Anda di halaman 1dari 14

Hakikat Ilmu Kimia

1. Pengertian
Nama ilmu kimia berasal dari bahasa Arab, yaitu al-kimia yang
artinya perubahan materi, oleh ilmuwan Arab Jabir ibn Hayyan (tahun 700-
778). Ini berarti, ilmu kimia secara singkat dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari rekayasa materi, yaitu mengubah materi menjadi materi lain.
Secara lengkapnya, ilmu kimia adalah ilmu mempelajari tentang susunan,
struktur, sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu zat
atau materi. Zat atau materi itu sendiri adalah segala sesuatu yang menempati
ruang dan mempunyai massa.
Susunan materi mencakup komponen-komponen pembentuk materi
dan perbandingan tiap komponen tersebut. Struktur materi mencakup
struktur partikel-partikel penyusun suatu materi atau menggambarkan
bagaimana atom-atom penyusun materi tersebut saling berikatan. Sifat
materi mencakup sifat fisis (wujud dan penampilan) dan sifat kimia. Sifat
suatu materi dipengaruhi oleh : susunan dan struktur dari materi tersebut. 
Perubahan materi meliputi perubahan fisis/fisika (wujud) dan perubahan
kimia (menghasilkan zat baru). Energi yang menyertai perubahan materi
menyangkut banyaknya energi yang menyertai sejumlah materi dan asal-usul
energi itu.
Dalam paparan di berbagai literatur, secara umum menyatakan bahwa
saintisme adalah suatu istilah yang digunakan oleh para filsuf untuk
menggambarkan apa yang mereka lihat sebagai pemujaan ilmu pengetahuan,
yakni suatu sikap yang ironisnya banyak ditemukan di kalangan intelektual.
Para pemikir dan pengkritik saintisme berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
bukanlah satu-satunya jenis kegiatan intelektual manusia yang dapat
diandalkan. Ilmu pengetahuan juga tidak seharusnya mendapatkan status
yang istimewa, karena dianggap sebagai satu-satunya jalan yang dapat
ditempuh manusia untuk sampai pada pengetahuan.
Dalam kehidupan nyata sekarang ini, beberapa orang berpendapat
bahwa ilmu pengetahuan telah memberikan kemudahan pada manusia yang
seharusnya tidak perlu. Artinya, kita akan hidup jauh lebih baik dan
manusiawi tanpa adanya ilmu pengetahuan. Argumen terakhir ini mungkin
relevan, jika ditempatkan pada persoalan tentang penggunaan teknologi dan
ilmu pengetahuan untuk menciptakan senjata pemusnah massal. Banyak
antropolog juga berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern yang
berkembang di Eropa memiliki arogansi kultural, sehingga ilmuwan barat
seringkali memandang rendah kebudayaan–kebudayaan lainnya di luar
kebudayaan barat.
Metode pendekatan di dalam ilmu-ilmu alam memiliki koherensi dan
akurasi yang lebih tinggi daripada ilmu-ilmu sosial. Para ilmuwan sosial
telah melakukan analisis yang juga dengan pendekatan ilmu-ilmu alam.
Hasilnya adalah banyaknya penggunaan rumusan matematis dan metode
statistik di dalam ilmu-ilmu sosial. Di dalam sejarahnya, fisika mengalami
perkembangan yang sangat pesat, ketika Galileo memutuskan untuk
menerapkan metode matematis untuk mendeskripsikan gerak benda-benda.
Keberhasilan ini mempengaruhi para ilmuwan sosial untuk menggunakan
metode yang sama untuk mengembangkan ilmu-ilmu sosial. Tentu saja,
argumen ini punya pengandaian dasar yang problematis, bahwa objek
penelitian di dalam ilmu–ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial memiliki kualitas
yang sama yang dapat dimatematiskan.
Berfikir radikal merupakan awal lahirnya kimia. Dahulu, ilmuwan
menganggap secara radikal atau bebas tentang definisi atom dan model atom.
Pikiran radikal diperoleh dari dari kemauan dan kemampuan suatu otak
untuk memikirkan sesuatu yang abstrak ataupun empriris. Cara berpikir
radikal ini, mempunyai manfaat yang besar dalam perkembangan dunia
kimia. Salah satu mendorong ilmuwan untuk melakukan perenungan berpikir
untuk menemukan kelanjutan dari pikiran radikalnya. Banyak sekali muncul
teori-teori tentang atom yang yang diawali oleh berfikir yang pokok atau
fundamental dari fenomena dasar mengenai penyusun suatu materi.
Hakekat ilmu kimia adalah bahwa benda itu bisa mengalami
perubahan bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain
sehingga terjadi deformasi, perubahan letak susunan, ini mempengaruhi
sifat-sifat yang berbeda dengan wujud yang semula. Fakta yang terdapat di
alam mempunyai banyak hubungan dengan ilmu kimia. Dari ciri pemikiran
filsafat yang telah dipelajari mempunyai arti besar dalam menumbuhkan
sikap kritis terhadap suatu fakta. Sikap kritis ini merangsang otak untuk
mengajukan berbagi pertanyaan terhadap fenomena yang ada. Sebagai
contoh ; fakta kimia yaitu larutan elektrolit dan non-elektrolit. Dari sikap
kritis muncul pertanyaan ; apa yang menyebabkan larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik dan apa yang menyebabkan larutan non-elektrolit
tidak dapat menghantarkan arus listrik, bagaimana ciri-ciri larutan elektrolit
dan non-elektrolit, dan lain-lain. Ilmu kimia diperlukan dan terlibat dalam
kegiatan industri dan perdagangan, kesehatan, dan berbagai bidang lain.
Kedepan, Ilmu Kimia sangat berperan dalam penemuan dan pengembangan
material dan sumber energi baru yang lebih bermanfaat, bernilai ekonomis
tinggi, dan lebih ramah lingkungan.
2. Konsep Kimia
Setelah kita tahu apa pengertian kimia, banyak hal menarik yang bisa
kita pelajari lebih mengenai Ilmu Kimia. Konsep Dasar Kimia merupakan
salah satu hal penting yang wajib kita tahu, kalo kita pengen tahu lebih
banyak tentang Kimia. Konsep Dasar Kimia merupakan kumpulan beberapa
hal penting yang akan dipelajari atau dibahas dalam Ilmu Kimia. Beberapa
hal yang termasuk dalam Konsep Dasar Kimia, antara lain adalah :
a. Tatanama
Tatanama kimia merujuk pada sistem penamaan senyawa kimia.
Telah dibuat sistem penamaan spesies kimia yang terdefinisi dengan
baik. Senyawa organik diberi nama menurut sistem tatanama organik.
Senyawa anorganik dinamai menurut sistem tatanama anorganik.
b. Atom
Atom adalah suatu kumpulan materi yang terdiri atas inti yang
bermuatan positif, yang biasanya mengandung proton dan neutron, dan
beberapa elektron di sekitarnya yang mengimbangi muatan positif inti.
Atom juga merupakan satuan terkecil yang dapat diuraikan dari suatu
unsur dan masih mempertahankan sifatnya, terbentuk dari inti yang rapat
dan bermuatan positif dikelilingi oleh suatu sistem elektron.
c. Unsur
Unsur adalah sekelompok atom yang memiliki jumlah proton
yang sama pada intinya. Jumlah ini disebut sebagai nomor atom unsur.
Sebagai contoh, atom yang memiliki 6 proton pada intinya adalah atom
dari unsur karbon, dan semua atom yang memiliki 92 proton pada intinya
adalah atom unsur uranium. Semua unsur kimia yang telah ditemukan
dapat dilihat pada tabel periodik unsur, yang mengelompokkan unsur-
unsur berdasarkan kemiripan sifat kimianya. Daftar unsur berdasarkan
nama, lambang, dan nomor atom dan nomor massa juga tersedia.
d. Ion
Ion atau spesies bermuatan, atau suatu atom atau molekul yang
kehilangan atau mendapatkan satu atau lebih elektron. Kation bermuatan
positif (misalnya kation natrium Na+) dan anion bermuatan negatif
(misalnya klorida Cl-) dapat membentuk garam netral (misalnya natrium
klorida, NaCl).
e. Senyawa
Senyawa merupakan suatu zat yang dibentuk oleh dua atau lebih
unsur dengan perbandingan tetap yang menentukan susunannya. Sebagia
contoh, air merupakan senyawa yang mengandung hidrogen dan oksigen
dengan perbandingan dua terhadap satu. Senyawa dibentuk dan diuraikan
oleh reaksi kimia.
f. Molekul
Molekul adalah bagian terkecil dan tidak terpecah dari suatu
senyawa kimia murni yang masih mempertahankan sifat kimia dan fisik
yang unik. Suatu molekul terdiri dari dua atau lebih atom yang terikat
satu sama lain. Contoh molekul adalah H2O yang dalam kehidupan
sehari-hari dikenal dengan air.
g. Zat Kimia
Suatu zat kimia dapat berupa suatu unsur, senyawa, atau
campuran senyawa-senyawa, unsur-unsur, atau senyawa dan unsur.
Sebagian besar materi yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari
merupakan suatu bentuk campuran, misalnya air, aloy, biomassa, dan
lain-lain.
h. Ikatan Kimia
Ikatan kimia merupakan gaya yang menahan berkumpulnya atom-
atom dalam molekul atau kristal. Ikatan kimia yang umum adalah ikatan
ion, ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi. Pada banyak senyawa
sederhana, teori ikatan valensi dan konsep bilangan oksidasi dapat
digunakan untuk menduga struktur molekular dan susunannya. Serupa
dengan ini, teori-teori dari fisika klasik dapat digunakan untuk menduga
banyak dari struktur ionik. Pada senyawa yang lebih kompleks/rumit,
seperti kompleks logam, teori ikatan valensi tidak dapat digunakan
karena membutuhken pemahaman yang lebih dalam dengan basis
mekanika kuantum.
i. Wujud Zat
Fase adalah kumpulan keadaan sebuah sistem fisik makroskopis
yang relatif serbasama baik itu komposisi kimianya maupun sifat-sifat
fisikanya (misalnya masa jenis, struktur kristal, indeks refraksi, dan lain
sebagainya). Contoh keadaan fase yang kita kenal adalah padatan, cair,
dan gas.
j. Reaksi Kimia
Reaksi kimia adalah transformasi/perubahan dalam struktur
molekul. Reaksi ini bisa menghasilkan penggabungan molekul
membentuk molekul yang lebih besar, pembelahan molekul menjadi dua
atau lebih molekul yang lebih kecil, atau penataulangan atom-atom
dalam molekul. Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk atau
terputusnya ikatan kimia.
3. Karakteristik Kimia
Karakteristik mungkin bisa diartikan sebagai suatu sifat yang khas,
yang melekat pada suatu objek. Sedangkan karakter adalah sifat yang
dijadiin ciri untuk mengidentifikasikan sebuah objek. Wiseman (1981)
mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit
bagi kebanyakan siswa menengah. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini
terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan
Middlecamp (1985) sebagai berikut:
a. Ilmu kimia bersifat abstrak
Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang
tidak nampak, yang menurut siswa membayangkan keberadaan materi
tersebut tanpa mengalaminya secara langsung. Karena atom merupakan
pusat kegiatan kimia, maka walaupun kita tidak dapat melihat atom
secara langsung, tetapi dalam angan-angan kita dapat membentuk suatu
gambar untuk mewakili sebuah atom oksigen kita gambarkan secara
bulatan.
b.  Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya 
Kebanyakan obyek yang ada di dunia ini merupakan campuran
zat-zat kimia yang kompleks dan rumit. Agar segala sesuatunya mudah
dipelajari, maka pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang
disederhanakan, di mana zat-zat dianggap murni atau hanya
mengandung dua atau tiga zat saja. Dalam penyederhanaanya
diperlukan pemikiran dan pendekatan tertentu agar siswa tidak
mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan
tersebut.
c. Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat
Seringkali topik-topik kimia harus dipelajari dengan urutan
tertentu. Misalnya, kita tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk
membentuk molekul, jika atom dan karakteristiknya tidak dipelajari
terlebih dahulu. Disamping itu, perkembangan ilmu kimia sangat cepat,
seperti pada bidang biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa
genetika, kloning, dan sebagainya. Hal ini menuntut kita semua untuk
lebih cepat tanggap dan selektif dalam menerima semua kunjungan
tersebut.
d. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal
Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal
numerik) merupakan bagian yang penting dalam mempelajari kimia.
Namun, kita juga harus mempelajari deskripsi seperti fakta-fakta kimia,
aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, dan lain-lain.
e. Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak
Dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari, siswa dituntut
untuk dapat merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga waktu
yang tersedia dapat digunakan seefisien mungkin.
Arifin (1995) mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan salah satu
pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah, sehingga jarang
diminati. Hal ini disebabkan :1). Dalam pelajaran kimia terdapat istilah-
istilah yang hanya dihafal siswa tetapi tidak dipahami dengan benar ; 2).
Kebanyakan konsep-konsep atau materi kimia bersifat abstrak seperti atom,
molekul atau ion sehingga siswa sulit membayangkan keberadaan materi
tersebut tanpa mengalaminya secara langsung ; 3). Kesulitan siswa dalam
memahami perhitungan matematis materi kimia.
4. Kedudukan Kimia dalam Sains
Kimia termasuk salah satu rumpun mata pelajaran IPA SMA yang
dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain
itu, kimia dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai
prosedur. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan
selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori
(deduktif).
Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta,
teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Ilmu kimia
termasuk dalam ilmu sains yang merupakan aktivitas penelusuran untuk
mencapai pengertian dan jawaban yang memuaskan tentang beberapa realita,
dimana pengertian itu diperoleh dengan cara mempelajarai prinsip-prinsip
dan hukum-hukum yang berlaku yang dapat diuji dengan eksperimen.
Mempelajari sains melibatkan penggalian fakta-fakta melalui observasi,
pengukuran, klasifikasi dan penggorganisasian fakta–fakta yang diperoleh
tersebut.
Cain, Sandra (1990: 4) menyatakan bahwa sains (IPA) terdiri dan
empat komponen antara lain: sains sebagai produk, sains sebagai proses,
sains sebagai sikap, dan sains sebagai teknologi. Bridgstock Martin (1998: 6)
menyebutkan, Concise Oxford Dictionary mendefinisikan sains sebagai
pengetahuan yang sistematis dan teroganisasi. Definisi tersebut di atas dapat
diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh, disusun dengan cara
melakukan observasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya saling kait-mengait antara yang satu
dengan cara yang lain.
Sains berkiatan dengan bukti dan teori. Bukti-bukti diperoleh dari
eksperimen. Untuk menjelaskan bukti-bukti, teori-teori dikemukakan
kemudian diuji untuk melihat kebenaran teori sesuai dengan pengamatan.
Hubungan yang pasti antara teori dan bukti adalah sangat kompleks, dan
pada taraf ini kita mencatat bahwa sains melibatkan kedua-duanya.
a. Kimia sebagai Proses
Ilmu Pengetahuan Alam (Kimia) berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA (Kimia) bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Kimia sebagai suatu proses (alat atau metode) merupakan
keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan untuk
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan. Sebagai proses dapat
diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan
maupun untuk menemukan pengetahuan baru.
Proses pembelajaran kimia menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta
didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Salah satu tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta didik melalui
berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk
proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah
bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan
hidup.
Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah
melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan
pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan
instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta
menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, merupakan
proses ilmiah yang harus dilakukan untuk memperoleh suatu
pengetahuan yang baru bagi peserta didik.
Kimia sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan
bertindak untuk menghadapi atau merespons masalah-masalah yang
ada di lingkungan. Jadi, kimia sebagai proses menyangkut proses atau
cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah yang kemudian
dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan
didapatkan temuan-temuan ilmiah. Ditinjau dari segi proses, maka kimia
memiliki berbagai keterampilan sains, misalnya:
1) Mengidentifikasi dan menentukan variabel tetap dan variabel
berubah.
2) Menentukan apa yang diukur dan diamati.
3) Keterampilan mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera
(tidak hanya indera penglihat), mengumpulkan fakta yang relevan,
mencari kesamaan dan perbedaan, mengklasifikasikan,
4) Keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan seperti mencatat
secara terpisah setiap jenis pengamatan, dan dapat menghubung-
hubungkan hasil pengamatan.
5) Keterampilan menemukan suatu pola dalam seri pengamatan, dan
keterampilan dalam mencari kesimpulan hasil pengamatan,
6) Keterampilan dalam meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan
hasil-hasil pengamatan, dan
7) Keterampilan menggunakan alat/bahan dan mengapa alat/bahan itu
digunakan. Selain itu adalah keterampilan dalam menerapkan konsep,
baik penerapan konsep dalam situasi baru, menggunakan konsep
dalam pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi,
maupun dalam menyusun hipotesis.
Contoh kimia sebagai proses dalam pembelajaran adalah peserta
didik melakukan eksperimen tentang larutan elektrolit dan larutan non-
elektrolit. Peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan
merancang percobaan melalui pemasangan alat uji elektrolit, persiapan
bahan, melakukan eksperimen, kemudian dilakukan pengambilan data,
lalu data yang telah diperoleh tadi diolahan dan dilakukan penafsiran data
untuk memperoleh kesimpulan. Kemudian peserta didik menyampaikan
hasil percobaan secara lisan atau tertulis. Ini merupakan contoh dari
proses kimia untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
b. Kimia sebagai Produk
Kimia sebagai produk sains merupakan fakta-fakta, konsep-
konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, konsep, dan teori-teori yang
diformulasikan sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sistematika.
Sebagai produk juga dapat diartikan sebagai hasil proses berupa
pengetahuan untuk penyebaran pengetahuan. Semua fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori dalam
kimia merupakan produk sains yang telah ditemukan oleh para ahli
melalui bebagai macam proses sains.
Fakta-fakta dalam kimia contohnya seperti larutan NaCl dapat
menghantarkan arus lisrik, fakta ini diperoleh melalui hasil percobaan
yang telah dilakukan. Para ilmuan mencari tahu kenapa larutan NaCl
dapat menghasilkan arus listrik, setelah diselidiki ternyata NaCl dapat
terionisasi dalam air menjadi ion-ionnya, sehingga dapat menghatarkan
arus listrik.
Hukum-hukum kimia meliputi hukum dasar kimia yang memuat
hukum kekekalan massa (Hukum Lavoisier), hukum perbandingan tetap
(Hukum Proust), hukum kelipatan perbandingan (Hukum Dalton),
hukum perbandingan volume (Hukum Gay-Lussac) dan lain sebagainya.
Teori- teori dalam kimia meliputi teori atom yang berkembang dari teori
atom demokritus hingga teori atom mekanika kuantum merupakan
produk yang lahir dari proses berpikir secara ilmiah, teori yang lain
seperti teori asam-basa dimulai dari teori asam-basa Arrhenius, teori
asam-basa Bronsted-Lowry, teori asam-basa Lewis dan lain-lain.
c. Kimia sebagai Sikap Ilmiah
Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta didik melalui
berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk
proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah
bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

A. Metode Kimia
1. Pengertian
Ilmu Kimia dibangun dan dikembangkan melalui kajian teoritis dan
kajian empiris yang saling mendukung satu sama lain. Pengkajian teoritis
merupakan usaha menerapkan hukum-hukum Fisika dan teori Matematika
untuk mengungkapkan gejala alam. Pengkajian secara empiris merupakan
usaha untuk menemukan keteraturan berdasarkan fakta yang ditemukan di
alam dengan menggunakan teknik atau metode ilmiah. Pengembangan ilmu
Kimia berdasarkan langkah-langkah sistematis disebut dengan metode
ilmiah. Metode ilmiah adalah metode sains yang menggunakan langkah-
langkah ilmiah dan rasional untuk mengungkapkan suatu permasalahan
yang muncul dalam pikiran kita. Dalam bentuk yang paling sederhana,
metode ilmiah terdiri atas tahap-tahap operasional berikut:
a. Pengamatan atau observasi
Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif (misalnya logam
raksa berwujud cair pada suhu kamar) ataupun kuantitatif (misalnya
tekanan gas pada keadaan standar yaitu sebesar 1 atm). Pengamatan
kuantitatif disebut juga pengukuran.
b. Mencari pola hasil pengamatan
Proses ini sering melahirkan rumusan berupa hukum alam.
Hukum alam yang digali oleh manusia merupakan suatu pernyataan
yang mengungkapkan perilaku umum suatu objek atau gejala yang
diamati.
c. Perumusan teori
Suatu teori (disebut juga model) terdiri atas sejumlah asumsi
sebagai pijakan untuk menerangkan perilaku materi yang diamati. Jika
hipotesis sementara sejalan dengan kajian-kajian sejumlah percobaan
maka hipotesis tersebut disebut teori atau model.
d. Pengujian teori
Secara ideal, teori dalam ilmu pengetahuan alam harus selalu
dikoreksi dan dikaji terus-menerus sebab teori merupakan gagasan
manusia untuk menerangkan perilaku alam yang diamati berdasarkan
pengalamannya. Teori harus terus disempurnakan melalui percobaan
dengan cara menyempurnakan baik metode maupun peralatan yang
digunakan. Di samping itu, dapat juga dilakukan melalui simulasi
komputer, agar pendekatan yang diterapkan lebih mendekati gejala alam
yang sebenarnya.
e. Eksperimen dan pengukuran
Kimia merupakan ilmu pengetahuan yang dilandasi berbagai
eksperimen/ percobaan. Salah satu syarat suatu eksperimen dinyatakan
valid adalah bersifat reproducible (menghasilkan hasil yang sama ketika
eksperimen dilakukan kembali). Oleh karena itu, sangatlah penting
untuk mendeskripsikan objek percobaan secara menyeluruh, seperti
jumlah, volume, suhu, tekanan, dan kondisi lainnya. Dengan kata lain,
salah satu hal terpenting dalam ilmu Kimia adalah mengetahui cara
mengukur sesuatu dengan tepat.
2. Sikap ilmiah
a. Rasa ingin tahu, merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan
penelitian-penelitian demi mendapatkan sesuatu yang baru.
b. Jujur, dalam melakukan penelitian, seorang sainstis harus bersikap
jujur, artinya selalu menerima kenyataan dari hasil penelitiannya dan
tidak mengada-ada serta tidak boleh mengubah data hasil penelitiannya.
c. Tekun, berarti tidak mudah putus asa.
d. Teliti, artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh.
e. Objektif, artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian
tidak boleh dipengaruhi perasaan pribadi..
f. Terbuka menerima pendapat yang benar, aartinya bahwa kita tidak
boleh mengklaim diri kita yang paling benar atau paling hebat.
3. Kegunaan metode ilmiah
Dengan adanya sikap dan metode ilmiah akan menghasilkan
penemuan-penemuan yang berkualitas tinggi dan dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan manusia. Beberapa kegunaan metode ilmiah
dalam kehidupan manusia antara lain:
a. Membantu memecahkan permasalahan dengan penalaran dan
pembuktian yang memuaskan.
b. Menguji hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang
objektif.
c. Memecahkan atau menemukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya
masih teka teki.
4. Kriteria metode ilmiah
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut
metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai
berikut:
a. Berdasarkan fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik
yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-
fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan
pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
b. Bebas dari prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh
dari pertimbangan subjektif.
c. Menggunakan prinsip analisa
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang
kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari
sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang
logis,
d. Menggunakan hipotesa 
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir
dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk
mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan
yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai
sasaran dengan tepat.
e. Menggunakan ukuran obyektif
Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari
kebenaran. Semua data dan fakta yang tersaji harus disajikan dan
dianalisis secara objektif.
f. Menggunakan teknik kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus
digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat
dikuantifikasikan

Anda mungkin juga menyukai