Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor
Soal yang terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks
deskripsi kasus. Jawaban Anda Korupsi kepala daerah tak kunjung berhenti, silih berganti kepala daerah ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bahkan saat mencalonkan diri dalam pilkada pun, kepala daerah masih nekat korupsi. Tingginya biaya politik dan semakin ketatnya persaingan dalam pilkada, menjadi faktor yang mendorong terjadinya korupsi. Modus korupsi tidak banyak yang berubah, penyalahgunaan wewenang yang berujung pada transaksi suap-menyuap merupakan bentuk korupsi kepala daerah yang paling banyak terungkap. Korupsi kepala daerah meningkat seiring membesarnya kekuasaan kepala daerah tidak diiringi dengan pemahaman utuh mengenai tugas, fungsi dan kewenangan jabatan. Secara keseluruhan, Juru Bicara KPK Febri Diansyah menyatakan bahwa pihaknya telah memproses hukum 119 orang kepala daerah sejak mulai berdiri pada 2002 silam. "Dari 119 orang Kepala Daerah yang diproses KPK, 47 di antaranya dari kegiatan tangkap tangan atau hanya 39,4 persen. Sehingga, tidak sepenuhnya benar jika seluruh kepala daerah diproses melalui OTT," kata Febri saat dikonfirmasi, Selasa (8/10). Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur menempati posisi teratas dengan 14 kepala daerah yang diproses hukum. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat ada 114 kepala daerah terjerat kasus rasuah sejak 2004 hingga 2019. Rinciannya, 73 orang atau 64% berstatus bupati, 25 orang atau 24% berstatus wali kota, dan 16 orang atau 22% merupakan gubernur. Dalam 15 tahun terakhir, jumlah kepala daerah yang terjerat korupsi terbanyak pada 2018. Dua tahun lalu, ada 29 kepala daerah yang ditangkap KPK. Rinciannya, dua gubernur, 22 bupati, dan lima wali kota. Hal ini akan berdampak pada : 1. Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela, maka akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri. 2. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi kebiasaan, anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan menjadi budaya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggungjawab. 3. Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan pemerintahan dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika demikian keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya (demoralisasi) terhadap pemerintah dan pemimipin tersebut, akibatnya mereka tidak akan akan patuh dan tunduk pada otoritas mereka. 4. Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa. Jika suatu projek ekonomi dijalankan sarat dengan unsur- unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan projek, nepotisme dalam penunjukan pelaksana projek, penggelepan dalam pelaksanaannya dan lain-lain bentuk korupsi dalam projek), maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari projek tersebut tidak akan tercapai. 5. Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi dengan berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan kualifikasi akan tidak pernah terlaksana. Kualitas layanan pasti sangat jelek dan mengecewakan publik. Hal ini terkait dengan Managemen ASN, yang dalam hal ini diperlukan pemimpin daerah yang memiliki sikap kepemimpinan yang anti korupsi, jujur, bertanggung jawab sesuai dengan nilai dasar PNS yaitu Akuntabel. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor Soal yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus A. bentuk pelanggaran terhadap nilai dasar PNS: 1. Akuntabel : dimana aktor pada kasus tidak melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi. mereka juga menyalah gunakan kewenangan jabatan. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara tidak bertanggung jawab, efektif dan efisien. 2. Loyal : aktor pada kasus tidak memegang teguh ideologi pancasila, UUD 1945 dan tidak setia kepada NKRI serta pemerintah. 3. Kolaboratif : tertutup dalam penggerakkan sumber daya untuk kepentingan pribadi. B. Dampak tidak diterapkannya Jawaban Anda nilai dasar PNS: 1. Merugikan keuangan Negara 2. Kemiskinan semakin meningkat, karena dana yang harusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat, trlah disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. 3. Buruknya kualitas pembangunan infrastuktur daerah , akibat besarnya modal para kontraktor terkait aktifitas suap ataupun gratifikasi kepada kepala daerah. 4. menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap PNS maupun pejabat pemerintah. 5. Mudahnya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyalahgunakan dana Desa Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah Soal berdasarkan konteks deskripsi kasus 1. Mengoptimalkan sistem perpolitikan dan Pemilihan Umum yang bersih. 2. Mengoptimalkan sistem kontrol penggunaan ABPD yang efisien, baik oleh Badan Pengawas Daerah serta Jawaban Anda Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 3. Mengoptimalkan komitmen para aparatur penegak hukum untuk menindak, memberantas dan menghukum para pelaku tindak pidana korupsi. 4. Penguatan sumber daya manusia Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif Soal gagasan pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus. Jawaban Anda 1. Dengan mengoptimalkan sistem perpolitikan yang dan pemilu yang bersih, akan meminimalisir tindak korupsi, kerena Kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu yang bersih akan membawa misi pemberantasan korupsi dan mewujudkan pemerintahan yang bersih dari korupsi. 2. Dengan mengoptimalkan sistem kontrol penggunaan ABPD yang efisien, baik oleh Badan Pengawas Daerah serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) penguatan pengawasan. Pengawasan dapat dilakukan dari tingkat yang paling bawah yaitu pada pelaksana kegiatan sampai dengan level pimpinan Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Pemda). 3.dengan Mengoptimalkan komitmen para aparatur penegak hukum untuk menindak, memberantas dan menghukum para pelaku tindak pidana korupsi, hal ini diharapkan dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku tindak pidana korupsi. 4 Penguatan sumber daya manusia yaitu dengan bagaimana kita menanamkan nilai-nilai yang positif, tata kelola yang baik, transparansi, akuntabilitas, integritas, setia pada NKRI, memegang teguh ideologi pancasila dan UUD RI 1945.