Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

STOIKIOMETRI

Disusun Oleh : Tulus Panindoan Lumbantobing


NIM : 4213131011
Mata Kuliah : Kimia Umum
Kelas : PSPK 2021 B
Dosen Pengampu : Freddy Tua Musa Panggabean S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER,2021

1
Kata Pengantar
Puji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
penyertaannya,kita masih dapat merasakan kehidupan seperti saat ini, dan yang terutama saya
dapat menyelesaikan Makalah ini yang mengenai Stoikiometri, dimana tugas ini merupakan
pemenuhan tugas pengganti praktikum pada mata kuliah Kimia Umum yang dimana dosen
pengampunya adalah Bapak Freddy Tua Musa Panggabean S.Pd, M.Pd.
Saya juga banyak mengucapkan terimakasih kepada orang tua,teman-teman yang telah
memnberi support dan dukungan pada saya dalam penyelesaian tugas ini.Serta Bapak Freddy
Tua Musa Panggabean S.Pd,M.Pd. , selaku dosen pengampu praktikum mata kuliah Kimia
Umum di kelas Saya PSPK 2021 B,yang telah memberi ilmu dan membimbing Saya, dan
terimakasih juga telah memberikan tugas ini kepada Saya hingga Saya mampu
menyelesaikan tugas Makalah Stoikiometri ini,yang sangat banyak manfaatnya bagi Saya,
seperti Saya dapat berpikir lebih kritis dan meningkatkan tingkat analisis Saya.
Sebelumnya, Saya mohon maaf kepada pembaca, dikarenakan Makalah ini masih banyak
kekurangan. Baik dari segi pembahasan ataupun penyampaian kata-kata yang kurang
tepat.Oleh karena itu,Saya sebagai penulis Makalah ini mengharapkan saran,kritik dal lainnya
bagi setiap pembaca Makalah ini,guna untuk memperbaiki segala kekurangan dan dapat
memberikan yang lebih baik untuk selanjutnya.Saya juga berharap,semoga Makalah ini
berguna bagi para pembaca,baik menambah ilmu serta wawasan, dan dapat juga dijadikan
sebagai bahan referensi bagi para pembaca.

Medan, 21 September 2021

penulis

2
DAFTAR ISI

COVER 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

I.1.LATAR BELAKANG 4

I.2.RUMUSAN MASALAH 5

I.3.TUJUAN 5

BAB II PEMBAHASAN 6

II.1.ISI DAN PEMBAHASAN 6

II.2.CONTOH SOAL 28

BAB III PENUTUP 32

III.1.KESIMPULAN 32

III.2.SARAN 33

DAFTAR PUSTAKA 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang
Stoikiometri merupakan ilmu yang menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan
produk dalam reaksi kimia (Alfian, 2009:1). Hal tersebut juga diperjelas oleh Winarni, dkk
(2013:44) yang menyatakan bahwa materi stoikiometri merupakan kajian tentang hubungan-
hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia. Pemaknaan lebih luas menjelaskan bahwa
stoikiometri mempelajari aspek kuantitatif rumus dan reaksi kimia, hal tersebut diperoleh
melalui pengukuran massa, volume, jumlah dan sebagainya yang terkait dengan atom, ion
atau rumus kimia serta saling keterkaitannya dalam suatu mekanisme reaksi kimia (Ernawati,
2015:18).
Siswa dituntut untuk menguasai dan memahami materi stoikiometri karena materi ini
digunakan untuk menghitung mol, molaritas, volume, massa molar, Mr/Ar, persentase
komposisi, rumus empiris dan rumus molekul, pereaksi pembatas, dan air kristal pada materi
selanjutnya yaitu materi titrasi asam-basa, hidrolisis garam, larutan penyangga, termokimia,
kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), sifat koligatif, dan kesetimbangan kimia. Hal itu juga
diperkuat oleh Ernawati (2015: 18) yang menyatakan bahwa stoikiometri penting untuk
semua aspek dalam kimia, hal ini dikarenakan materi stoikiometri merupakan materi inti
yang mendasari materi-materi yang lain seperti materi termokimia, kesetimbangan kimia, dan
asam-basa.
Kurniahayati & Syamsurizal (2012:39) menyatakan bahwa materi stoikiometri
merupakan materi yang terkesan mudah dan sederhana, namun memiliki kajian yang cukup
luas, terutama setelah diaplikasikan dalam mengatasi permasalahan perhitungan kimia. Perlu
banyak latihan soal dan diskusi yang mendalam baik diskusi sesama siswa maupun diskusi
dengan guru dan sumber belajar lainnya. Materi stoikiometri masih dianggap sulit oleh siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X, menurut Rijani (2012: 2) karena materi tersebut
cukup kompleks, abstrak untuk dipahami, memerlukan penguasaan materi prasyarat dan
banyak melibatkan konsep matematika dalam pemecahan soal-soal hitungannya, serta
memiliki keterkaitan materi satu sama lain yang cukup erat. Pada kurikulum 2013 materi
stoikiometri dipelajari oleh siswa kelas X IPA di semester dua, berisi rumus-rumus, simbol-
simbol, reaksi-reaksi dan konsep-konsep yang dianggap abstrak oleh siswa.

4
I.2.Rumusan Masalah
1. Jelaskan bagaimana Hukum-hukum Dasar Kimia!
2. Bagaimana konsep massa atom relative?
3. Bagaimana konsep molekul relative?
4. Bagaimana konsep rumus molekul dan rumus empiris serta senyawa hidrat
5. Bagaimana konsep persen massa?

I.3.Tujuan
1. Mengetahui Dasar-dasar Hukum Kimia
2. Mengetahui cara penyelesaian persamaan kimia dan bagia-bagian dari stoikiometri
3. Mengetahui lebih mendalam tentang stoikiometri yang kita temukan dalam kehidupan

5
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pembahasan
II.1.Pengertian Stoikiometri
Stoikiometri di dalam ilmu kimia, (kadang disebut stoikiometri reaksi agar
membedakannya dari stoikiometri komposisi) ialah ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia . Kata ini berasal dari
bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran).Stoikiometri berarti mengukur unsur-
unsur dalam hal ini adalah partikel atom ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau
senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan
kimia) yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan reaksi. (Ahmad,1985).
(Keprofesian & Pendidikan, n.d.)
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode
JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan
terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat
fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan
untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi,
akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang
menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. (Muhrudin, 2011)(Winarni,
2018)
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa
dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya
diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.(Brady,1986)
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling
fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak
terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. (Hiskia,1991)(Yunita et al.,
2016)
Banyak studi telah dilakukan berkaitan dengan topik stoikiometri, baik dari segi strategi
pembelajarannya sampai cara mengevalusinya. Hal yang menarik adalah konsistennya studi-
studi mengenai kesulitan dan miskonsepsi siswa terhadap topik ini. Beberapa studi (Frazer
danaaServant, 1986, 1987; Schmidt, 1990;uuHuddle dan Pillay,a1996;
BoujaoudeadanaBarakat, 2000; Arasasingham dkk, 2004) sudah sejak lama mengeksplorasi

6
kesulitan siswa dalam memecahkan soal-soal stoikiometri. Di Indonesia sendiri, studi tentang
miskonsepsi pada topik stoikiometri sudah banyak dilakukan (Sidauruk, 2005; Anugrah dkk,
2013; Aini dkk, 2016; Astuti dkk, 2016 dan Damayanti, 2017). Tetap berlangsungya studi-
studi tentang miskonsepsi stoikiometri selama belasan tahun ini menunjukkan bahwa
problematika miskonsepsi siswa masih ada dan tetap berlangsung hingga saat ini.(Materi &
Basa, 1856)
Jadi dapat kita simpulkan bahwa stoikiometri adalah Stoikiometri adalah perhitungan
kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi.

II.2.Hukum-hukum Dasar Kimia


Ilmu kimia merupakan bagian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari materi yang
meliputi susunan, sifat, dan parubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi.
Penelitian yang cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi telah melahirkan hukum-hukum
dasar kimia yang menunjukkan hubungan kuantitatif atau yang disebut stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu stoicheon yang berarti unsur dan metrain yang
berarti mengukur. Dengan kata lain, stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Hukum-hukum kimia dasar tersebut
adalah hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan volume,
dan hukum perbandingan berganda. Hukum-hukum dasar kimia itu merupakan pijakan kita
dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia selanjutnya.

1. HUKUM KEKEKALAN MASSA (HUKUM LAVOISIER)


Pada awal abad ke- 18, para kimiawan dalam usahanya mempelajari kalor dan
pembakaran menemukan hal yang sangat aneh. Contohnya, jika kayu dibakar, maka akan
menghasilkan residu abu (padatan) yang jauh lebih ringan daripada kayu semula. Akan tetapi,
jika logam dibakar di udara bebas, maka akan menghasilkan oksida yang lebih berat
dibandingkan dengan logam semula. Untuk menjawab keanehan tersebut, para kimiawan
mengembangkan metode eksperimen secara cermat dengan menggunakan neraca kimia
dalam mengukur volume atau massa gas, cair dan padat yang terjadi pada reaksi kimia. Oleh
karena itu, massa reaktan dan hasil reaksi dapat diukur dengan cermat. Hasil eksperimen
tersebut menyajikan fakta kepada pengamat dan menuntut mereka ke perumusan hukum
fundamental (dasar ) yang menguraikan sifat kimia. Hukum dasar yang diperoleh dikenal
dengan hukum kekekalan massa, yaitu sebagai berikut.

7
’’ Massa tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan dalam perubahan materi apa
pun.’’
Fakta hukum dasar kekekalan massa sudah dibuktikan pada tahun 1756 oleh ilmuwan
Rusia, M.V. Lomonosov. Mungkin karena masalah bahasa, karyanya tidak dikenal di Eropa
Barat secara meluas. Secara terpisah pada tahun 1783, seorang kimiawan besar Prancis,
Antoine Lavoisier melakukan hal yang sama dengan menggunakan neraca kimia untuk
menunjukkan bahwa jumlah dari massa hasil reaksi kimia sama dengan jumlah massa
reaktannya.
Lavoisier melakukan eksperimen dengan memanaskan mrerkuri dalam labu tertutup yang
berisi udara. Setelah beberapa hari, terbentuk zat yang berwarna merah yaitu merkuri(II)
oksida. Gas dalam tabung massanya berkurang dan tidak dapat lagi menyangga pembakaran
(lilin dalam tabung tidak menyala lagi) dan hewan akan mati jika dimasukkan ke dalamnya.
Hal itu menunjukkan bahwa gas oksigen dalam tabung sudah habis. Sekarang diketahui
bahwa gas yang tersisa adalah nitrogen, sedangkan oksigen dari udara dalam tabung telah
habis bereaksi dengan merkuri. Selanjutnya, Lavoisier mengambil oksida merkuri tersebut
dan memanaskannya sehingga terurai kembali.
Kemudian dia menimbang merkuri dan gas yang dihasilkan. Ternyata massa
gabungannya sama dengan massa merkuri(II) oksida yang digunakan semula. Akhirnya
setelah beberapa kali dilakukan eksperimen dan hasilnya sama, Lavoisier menyatakan hukum
kekekalan massa yaitu sebagai berikut.
’’ Dalam setiap reaksi kimia, massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.’’
Contoh soal:
Lavoisier adalah orang pertama yang mengamati bahwa reaksi kimia analog dengan
persamaan aljabar.

S(s) + O2(g) → SO2(g)


1 mol S bereaksi dengan 1 mol O2 membentuk 1 mol SO2. 32 gram S bereaksi dengan 32 gram
O2 membentuk 64 gram SO2. Massa total reaktan sama dengan massa produk yang dihasilkan.
H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l)
1 mol H2 bereaksi dengan ½ mol O2 membentuk 1 mol H2O. 2 gram H2 bereaksi dengan 16
gram O2 membentuk 18 gram H2O. Massa total reaktan sama dengan massa produk yang
terbentuk.

8
2.HUKUM PROUST ATAU HUKUM PERBANDINGAN TETAP
Pada tahun 1799 kimiawan Prancis, Joseph Proust, melalui berbagai percobaan
menemukan suatu ketetapan yang dikenl dengan hukum Proust, yaitu sebagai
berikut.“perbandingan massa unsur-unsur pembentuk senyawa selalu tetap, sekali pun dibuat
dengan cara yang berbeda”.
Pada waktu itu Proust menemukan bahwa tembaga karbonat, baik dari sumber alami
maupun sintetis di laboratorium mempunyai susunan yang tetap.Untuk menentukan susunan
suatu senyawa, kita dapat menguraikan suatu contoh senyawa yang telah kita timbang,
kemudian senyawa-senyawa itu diuraikan menjadi unsur-unsurnya. Masing-masing unsur
pembentuk senyawa itu kita timbang, ternyata diperoleh suatu perbandingan tertentu. Jika hal
tersebut diulang-ulang, maka akan diperoleh perbandingan yang sama. Metode lain juga
dapat dilakukan, yaitu dengan menimbang massa senyawa yang terbentuk dari persenyawaan
unsur-unsur yang masing-masing unsur tersebut massanya diketahui. Dari sekian banyak
eksperimen mengenai susunan unsur dalam senyawa, selalu menghasilkan pernyataan
berikut.
“Suatu senyawa murni selalu tersusun dari unsur-unsur yang tetap dengan
perbandingan massa yang tetap.”
Contoh :
S(s) + O2(g) → SO2(g)
Perbandingan massa S terhadap massa O 2 untuk membentuk SO2 adalah 32 gram S
berbanding 32 gram O2 atau 1 : 1. Hal ini berarti, setiap satu gram S tepat bereaksi dengan
satu gram O2 membentuk 2 gram SO2. Jika disediakan 50 gram S, dibutuhkan 50 graM O 2
untuk membentuk 100 gra- SO2.

H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l)


Perbandingan massa H2 terhadap massa O2 untuk membentuk H2O adalah 2 gram H2
berbanding 16 gram gram O2 atau 1 2 8. Hal ini berarti, Setiap satu gram H 2 tepat bereaKsi
dengan 8 gram O2 lembentuk 9 gram H2O. Jika disediakan 24 gram O2, dibutuhkan 1 gram H2
untuk membentuk 27 gram H2O.

3. HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA

9
Ketertarikan John Dalton mempelajari dua unsur yang dapat membentuk lebih dari satu
senyawa ternyata Menghasilkan suatu kesimpulan yang disebut hukum perbandingan
berganda:
’’Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, maka perbandingan
massa unsur yang satu, yang bersenyawa dengan unsur lain yang tertentu massanya
merupakan bilangan bulat dan sederhana’’.
Sebagai contoh yaitu tembaga dengan oksigen,karbon dengan oksigen, belerang dengan
oksieen, dan fosfor dengan klor. Perbandingan massa kedua unsur tersebut adalah sebagai
berikut.
1 Tembaga dan oksigen membentuk dua senyawa tembaga oksida.
tembaga oksida tembaga oksigen tembaga : oksigen
I 88,8% 11,2% 1 : 0,126
I 79,9% 20,1% 1 : 0,252
2 Karbon dan oksigen dapat membentuk dua senyawa
Karbon + oksigen → Karbon monoksida (I)
Karbon + oksigen → Karbon diosida (II)
senyawa karbon oksigen karbon : oksigen
I 42,8% 57,2% 1 : 1,33
II 27,3% 72,7% 1 : 2,67
3 Sulfur (belerang) dengan oksigan dapat membentuk dua senyawa oksigen, yaitu
sulfur oksida (I) dan sulfur trioksida (II)

senyawa belerang oksigen belerang : oksigen

I 50% 50% 1:1

II 40% 60% 1 : 1,5

Sampai kini hukum ini masih dapat diterima, tetapi perlu dikoreksi mengenai bilangan
sederhana. Jika perbandingan itu bilangan sederhana (1, 2, 3, 4, 5) berarti rumus senyawa
juga sederhana, seperti H2O, CO2, dan H2SO4. Akan tetapi kini ditemukan senyawa dengan
bilangan besar, seperti sukrosa dan asam arakidonat.

4. HUKUM PERBANDINGAN VOLUME

10
Hubungan antara volume-volume dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh
Joseph Louis Gay-Lussac dalam tahun 1905. Pada penelitian itu ditemukan bahwa pada suhu
dan tekanan tetap, setiap satu volume gas oksigen akan bereaksi dengan dua volume gas
hidrogen menghasilkan dua volume uap air, dengan demikian perbandingan antara volume
hidrogen, volume oksigen dan volume uap air berurut adalah 2:1:2. Contoh lain : satu volume
gas hidrogen akan bereaksi dengan satu volume gas klor menghasilkan dua volume gas
hidrogen klorida; perbandingan volume hidrogen, volume klor dan volume hidrogen klorida
berurut adalah 1:1:2. Pada reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen membentuk gas
amonik, maka perbandingan volume dari ketiga gas itu berturut adalah 1:3:2 (N2 : H2 : NH3).

Berdasarkan uraian di atas,dapat disimpulkan bahwa:

“pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas pereaksi dengan volume
gas hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan sederhana (sama dengan perbandingan
koefisien reaksinya)”
Contoh :
N2(g) + 3 H2(g) → 2 NH3(g)
Perbandingan volume gas sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti,
setiap 1 mL gas N2 tepat bereaksi dengan 3 mL gas H2 membentuk 2 mL gas NH3. Dengan
demikian, untuk memperoleh 50 L gas NH3, dibutuhkan 25 L gas N2 dan 75 L gas H2.
CO(g) + H2O(g) → CO2(g) + H2(g)
Perbandingan volume gas sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti,
setiap 1 mL gas CO tepat bereaksi dengan 1 mL gas H2O membentuk 1 mL gas CO2 dan 1
mL gas H2. Dengan demikian, sebanyak 4 L gas CO membutuhkan 4 L gas H 2O untuk
membentuk 4 L gas CO2 dan 4 L gas H2.

II.2.Teori Atom Dalton


Mempelajari tentang teori atom sangatlah penting sebab atom merupakan penyusun
materi yang ada di alam semesta. Dengan memahami atom kita dapat mempelajari
bagaimana satu atom dengan yang lain berinteraksi, mengetahui sifat-sifat atom, dan
sebagainya sehigga kita dapat memanfaatkan aam semesta untuk kepentingan umat
manusia.

11
Nama “atom” berasal dari bahasa Yunani yaitu “atomos” diperkenalkan oleh
Democritus yang artinya tidak dapat dibagi lagi atau bagain terkecil dari materi yang tidak
dapat dibagi lagi. Konsep atom yang merupakan penyusun materi yang tidak dapat dibagi
lagi pertama kali diperkenalkan oleh ahli filsafat Yunani dan India.
Konsep atom yang lebih modern muncul pada abab ke 17 dan 18 dimana saat itu ilmu
kimia mulai berkembang. Para ilmuwan mulai menggunakan teknik menimbang untuk
mendapatkan pengukuran yang lebih tepat dan menggunakan ilmu fisika untuk mendukung
perkembangan teori atom.
John Dalton seorang guru berkebangsaan Ingris menggunakan konsep atom untuk
menjelaskan mengapa unsur selalu bereaksi dengan perbandingan angka bulat sederhana
(selanjutnya lebih dikenal dengan hokum perbandingan berganda) dan mengapa gas lebih
mudah larut dalam air dibandingkan yang lain. Dalton menyusun teori atomnya
berdasarkan hukum kekekalan massa dan hokum perbandingan tetap. Dimana konsep
atomnya adalah sebagai berikut:
 Setiap unsur tersusun dari partikel kecil yang disebut sebagai atom.
 Atom dari unsur yang sama adalah identik dan atom dari unsur yang tidak
berbeda dalam beberapa hal dasar.
 Senyawa kimia dibentuk dari kombinasi atom. Suatu senyawa selalu memiliki
perbandingan jumlah atom dan jenis atom yang sama.
 Reaksi kimia melibatkan reorganisasi atom yaitu berubah bagaimana cara
mereka berikatan akan tetapi atom-atom yang terlibat tidak berubah selama reaksi kimia
berjalan.
Model atom Dalton ini biasanya disebut sebagai model atom bola billiard dimana warna bola
billiard yang berbeda-beda merupakan symbol atom unsur yang berbeda-beda.

III.3.Bilangan Avogadro
Bilangan Avogadro (lambang: L, atau NA), juga dinamakan sebagai tetapan Avogadro
atau konstanta Avogadro, adalah banyaknya "entitas" (biasanya atom atau molekul) dalam
satu mol, yang merupakan jumlah atom karbon-12 dalam 12 gram (0,012 kilogram) karbon-
12 dalam keadaan dasarnya. Perkiraan terbaik terakhir untuk angka ini adalah 6,02 x 1023 /
mol
Nilai ini kebetulan sangat dekat (hanya berbeda 0.37% lebih kecil) dengan 279 mol−1,
sehingga angka ini berguna sebagai perkiraan pada fisika nuklir pada waktu menghitung laju
pertumbuhan reaksi berantai.

12
Hukum Avogadro (Hipotes Avogadro, atau Prinsip Avogadro) adalah hukum gas yang
diberi nama sesuai dengan ilmuwan Italia Amedeo Avogadro, yang pada 1811 mengajukan
hipotesis bahwa:
Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan yang sama,
memiliki jumlah partikel yang sama pula.
Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran
atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan
mengandung jumlah molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama. Aspek ini dapat
dinyatakan secara matematis. dimana:
V adalah volum gas.
n adalah jumlah mol dalam gas tersebut.
k adalah tetapan kesebandingan.
Akibat paling penting dari hukum Avogadro adalah bahwa Konstanta gas ideal memiliki
nilai yang sama bagi semua gas. Artinya, konstanta
dimana:
p adalah tekanan gas
T adalah temperatur
memiliki nilai yang sama untuk semua gas, tidak tergantung pada ukuran atau massa molekul
gas. Hipotesis Avogadro dibuktikan melalui teori kinetika gas.
Satu mol gas ideal memiliki volum 22.4 liter pada kondisi standar (STP), dan angka ini sering
disebut volum molar gas ideal. Gas-gas nyata (non-ideal) memiliki nilai yang berbeda.
Contoh :Pada pembentukan molekul H2O
2L H2(g) + 1L O2(g)  2L H2O(g)
2 molekul H2 1 molekul O2 2 molekul H2O
Catatan :
Jika volume dan jumlah molekul salah 1 zat diketahui, maka volume dan jumlah molekul zat
lain dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan dan Keterangan :
V = volume molekul ( L )
X = jumlah partikel ( molekul )

III.4.Massa Atom dan Massa Molekul Relatif

13
Atom adalah partikel yang sangat kecil sehingga massa atom juga terlalu kecil bila
dinyatakan dengan satuan gram. Karena itu, para ahli kimia menciptakan cara untuk
mengukur massa suatu atom, yaitu dengan massa atom relatif. Massa atom relatif (A r) adalah
perbandingan massa rata-rata suatu atom dengan satu per dua belas kali massa satu atom
karbon-12.

Unit terkecil suatu zat dapat juga berupa molekul. Molekul disusun oleh dua atau
lebih atom-atom yang disatukan oleh ikatan kimia. Massa molekul relatif (M r) adalah
perbandingan massa rata-rata suatu molekul dengan satu per dua belas kali massa satu
atom karbon-12.

Ar Y = massa rata-rata 1 molekul Y / (1/12 x massa 1 atom C-12)

Dalam rumus di atas digunakan massa atom dan massa molekul rata-rata. Kenapa
menggunakan massa atom rata-rata? Karena unsur di alam mempunyai beberapa isotop.
Sebagai contoh, karbon di alam mempunyai 2 buah isotop yang stabil yaitu C-12 (98,93%)
dan C-13 (1,07%). Jika kelimpahan dan massa masing-masing isotop diketahui, massa atom
relatif suatu unsur dapat dihitung dengan rumus:

Ar X = {(% isotop 1 x massa isotop 1) + (% isotop 2 x massa isotop 2) + …}/100

Jika diketahui massa atom relatif masing-masing unsur penyusun suatu molekul,
massa molekul relatifnya sama dengan jumlah massa atom relatif dari seluruh atom penyusun
molekul tersebut. Molekul yang mempunyai rumus AmBn berarti dalam 1 molekul tersbut
terdapat m atom A dan n atom B. Dengan demikian massa molekul relatif A mBn dapat
dihitung seperti berikut.
Mr AmBn = m x Ar A + n x Ar B

Atau lebih jelasnya sebagai berikut :

14
III.5.Konsep Mol
Dalam mempelajari ilmu kimia perlu diketahui suatu kuantitas yang berkaitan dengan jumlah
atom, molekul, ion atau elektron dalam suatu cuplikan zat. Dalam satuan sistem internasional
(SI), satuan dasar dari kuantitas ini disebut mol. Mol adalah jumlah zat suatu sistem yang
mengandung sejumlah besaran elementer (atom, molekul dsb) sebanyak atom yang terdapat
dalam 12 gram tepat isotop karbon-12 (12C). Jumlah besaran elementer ini disebut tetapan
Avogadro (dahulu disebut bilangan Avogadro) dengan lambang L (dahulu N). Dengan
demikian, yang dimaksud satu mol suatu zat adalah banyaknya zat tersebut yang
mengandung 6,022 x 1023 partikel, molekul, ion, atau gabungan partikelpartikel. Satu mol
suatu zat dinyatakan dalam rumus kimia zat tersebut.
Dalam mereaksikan zat, banyak hal yang perlu
kita perhatikan misalnya wujud zat berupa gas, cair dan
padat. Cukup sulit bagi kita untuk mereaksikan zat dalam
ketiga wujud zat tersebut, dalam bentuk padat
dipergunakan ukuran dalam massa (gram), dalam bentuk
cair dipergunakan volume zat cair dimana didalamnya ada pelarut dan ada zat yang terlarut.
Demikian pula yang berwujud gas memiliki ukuran volume gas.

15
Kondisi ini menuntut para ahli kimia untuk memberikan satuan yang baru yang dapat
mencerminkan jumlah zat dalam berbagai wujud zat. Avogadro mencoba memperkenalkan
satuan baru yang disebut dengan mol. Definisi untuk 1 (satu) mol adalah banyaknya zat yang
mengandung partikel sebanyak 6.023 x 1023. Bilangan ini dikenal dengan Bilangan
Avogadro yang dilambangkan dengan huruf N.Bagan di atas menunjukkan persamaan yang
menyatakan hubungan jumlah mol dengan jumlah partikel untuk atom dan molekul.Dengan
mempertimbangkan aspek massa zat, 1 mol zat didefinisikan sebagai massa zat tersebut yang
sesuai dengan massa molekul relatifnya (Mr) atau massa atomnya (Ar).
Untuk 1 mol zat Karbon maka memiliki massa sesuai dengan massa atom Karbon,
diketahui dari tabel periodik bahwa massa atom karbon adalah 12 sma, sehingga massa zat
tersebut juga 12 gram. Untuk itu 1 mol zat dapat kita ubah kedalam bentuk persamaan :
Jumlah Mol ( n )
Massa ( m )
Volum Gas ( V )
Jumlah Partikel ( X )
Kemolaran ( M )

III.6.Massa Molar
Berdasarkan definisi SI tentang mol, Tetapan Avogadro dari atom-atom karbon- 12 akan
diperoleh jika kita menimbang secara tepat 12 g isotop C-12. Karena karbon terdapat di alam
dalam campuran dua isotop C-12 dan C-13 maka massanya merupakan massa rata rata kedua
isotop tersebut, yaitu sebesar 12,011 sma, sehingga sejumlah tetapan Avogadro atom C akan
diperoleh jika kita mengambil 12,011 g karbon-12. Jadi, 1 mol karbon memiliki massa
12,011 g. Massa dari karbon – 12 ini adalah massa molar (M) didefinisikan sebagai massa

16
(dalam gram atau kilogram) dari 1 mol entitas (seperti atom atau molekul) zat. Perhatikan
bahwa angka massa molar karbon-12 (dalam gram) sama dengan angka massa atomnya
dalam sma. Demikian juga, massa atom dari natrium (Na) adalah 22,99 sma dan massa
molarnya adalah 22,99 gram. Massa atom fosfor adalah 30,97 sma dan massa molarnya
adalah 30,97 gram. Jika kita mengetahui massa atom dari suatu unsur, maka kita mengetahui
juga massa molarnya. Dengan menggunakan massa atom dan massa molar, kita dapat
menghitung massa (dalam gram) dari satu atom karbon-12. Dari pembahasan di atas kita tahu
bahwa 1 mol atom karbon-12 beratnya tepat 12 gram. Kita dapat menuliskan kedalam
persamaan : 12,00 g karbon -12 = 1 mol atom karbon – 12 Karena itu kita dapat menuliskan
faktor satuannya :

17
18
III.7.Volume Molar
Menurut Amedeo Avogadro: pada suhu dan tekanan tertentu, setiap gas yang volumenya
sama mengandung jumlah molekul yang sama. Artinya, gas apapun selama volumenya sama
dan diukur pada P dan T yang sama akan mengandung jumlah molekul yang sama. Jika
jumlah molekul gas sebanyak tetapan Avogadro (L=6,02×1023 molekul) maka dapat
dikatakan jumlah gas tersebut adalah satu mol. Volume yang ditempati oleh 1 mol suatu gas
bervariasi bergantung pada tekanan dan temperatur. Sebaliknya, banyaknya gas yang terdapat
pada suatu volume tertentu bervariasi bergantung pada keadaan (tekanan dan temperatur).
Oleh karena itu, berkaitan dengan gas diperlukan kondisi tekanan dan temperatur standar.
Berdasarkan perhitungan yang mengacu pada Hukum Avogadro, pada 0°C dan 1 atm (STP,
Standard Temperature and Pressure), volume satu mol gas adalah 22,4 liter. Volume satu
mol gas ini dikenal dengan volume molar gas, disingkat Vm. Bagaimana menentukan volum
gas yang terlibat dalam suatu reaksi, jika diketahui massanya? Untuk perhitungan ini harus
diketahui dulu hubungan mol dengan volum pada suhu dan tekanan tertentu. Data percobaan
di bawah ini menunjukkan volum dari beberapa gas pada 273 oK (0oC) dan tekanan 76
cmHg (1 atm) untuk setiap 1 mol gas.

19
III.8. Rumus Empiris, Rumus molekul dan Senyawa Hidrat
Hukum perbandingan tetap merupakan hukum yang mengendalikan penulisan rumus kimia
baik berupa rumus empiris maupun rumus molekul. Jika orang berhasil menemukan atau
membuat suatu senyawa maka perlu dianalisis unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa
itu secara kualitatif dan kuantitatif, atau ditentukan persen komposisi unsurnya secara
eksperimen. Sehingga dari data ini dapat ditentukan rumus empiris dan rumus molekul
senyawa tersebut.
a. Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan perbandingan atom
atom dari berbagai unsur pada senyawa. Kita dapat menentukan rumus empiris senyawa jika
kita mengetahui persen komposisinya yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi
senyawa melalui percobaan. Rumus empiris dapat ditentukan dari data:
1) Macam unsur dari senyawa (analisis kualitatif
2) Persen komposisi unsur (analisis kuantitatif) dan
3) Massa atom relatif unsur-unsur yang bersangkutan.

20
Cara menentukan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan dalam
tahap-tahap berikut:
1) Tentukan massa setiap unsur dalam sejumlah massa tertentu senyawa atau persen massa
setiap unsur. Dari data ini dapat diperoleh massa relatif unsur yang terdapat dalam senyawa.
2) Membagi massa setiap unsur dengan massa atom relatif, sehingga memperoleh
perbandingan mol setiap unsur atau perbandingan atom.
3) Mengubah perbandingan yang diperoleh pada point 2) menjadi bilangan sederhana dengan
cara membagi dengan bilangan bulat terkecil.
Contoh soal :

b. Rumus Molekul
Rumus molekul yaitu rumus yang menyatakan jenis unsur dan banyaknya
masing-masing unsur yang terkandung dalam satu molekul suatu zat, dimana
harus diketahui terlebih dahulu massa molekul relatifnya.
Rumus molekul menggambarkan jumlah atom sebenarnya dari tiap unsur

21
dalam molekul suatu senyawa. Rumus molekul merupakan kelipatan bulat
(kelipatan satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya) dari rumus empiris. Oleh
karena itu, rumus molekul suatu senyawa dapat dituliskan sebagai (RE)n,
dengan RE sebagai rumus empiris dan n sebagai bilangan bulat. Rumus
molekul senyawa baru dapat ditentukan apabila nilai n diketahui. Penentuan
nilai n memerlukan data massa molekul relatif senyawa yang diperoleh dari
percobaan.
Contoh soal :

22
C.Rumus Senyawa Hidrat
Selain rumus empiris dan rumus molekul kita juga mengenal senyawa
hidrat.
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengandung sejumlah tertentu
molekul air. Biasanya molekul air yang terikat dalam senyawa tersebut
disebut dengan senyawa air kristal.
Senyawa air Kristal adalah senyawa yang mengandung sejumlah tertentu
molekul air yang terdapat dalam suatu kristal yang dinyatakan dalam
rumus kimianya.
Contoh soalnya :

23
III.9.Kadar Zat
Pada umumnya zat yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari tidak dalam keadaan murni
tetapi selalu bercampur dengan zat lain. Untuk menyatakan jumlah zat dalam campuran maka
digunakan kemurnian (kadar). Kemurnian suatu zat dapat ditentukan sebagai berikut:

24
III.10.Konsentrasi Larutan
Di laboratorium banyak kita temukan larutan dalam botol yang berlabel, dimana tertera
nama larutan dan konsentrasinya. Misalnya HCl 1 M, NaOH 0,1 M dan H2SO4 0,5 M.
Dalam pembuatan larutan di laboratorium, kita kenal istilah konsentrasi”. Bila larutan pekat
berarti konsentrasinya tinggi, dan bila larutan encer berarti larutan tersebut mempunyai
konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi tinggi berarti memerlukan lebih banyak zat
terlarut daripada larutan dengan konsentrasi rendah. Konsentrasi adalah jumlah relatif zat
terlarut dan pelarut dalam satuan tertentu pelarut. Konsentrasi larutan ada yang dinyatakan
sebagai kuantitas setiap satuan volume dan satuan konsentrasi yang berbeda bergantung pada
satuan dari kuantitas dan volume.

25
III.11.FRAKSI MOL
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan antara jumlah
mol salah satu komponen larutan (jumlah mol zat pelarut atau jumlah mol zat terlarut)
dengan jumlah mol total larutan. Fraksi mol disimbolkan dengan X . Misal dalam larutan
hanya mengandung 2 komponen, yaitu zat B sebagai zat terlarut dan A sebagai pelarut,
maka fraksi mol A disimbolkan XA dan XB untuk fraksi mol zat terlarut.
XA = fraksi mol pelarut
XB = fraksi mol zat terlarut
nA = jumlah mol pelarut
nB = jumlah mol zat terlarut
Jumlah fraksi mol pelarut dengan zat terlarut sama dengan 1.
XA + XB = 1

26
III.12.Kemolaran
Kemolaran Larutan (M)
 Kemolaran adalah suatu cara untuk menyatakan konsentrasi (kepekatan)
larutan.
 Menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan,
9
atau jumlah mmol zat terlarut dalam tiap mL larutan.
 Misalnya : larutan NaCl 0,2 M artinya, dalam tiap liter larutan terdapat 0,2 mol
(= 11,7 gram) NaCl atau dalam tiap mL larutan terdapat 0,2 mmol (= 11,7 mg)
NaCl.

Rumus Pengenceran : V1.M1=V2.M2


Keterangan :
V1=Volume sebelum pengenceran(liter)
M1=Molaritas sebelum pengenceran(M)
V2=Volume sesudah pengenceran(liter)
M2=Molaritas sesudah pengenceran(M)

III.13.MOLALITAS

Molalitas menyatakan perbandingan mol zat terlarut dalam kilogram pelarut. Molalitas
dinyatakan antara jumlah mol zat terlarut dengan massa dalam kg pelarut. Bagaimana simbol
dari molalitas zat? Molalitas disimbolkan dengan m
dengan
n = jumlah mol zat terlarut .........................(mol)
p = massa pelarut .......................................(kg)

27
m = molalitas .............................................(mol kg-1)

III.14. PERSEN MASSA ( PERSENTASE UNSUR DALAM SENYAWA )


Rumus kimia menunjukkan jumlah atom-atom penyusun suatu zat. Oleh karena massa
atom suatu unsur sudah tertentu, maka dari rumus kimia tersebut dapat pula ditentukan
persentase atau komposisi masing-masing unsur dalam suatu zat.Salah satu kegiatan penting
dalam ilmu kimia adalah melakukan percobaan untuk mengidentifikasi zat. Ada dua kegiatan
dalam identifikasi zat, yakni analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
digunakan untuk menentukan jenis komponen penyusun zat. Sedangkan analisis kuantitatif
dilakukan untuk menentukan massa dari setiap komponen penyusun zat. Dengan mengetahui
jenis dan massa dari setiap komponen penyusun zat, kita dapat mengetahui komposisi zat
tersebut. Komposisi zat dinyatakan dalam persen massa (% massa). Perhitungan persen
massa berikut.
Persen massa komponen = (massa komponen : massa zat) x

III.15. Penentuan Reaksi Pembatas


Suatu reaksi kimia seringkali berlangsung dalam keadaan zat-zat pereaksinya mempunyai
jumlah yang berlebih. Sebagian dari pereaksi yang berlebih tetap berada dalam campuran
sampai reaksi berakhir. Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas, pereaksi
ini keseluruhannya habis bereaksi.

III.16. Hasil Teoritis, Hasil Nyata dan Persen Hasil


Jumlah hasil reaksi yang dihitung dari sejumlah pereaksi yang ada dari awal reaksi dilakukan
disebut hasil teoritis suatu reaksi.
Jumlah hasil yang secara nyata dihasilkan dalam sebuah reaksi kimia disebut hasil nyata.
Persen hasil merupakan perbandingan hasil nyata dengan hasil teoritis. Ada reaksi yang
hasilnya hampir sama dengan hasil teorits dan reaksi tersebut dikatakan bereaksi secara
kuantitatif. Pada reaksi-reaksi senyawa organik, kebanyakan hasil reaksi (hasil nyata) lebih
kecil dibandingkan hasil teoritis. Hal ini karena reaksi tidak berjalan sempurna, ada reaksi-
reaksi saingan yang dapat mengurangi hasil reaksi atau dapat juga terjadi kehilangan zat
selama penanganan.

B.Contoh Soal

28
29
30
31
BAB III
PENUTUP
III.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
 Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat
yang terlibat dalam reaksi.
 Konsep mol digunakan untuk menentukan rumus kimia suatu senyawa, baik rumus
empiris (perbandingan terkecil atom dalam senyawa) maupun rumus molekul (jumlah
atom dalam senyawa)
 Rumus empiris dihitung gram atau persen masing-masing penyusun senyawa dan
angka tersebut dibagi dengan Ar masing-masing diperoleh perbandingan mol terkecil dari
unsur penyusun senyawa.
 Rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa ada kalanya sama, tetapi
kebanyakan tidak sama.
 Menentukan rumus molekul senyawa ada dua hal yang harus terlebih dahulu
diketahui yaitu rumus empiris senyawa dan Mr atau BM senyawa.
 Koefisien reaksi : Perbandingan mol seluruh zat yang ada pada persamaan reaksi,
baik reaksi ruas kiri maupun hasil di ruas kanan.
 Jika salah satu zat sudah diketahui molnya, mk zat lain pada persamaan reaksi dapat
dicari dengan cara membandingkan koefisien.
 Hukum-hukum gas Yaitu:
 Hukum Gay-Lussac (hukum perbandingan volume).

 Hukum Avogadro (pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama
akan memiliki mol yang sama).
 Keadaan Standar (setiap 1 mol gas apa saja pada suhu 0oC dan tekanan 1 atm
memiliki volume 22,4 liter (22,4 dm3)
 Mol adalah jumlah zat suatu sistem yang mengandung sejumlah besaran elementer
(atom, molekul dsb) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram tepat isotop karbon-12
(12C). Satu mol unsur mempunyai massa yang besarnya sama dengan massa atom unsur
tersebut dalam gram. Massa 1 mol zat disebut dengan massa molar. Pada keadaan standar
(0oC, 1 atm), 1 mol gas bervolume 22,4 L dan mengandung jumlah partikel yang sama
(6,02 x 1023 molekul).

32
 Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan perbandingan
atom-atom dari pelbagai unsur pada senyawa.
 Rumus molekul yaitu rumus yang menyatakan jenis unsur dan banyaknya masing-
masing unsur yang terkandung dalam satu molekul suatu zat, dimana harus diketahui
terlebih dahulu massa molekul relatifnya.
 Selain rumus empiris dan rumus molekul kita juga mengenal senyawa hidrat yaitu
senyawa yang mengandung sejumlah tertentu molekul air. Biasanya molekul air yang
terikat dalam senyawa tersebut disebut dengan senyawa air kristal adalah banyaknya
molekul air yang terdapat dalam suatu kristal yang dinyatakan dalam rumus kimianya.
 Konsentrasi adalah jumlah relatif zat terlarut dan pelarut dalam satuan tertentu
pelarut. Konsentrasi larutan ada yang dinyatakan sebagai kuantitas setiap satuan volume
dan satuan konsentrasi yang berbeda bergantung pada satuan dari kuantitas dan volume.

III.2.Saran
Dengan ditulisnya makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi pembaca dan penulis akan pentingnya pengetahuan tentang
Stoikiometri. Penulis juga berharap agar supaya tujuan dalam makalah ini dapat tercapai
sesuai yang diharapkan yaitu mampu memahami konsep-konsep Stoikiometri.

33
DAFTAR PUSTAKA

Keprofesian, P., & Pendidikan, P. (n.d.). Kimia sma.

Materi, P., & Basa, A. (1856). ORBITAL : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA Orbital : Jurnal
Pendidikan Kimia. 4, 64–74.

Winarni, rita setya. (2018). Disusun Oleh : Disusun Oleh : In Pelaksanaan Pekerjaan Galian
Diversion Tunnel Dengan Metode Blasting Pada Proyek Pembangunan Bendungan
Leuwikeris Paket 3, Kabupaten Ciamis Dan Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat (Vol.
1, Issue 11150331000034).

Yunita, W., Chayono, E., & Wijayati, N. (2016). Pengembangan Kit Stoikiometri Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Melalui Pembelajaran Scientific Approach.
Journal of Innovative Science Education, 5(1), 45–53.

34

Anda mungkin juga menyukai