Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PELANGGARAN KONSTITUSI

(KASUS MEGAKORUPSI E-KTP)

OLEH :

NI WAYAN LAONA NORESYA

(16.321.2526)

A10 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes WIRA MEDIKA PPNI BALI

2017

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

2.2 Fenomena Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia

2.3 Solusi Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................

3.2 Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam

melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang direncanakan

mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan

terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang

terlibat sejak dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantara dua faktor

tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara

terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,

Negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah merupakan

sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin. Salah satu penyebabnya adalah

rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi

pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya.

Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara

menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi

social (penyakit social) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil

keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya

perampasan dan pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan

3
anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain sebagainya di luar

batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir

di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu,

sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung. Persoalannya adalah

dapatkah korupsi diberantas. Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus

diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai

pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap Negara ini akan mampu mengejar

ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang maju. Karena

korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang

kehancuran.

Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun

media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang

sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat sekarang

malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup

rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melakukan tindak korupsi. Maka dari itu, di

sini saya akan membahas tentang korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.

1.2 Rumusan Masalah

3 Apa Yang Dimaksud Dengan Korupsi?

4 Bagaimana Fenomena Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia?

5 Bagaimana Solusi Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti penyelewengan atau

penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau

orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dis-honest

(ketidakjujuran). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelewengan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dise-butkan bahwa korupsi

adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan per-aturan perundang-undangan

yang mengatur tentang pidana korupsi.

- Dampak Korupsi Bagi Negara

Bidang
Dampak Korupsi
Kehidupan
Hukum a. Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip
keadailan hukum
b. Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan.
c. Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat
d. Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan
uang
e. Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama
rakyat miskin
f. Peradilan dan kepastian hukum menjadi bertele-tele
karena disalahgunakan oleh aparat penegak hukum.
Politik a. Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu
(pemeritah pusat)
b. Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada
pemerintah pusat.
c. Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara negara

5
d. Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya
manusia indonesia.
e. Terjadinya ketidakstabilan politik karena rakyat tidak
percaya terhadap pemerintah.
f. Diabaikannya pembangunan nasional karena
penyelenggara negara disibukkan dengan membuat
kebijakan popilis bukan realistis.
Ekonomi a. Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai orang
yang berada di lingkaran kekuasaan.
b. Munculnya para pengusaha yang mengandalkan kebijakan
pemerintah bukan berdasarkan kemandirian.
c. Rapuhnya dasar ekonomi nasional karena pertumbuhan
ekonomi bukan didasarkan pada kondisi sebenarnya
d. Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis
ekonomi kerakyatan.
e. Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan ekonomi
secara keseluruhan
f. Hilangnya nilai moralitas dalam berusaha, yakni
diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang sangat
merugikan pengusaha menengah dan kecil.
g. Terjadinya tindak pencucian uang
Sosial a. Hilangnya nilai-nilai moral sosial
Budaya b. Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
c. Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum,
berkurangnya kepedulian dan kesetiakawanan
d. Lunturnya nilai-nilai budaya bangsa.

2.2 Fenomena Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia.

Penjabaran Singkat Kasus Mega Korupsi E-KTP :


Kasus KTP elektronik alias e-KTP sudah lama bergulir. Kasus ini diduga merugikan

negara lebih dari Rp2 triliun. Bahkan, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menilai, kasus

korupsi ini adalah kasus paling serius. Dua tersangka dari Kementerian Dalam Negeri sudah

ditetapkan sebagai tersangka. Konsorsium PT PNRI memenangkan tender dengan penawaran

harga Rp5,8 triliun. Padahal, para pesaingnya mengajukan penawaran lebih rendah, antara Rp4,7

triliun - Rp4,9 triliun. KPK juga memeriksa banyak pihak. Termasuk para anggota Komisi II

DPR, periode 2009 - 2014.

6
- kronologinya kasus korupsi E-KTP

Sejak Undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Penduduk disahkan,

data penduduk harusnya sudah dibangun. Kementerian Dalam Negeri bertanggung jawab atas

administrasi kependudukan ini. Lelang e-KTP ini dimulai pada 2011. Terpidana korupsi M

Nazaruddin bahkan membeberkan, pengaturan lelang ini sudah berlangsung sejak Juli 2010.

Akhirnya, pada Juni 2011, Kementerian Dalam Negeri mengumumkan Konsorsium PT. PNRI

sebagai pemenang dengan harga Rp5,9 triliun. Konsorsium ini terdiri dari Perum PNRI, PT.

Sucofindo (Persero), PT. Sandhipala Arthapura, PT. Len Industri (Persero), PT. Quadra Solution.

Mereka menang setelah mengalahkan PT. Astra Graphia yang menawarkan harga Rp6 triliun.

Tapi banyak pihak menilai janggal munculnya pemenang.

Dalam proses lelang, menurut ICW (Indonesian Corruption Watch) ada kejanggalan.

Tiga hal yang janggal menurut ICW adalah post bidding, penandatanganan kontrak pada masa

sanggah banding dan persaingan usaha tidak sehat. Post bidding adalah mengubah dokumen

dokumen penawaran setelah batas akhir pemasukan penawaran. Selain itu, LKPP (Lembaga

Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah) menilai, kontrak itu ditandatangani saat proses

lelang tengah disanggah, oleh dua peserta lelang, Konsorsium Telkom dan Konsorsium Lintas

Bumi Lestari.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan ada persekongkolan dalam

tender penerapan KTP Berbasis NIK Nasional (e-KTP) Tahun 2011-2012. Pelakunya, menurut

KPPU adalah Panitia Tender, Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), dan PT Astra

Graphia Tbk. Dalam putusan tersebut, majelis KPPU membeberkan bentuk-bentuk

7
persekongkolan yang dilakukan antara PNRI dan Astra Graphia. Persengkokolan juga dijalin

dengan panitia lelang.

KPK mulai menelusuri dugaan korupsi pada 22 April 2014. Komisi menetapkan “S”,

mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri

sebagai tersangka. Enam bulan selepas KPK masuk, MA dalam putusannya menolak kasasi

KPPU tersebut.

Dua setengah tahun jadi tersangka, “S” baru ditahan pertengahan Oktober lalu.

Belakangan, KPK menetapkan “IR” yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal

Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai tersangka. Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan

meyakini, kasus dugaan korupsi e-KTP tidak hanya dilakukan oleh dua tersangka itu. Untuk

mengusut kasus ini, tim penyidik KPK telah memeriksa 110 orang yang dianggap mengetahui

proses proyek e-KTP. Banyak tokoh sudah diperiksa. Di antaranya mantan Menteri Dalam

Negeri Gamawan Fauzi dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Bahkan, Ketua DPR Setya

Novanto juga bakal diperiksa.Wakil Ketua KPK lainnya, Laode M Syarief menyatakan, kasus e-

KTP merupakan salah satu kasus yang menjadi fokus KPK saat ini.

Analisis Aspek Hukum :

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi secara jelas menyebut unsur pidana wajib dilaporkan ke pihak berwajib.

Selain itu, BPK juga bisa memanfaatkan konsep whistleblower untuk melaporkan adanya

dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh oknum kasus e-KTP ini.

2. Berdasarkan UU No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, seorang whistleblower bisa melaporkan indikasi tindak pidana korupsi yang

8
terjadi di dalam organisasi tempat dia bekerja dan memiliki akses informasi yang

memadai atas terjadinya indikasi tindak pidana korupsi tersebut.

3. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001 juncto UU No. 31 Tahun 1999, perbuatan korupsi

diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat

tahun dan paling lama duapuluh tahun dan denda paling sedikit Rp. 200 juta dan paling

banyak Rp. 1 milyar. Mengenai penerapan pidana mati terhadap terdakwa korupsi

dilakukan dalam keadaan tertentu.

4. Berdasarkan penjatuhan pidana bagi perkara korupsi yang diakomodir dalam RKUHP

dalam BAB XXXI menganai tindak pidana jabatan (Pasal 661 – Pasal 687 ) dengan

ancaman pidana paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling

banyak kategori V( Pasal 80 ayat 3 huruf e ,dengan denda sebesar Rp. 1.200.000.000,00).

5. Berdasarkan pada BAB XXXII mengenai tindak pidana korupsi ( Pasal 668 – Pasal 701 )

cukup bervariatif mulai dari pidana penjara paling singkat satu tahun, lima tahun, tujuh

tahun, sembilan tahun, dan paling lam 15 tahun serta pemberatan pidana satu per tiga

masa tahanan apabila merugikan keuangan dan perekonomian negara ( Pasal 702 ). Dan

denda paling sedikit kategori I (Pasal 80 ayat 3 huruf a dengan denda sebesar

Rp.6.000.000 ) paling banyak kategori VI (Pasal 80 ayat 3 huruf f dengan denda sebesar

Rp. 12.000.000.00).

Analisis-Aspek Ekonomi:

KPK baru mengumumkan total kerugian negara dalam kasus ini pada 2016, yakni

sebesar Rp 2,3 triliun. Dari angka tersebut, sebanyak Rp 250 miliar dikembalikan kepada negara

oleh 5 korporasi, 1 konsorsium, dan 14 orang. Nilai kerugian negara dari Badan Pengawasan

9
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Angkanya pun sangat fantastis yang lebih dari Rp 2

triliun.

Selaku pejabat pembuat komitmen (PPK), Sugiharto diduga melakukan perbuatan

melawan hukum dan atau penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan kerugian negara

terkait pengadaan proyek tersebut. Nilai proyek tersebut mencapai Rp6 triliun dan saat itu

diperkirakan kerugian negara sebesar Rp1,12 triliun.

Dari segi ekonomi sendiri, korupsi akan berdampak banyak perekonomian negara kita.

Yang paling utama pembangunan terhadap sektor - sektor publik menjadi tersendat. Dana APBN

maupun APBD dari pemerintah yang hampir semua dialokasikan untuk kepentingan rakyat

seperti fasilitas-fasilitas publik hampir tidak terlihat realisasinya, kalaupun ada realisasinya

tentunya tidak sebanding dengan biaya anggaran yang diajukan.. Contoh kecilnya saja, jalan -

jalan yang rusak dan tidak pernah diperbaiki akan mengakibatkan susahnya masyarakat dalam

melaksanakan mobilitas mereka termasuk juga dalam melakukan kegiatan ekonomi mereka. Jadi

akibat dari korupsi ini tidak hanya mengganggu perekonomian dalam skala makro saja, tetapi

juga mengganggu secara mikro dengan terhambatnya suplai barang dan jasa sebagai salah satu

contohnya.

Hal ini akan menambah tingkat kemiskinan, pengangguran dan juga kesenjangan sosial

karena dana pemerintah yang harusnya untuk rakyat justru masuk ke kantong para pejabat dan

orang - orang yang tidak bertanggung jawab lainnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak

optimal ini akan menurunkan kualitas pelayanan pemerintah di berbagai bidang. Menurunnya

kualitas pelayanan pemerintah akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Kepercayaan masyarakat yang semakin berkurang kepada para pejabat negara.

10
Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan pembelanjaan

pemerintah untuk sektor publik. Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan

perbaikan dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Korupsi

juga menghambat pendapatan pajak. Kasus mega korupsi e-KTP, pembuatan ktp di seluruh

Indonesia jadi terhambat bahkan sampe berbulan-bulan e-KTP belom selesai. Pada tahun 2017

ini yang sedang dilaksanakan pilkada serentak, banyak warga yang kehilangan hak suara

memilih pemimpin daerah karena tidak adanya e-KTP.

- Fenomena Korupsi di Indonesia

Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya Indonesia ialah:

1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada lembaga-

lembaga politik yang ada.

2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya “oknum” lembaga

tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keagamaan, kedaerahan,

kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.

3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di

antara mereka yang tidak mampu.

4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih

“kepentingan rakyat”.

Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :

11
1. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering berubah-ubah

sesuai dengan kepentingan politik saat itu.

2. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.

3. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-lomba mencari

keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.

4. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan kekuasaan.

Dimulailah pola tingkah para korup.

5. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok kecil yang

mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok masyarakat besar

(rakyat).

6. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor di bidang

politik dan ekonomi-bisnis.

7. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya jabatan dan

hirarki politik kekuasaan.

2.3 Solusi Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia.

- Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya
pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas
korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para
pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

12
a. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
b. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good
governance.
c. Membangun kepercayaan masyarakat.
d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
e. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

- Solusi yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi E-KTP

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indone-sia,
antara lain sebagai berikut :
1. Upaya pencegahan (preventif).
2. Upaya penindakan (kuratif).
3. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
4. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

1. Upaya Pencegahan (Preventif)

a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada


bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-gung
jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan
dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan mela-lui
penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

2. Upaya Penindakan (Kuratif)

13
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan dibe-
rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh
penindakan yang dilakukan oleh KPK :
a) Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD (2004).
b) Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c) Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta
(2004).
d) Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-an
negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e) Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito
dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f) Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
g) Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h) Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i) Menetapkan SEOrang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar (2004).
j) Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait
dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke
tingkat pusat/nasional.
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-rintahan
negara dan aspek-aspek hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap
pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

14
4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang meng-awasi


dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari
sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi me-lalui usaha
pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd tgl
21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan
pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-karang
menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik.
Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI
Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan
bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya, Medan, Semarang
dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara
terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia,
Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan,
Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia
adalah negara terbebas dari korupsi.

- Hubungan Antara Korupsi dan Nilai-Nilai Pancasila

Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada niat dan

kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum adalah menjadikan nilai-nilai

Pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan perundang-undangan sebagai acuan dasar

untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah dengan pelayanan publik yang baik

merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi) dan berwibawa. Korupsi adalah

15
perbuatan pelanggaran hukum, sebuah tindak pidana. Hubungannya dengan Pancasila adalah

melanggar sila ke lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena korupsi itu

menggerogoti kekayaan Negara yang ujung-ujungnya adalah memiskinkan Negara dan juga

rakyat.

16
BAB III

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Korupsi adalah tindakan pejabat publik baik politisi maupun pegawai negeri serta

pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal

menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk

mendapatkan keuntungan sepihak. Saat ini banyak kasus-kasus korupsi di Indonesia. Hal

tersebut menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara terkorup di dunia. Latar

belakang terjadinya korupsi karena lemahnya tertib hukum, profesi hukum, masih

rendahnya gaji pegawai, kampanye-kampanye yang mengeluarkan uang berlebihan

sehingga timbul rasa untuk mengembalikan uang tersebut dengan jalan korupsi.

3.2 SARAN

Penanaman edukasi tentang korupsi harus diberikan sejak dini, dengan demikian

generasi penerus tidak akan melakukan tindakan yang sama kedepannya, dan juga

pemberian sanksi yang berat kepada para pelaku korupsi dengan menitikberatkan pada

efek jera. Begitu pula dalam lembaga yang pemberantasannya harus secara detil hingga

ke cabang terluar agar supaya tidak ada lagi penyebaran korupsi yang bisa saja menyebar

luas kapan saja.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar. 2009. ”Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi: Kompas

https://www.scribd.com/document/330973868/Kasus-Korupsi-Yang-Melanggar-

Etika-Pemerintahan

Adair, John. 1999. Membina Calon Pemimpin (Sepuluh Prinsip Pokok).

Anonim.2013. Upaya Pemberantasan Korupsi.

Evi Hartanti. 2008. Tindak PIdana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika

Lubis, Mochtar. 2001. Manusia Indonesia : (SebuahPertanggungjawaban). Jakarta.

Yayasan Obor Indonesia.

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia

Zachrie , Ridwan dan Wijayanto. 2010. Korupsi Mengorupsi Indonesia, Jakarta : Gramedia

Pustaka Umum

18

Anda mungkin juga menyukai