Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK
ACARA 4

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Berinda Dwika Isakndar

NIM H0914012

Dina Mutiara Maghida

NIM H0914023

Dwi Rustanto

NIM H0914025

Eka Rahma Maulida

NIM H0914029

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

ACARA IV
KESETIMBANGAN KIMIA

A. TUJUAN
Tujuan Praktikum Kimia Anorganik Acara IV ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menentukan hukum kesetimbangan kimia
2. Mahasiswa dapat menentukan tetapan kesetimbangan.
3. Mahasiswa dapat menentukan nilai absorbansi dengan menggunakan
spektrofotometer.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Kesetimbangan kimia merupakan suatu keadaan dimana dua reaksi
yang tepat berlawanan terjadi pada laju reaksi yang sama. Ketika produk
terbentuk, produk ini akan kembali bereaksi untuk membentuk reaktan
awalya. Terjadi dua rekasi yang saling berlawanan pada saat yang bersamaan,
mengarah ke pembentukan beberapa produk tetapi reaktannya tidak
seluruhnya berubah menjadi produk (Goldberg, 2004).
Kesetimbangan kimia dalam larutan dapat dinyatakan sebagai berikut:
A

Dimana A adalah reaktan dan B adalah produk dari reaksi kimia


(Prezdodkk, 2007). Misalnya, gas nitrogen dan gas hidrogen saling bereaksi
satu sama lain pada suhu 5000C dan tekanan tinggi untuk membentuk amonia.
Dalam kondisi yang sama, amonia terurai menghasilkan hidrogen dan
nitrogen:
3H2 + N2
2NH3

2NH3
3H2 + N2

Dua persamaan reaksi yang tepat berlawanan tersebut dapat ditulis menjadi
satu, yaitu sebagai berikut:
3H2 + N2

2NH3 atau 2NH3

3H2 + N2

Ketika hidrogen dan nitrogen ditempatkan dalam wadah yang sama, mulamula tidak ada amonia yang terbentuk, sehingga satu-satunya reaksi yang

terjadi adalah penggabungan dua unsur tersebut. Dengan berjalannya


waktu,jumlah hidrogen dan nitrogen semakin berkurang dan karena itu reaksi
penggabungan berjalan lebih lambat. Sementara itu, konsentrasi amonia
mulai terbentuk dan laju reaksi penguraian amonia juga meningkat.
Pada suatu saat, baik reaksi penggabungan maupun reaksi penguraian
terjadi pada laju reaksi yang sama. Ketika hal itu terjadi, konsentrasi amonia
tidak akan berubah lagi dan reaksi seolah-olah terhenti. Meskipun demikian,
kedua reaksi tersebut terus berlangsung dan pengaruh keduanya saling
meniadakan.
Jika kondisi pada sistem kesetimbangan diubah, akan terjadi beberapa
reaksi berikutnya. Meskipun demikian, sistem tersebut akan segera mencapai
kesetimbangan baru. Prinsip Le Chatelier menyatakan bahwa jika sebuah
sistem setimbang menerima aksi, akan terjadi suatu reaksi yang cenderung
mengurangi aksi tersebut (Goldberg, 2004).
Berikut ini merupakan beberapa macam suatu sistem dikatakan dalam
keadaan setimbang:
1. Jika suatu cairan menguap dalam wadah tertutup, pada satu waktu tertentu
akan terjadi perubahan dari uap ke keadaan cair dalam laju yang sama
dengan penguapannya. Dengan kata lain, uap mengembun dengan laju
yang sama dengan air menguap. Sekali pun molekul-molekul bolak-balik
antara keadaan uap dan cair, pada kesetimbangan, tekanan yang
disebabkan oleh uap tetap disetiap waktu.
2. Jika padatan larut dalam pelarut, terdapat suatu titik dimana partikel padat
tambahan larut dengan laju yang sama dengan pengendapan padatan yang
teah larut. Larutan menjadi jenuh dan konsentrasi tetap sepanjang waktu.
Jadi, ciri suatu sistem dalam keadaan setimbangan adalah adanya nilai
tertentu yang tidak berubah dengan berubahnya waktu (Petrucci, 1987).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangannya kimia
antara lain sebagai berikut:
1. Kosentrasi

a. Jika konsentrasi zat pereaksi ditambah, kesetimbangan akan bergeser


ke arah zat hasil reaksi, jika konsentrasi zat pereaksi dikurangi,
kesetimbngan bergeser ke arah zat pereaksi.
b. Jika konsentrasi zat hasil reaksi ditambah, kesetimbangan akan
bergeser ke arah zat pereaksi, jika konsentrasi zat hasil reaksi
dikurangi, kesetimbngan bergeser ke arah zat hasil reaksi.
2. Suhu
a. Jika suhu sistem dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke reaksi
endoterm (menyerap panas).
b. Jika suhu sistem diturunkan, kesetimbangan bergeser ke reaksi
enkoterm (melepas panas).
3. Tekanan/volume
a. Jika tekanan/volume diturukan, kesetimbangan bergeser ke arah
koefisien terkecil.
b. Jika tekanan/volume dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke arah
koefisien terbesar.
(Sari,2010).
Spektroskopi adalah studi mengenaiinteraksi cahaya dengan atom dan
molekul.Radiasi cahaya atau elektromagnet dapatdianggap

menyerupai

gelombang. Dasarspektroskopi UV-Vis adalah serapan cahaya.Bila cahaya


jatuh pada senyawa, maka sebagiandari cahaya diserap oleh molekul-molekul
sesuaidengan struktur dari molekul senyawa tersebut.Serapan cahaya oleh
molekul dalam daerahspektrum UV-Vis tergantung pada strukturelektronik
dari molekul. Spektra UV-Vis darisenyawa-senyawa organik berkaitan erat
dengantransisi-transisi diantara tingkatan-tingkatantenaga elektronik.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis
yang digunakanuntuk menentukan komposisi suatu sampel baiksecara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkanpada interaksi antara materi dengan
cahaya.

Peralatan

yang

digunakan

dalamspektrofotometri

disebutspektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapatberupa cahaya visibel,


UV dan inframerah,sedangkan materi dapat berupa atom danmolekul namun

yang

lebih

berperan

adalahelektron

valensi.

Secara

sederhana

Instrumenspektrofotometri yang disebut spektrofotometerterdiri dari: sumber


cahaya -monokromator - sel sampel-detektor - read out (Kumara dan
Gontjang, 2012).
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi
dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di
dalam kuvet.Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi
radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap
memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara
kuantitatif (Triyati, 1985).
Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut.
Tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama
sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel yang kedua. Kemudian
pilihlah fotosel yang cocok 200-650 nm agar daerah yang diperlukan dapat
terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup nol galvanometer
dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka
fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan nol galvanometer
didapat dengan memutar tombol sensivitas. Dengan menggunakan tombol
transmisi, kemudian atur besarnya pada 100 %. Lewatkan berkas cahaya pada
larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan
absorbansi larutan sampel (Khopkar, 2008).
Larutan yang akan digunakan dalam penggunaan spektrofotometer
adalah larutan blanko. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak
mengandung analat untuk dianalisis. Larutan blanko digunakan sebagai
kontrol dalam suatu percobaan sebagai nilai 100 % transmitan. Tujuan
pembuatan larutan blanko tersebut untuk mengetahui besarnya serapan zat
yang bukan analat (Khopkar, 2008).

Absorbansi merupakan daya radiasi sinar yang diserap oleh larutan


baik larutan baku maupun larutan blanko, sedangkan transmitan adalah daya
radiasi sinar yang diteruskan atau yang keluar dari kuvet dan daya radiasi
yang masuk ke dalam kuvet. Menurut Nurul Huda (2001), range absorbansi
yang baik adalah 0,2 sampai 0,8.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai absorbansi meliputi jenis
pelarut, pH larutan, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat
pengganggu. Pengaruh-pengaruh tersebut harus diketahui , kondisi analis
harus dipilih sedemikian hingga absorbansi tidak akan dipengaruhi
sedikitpun. Kebersihan juga akan mempengaruhi nilai absorbansi termasuk
bekas jari pada dinding tabung harus dibersihkan dan hanya memegang
bagian ujung atas tabung sebelum pengukuran (Hendayana dkk, 1994).

C. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum acara IV Kesetimbangan Kimia dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 21 Oktober 2014 pukul 09.00-11.00 WIB bertempat di
Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Labu takar
2. Tabung reaksi
3. Pipet volume
4. Pipet tetes
5. Spektrofotometer
6. Fortex
b. Bahan
1. Larutan Fe(NO3)3 0,02 M
2. Larutan KCNS 0,002 M
3. Aquades

c. Cara Kerja

Fe(NO3)30,2 M masingmasing 0,5 ml, 0,4 ml,


0,3 ml, 02 ml dan 0,1 ml.

5 tabung reaksi

Aquades

5 tabung reaksi

KCNS 0,002 M 5 ml

5 tabung reaksi Fe(NO3)30,2


M + Aquades

Peggojogan larutan

Penentuan konsentrasi
larutan dengan
spektrofotometer

Mencari hubungan konstan


antara konsentrasi dalam
keadaan setimbang dari
masing-masing tabung
reaksi

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Percobaan
Tabel 4.1. Pengamatan Hasil Absorbansi
Tabung
Absorbansi ()
1
0,308
2
0,242
3
0,106
4
0,047
5
0,009
Sumber : Laporan Sementara
Pada tabel 4.1. memuat hasil pengamatan nilai absorbansi yang didapat
dari larutan

yang dimasukkan ke dalam spektrofotometer.Nilai

absorbansi berbanding lurus terhadap konsentrasi.


Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Konsentrasi
Konsentrasi Awal
Fe3+
CNS1
1,67x10-3 1,67x10-3
2
1,33x10-3 1,67x10-3
3
10-3
1,67x10-3
4
0,67x10-3 1,67x10-3
5
0,33x10-3 1,67x10-3
Sumber : Laporan Sementara
Tabung

Konsentrasi Setimbang
Fe(CNS)2+
Fe3+
CNS
-3
1,67x10
0
0
-3
-3
1,31x10
0,02x10
0,36x10-3
0,57x10-3 0,43x10-3 1,10x10-3
0,26x10-3 0,42x10-3 1,42x10-3
0,05x10-3 0,28x10-3 1,62x10-3

Pada tabel 4.2. memuat hasil perhitungankonsentrasi larutan saat keadaan


awal dan setimbang. Untuk mendapatkan konsentrasilarutan saat keadaan
awal dan setimbang dengan menggunakan rumus M1V1=M2V2.
Tabel 4.3.Hasil Perhitungan Tetapan Kesetimbangan
Tabu [ ]
[ (
][ ]
[ (
][ ]
[ (
)
)
ng
[
]
[
] [
]
[
]
1
0
0
0
2
0,02 x10-3
0,04
4,84x10-3
-3
3
0,15 x10
0,13
0,52x10-3
-3
4
0,06 x10
0,04
0,12x10-3
-3
5
0,008 x10
0,005
0,05x10-3
Sumber : Laporan Sementara

Pada tabel 4.3 memuat hasil dari pencarian tetapan kesetimbangan dari
larutan setelah setimbang. Pada nilai kc1dan kc3 dapat disimpulkan dari

tabung pertama hingga tabung kelima mengalami penurunan sedangkan


untuk nilaikc2 mengalami fluktuasi.
2. Pembahasan
Kesetimbangan kimia merupakan suatu keadaan dimana dua
reaksi yang tepat berlawanan terjadi pada laju reaksi yang sama. Ketika
produk terbentuk, produk ini akan kembali bereaksi untuk membentuk
reaktan awalya. Terjadi dua rekasi yang saling berlawanan pada saat yang
bersamaan, mengarah ke pembentukan beberapa produk tetapi reaktannya
tidak seluruhnya berubah menjadi produk.Jika kondisi pada sistem
kesetimbangan diubah, akan terjadi beberapa reaksi berikutnya. Meskipun
demikian, sistem tersebut akan segera mencapai kesetimbangan baru
(Goldberg, 2004).
Berikut ini merupakan beberapa macam suatu sistem dikatakan
dalam keadaan setimbang:
1. Jika suatu cairan menguap dalam wadah tertutup, pada satu waktu
tertentu akan terjadi perubahan dari uap ke keadaan cair dalam laju
yang sama dengan penguapannya. Dengan kata lain, uap mengembun
dengan laju yang sama dengan air menguap. Sekali pun molekulmolekul bolak-balik antara keadaan uap dan cair, pada kesetimbangan,
tekanan yang disebabkan oleh uap tetap disetiap waktu.
2. Jika padatan larut dalam pelarut, terdapat suatu titik dimana partikel
padat tambahan larut dengan laju yang sama dengan pengendapan
padatan yang teah larut. Larutan menjadi jenuh dan konsentrasi tetap
sepanjang waktu.
Jadi, ciri suatu sistem dalam keadaan setimbangan adalah adanya nilai
tertentu

yang

tidak

berubah

dengan

berubahnya

waktu

(Petrucci, 1987).
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia
analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel
baiksecara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkanpada interaksi antara
materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalamspektrofotometri

disebutspektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapatberupa cahaya


visibel, UV dan inframerah (Kumara dan Gontjang Prajitno, 2012).
Spektrofotometer

merupakan

alat

yang

digunakan

untuk

mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang


gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.
Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan
konsentrasi larutan di dalam kuvet.Prinsip kerjanya berdasarkan
penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya
atau energi radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat
penyerap dalam larutan secara kuantitatif (Triyati, 1985).
Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut.
Tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama
sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel yang kedua. Kemudian
pilihlah fotosel yang cocok 200-650 nm agar daerah yang diperlukan
dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup nol
galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang
diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan
nol galvanometer didapat dengan memutar tombol sensivitas. Dengan
menggunakan tombol transmisi, kemudian atur besarnya pada 100 %.
Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala
absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel (Khopkar, 2008).
Spektrofotometer yang digunakan sebagai sumber sinar/energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya yangdapat dilihat oleh mata
manusia adalah cahayadengan panjang gelombang 400-700 nm.
Cahayayang diserap oleh suatu zat berbeda dengancahaya yang ditangkap
oleh mata manusia.Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihatdalam
kehidupan sehari-hari disebut warnakomplementer
Gontjang, 2012).

(Kumara dan

Tabel 4.4. Skala Spektrum Cahaya Tampak


Panjang
Warna
Warna
gelombang (nm)
yang diserap
yang terlihat
400 435
Ungu
Hijaukekuningan
435 480
Biru
Kuning
480 490
Birukehijauan
Jingga
490 500
Hijaukebiruan
Merah
500 560
Hijau
Ungukemerahan
560 580
Hijaukekuningan Ungu
580 595
Kuning
Biru
595 610
Jingga
Biru kehijauan
610 800
Merah
Hijau kebiruan
Sumber : Maya Sukma Widya Kumara dan Gontjang Prajitno
Larutan yang akan digunakan dalam penggunaan spektrofotometer
adalah larutan blanko. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak
mengandung analat untuk dianalisis. Larutan blanko digunakan sebagai
kontrol dalam suatu percobaan sebagai nilai 100 % transmitan. Tujuan
pembuatan larutan blanko tersebut untuk mengetahui besarnya serapan zat
yang bukan analat (Khopkar, 2008).
Absorbansi merupakan daya radiasi sinar yang diserap oleh
larutan baik larutan baku maupun larutan blanko, sedangkan transmitan
adalah daya radiasi sinar yang diteruskan atau yang keluar dari kuvet dan
daya radiasi yang masuk ke dalam kuvet. Menurut Nurul Huda (2001),
range absorbansi yang baik adalah 0,2 sampai 0,8.
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan dapat dilihat
bahwa nilai absorbansi dari larutan KCNS 0,002 M yang telah dicampur
dengan larutan Fe(NO3)3 0,2 M kemudian diencerkan dengan aquades,
pada tabung pertama 0,308, tabung kedua 0,242, tabung ketiga 0,106,
tabung keempat 0,047 dan tabung kelima 0,009. Berdasarkan data
tersebut range absorbansi yang baik adalah pada tabung pertama dan
kedua. Nilai absorbansi suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti, panjang gelombang, konsentrasi dan Kc.
Absorbansi larutan bertambah dengan pengurangan kekuatan
sinar. Bila ketebalan benda atau konsentrasi materi yang dilewati cahaya

bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap. Panjang gelombang


maksimal memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan
absorbansi paing besar.
Nilai absorbansi (A) berbanding lurus terhadap konsentrasi (c).
Besaran a adalah suatu konstanta sehingga jika tebal

sel (b) dibuat

konstan maka nilai absorbansi (A) hanya bergantung pada konsentrasi (c)
maka akan diperoleh kurva berbentuk kalibrasi. Kurva ini disebut kurva
kalibrasi dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi yang sama
berdasarkan nilai absorbansi tersebut pada panjang gelombang sinar yang
sama (Huda, 2001).

Gambar 4.1. Hubungan Absorbansi dengan Konsentrasi


Sumber : Nurul Huda
Hubungan Kc dengan absorbansi adalah nilai absorbansi
berbanding lurus dengan Kc1 dan Kc2 dan berbanding terbalik dengan Kc3.
Semakin besar nilai absorbansi maka nilai Kc1 dan Kc2 akan semakin
besar begitupun sebaliknya. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk Kc3,
semakin besar nilai absorbansi maka nilai Kc3akan semakin kecil.
Nilai Kc1 yang didapat dari tabung pertama hingga tabung kelima
secara berturut-turut yaitu, 0; 0,02x10-3; 0,15x10-3; 0,06x10-3 dan
0,008x10-3. Pada nilai Kc1dapat disimpulkan bahwa dari tabung pertama
hingga tabung kelima mngalami penurunan sesuai dengan teori. Nilai

Kc2yang didapat dari tabung reaksi pertama hingga kelima, berturut-turut


adalah 0; 0,04; 0,13; 0,04 dan 0,005. Nilai Kc2 mengalami fluktuasi.
Untuk nilai Kc3 mengalami penurunan, dengan data sebagai berikut: 0;
4,84x10-3; 0,52x10-3; 0,12x10-3 dan 0,05x10-3.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangannya
kimia antara lain sebagai berikut:
1. Kosentrasi
a. Jika konsentrasi zat pereaksi ditambah, kesetimbangan akan
bergeser ke arah zat hasil reaksi, jika konsentrasi zat pereaksi
dikurangi, kesetimbngan bergeser ke arah zat pereaksi.
b. Jika konsentrasi zat hasil reaksi ditambah, kesetimbangan akan
bergeser ke arah zat pereaksi, jika konsentrasi zat hasil reaksi
dikurangi, kesetimbngan bergeser ke arah zat hasil reaksi.
2. Suhu
a. Jika suhu sistem dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke reaksi
endoterm (menyerap panas).
b. Jika suhu sistem diturunkan, kesetimbangan bergeser ke reaksi
enkoterm (melepas panas).
3. Tekanan/volume
a. Jika tekanan/volume diturukan, kesetimbangan bergeser ke arah
koefisien terkecil.
b. Jika tekanan/volume dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke arah
koefisien terbesar.
(Sari, 2010)

E. KESIMPULAN
Dari praktikum kesetimbangan kimia yang telah dilakukan maka dapat dimbil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesetimbangan kimia merupakan suatu keadaan dimana dua reaksi yang
tepat berlawanan terjadi pada laju reaksi yang sama. Ciri suatu sistem

dalam keadaan setimbangan adalah adanya nilai tertentu yang tidak


berubah dengan berubahnya waktu.
2. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Prinsip
kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu
larutan.
3. Absorbansi merupakan daya radiasi sinar yang diserap oleh larutan baik
larutan baku maupun larutan blanko.Range nilai absorbansi yang baik
adalah 0,2 sampai 0,8 .
4. Nilai absorbansi pada tiap-tiap tabung berturut-turut adalah 0,308;

0,242; 0,106; 0,047 dan 0,009.


5. Hubungan nilai absorbansi berbanding lurus terhadap konsentrasi.
6. Hubungan Kc dengan absorbansi adalah nilai absorbansi berbanding lurus

dengan Kc1 dan Kc2 dan berbanding terbalik dengan Kc3.


7. Nilai Kc1 dari tabung pertama hingga tabung kelima adalah 0; 0,02x10-3;
0,15x10-3; 0,06x10-3 dan 0,008x10-3.
8. Nilai Kc2 dari tabung pertama hingga tabung kelima adalah 0; 0,04; 0,13;
0,04 dan 0,005.
9. Nilai Kc3 dari tabung pertama hingga tabung kelima adalah 0; 4,84x10-3;
0,52x10-3; 0,12x10-3 dan 0,05x10-3.
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangannya kimia yaitu suhu,
konsentrasi dan tekanan atau volume.

faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangannya kimia antara lain


LAMPIRAN

1. Pengenceran
a. M1V1

M2V2

0,02 x 0,5

M2 x 1

M2

0,01 M

0,02 x 0,4

M2 x 1

M2

0,008

M2V2

0,02 x 0,4

M2 x 1

M2

0,008 M

M2V2

0,02 x 0,3

M2 x 1

M2

0,006 M

M2V2

0,02 x 0,2

M2 x 1

M2

0,004 M

M2V2

0,02 x 0,1

M2 x 1

M2

0,002 M

M2V2

M2 x 6

1,67 x 10-3 M

M2V2

b. M1V1

c. M1V1

d. M1V1

e. M1V1

2. [Fe3+]awal
a. M1V1
0,01 x 1
M2
b. M1V1

0,008 x 1
M2
c. M1V1
0,006 x 1
M2
d. M1V1
0,004 x 1
M2
e. M1V1
0,002 x 1
M2

M2 x 6

1,33x10-3 M

M2V2

M2 x 6

10-3 M

M2V2

M2 x 6

0,67x10-3 M

M2V2

M2 x 6

0,33x10-3 M

M2V2

M2 x 6

1,67x10-3 M

3. [CNS-]awal
a. M1V1
0,002 x 5
M2
4. [Fe(CNS)2+]stb
a. [Fe(CNS)2+]stb

=
=
b. [Fe(CNS)2+]stb

x 1,67x10-3
1,67x10-3M
x [CNS-]awal

=
=
=

c. [Fe(CNS)2+]stb

x [CNS-]awal

x 1,67x10-3
1,31x10-3M
x [CNS-]awal

x 1,67x10-3

=
=
d. [Fe(CNS)2+]stb

0,57x10-3M
x [CNS-]awal

=
x 1,67x10-3

=
=
e. [Fe(CNS)2+]stb

0,26x10-3M
x [CNS-]awal

=
x 1,67x10-3

=
=

0,005x10-3M

5. [Fe3+]stb
a. [Fe3+]stb

b. [Fe3+]stb

c. [Fe3+]stb

d. [Fe3+]stb

e. [Fe3+]stb

[Fe3+]awal - [Fe(CNS)2+]stb

1,67x10-3- 1,67x10-3

0M

[Fe3+]awal - [Fe(CNS)2+]stb

1,33x10-3- 1,31x10-3

0,02x10-3 M

[Fe3+]awal - [Fe(CNS)2+]stb

10-3 0,57x10-3

0,43x10-3 M

[Fe3+]awal - [Fe(CNS)2+]stb

0,67x10-3 0,25x10-3

0,42x10-3 M

[Fe3+]awal - [Fe(CNS)2+]stb

0,33x10-3 0,05x10-3

0,28x10-3 M

[CNS-]stb- [Fe(CNS)2+]stb

6. [CNS-]stb
a. [CNS-]stb

b. [CNS-]stb

c. [CNS-]stb

d. [CNS-]stb

e. [CNS-]stb

1,67x10-3- 1,67x10-3

0M

[CNS-]stb- [Fe(CNS)2+]stb

1,67x10-3- 1,31x10-3

0,36x10-3 M

[CNS-]stb- [Fe(CNS)2+]stb

1,67x10-3 0,57x10-3

1,10x10-3 M

[CNS-]stb- [Fe(CNS)2+]stb

1,67x10-3 ,25x10-3

1,42x10-3 M

[CNS-]stb- [Fe(CNS)2+]stb

1,67x10-3 0,05x10-3

1,62x10-3 M

7. Kc1 pada seluruh tabung

a. Kc1

=
b. Kc1

[
[

0M
[

[
[

(
]

=
=

c. Kc1

0,02x10-3M
[

[
[

(
]

=
=

d. Kc1

=
=

0,15x10-3M
[

[
[

(
]

e. Kc1

0,06x10-3M
[

=
=

0,008x10-3M

8. Kc2pada seluruh tabung


a. Kc2

=
=

b. Kc2

]
[

[
]

(
[

0M
[

]
[

[
]

=
=
c. Kc2

0,04 M
[

]
[

[
]

=
=
d. Kc2

0,13 M
[

]
[

[
]

=
=
e. Kc2

0,13 M
[

]
[

[
]

=
=

0,005 M

9. Kc3pada seluruh tabung


a. Kc3

[
[

(
]

=
b. Kc3

0M
[

[
[

=
=
c. Kc3

4,84x10-3 M
[

[
[

(
]

=
=
d. Kc3

0,52x10-3 M
[

[
[

(
]

=
=
e. Kc3

0,12x10-3 M
[

[
[

=
=

0,05x10-3 M

(
]

Gambar
4.2.
Spektrofotometer
Sumber : Hasil Pengamatan

DAFTARPUSTAKA

Goldberg, David E.2003. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.


Hendayana, Sumar, Asep Kadarohman, AA Sumarna, Asep Supriatna. 1994.
Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Huda, Nurul. 2001. Pemeriksaan Kinerja Spektrofotometer UV-VIS GBC 911A
Menggunakan Pewarna Tartrazine CL 19140. Sigma Epsilon, No. 20-21.
Khopkar, S M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Kumara, Maya Sukma Widya dan Gontjang Prajitno. 2012. Studi Awal Fabrikasi
Dye Sensitized Solar Cell (Dssc) Dengan Menggunakan Ekstraksi Daun
Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Sebagai Dye Sensitizer Dengan Variasi
Jarak Sumber Cahaya Pada Dssc. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Prezhdo, Oleg V, Yuriy Fialkov, Victor V Prezhdo, Collen F Craig. 2007. Control
of Chemical Equilibrium by Solvent: A Basis for Teaching Physical
Chemistry of Solutions. Journal of Chemical Education, Vol. 84, No. 8.
Sari, Ni Ketut. 2010. Vapor-Liquid Equilibrium (Vle) Water Ethanol From
Bulrush Fermentantion. Jurnal Teknik Kimia, Vol.5, No.1.
Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet Dan Sinar Tampak Serta
Aplikasinya Dalam Oseanologi. Oseana, Volume 10, Nomor 1 : 39 47.

Anda mungkin juga menyukai