Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM II

FARMASI FISIKA
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

DOSEN PENGAMPU: Djati Wulan Kusumo., M. Farm

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3

Bikum Saidah (1902050292)

Bagus Cahyo Roufianto (1902050287)

Ike Putri Istiana (1902050274)

Nikmatul khujanah (1902050247)

Selvia Indah Kurniawati (1902050294)

Silmi Maulidi (1902050285)

Program Studi Diploma-III Farmasi

Universitas Muhammadiyah Lamongan

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, penulisan laporan


praktikum II dengan judul “Viskositas dan Rheologi” ini dibuat untuk memenuhi
tugas praktikum dari mata kuliah praktikum fisika farmasi.

Atas terbentuknya laporan praktikum ini, penulis mengucapkan


terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah
praktikum fisika farmasi yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikiran
untuk membimbing kami dalam proses praktikum fisika farmasi tersebut.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan praktikum ini masih jauh dari
taraf kesempurnaan. Olehnya itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak.

Lamongan, November 2020

Kelompok 3

i
PRAKTIKUM I

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

A. Tujuan Praktikum

Setelah mengikuti percobaan praktikum ini mahasiswa diharapkan


mampu :

1. Membedakan sifat cairan Newton dan Non newton


2. Menggunakan berbagai jenis viskometer
3. Menentukan viskositas dan rheologi cairan
B. Dasar Teori
1. Reologi
Rheologi, berasal dari bahasa Yunani rheo (mengalir) dan logos
(ilmu), digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan
Crawford untuk menggambarkan aliran cairan dan deformasi dari
padatan. Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan
untuk mengalir, makin tinggi viskositasnya maka makin besar
tahanannya (Martin dkk, 2008).
Rhelogi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan
ke dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan , penuangan dari botol,
pengeluaran dari tube, pelewatan dari suatu jarum suntik. Rheologi dari
suatu produk tertentu yang berkisar dalam konsistensi dari bentuk cair ke
semisolid sampai ke padatan, dapat mempengaruhi peneriman bagi
pasien, stabilitas fisika, dan availabilitas biologis. Jadi viskositas terbukti
mempengaruhi laju absorbsi obat dari saluran cerna. Sifat reologi sistem
farmasetik dapat mempengaruhi pemilihan peralatan pemrosesan yang
digunakan dalam pembuatan suatu produk. Peralatan yang tidak sesuai
akan menyebabkan terbentuknya hasil yang tidak diinginkan, paling tidak
dalam karakteristiknya alirannya (Martin dkk, 2008).
Rheologi erat kaitannya dengan viskositas prinsip dasar rheologi
telah digunakan dalam penyelidikan zat, tinta, berbagai adonan, bahan-

1
bahan untuk pembuat kosmetik, produk hasil peternakan, serta sediaan-
sediaan farmasi.

Penerapan rheologi di bidang farmasi yaitu:


1. Cairan
a. Pencampuran
b. Pengurangan ukuran partikel dari sistem-sistem dispersi dengan
shear
c. Pelewatan melalui mulut, termasuk penuangan, pengemasan dalam
botol, pelewatan melalui jarum suntik
d. Perpindahan cairan, termasuk pemompaan dan pengaliran melalui
pipa.
e. Stabilitas fisik dari sistem-sistem dispersi.
2. Quasisolid
a. Penyebaran dan pelekatan pada kulit
b. Pemindahan dari wadah atau pengeluaran dari tube
c. Kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-caira yang
saling bercampur satu dengan yang lainnya.
d. Pnglepasan obat dari basisnya
3. Padatan
a. Alira serbuk dari corong ke dalam lubang pencetak tablet atau ke
dalam kapsul selama proses pembuatan
b. Kemampuan pengemasan dari padatan dalam bentuk serbuk atau
granul
4. Pemrosesan
a. Kapasitas produksi dari alat
b. Efisiensi pemrosesan
(Martin dkk, 2008)

2. Viskositas
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous (Soedojo,
1986). Suatu bahan apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih
dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-
pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan dibagian dalam
(internal) suatu fluida. Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke
dalam fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam
renang yang airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelereng bergerak
dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh,
nampak kelereng bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus
beraturan). Ini berarti bahwa di samping gaya berat dan gaya apung zat

2
cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut. Gaya
ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida
(Budianto, 2008).
Satuan viskositas adalah poise, didefinisikan sebagai gaya geser
(shearing force) yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan 1
cm/detik antara dua bidang sejajar cairan masing-masing memiliki luas 1
cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm. Satuan cgs untuk poise adalah dyne
detik cm-2 atau g cm-1 detik-1. Satuan satuan ini dengan mudah diperoleh
melalui analisis dimensi dari koefisien viskositas. Persamaan dapat
disusun kembali menjadi:
F
ŋ=
A

(Sinko, 2011)

Viskositas kinematis adalah viskositas absolut dibagi dengan densitas


cairan tersebut pada temperatur tertentu.Satuan viskositas kinematis
adalah stoke (s) dan centistoke (cs):

ŋ
Viskositas Kinematis =
F
(Sinko, 2011)

Penggolongan sistem cair menurut tipe aliran dan deformasinya ada dua
yaitu:
a. Newton
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran
dari cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa semakin besar
viskositas suatu cairan, akan makin besar pula gaya persatuan luas
(Shearing stess) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear
tertentu. Oleh karena itu, rate of shear harus berbanding langsung dengan
shearing stess atau
F' dv
=
A dr

3
F
=
G
Dimana adalah koefisien viskositas, biasanya dinyatakan hanya
sebagai viskositas saja. Sedangkan F = F '/A dan G = dv/dr.
Berikut adalah bagian zat cair yang terdiri dari bidang- bidang
molekul yang tersusun paralel yang tersusun menyerupai kartu bridge
seperti pada gambar dibawah ini.

F’ A

dv

dr

(Martin dkk, 2008)


Lapisan dasar dianggap terpaku pada ditempatnya. Jika bidang
teratas dari bidang cair bergerak dengan kecepatan konstan, maka setiap
lapisan yang dibawahnya akan bergerak dengan kecepatan yang
berbanding lurus dengan jaraknya dari lapisan dasar yang tetap diam.
Perbedaan kecepatan, antara 2 bidang molekul zat cair yang terpisah oleh
suatu jarak tak terukur. Newton merupakan orang pertama yang
mempelajari sifat alir zat cair secara kuantitatif bahwa semakin tinggi
viskositas zat cair, makin besar gaya persatuan luas (tekanan geser) yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan geser tertentu. Jadi kecepatan
geser berbanding lurus dengan tekanan geser (Martin dkk, 2008).
b. Non-Newon
Non Newtonian adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan
aliran Newton, dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan
koloid, emulsi, suspensi cair, salep dan produk-produk serupa masuk ke
dalam kelas ini. Jika bahan-bahan Non Newtonian dianalisis dalam suatu
viskometer putar dan hasilnya diplot, diperoleh berbagai kurva
konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran yakni plastis,
psudoplastis, dan dilatant (Martin dkk, 2008).

4
Aliran plastis memperlihatkan suatu badan yang membentuk aliran
plastis, bahan demikian dikenal sebagai Bingham bodies. Aliran plastis
tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress pada suatu
titik tertentu yang dikenal dengan yield value. Bingham bodies tidak akan
mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value, zat bertindak
seperti bahan elastis. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak
antara partikel-partikel yang berdekatan, yang harus dipecah sebelum
aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari
kekuatan flokulasi (Martin dkk, 2008).
Aliran Pseudoplastis diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam
larutan, yang merupakan kebalikan dari sistem plastis yang tersusun dari
partikel-partikel yang terflokulasi dalam suspensi. Aliran psudoplastis
dimulai pada titik (0,0) atau paling tidak mendekati pada rate of shear
rendah. Akibatnya, berlawanan dengan Bingham bodies, tidak ada yield
value (Martin dkk, 2008).
Aliran dilatan yaitu suspensi-suspensi tertentu dengan presentase
zat padat terdispers yang tinggi menunjukkan peningkatan dalam daya
hambat untuk mengalir dengan meningkatnya rate of shear. Zat-zat yang
mempunyai sifat-sifat aliran dilatant adalah suspensi-suspensi yang
berkonsentrasi tinggi dari partikel-partikel kecil yang mengalami
deflokulasi (Martin dkk, 2008).
Ada untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat disebut
viskometer.
Ada 2 jenis viskometer :
1. Viskometer satu titik
Hanya digunakan untuk menentukan viskositas cairan Newton.
Misal viskometer kapiler, bola jatuh.
2. Viskometer banyak titik
Viskometer jenis ini bisa digunakan untuk cairan Newton dan
Non Newton. Misal viskometer stromer, brookfield, dll.
C. Alat dan bahan

5
Alat : viskometerpipa kapiler, stopwatch, bola hisap, viskometer
brookfield, dan labu takar
Bahan : sirupus simpleks danaquades

D. Prosedur kerja
1. Prosedur melarutkan larutan

Mengukur air sebanyak 80 ml

Ambil Sirupu simpleks sebanyak 20 ml

Kemudian masukkan air dan Sirupus simpleks ke


dalam labu Takar kemudian tutup labu takar dan
.aduk ad larut
2. Penentuan volume piknometer
A. Penentuan volume piknometer aquadest

Ditimbang piknometer kosong yang bersih


dan kering secara seksama

Isi piknometer dengan air hingga penuh

Setelah terisi penuh piknometer ditutup dan


dibersihkan tumpahan air yang ada di sekitar
setelah penutupan

Kemudian timbang piknometer dengan seksama

B. Penentuan volume piknometer sirupu simpleks

Timbang piknometer kosong yang bersih dan


kering secara Seksama

6
Isi piknometer dengan sirupu simpleks
Hingga penuh

Setelah terisi penuh piknometer ditutup dan


dibersihkan tumpahan Sirupu simpleks yang
ada di sekitar setelah penutupan

Kemudian piknometer dengan Seksama

3. Penentuan Viskositas Newton Menggunakan Viskometer PIPA Kapiler


Atau Ostwald

Masukan aquadest + sirupus simpleks sebanyak 15


ml melalui pipa ukuran besar sampai batas bawah
pipa kapiler

Hisap cairan dari pipa ukuran kecil sampai cairan


mencapai batas atas pipa kapiler menggunakan bola
hisap

Melepaskan bola hisap catat waktu yang diperlukan


cairan mengalir dari batas atas menuju batas bawah
pipa kapiler menggunakan stop watch lakukan

Melakukan hal yang sama poin 1-3 menggunakan


blangko aquadest

Hitung viskositas cairan

7
8
E. Hasil pengamatan dan perhitungan
a) Tabel hasil pengamatan

Larutan Waktu (s) Rata- Bobot Bobot ɳ air ɳ


t1 t2 t3 rata piknometer Piknometer reltif
waktu kosong (g) +larutan (g)
(s)
Sirupus 0.48 0.44 0.40 0.44s 31,7 g 82,9 g 0.008 0.014
simpleks 9
aquadest 0.47 0.27 0.16 0.28s 34,2 g 84,1 g 0.008 -
9

b) Perhitungan
- Penimbangan sirupus simpleks
Konsentrasi 20%
20 g
× 100ml=20 g
100 ml
- Rata-rata waktu sirupus simpleks
Diketahui : t1 = 0,48s
t2 = 0,44s
t3 = 0,40s
Ditanya :rata- rata waktu
t 1+t 2+t 3
Dijawab :
3
0.48+0,44+ 0,40
:
3
: 0,44s
- Rata-rata waktu aquadest
Diketahui : t1 = 0,47s
t2 = 0,27s
t3 = 0,16s
Ditanya :rata- rata waktu
t 1+t 2+t 3
Dijawab :
3
0.470,27+0,16
:
3
: 0,28s

9
- Perhitungan bobot jenis
- Bobot jenis sirupus simpleks
Diketahui :Bobot Piknometer +larutan : 82,9g
Bobot piknometer : 31,7g
Ditanya : Bobot jenis (ρ)
Dijawab : 82,9g - 31,7g = 51,2g
- Bobot jenis aquadest
Diketahui :Bobot Piknometer +larutan : 84,1g
Bobot piknometer : 34,2g
Ditanya : Bobot jenis (ρ)
Dijawab : 84,1g – 34,2g = 49,9g
- Viskositas relatif sirupus simpleks
Diketahui : ղ °=0,0089
t=0,44 s
ρ=51,2 g
t °=0,28 s
ρ° =49,9 g
Ditanya : viskositas relatif
t ×ρ
Dijawab : ( ղ=ղ ° )
t ° × ρ°
0,44 s × 51,2 g
: ( ղ=0.0089 × )
0,28 s × 49,9 g
: 0,0089 ×1,61
N
:0,014
m2

10
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk membedakan sifat cairan Newton
dan Non newton dan menentukan viskositas dan rheologi cairan.
Semakin besar viskositas suatu cairan maka kecepatan aliran cairan
tersebut akan semakin kecil dan jika kadar suatu larutan semakin besar
maka viskositas zat tersebut semakin tinggi.
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan untuk menetukan
pengaruh bobot jenis larutan terhadap viskositasnya. Untuk praktikum ini
dibuat larutan sirupus simpleks dengan konsentrasi 20% dalam 100 ml
aquadest. Hal ini dilakukan untuk menghitung viskositas relatif sirupus
simpleks pada konsentrasi terhadap aquadest berjumlah 80%. Lalu
campuran cairan tersebut diaduk agar larutan yang diperoleh homogen.
Piknometer yang digunakan pada praktikum, bertujuan untuk
menghitung bobot jenis cairan yang diamati. Sebelum cairan dimasukan
kedalam piknometer, piknometer ditimbang terlebih dahulu dalam
keadaan kosong, lalu masukkan cairan ke dalam piknometer kemudian
ditimbang. Hal ini dilakukan agar bobot jenis cairan yang akan diamati
lebih akurat. Pada saat penimbangan piknometer, praktikan tidak boleh
memegang piknometer langsung dengan tangan tanpa pelindung hal ini
dikhawatirkan akan menambah bobot pada piknometer sehingga bobot
yang diperoleh tidak akurat.
Sebelum memasukkan cairan ke dalam viskometer kapiler,
viskometer kapiler dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan aquadest
agar cairan yang akan diamati tidak terkontaminasi oleh zat-zat asing
yang tidak diinginkan. Kemudian cairan akan mengalir dari garis batas
atas ke garis batas bawah pada pipa kapiler. Hal ini bertujuan untuk
mengamati kecepatan aliran pada larutan gliserin dalam berbagai
konsentrasi tersebut. Semakin besar viskositas cairan tersebut maka
aliran cairan yang mengalir dari garis batas atas ke garis batas bawah

11
semakin lama. Pada pengujian ini dilakukakn 3 kali percobaan untuk
sirupus simpleks dan aquadest yang diperoleh 0,48s, 0,44s, dan 0,40s
untuk sirupus simpleks, sedangkan untuk aquadest diperoleh 0,47s, 0,27s
dan 0,16s. Dari hasil yang diperoleh mempunyai nilai rata-rata 0,44
untuk sirupus simpleks sedangkan 0,28 untuk aquadest. Dan dari data

N
diatas diperoleh hasil viskositas 0,014 .
m2
Dari praktikum kali ini juga dapat diketahui perbedaan sifat Non
newton dan Newton adalah bahwa cairan Newton memiliki viskositas
yang konstan, sedangkan cairan non-Newton memiliki viskositas
variabel. Kita dapat membagi cairan, yaitu cairan dan gas,
sebagai Newton atau non-Newton tergantung pada viskositas fluida.
G. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Viskositas adalah suatu penyataan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir dari suatu cairan untuk mengalir, maka semakin tinggi
viskositas, dan semakin besar tahanannya untuk mengalir.
2. Untuk menghitung viskositas pada praktikum kali ini adalah
viskometer pipa kapiler.
3. Dari data diatas menghitung viskositas pada sirupus simpleks

N
dihasilkan viskositas 0,014 .
m2

H. Saran
Dalam praktikum diharapkan praktikan mengerjakan dengan teliti agar
mendapatkan hasil yang sesuai serta alat dan bahan di laboratorium lebih
dilengkapi lagi sehingga dapat mengerjakan sesuai prosedur dan agar
setiap masing – masing kelompok dapat melakukan praktikum.

12
Daftar pustaka
1. Gavalec, Martin, dkk. 2008. Classification Of Solutions To Systems Of
Two-Sided Equations With Interval Coefficients. University of Hradec
Kralove. Tersedia di http://www.ijpam.eu/contents/2008-45-4/4/4.pdf
diakses pada bulan Februari 2012
2. Peter, Soedojo. 1986. Azaz-azaz Ilmu Fisika. UGM Press: Yogyakarta.
3. Budianto, Anwar. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair
Dengan Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes. ISSN : 1978-0176
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN.
4. Sinko, P. J., 2011, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5,
diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, 706, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai