaku. Ada sejumlah unsur nilai dasar yang harus
dimiliki pegawai ASN, yakni seperti memegang teguh ideologi Pancasila; Setia dan mempertahankan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta Pemerintahan yang sah.
Sementara dalam Pasal 10 dan Pasal 11 UU ASN dijelaskan bahwa salah satu fungsi pegawai ASN
adalah perekat dan pemersatu bangsa. Selanjutnya pegawai ASN betugas untuk mempererat persatuan
dan kesatuan NKRI.

4. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 yang telah diubah dengan PP Nomor 66
Tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015, TASPEN mengelola
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) yang merupakan merupakan perlindungan atas risiko
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berupa perawatan, santunan, dan tunjangan cacat.
Pengelolaan Iuran dan Pelaporan penyelenggaraan program JKK dilakukan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 206/PMK.02/2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 241/ PMK.02/2016 Tentang Tata cara Pengelolaan Iuran dan Pelaporan
Penyelenggaraan Program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil dan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara.
Kepesertaan Program JKK dimulai sejak yang bersangkutan diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri
Sipil/ Pegawai Negeri Sipil/Pejabat Negara sampai dengan pegawai/ pejabat negara tersebut berhenti.

5. Masyarakat Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah bagian penting dalam sendi kehidupan pemerintah,
ia adalah pelayan masyarakat sehingga ia harus mampu melayani dengan baik. Dalam kata pembuka ini
ingin mengajak rekan seprofesi untuk segera merubah pola pikir dari hanya menyelesaikan pekerjaan
menjadi melayani dengan penuh tanggungjawab serta ikhlas. Saat ini nasib Pegawai Negeri Sipil sudah
membaik, maka saatnya pula PNS menjadi sendi penting dalam mewujudkan cita-cita bangsa.
Bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan cita-cita negara sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik tahun 1945, perlu dibangun
Aparatur Sipil Negara yang mempunyai Integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik
bagimasyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasilan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun
pelaksanaan manajemen Aparatur Sipil Negara masih belum berdasarkan kepada perbandingan antara
kompetensi dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi calon
dalam rekruitmen, penempatan, pengangkatan dalam promusi pada jabatan sejalan dengan tatakelola tata
pemerintahan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai