Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI

ACARA II
FLUIDA

Penanggungjawab :
Frans Yudhistira A.

A1M013016

Lia Indah Farchah

A1M013022

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata fluida mencakup zat cair, air
dan gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda
keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan ke dalam fluida karena tidak bisa
mengalir.
Susu, minyak, pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. Dan semua zat
cair itu dapat dikelompokkan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir
dari satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh udara yang
berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan seharihari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung dan tenggelam
di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut
mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau
melayang diatasnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga bersirkulasi
di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun tidak disadari. Fluida ini dapat kita
bagi menjadi dua bagian, yakni fluida statis dan fluida dinamis.
Adapun pengertian fluida statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak
bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tidak ada perbedaan
kecepatan antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-partikel
tersebut bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.
Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi statis sederhana dan
tidak sederhana. Contoh fluida yang diam secara sederhana air di bak yang tidak
dikenai gaya oleh gaya apapun, seperti gaya angin, panas, dan lain-lain yang
mengakibatkan air tersebut bergerak. Contoh fluida statis yang tidak sederhana
adalah air sungai yang memiliki kecepatan seragam pada tiap partikel di berbagai
lapisan dari permukaan sampai dasar sungai.
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair

tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya


kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang
menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton menyatakan
bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan
geser berbanding lurus dengan viskositas.
Viskositas adalah gesekan interval, gaya viskos melawan gerakan sebagai
fluida relatif terhadap yang lain. Viscositas adalah alasan diperlukannya usaha
untuk mendayung perahu melalui air yang tenang, tetapi juga merupakan suatu
alasan mengapa dayung bisa bekerja. Efek viskos merupakan hasil yang penting
dalam pipa aliran darah. Pelumasan bagian dalam mesin fluida viskos cenderung
melekat pada permukaan zat yang bersentuhan dengannya.
Diantara salah satu sifat zat cair adalah kental (viskos) dimana zat cair
memiliki kekentalan yang berbeda-beda materinya, misalnya kekentalan minyak
goreng dengan kekentalan oli. Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam
dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin. Telah diketahui bahwa pelumas yang
dibutuhkan tiap-tiap mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda.
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang
dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa
gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh,
apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu
tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya
sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut pada saat tertentu mengalami sejumlah
perlambatan hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil
menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki suatu zat cair
sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula akan mengalami percepatan yang
dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat kekentalan cairan maka besarnya
percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada saat tersebut
kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal. Hambatan-hambatan
dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibaat viskositas zat cair itulah yang
menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastic terhadap kecepatan batu.
Aliran viskos, dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh viskositas pada aliran

adaalh kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan


sebagai tidak kental (invicid) atau seringkali ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi
jika istilah aliran viskos dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan.
Untuk benda homoogen yang dicelupkan kedalam zat cair ada tiga kemungkinan
yaitu, tenggelam, melayang, dan terapung. Oleh kaarena itu percobaan ini
dilakukan agar praktikan dapat mengukur viskositas berbagai jenis zat cair.
Karena semakin besar nilai viskositas dari larutan maka tingkat kekentalan larutan
tersebut semakin besar pula.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengukur viskositas beberapa produk
pangan dan mempelajari pengaruh suhu dan kandungan zat terlarut terhadap
viskositasnya.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fluida
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila bentuk suatu massa fluida akan diubah, maka di dalam
fluida akan terbentuk lapisan-lapisan hingga mencapai suatu bentuk baru
(Munson, 2009).
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila bentuk suatu massa fluida akan diubah, maka di dalam
fluida akan terbentuk lapisan-lapisan hingga mencapai suatu bentuk baru.
Pemahaman tentang fluida sangat penting untuk dapat menyelesaikan soal-soal
pergerakan fluida melalui pipa, pompa dan peralatan proses atau alat ukur laju alir
pada fluida (Dudgale, 2006).
Fluida dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Fluida mampu mampat (Compressible), yaitu : fluida yang apabila diberi
gaya tekanan, maka volume dan suhunya akan mengalami perubahan.
Contohnya adalah gas.
2. Fluida tak mampu mampat (Incompressible), yaitu : densitas fluida hanya
sedikit terpengaruh oleh perubahan yang besar terhadap tekanan dan
suhu.fluida tak mampu mampat biasanya berupa cairan seperti air
(Dudgale, 2006).
Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan Newtonian
dan non Newtonian.
1. Cairan Newtonian
Cairan Newtonian adalah cairan yg viskositasnya tidak berubah dengan
berubahnya gaya irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya : Air,
minyak, sirup, gelatin, dan lain-lain. Shear rate atau gaya pemisah viskositas
berbanding lurus dengan shear stresss secara proporsional dan viskositasnya
merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear rate dan shear
stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran laminar (aliran

streamline dalam suatu fluida). Cairan Newtonian ada 2 jenis,yang viskositasnya


tinggi disebut viscous dan yang viskositasnya rendah disebut mobile (Dudgale,
2006).
2. Cairan Non-Newtonian
Cairan non-Newtonian aturannya tidak mengikuti aturan viskositas. Cairan
biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar atau mempunyai struktur
tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan cairan bukan cairan Newton
sehingga diperlukan tambahan gaya atau jika perlu memecah strukturnya
(Wiroatmodjo, 1988).
B. Viskositas
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu
fluida. Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan
fluida diatasnya lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k,
lapisan zat cair dapat bergerak dengan kecepatan v, yang harganya semakin
mengecil untuk lapisan dasar sehingga timbul gradien kecepatan. Baik zat cair
maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) dari
pada gas tidak kental (mobile) (Martoharsono, 2006).
Viskositas biasanya diterima sebagai kekentalan atau penolakan terhadap
penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dapat
dipikir sebagai cara untuk mengukur gesekan fluid. Prinsip dasar penerapan
viskositas digunakan dalama sifat alir zat cair atau rgeologi. Rheologi merupakan
ilmu tentang sifat alir suatu zat. Rheologi terlibat dalam pembuatan, pengemasan
atau pemakaian, konsistensi, stabilitas dan ketersediaan hayati sediaan (Moechtar,
1990).
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada
gas, hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripadagas.
Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur, sedang viskositas cairan
turun dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak
terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya
tekanan (Martin, 2008).

Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas
yang rendah, dan sebaliknya bahan bahan yang sulit mengalir dikatakan
memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskositas. Newton
menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu aliran viskos
sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalahkonstan sehubungan dengan
gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana
perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan.
Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan
dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang
tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida
setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A.
Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada
lapisan fluida dibawahnya, maka tidakada gaya tekan yang bekerja pada lapisan
fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan
bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya
akan membentuk suatu lapisan lapisan yang saling bergeseran.Setiap lapisan
tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragamdengan
kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida
paling bawah sama dengan nol, maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di
suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap dengan tidak adanya tekanan
fluida (Kanginan, 2006). Lapisan- lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling
berdesakan karena itu terdapat gaya gesek yang bersifat menahan aliran dimana
besarnya tergantung dari kekentalan zat cair (Ginting, 2011).
Menurut Bird (2010) Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah
sebagai berikut:
1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas
gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas
naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-

molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga


gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan
akan turun dengan kenaikan temperatur.
3. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan
tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak
ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan
turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya
semakin cepat.
4. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya
tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
5. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. Semakin
tinggi ikatan rangkap maka suatu cairan akan semakin kental.
6. Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO
dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.

III.

A. Alat dan Bahan


Alat :
-

Viskometer

Gelas Beker

Kompor Gas

Thermometer

Pipet Tetes

Stopwatch
Bahan :

Kecap

Minyak Goreng

Santan

Air

Sirup

B. Prosedur Kerja

METODE PRAKTIKUM

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pengaruh Suhu Terhadap Viskositas Bahan

30C
13:43

Pemanasan
50C
06:57

70C
02:13

II

14:15

05:10

01:16

III

15:02

06:02

02:46

Jumlah

43:00

18:09

06:15

Rata-rata
I

14:33
01:10

06:09
00:41

02:05
00:31

Minyak

II

01:09

00:47

00:31

Goreng

III
Jumlah
Rata-rata
I

01:08
3:27
01:09
38:31

00:50
02:08
00:42
34:40

00:38
01:40
00:33
08:33

II

38:40

34:33

08:26

III

38:37

34:38

08:34

Bahan

Kecap

Santan

Ulangan

Air

Sirup

Jumlah

1:55:39

1:43:41

26:07

Rata-rata
I

20:18
02:09

20:14
02:01

08:02
02:06

II

01:55

02:00

02:06

III
Jumlah

02:02
06:06

02:01
06:02

02:06
06:18

Rata-rata
I

02:02
02:21

02:00
02:24

02:06
02:13

II

02:22

02:15

02:18

III
Jumlah

02:24
07:17

02:18
09:15

02:14
06:45

Rata-rata

02:22

03:05

02:15

2. Grafik Pengaruh

Kecap
16:48
14:24
12:00
9:36
7:12
4:48
2:24
0:00
25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

Minyak Goreng
1:26
1:12
0:57
0:43
0:28
0:14
0:00
25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

55

60

65

70

75

Santan
0:00
19:12
14:24
9:36
4:48
0:00
25

30

35

40

45

50

Air
2:06
2:05
2:03
2:02
2:00
1:59
1:58
1:56
25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

55

60

65

70

75

Sirup
3:21
2:52
2:24
1:55
1:26
0:57
0:28
0:00
25

30

35

40

45

50

B. Pembahasan
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu
fluida. Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan
fluida diatasnya lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k,
lapisan zat cair dapat bergerak dengan kecepatan v, yang harganya semakin
mengecil untuk lapisan dasar sehingga timbul gradien kecepatan. Baik zat cair
maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) dari
pada gas tidak kental (mobile) (Martoharsono, 2006).
Viskositas biasanya diterima sebagai kekentalan atau penolakan terhadap
penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dapat
dipikir sebagai cara untuk mengukur gesekan fluid. Prinsip dasar penerapan

viskositas digunakan dalama sifat alir zat cair atau rgeologi. Rheologi merupakan
ilmu tentang sifat alir suatu zat. Rheologi terlibat dalam pembuatan, pengemasan
atau pemakaian, konsistensi, stabilitas dan ketersediaan hayati sediaan (Moechtar,
1990).
Viskositas merupakan fungsi dari waktu yang artinya dengan bertambahnya
waktu viskositas semakin meningkat. Makin tinggi viskositas maka akan semakin
besar tahanannya. Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur,
maka viskositas cairan justru menurun jika temperatur dinaikkan. (Martin, 2008).
Martin (2008) juga menyatakan bahwa viskositas gas bertambah dengan naiknya
temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Koefisien
viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi
untuk cairan naik dengan naiknya tekanan.
Pengukuran viskositas bahan ini dilakukan dengan menggunakan bahanbahan yang telah ditentukan yaitu kecap, minyak goreng, santan, air atau akuades,
dan sirup. Bahan-bahan tersebut kemudian diambil sebanyak 100 ml dan
dimasukkan ke dalam gelas beker. Selanjutnya gelas beker berisi bahan tersebut
dipanaskan hingga mencapai suhu 30C, 50C, dan 70C. Setelah suhu yang
diinginkan telah dicapai, maka selanjutnya dilakukan pengukuran viskositas
bahan dengan menggunakan pipet tetes dimana seluruh bahan diteteskan
menggunakan pipet tetes dan diukur kecepatannya saat menetes dengan
menggunakan stopwatch. Setiap perlakuan suhu dilakukan ulangan sebanyak tiga
kali dan kemudian dihitung rata-rata pada setiap ulangan. Lama waktu bahan
menetes diasumsikan sebanagi besarnya viskositas pada setiap bahan.
Pengukuran viskositas kecap pada suhu 30C dihasilkan waktu pengukuran
rata-rata selama 14 menit 33 detik untuk menurunkan 100 ml minyak goreng,
sedangkan pada suhu 50C dihasilkan waktu rata-rata selama 6 menit 9 detik, dan
pada suhu 70C dihasilkan waktu rata-rata selama 2 menit 5 detik.
Pengukuran viskositas minyak goreng pada suhu 30C dihasilkan waktu
pengukuran rata-rata selama 1 menit 9 detik untuk menurunkan 100 ml minyak
goreng, sedangkan pada suhu 50C dihasilkan waktu rata-rata selama 42 detik,
dan pada suhu 70C dihasilkan waktu rata-rata selama 33 detik.

Kemudian pengukuran viskositas santan pada suhu 30C dihasilkan waktu


pengukuran rata-rata selama 20 menit 18 detik untuk menurunkan 100 ml minyak
goreng, sedangkan pada suhu 50C dihasilkan waktu rata-rata selama 20 menit 14
detik, dan pada suhu 70C dihasilkan waktu rata-rata selama 8 menit 33 detik.
Pada pengukuran viskositas kecap, minyak goreng, dan santan terjadi
penurunan viskositas seiring dengan peningkatan suhu pada bahan yang diukur
viskositasnya. Hal ini menunjukkan bahwa suhu yang tinggi sangat berpengaruh
terhadap viskositas minyak, dan sesuai dengan pendapat Martin (2008) yang
menyatakan bahwa viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Koefisien
viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi
untuk cairan naik dengan naiknya tekanan.
Untuk pengukuran viskositas air, pada suhu 30C dihasilkan waktu
pengukuran rata-rata selama 2 menit 2 detik untuk menurunkan 100 ml minyak
goreng, sedangkan pada suhu 50C dihasilkan waktu rata-rata selama 2 menit, dan
pada suhu 70C dihasilkan waktu rata-rata selama 2 menit 6 detik.
Kemudian untuk pengukuran viskositas sirup, pada suhu 30C dihasilkan
waktu pengukuran rata-rata selama 2 menit 22 detik untuk menurunkan 100 ml
minyak goreng, sedangkan pada suhu 50C dihasilkan waktu rata-rata selama 3
menit 5 detik, dan pada suhu 70C dihasilkan waktu rata-rata selama 2 menit 15
detik. Waktu yang diperlukan sirup untuk menentes lebih lama dibandingkan air
dan minyak. Hal ini mungkin disebabkan adanya kandungan zat lain yang
mengikat cairan, seperti gula yang mengikat air pada sirup sehingga menurunkan
viskositas. Bird (2010) menyatakan bahwa Penambahan gula tebu meningkatkan
viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan

suspensi menaikkan

viskositas air.
Pada pengukuran viskositas air dan sirup terdapat ketidaksesuain antara
hasil praktikum dengan literatur yang ada bahwa berdasarkan literatur, Martin
(2008) menyatakan bahwa viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Hal
tersebut dapat terjadi akibat adanya kesalahan pada saat melaksanakan
pengukuran dengan menggunakan pipet ataupun kesalahan akibat suhu yang
sudah menurun akibat terlalu lama dalam melakukan pengukuran.

Dalam praktikum ini juga diketahui bahwa pada suhu 30C viskositas
terbesar dimiliki oleh santan dimana santan memerlukan waktu yang lebih lama
pada saat menetes di dalam pipet dibandingkan dengan bahan-bahan lain yaitu
selama 20 menit 18 detik, urutan kedua ditempati oleh kecap dengan waktu
selama 14 menit 33 detik, urutan ketiga ditempati oleh sirup dengan waktu selama
2 menit 22 detik, urutan keempat ditempati oleh air dengan waktu selama 2 menit
2 detik, dan urutan terakhir adalah minyak goreng dengan waktu selama 1 menit 9
detik. Urutan tersebut menunjukkan besarnya viskositas dari terbesar sampai
terkecil.
Kemudian pada suhu 50C viskositas terbesar masih dimiliki oleh santan,
waktu yang diperlukan santan yaitu selama 20 menit 14 detik, urutan kedua
ditempati oleh kecap dengan waktu selama 6 menit 9 detik, urutan ketiga
ditempati oleh sirup dengan waktu selama 3 menit 5 detik, urutan keempat
ditempati oleh air dengan waktu selama 2 menit, dan urutan terakhir adalah
minyak goreng dengan waktu selama 42 detik.
Dan pada suhu 70C viskositas terbesar masih tetap dimiliki oleh santan,
waktu yang diperlukan santan yaitu selama 8 menit 2 detik, urutan kedua
ditempati oleh sirup dengan waktu selama 2 menit 15 detik, urutan ketiga
ditempati oleh air dengan waktu selama 2 menit 6 detik, urutan keempat ditempati
oleh kecap dengan waktu selama 2 menit 5 detik, dan urutan terakhir adalah
minyak goreng dengan waktu selama 33 detik.
Berdasarkan literatur, viskositas santan sebesar 3,790 cp, viskositas kecap
sebesar 0,65 cp, viskositas sirup sebesar 0,055 cp, viskositas air sebesar 0,001 cp,
dan viskositas minyak sebesar 0,0015 cp. Dalam praktikum ini santan memang
memiliki viskositas yang paling tinggi, kemudian urutan kedua adalah kecap,
sirup, minyak, dan air. Terdapat kesesuaian dan ketidaksesuaian antara literatur
dan hasil praktikum. Ketidaksesuaian tersebut dapat terjadi dikarenakan
kurangnya ketelitian pada saat pelaksanaan praktikum sehingga memungkinkan
adanya kesalahan pada saat melakukan pengukuran viskositas berbagai bahan.

V.

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bahan yang berbeda maka akan memiliki nilai viskositas yang berbeda.
Dari praktikum ini dihasilkan pengukuran viskositas berdasarkan waktu
dan suhu yang berbeda, yaitu kecap pada suhu 30oC selama 14 menit 33
detik, 50oC selama 6 menit 9 detik, 70oC selama 2 menit 46 detik ;
minyak goreng pada suhu 30oC 1 menit 9 detik, 50oC selama 42 detik,
70oC selama 32oC ; santan pada suhu 30oC selama 20 menit 18 detik,
50oC selama 20 menit 14 detik, dan 70oC 8 menit 2 detik ; Air pada suhu
30oC selama 2 menit 2 detik, 50oC selama 2 menit, 70oC selama 2 menit
6 detik ; sirup 30oC selama 2 menit 22 det ik, 50oC selama 3 menit 5
detik, dan 70oC 2 menit 15 detik.
2. Suhu berpengaruh terhadap viskositas jenis cairan, semakin tinggi suhu
maka viskositas cairan semakin menurun.
3. Zat terlarut berpengaruh terhadap viskositas jenis cairan. Zat terlarut
yang bersifatmengikat cairan maka akan menurunkan viskositas cairan.
B. Saran
1. Sebaiknya dalam memilih jadwal praktikum lebih diperhatikan dan tidak
terlalu mendadak sehingga laporan dapat dikerjakan tanpa mengganggu
UAS serta diharapkan koordinasi antara praktikan dan asisten lebih
terkontrol sehingga praktikum berjalan dengan lancar dan tertib serta
praktikan lebih paham akan apa yang dipraktikan.
2. Sebaiknya praktikan lebih teliti pada saat melaksanakan praktikum agar
hasil yang didapat sesuai atau mendekati literatur.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 2010. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Bourne, Malcon. 2002. Food Texture and Viscosity. Academic Press. New York
Dudgale. 2006. Mekanika Fluida Edisi 3. Penerbit Erlangga. Jakarta
Ginting, Tjurmin. 2011.
UNSRI. Indralaya.

Penuntun

Praktikum

Kimia

Dasar.

LDB

Kanginan, M. 2006. FISIKA untuk SMA Kelas XII. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Martin, A. 2008. Farmasi Fisika, edisi II, Jilid 3. UI Press. Jakarta
Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia I. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Moechtar. 1990. Farmasi Fisik. UGM-press. Yogyakarta.
Munson and Young., 2009. Fundamentals of Fluids Mechanics, ed. 4. Erlangga.
Jakarta
Wiroatmojo. 1988. Kimia Fisika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai