Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Feeding and Eating Disorder, Elimination dis Disruptive, Impulse Control, and Conduct
Disorders

Dosen Pengampu : Raras Sutatminingsih, Ph.D.,Psikolog

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Kelas A

Nama NIM

Melati Sukma Sihombing 171301049

Audy Cabila Faranada Sinukaban 191301010

Zahra Hanifah Lubis 191301011

Veronika Rotua Sinaga 191301012

Rizka Azmi Unisa 191301013

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya sehingga kami
masih diberikan kesehatan dan juga kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Feeding and eating disorder Elimination dis Disruptive, impulse control, and conduct
disorders” ini dengan baik.Terimakasih juga kami ucapkan kepada seluruh Dosen Pengampu
yang mengajar mata kuliah Psikologi Abnormal di Universitas Sumatera Utaradan membimbing
serta membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Setiap pembahasan materi pada makalah ini, disusun dengan sedemikian rupa agar dapat
dimengerti dan dipahami oleh para pembaca. Kami menyadari makalah ini masih mempunyai
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami bersedia menerima kritik serta saran dari pembaca
apabila ada untuk kebaikan makalah ini kedepannya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu serta menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya. Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Akhir kata kami
mengucapkan terimakasih.

Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 1

FEEDING AND EATING DISORDER ............................................................................. 1

PICA............................................................................................................................................ 1

RUMINATION DISORDER .................................................................................................. 4

AVOIDANT/RESTRICTIVE FOOD INTAKE DISORDER ............................................ 6

ANOREXIA NERVOSA .......................................................................................................... 9

BULIMIA NERVOSA............................................................................................................ 18

BINGE- EATING DISORDER ............................................................................................ 25

ELIMINATION DISORDER ........................................................................................... 27

ENURESIS ............................................................................................................................... 27

ENCOPRESIS ......................................................................................................................... 28

DISRUPTIVE, IMPULSE-CONTROL, AND CONDUCT DISORDER ........................ 29

OPPOSITIONAL DEFIANT DISORDER ......................................................................... 31

INTERMITTENT EXPLOSIVE DISORDER ................................................................... 35

CONDUCT DISORDER ........................................................................................................ 40

ANTISOCIAL PERSONALITY DISORDER ................................................................. 49

PYROMANIA ......................................................................................................................... 49

KLEPTOMANIA .................................................................................................................... 52

OTHER SPECIFIED DISRUPTIVE, IMPULSE-CONTROL, AND CONDUCT


DISORDER…………………………………………………………………………….....55

ii
UNSPECIFIED DISRUPTIVE, IMPULSE-CONTROL, AND CONDUCT
DISORDER……………………………………………………………………………… 55

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 57

TABEL KONTRIBUSI

iii
PEMBAHASAN

FEEDING AND EATING DISORDER

Gangguan ini ditandai dengan adanya gangguan perilaku makan atau makan yang terus
menerus yang dapat berakibat pada konsumsi atau penyerapan makanan yang berubah dan secara
signifikan mengganggu kesehatan fisik atau fungsi psikososial. Kriteria diagnostiknya disediakan
untuk pica, rumination disorder, avoidant/restrictive food intake disorder, anorexia nervosa,
bulimia nervosa, dan binge-eating disorder. Akhirnya, obesitas tidak termasuk dalam DSM-5
sebagai gangguan mental. Obesitas (kelebihan lemak tubuh) hasil dari kelebihan asupan energi
relatif terhadap pengeluaran energi jangka panjang. Berbagai faktor genetik, fisiologis, perilaku,
dan lingkungan yang bervariasi antar individu berkontribusi pada pengembangan obesitas.
Dengan demikian, obesitas tidak dianggap sebagai gangguan mental. Namun, ada asosiasi kuat
antara obesitas dan sejumlah gangguan mental (misalnya, binge-eating disorder, depressive dan
bipolar disorder, schizophrenia). Efek samping dari beberapa obat psikotropika berkontribusi
penting bagi perkembangan obesitas, dan obesitas mungkin merupakan faktor risiko
perkembangan beberapa gangguan mental (misalnya depressive disorder).

PICA
Diagnostic Criteria

A. Terus menerus makan zat yang tidak bergizi, nonfood dalam kurun waktu
minimal selama satu bulan.
B. Makan zat yang tidak bergizi, nonfood tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
individu.
C. Perilaku makan yang bukan bagian dari praktik normatif yang didukung secara
budaya atau sosial.
D. Jika perilaku makan terjadi dalam konteks gangguan mental lainnya (misalnya
intellectual disability [gangguan perkembangan intelektual], autism spectrum disorder,
schizophrenia) atau kondisi medis (termasuk kehamilan), cukup parah untuk menjamin
tambahan perhatian klinis.

1
Diagnostic Features

Jenis zat yang tertelan cenderung bervariasi sesuai usia dan ketersediaannya dan mungkin
termasuk kertas, sabun, kain, rambut, wol, tanah, kapur, bedak, cat, karet, logam, kerikil, arang
atau batubara, abu, tanah liat, pati, atau es.

Associated Features Supporting Diagnosis

Meskipun defisiensi vitamin atau mineral (misalnya, seng, zat besi) telah dilaporkan
dalam beberapa kasus, seringkali tidak ditemukan kelainan biologis spesifik. Dalam beberapa
kasus, pica menjadi perhatian klinis hanya setelah komplikasi medis umum (misalnya, masalah
usus mekanis; obstruksi usus, seperti yang disebabkan oleh bezoar; perforasi usus; infeksi seperti
toksoplasmosis dan toksokariasis akibat menelan kotoran; keracunan, seperti dengan menelan cat
berbasis timah).

Prevalence

Prevalensi pica tidak jelas. Di antara individu dengan cacat intelektual, prevalensi pica
tampaknya meningkat dengan tingkat keparahan kondisi.

Development and Course

Serangan pica dapat terjadi pada masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa, walaupun terjadi
pada masa kecil paling sering dilaporkan. Pica dapat terjadi pada anak-anak yang biasanya
berkembang normal, sedangkan pada orang dewasa, tampaknya lebih mungkin terjadi dalam
konteks kecacatan intelektual atau gangguan mental lainnya. Makan zat non-gizi dan nonfood
juga bisa terjadi pada kehamilan, bila hasrat tertentu (misalnya kapur atau es) mungkin terjadi.
Diagnosis pica selama kehamilan hanya terjadi jika keinginan tersebut menyebabkan konsumsi
zat non-gizi dan nonfood sampai-sampai makan zat-zat ini menimbulkan risiko medis. Jalannya
gangguan ini bisa berlarut-larut dan bisa mengakibatkan keadaan darurat medis (misalnya
obstruksi usus, penurunan berat badan akut, keracunan). Gangguan ini berpotensi berakibat fatal
tergantung zat yang tertelan.

2
Risk and Prognostic Factors

Environmental. Kelalaian, kurangnya pengawasan, dan keterlambatan perkembangan dapat


meningkatkan risiko untuk kondisi ini.

Culture-Related Diagnostic Issues

Pada beberapa populasi, makan tanah atau zat lain yang tampaknya tidak mengandung zat
ini diyakini bernilai spiritual, obat, atau nilai sosial lainnya, atau mungkin praktik normatif yang
didukung secara budaya atau sosial. Perilaku seperti itu tidak menjamin diagnosis pica (Criterion
C).

Gender-Related Diagnostic Issues

Pica terjadi pada pria dan wanita. Hal ini dapat terjadi pada wanita selama kehamilan;
namun, sedikit yang diketahui tentang perjalanan pica pada periode postpartum.

Diagnostic Markers

Radiografi, ultrasound, dan metode pemindaian lainnya dapat mengungkapkan penghalang


yang berhubungan dengan pica. Tes darah dan tes laboratorium lainnya dapat digunakan untuk
memastikan tingkat keracunan atau sifat infeksi.

Functional Consequences of Pica

Pica dapat secara signifikan mengganggu fungsi fisik, namun jarang menjadi satu-satunya
penyebab penurunan nilai dalam fungsi sosial. Pica sering terjadi dengan gangguan lain yang
terkait dengan gangguan fungsi sosial.

Comorbidity

Gangguan komorbiditas yang paling sering dengan pica adalah autism spectrum disorder
dan intellectual disability (gangguan perkembangan intelektual), dan pada tingkat yang lebih
rendah, schizophrenia dan obsessive-compulsive disorder. Pica bisa dikaitkan dengan
trichotillomania (gangguan menarik rambut) dan excoriation (memetik kulit). Bila seseorang
diketahui memiliki pica, penilaian harus mencakup pertimbangan kemungkinan komplikasi
gastrointestinal, keracunan, infeksi, dan kekurangan gizi.

3
RUMINATION DISORDER
Diagnostic Criteria

A. Regurgitasi makanan berulang selama minimal 1 bulan. Makanan yang dimuntahkan


dapat dikunyah ulang, ditelan kembali, atau diludahkan.
B. Regurgitasi berulang tidak disebabkan oleh gastrointestinal atau kondisi medis lainnya
(misalnya gastroesophageal reflux, pyloric stenosis).
C. Gangguan makan tidak terjadi secara eksklusif selama anorexia nervosa, bulimia
nervosa, binge-eating disorder, atau avoidant/restrictive food intake disorder.
D. Jika gejalanya terjadi dalam konteks gangguan mental lainnya (misalnya, intellectual
disability [Kelainan perkembangan intelektual] atau kelainan perkembangan saraf
lainnya), mereka cukup parah untuk mendapat perhatian klinis tambahan.

Diagnostic Features

Regurgitasi dalam rumination disorder sering terjadi, terjadi setidaknya beberapa kali per
minggu, biasanya setiap hari.

Associated Features Supporting Diagnosis

Bayi dengan rumination disorder menunjukkan karakteristik posisi tegang dan


melengkungkan bagian punggungnya dengan kepala tertahan, membuat gerakan mengisap
dengan lidahnya. Mereka memberi kesan mendapatkan kepuasan dari aktivitas tersebut. Mereka
mungkin mudah tersinggung dan lapar di antara episode regurgitasi. Kehilangan berat badan dan
gagal untuk menaikkan berat badan merupakan ciri umum pada bayi rumination disorder.
Malnutrisi bisa terjadi meskipun kelaparan yang dirasakan bayi dan konsumsi makanan dalam
jumlah yang relatif besar, terutama pada kasus yang parah, ketika regurgitasi segera mengikuti
setiap episode makan dan makanan dimuntahkan. Malnutrisi juga bisa terjadi pada anak yang
lebih besar dan orang dewasa, terutama saat regurgitasi disertai dengan pembatasan asupan.
Remaja dan orang dewasa mungkin mencoba menyamarkan perilaku regurgitasi dengan
meletakkan tangan di atas mulut atau batuk. Beberapa akan menghindari makan dengan orang
lain karena diakui ketidaksukaan yang tidak diinginkan dari perilaku.

4
Prevalence

Data prevalensi untuk rumination disorder tidak meyakinkan, namun kelainannya sering
terjadi dilaporkan lebih tinggi pada kelompok tertentu, seperti individu dengan kecacatan
intelektual.

Development and Course

Permulaan rumination disorder dapat terjadi pada masa bayi, masa kanak-kanak, remaja,
atau dewasa. Usia saat permulaan pada bayi biasanya antara usia 3 dan 12 bulan. Pada bayi,
kelainan itu seringkali berhenti secara spontan, tapi tentu saja bisa berlarut-larut dan bisa
berakibat keadaan darurat medis (misalnya malnutrisi parah). Hal ini berpotensi berakibat fatal,
terutama pada masa kanak-kanak.

Risk and Prognostic

Environmental. Masalah psikososial seperti kurangnya rangsangan, pengabaian, situasi


kehidupan yang penuh tekanan, dan masalah dalam hubungan orang tua dan anak mungkin
merupakan faktor predisposisi pada bayi dan anak kecil

Functional Consequences of Rumination Disorder

Malnutrisi sekunder akibat regurgitasi berulang dapat terkait dengan keterlambatan


pertumbuhan dan memiliki efek negatif terhadap potensi pengembangan dan pembelajaran.
Beberapa individu yang lebih tua yang memiliki rumination disorder dengan sengaja membatasi
asupan makanan mereka karena adanya regurgitasi yang tidak diinginkan secara social. Mereka
akan memiliki berat badan yang rendah. Pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa, fungsi
sosial lebih cenderung terkena dampak negatif.

Comorbidity

Regurgitasi dengan ruminasi dapat terjadi dalam konteks medis berasamaan kondisi atau
gangguan mental lainnya (misalnya gangguan kecemasan umum). Saat regurgitas terjadi dalam
konteks ini, diagnosis rumination disorder hanya tepat bila tingkat keparahan gangguan melebihi
yang secara rutin dikaitkan dengan kondisi gangguan tersebut dan menjamin perhatian klinis
tambahan.

5
AVOIDANT/RESTRICTIVE FOOD INTAKE DISORDER

Diagnostic Criteria

A. Gangguan eating atau feeding (misalnya kurangnya minat makan, penghindaran


berdasarkan karakteristik khas dari makanan; kekhawatiran tentang konsekuensi makan
yang tidak menyenangkan) seperti yang dimanifestasikan oleh kegagalan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan / atau energi yang terkait dengan satu atau lebih hal-hal
berikut ini:
1. Penurunan berat badan yang signifikan (atau kegagalan untuk mencapai kenaikan
berat badan yang diharapkan atau pertumbuhan yang kurang baik pada anak-anak).
2. Penurunan gizi yang sginifikan.
3. Ketergantungan pada makanan enteral atau suplemen gizi oral.
4. Ditandai dengan gangguan fungsi psikososial.
B. Gangguan ini tidak dijelaskan dengan lebih baik karena kurangnya makanan yang
tersedia atau oleh praktik pemberian sanksi yang terkait dengan budaya.

C. Gangguan makan tidak terjadi secara eksklusif selama anorexia nervosa atau bulimia
nervosa, dan tidak ada bukti adanya gangguan pada berat atau bentuk tubuh seseorang.

D. Gangguan makan tidak disebabkan oleh kondisi medis bersamaan atau tidak dijelaskaan
dengan baik oleh gangguan jiwa lainnya. Saat gangguan makan terjadi dalam konteks
kondisi atau gangguan lain, tingkat keparahan gangguan makan melebihi yang secara
rutin dikaitkan dengan kondisi atau gangguan dan memerlukaan perhatian klinis
tambahan.

Diagnostic Features

Fitur diagnostik utama dari avoidant/restrictive food intake disorder adalah penghindaran
atau pembatasan asupan makanan (Criterion A) diwujudkan dengan kegagalan klinis yang
signifikan untuk memenuhi persyaratan gizi atau tidak mencukupi asupan energy melalui asupan
makanan secara oral. Satu atau beberapa fitur utama berikut harus ada: penurunan berat badan
yang signifikan, kekurangan nutrisi yang signifikan (atau yang terkait dampak kesehatan),
ketergantungan pada makanan enteral atau suplemen gizi oral, atau ditandai gangguan fungsi
psikososial. Penentuan apakah penurunan berat badan itu signifikan (Criterion A1) adalah
penilaian klinis: alih-alih menurunkan berat badan, anak-anak dan remaja yang belum

6
menyelesaikan pertumbuhan mungkin tidak dapat mempertahankan berat badan atau tinggi
badan untuk meningkat sepanjang lintasan perkembangannya.

Penentuan penurunan nutrisi yang signifikan (Criterion A2) juga didasarkan pada penilaian
klinis (misalnya penilaian asupan makanan, pemeriksaan fisik, dan pengujian laboratorium), dan
dampak terkait pada kesehatan fisik dapat memiliki tingkat keparahan yang sama dengan yang
terlihat pada anorexia nervosa (misalnya hipotermia, bradikardia, anemia). Ketergantungan pada
makanan enteral atau nutrisi oral (Criterion A3) berarti bahwa makanan tambahan diperlukan
untuk mempertahankan asupan asupan yang cukup. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sosial normal, seperti makan dengan orang lain, atau untuk mempertahankan hubungan
sebagai akibat dari gangguan akan menimbulkan gangguan yang ditandai dengan fungsi
psikososial (Criterion A4).

Gangguan asupan makanan yang menghindari atau membatasi makanan tidak termasuk
penghindaran atau pembatasan asupan makanan terkait kurangnya ketersediaan makanan atau
praktik budaya (misalnya puasa atau diet normal) (Criterion B). Gangguan ini tidak dijelaskan
dengan lebih baik oleh konsentrasi yang berlebihan tentang berat badan atau bentuk tubuh
(Criterion C) atau faktor medis secara bersamaan atau gangguan mental (Criterion D).

Associated Features Supporting Diagnosis

Beberapa fitur mungkin terkait dengan penghindaran makanan atau pengurangan asupan
makanan, termasuk kurangnya minat pada makan atau makanan, menyebabkan penurunan berat
badan atau goyahnya pertumbuhan. Bayi yang sangat muda mungkin terlihat terlalu mengantuk,
tertekan, atau gelisah untuk diberi makan. Bayi dan anak kecil mungkin tidak berhubungan
dengan pengasuh utama saat diberi makan atau mengkomunikasikan rasa lapar untuk kegiatan
lainnya. Pada anak-anak dan remaja yang lebih besar, penghindaran atau pembatasan makanan
dapat dikaitkan dengan kesulitan emosional yang lebih umum yang tidak terpenuhi kriteria
diagnostic untuk gangguan kecemasan, depresi, atau bipolar, kadang-kadang disebut “food
avoidance emotional disorder”.

7
Development and Course

Penghindaran atau pembatasan makanan terkait dengan asupan yang tidak mencukupi atau
kurangnya minat makan yang paling umum berkembang pada masa bayi atau masa kanak-kanak
dan mungkin bertahan di masa dewasa. Demikian juga, penghindaran berdasarkan karakteristik
indra makanan cenderung timbul pada decade pertama kehidupan namun bisa berlanjut sampai
dewasa. Penghindaran terkait dengan konsekuensi enggan bisa timbul pada usia berapapun.
Literatur yang kurang mengenai hasil jangka panjang menunjukkan bahwa penghindaran atau
pembatasan makanan berdasarkan aspek sensorik relative stabil dan lama, namun bila bertahan
sampai dewasa, penghindaran atau pembatasan tersebut dapat dikaitkan dengan fungsi yang
relatif normal. Dalam beberapa kasus, interaksi orang tua dan anak dapat menyebabkan masalah
pemberian makanan bayi (misalnya menyajikan makanan secara tidak tepat, atau menafsirkan
perilaku bayi sebagai tindakan agresi atau penolakan). Asupan nutrisi yang tidak memadai dapat
memperburuk fitur yang terkait (misalnya mudah tersinggung, kelambatan perkembangan) dan
selanjutnya berkontribusi pada kesulitan makan. Pada bayi, anak-anak, dan remaja pra-pubertas,
avoidant/restrictive food intake disorder dapat dikaitkan dengan penundaan pertumbuhan, dan
malnutrisi yang dihasilkan secara negatif mempengaruhi potensi perkembangan dan
pembelajaran. Pada anak yang lebih tua, remaja, dan orang dewasa, fungsi sosial cenderung
menjadi negatif.

Risk and Prognostic Factors

Temperamental. Gangguan kecemasan, gangguan spectrum autism, gangguan obesif-kompulsif,


dan gangguan attention-deficit atau hyperactivity dapat meningkatkan risiko untuk menghindari
atau membatasi makan atau karakteristik perilaku makan dari gangguan ini.

Environmental. Faktor risiko lingkungan untuk avoidant/restrictive food intake disorder


meliputi kegelisahan keluarga. Tingkat gangguan makan yang lebih tinggi dapat terjadi pada
anak-anak dari ibu yang memiliki gangguan makan.

Genetic andPhysiological. Riwayat kondisi gastrointestinal, penyakit refluks gastroesofagus,


muntah, dan berbagai masalah medis lainnya telah dikaitkan dengan perilaku makan dan makan
yang khas dari avoidant/restrictive food intake disorder.

8
Culture-Related Diagnostic Issues

Presentasi yang serupa dengan avoidant/restrictive food intake disorder terjadi pada
berbagai populasi, termasuk di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Eropa.
Avoidant/restrictive food intake disorder tidak boleh didiagnosis saat menghindari asupan
makanan semata-mata terkait untuk praktik keagamaan atau budaya tertentu.

Gender-Related Diagnostic Issues

Avoidant/restrictive food intake disorder sama-sama umum pada pria dan wanita pada masa
bayi dan anak usia dini, namun gangguan makanan yang menghindari komorbid dengan kelainan
spectrum autism memiliki dominasi laki-laki.

Diagnostic Markers

Penanda diagnostik meliputi kekurangan gizi, berat badan rendah, penundaan pertumbuhan,
dan kebutuhan nutrisi buatan tanpa adanya kondisi medis yang jelas selain asupan yang buruk.

Functional Consequences of Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder

Keterbatasan perkembangan dan fungsional terkait mencakup penurunan perkembagan fisik


dan kesulitan sosial yang dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap fungsi
keluarga.

Comorbidity

Kelainan yang paling umum diamati adalah komorbid dengan avoidant/restrictive food
intake disorder adalah gangguan kecemasan, gangguan obesif-kompulsif, dan gangguan
perkembangan saraf (khususnya autism spectrum disorder, attention-deficit/hyperactivity
disorder,dan intellectual disability [gangguan perkembangan intelektual]).

ANOREXIA NERVOSA
Diagnostic Criteria

A. Pembatasan asupan energi terhadap kebutuhan, menyebabkan berat badan yang sangat rendah
dalam konteks usia, jenis kelamin, lintasan perkembangan, dan kesehatan fisik. Berat badan yang

9
sangat rendah didefinisikan sebagai berat badan yang kurang dari normal minimal atau, untuk
anak-anak dan remaja, kurang dari yang diharapkan.

B. Ketakutan yang intens terhadap kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, atau perilaku
terus-menerus yang mengganggu kenaikan berat badan, meskipun pada berat badan yang sangat
rendah.

C. Gangguan dalam berat badan atau bentuk tubuh, pengaruh berat badan atau bentuk tubuh yang
tidak semestinya pada evaluasi diri atau kurangnya kesadaran yang terus-menerus akan
keseriusan berat badan rendah saat ini.

Subtypes

Beberapa individu dengan anoreksia nervosa tipe binge-eating / purging yang memiliki
pola makan berlebihan membersihkan atau mengurangi makanan melalui muntah yang
diperbuatnya sendiri atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau enema. Beberapa
individu dengan subtipe anoreksia nervosa ini tidak makan berlebihan tetapi melakukan
pembersihan secara teratur setelah konsumsi makanan dalam jumlah kecil.

Diagnostic Features

Ada tiga ciri penting dari anoreksia nervosa: pembatasan asupan energi yang persisten;
ketakutan yang intens untuk menambah berat badan atau menjadi gemuk, atau perilaku terus-
menerus yang mengganggu penambahan berat badan; dan gangguan pada berat atau bentuk yang
dirasakan sendiri. Individu mempertahankan berat badan di bawah tingkat minimal normal untuk
usia, jenis kelamin, lintasan perkembangan, dan kesehatan fisik (Kriteria A). Kriteria A
mensyaratkan bahwa berat badan individu secara signifikan rendah (yaitu, kurang dari normal
minimal atau, untuk anak-anak dan remaja, kurang dari yang diharapkan minimal). Penilaian
berat badan dapat menjadi tantangan karena kisaran berat badan normal berbeda di antara
individu, dan ambang batas yang berbeda telah diterbitkan untuk menentukan status kurus.
Indeks massa tubuh (BMI; dihitung sebagai berat dalam kilogram/tinggi dalam meter) adalah
ukuran yang berguna untuk menilai berat badan untuk tinggi badan. Untuk orang dewasa, BMI
18,5 kg/m2 telah digunakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai batas bawah berat badan normal. Oleh karena itu,
kebanyakan orang dewasa dengan BMI lebih besar atau sama dengan 18,5 kg/m2 tidak akan
10
dianggap memiliki berat badan rendah secara signifikan. Di sisi lain, BMI lebih rendah dari 17,0
kg/m2 telah dianggap oleh WHO untuk menunjukkan ketipisan sedang atau berat; oleh karena
itu, seorang individu dengan BMI kurang dari 17,0 kg/m2 kemungkinan akan dianggap memiliki
signifikan berat badan rendah. Orang dewasa dengan BMI antara 17,0 dan 18,5 kg/m2, atau
bahkan di atas 18,5 kg/m2, dapat dianggap memiliki berat badan yang sangat rendah jika riwayat
klinis atau informasi fisiologis lainnya mendukung penilaian ini. Ringkasnya, dalam menentukan
apakah Kriteria A terpenuhi, klinisi harus mempertimbangkan pedoman numerik yang tersedia,
serta bentuk tubuh individu, riwayat berat badan, dan kondisi fisiologis apa pun.

Individu dengan gangguan ini biasanya menunjukkan ketakutan yang intens untuk
menambah berat badan atau menjadi gemuk (Kriteria B). Ketakutan menjadi gemuk biasanya
tidak berkurang dengan penurunan berat badan. Faktanya, kekhawatiran tentang kenaikan berat
badan dapat meningkat bahkan ketika berat badan turun. Individu yang lebih muda dengan
anoreksia nervosa, serta beberapa orang dewasa, mungkin tidak mengenali atau mengakui rasa
takut akan kenaikan berat badan. Jika tidak ada penjelasan lain untuk berat badan yang sangat
rendah, kesimpulan klinisi yang diambil dari riwayat kolateral, data pengamatan, temuan fisik
dan laboratorium, atau perjalanan longitudinal yang menunjukkan ketakutan akan kenaikan berat
badan atau mendukung perilaku persisten yang mencegahnya dapat digunakan untuk menetapkan
Kriteria B.

Pengalaman dan signifikansi berat badan dan bentuk tubuh terdistorsi pada individu-
individu ini (Kriteria C). Beberapa individu merasa kelebihan berat badan secara global. Yang
lain menyadari bahwa mereka kurus tetapi masih khawatir bahwa bagian tubuh tertentu, terutama
perut, bokong, dan paha, "terlalu gemuk". Mereka mungkin menggunakan berbagai teknik untuk
mengevaluasi ukuran atau berat tubuh mereka, termasuk penimbangan yang sering, pengukuran
bagian tubuh yang obsesif, dan penggunaan cermin yang terus-menerus untuk memeriksa area
"lemak" yang dirasakan. Harga diri individu dengan anoreksia nervosa sangat tergantung pada
persepsi mereka tentang bentuk tubuh dan berat badan. Penurunan berat badan sering dipandang
sebagai pencapaian yang mengesankan dan tanda disiplin diri yang luar biasa, sedangkan
penambahan berat badan dianggap sebagai kegagalan pengendalian diri yang tidak dapat
diterima. Meskipun beberapa individu dengan gangguan ini mungkin mengakui kurus, mereka
sering tidak menyadari implikasi medis yang serius dari keadaan kekurangan gizi mereka.
11
Associated Features Supporting Diagnosis

Setengah kelaparan pada anoreksia nervosa dan perilaku pembersihan makanan kadang-
kadang terkait dengannya, dapat mengakibatkan kondisi medis yang signifikan dan berpotensi
mengancam jiwa. Kompromi nutrisi yang terkait dengan gangguan ini mempengaruhi sebagian
besar sistem organ utama dan dapat menghasilkan berbagai gangguan. Gangguan fisiologis,
termasuk amenore dan kelainan tanda vital, sering terjadi. Sementara sebagian besar gangguan
fisiologis yang terkait dengan malnutrisi dapat dipulihkan dengan rehabilitasi nutrisi, beberapa,
termasuk hilangnya kepadatan mineral tulang, seringkali tidak sepenuhnya dapat dipulihkan.
Perilaku seperti muntah yang diinduksi sendiri dan penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, dan
enema dapat menyebabkan sejumlah gangguan yang mengarah pada temuan laboratorium yang
abnormal; namun, beberapa individu dengan anoreksia nervosa tidak menunjukkan kelainan
laboratorium.

Ketika berat badan sangat rendah, banyak individu dengan anoreksia nervosa memiliki
tanda dan gejala depresi seperti suasana hati yang tertekan, penarikan diri dari pergaulan, lekas
marah, insomnia, dan berkurangnya minat pada seks. Karena ciri-ciri ini juga diamati pada
individu tanpa anoreksia nervosa yang kekurangan gizi secara signifikan, banyak ciri-ciri depresi
mungkin sekunder untuk sekuel fisiologis semi-kelaparan, meskipun mereka mungkin juga
cukup parah untuk menjamin diagnosis tambahan gangguan depresi berat.

Ciri-ciri obsesif-kompulsif, baik yang berhubungan maupun tidak dengan makanan,


seringkali menonjol. Kebanyakan individu dengan anoreksia nervosa disibukkan dengan pikiran
tentang makanan. Beberapa mengumpulkan resep atau menimbun makanan. Pengamatan
perilaku yang terkait dengan bentuk lain dari kelaparan menunjukkan bahwa obsesi dan
kompulsi yang berhubungan dengan makanan dapat diperburuk oleh kekurangan gizi. Ketika
individu dengan anoreksia nervosa menunjukkan obsesi dan kompulsi yang tidak terkait dengan
makanan, bentuk tubuh, atau berat badan, diagnosis tambahan gangguan obsesif-kompulsif
(OCD) mungkin diperlukan.

Subkelompok individu dengan anoreksia nervosa menunjukkan tingkat aktivitas fisik


yang berlebihan. Peningkatan aktivitas fisik sering mendahului timbulnya gangguan, dan selama
gangguan peningkatan aktivitas mempercepat penurunan berat badan. Selama perawatan,

12
aktivitas berlebihan mungkin sulit dikendalikan, sehingga membahayakan pemulihan berat
badan.

Individu dengan anoreksia nervosa dapat menyalahgunakan obat-obatan, seperti dengan


memanipulasi dosis, untuk mencapai penurunan berat badan atau menghindari penambahan berat
badan. Individu dengan diabetes mellitus dapat menghilangkan atau mengurangi dosis insulin
untuk meminimalkan metabolisme karbohidrat.

Prevalence

Prevalensi anoreksia nervosa selama 12 bulan di antara wanita muda adalah sekitar 0,4%.
Kurang diketahui tentang prevalensi di antara laki-laki, tetapi anoreksia nervosa jauh lebih jarang
terjadi pada laki-laki daripada perempuan, dengan populasi klinis umumnya mencerminkan
sekitar rasio 10:1 perempuan - laki-laki.

Development and Course

Perjalanan Anoreksia nervosa biasanya dimulai selama masa remaja atau dewasa muda.
Ini jarang dimulai sebelum pubertas atau setelah usia 40, tetapi kasus onset dini dan lambat telah
dijelaskan. Timbulnya gangguan ini sering dikaitkan dengan peristiwa kehidupan yang penuh
tekanan, seperti meninggalkan rumah untuk kuliah. Perjalanan dan hasil anoreksia nervosa
sangat bervariasi. Individu yang lebih muda mungkin menunjukkan ciri-ciri atipikal, termasuk
menyangkal "takut gemuk". Individu yang lebih tua lebih mungkin memiliki durasi penyakit
yang lebih lama, dan presentasi klinis mereka mungkin mencakup lebih banyak tanda dan gejala
gangguan jangka panjang. Angka kematian kasar (CMR) untuk anoreksia nervosa adalah sekitar
5% per dekade. Kematian paling sering terjadi akibat komplikasi medis yang terkait dengan
gangguan itu sendiri atau karena bunuh diri.

Risk and Prognostic Factors

Temperamental. Individu yang mengembangkan gangguan kecemasan atau menunjukkan sifat


obsesif di masa kanak-kanak berada pada peningkatan risiko mengembangkan anoreksia
nervosa.

Environmental. Variabilitas historis dan lintas budaya dalam prevalensi anoreksia nervosa
mendukung hubungannya dengan budaya dan pengaturan di mana bentuk tubuh kurus dihargai.

13
Pekerjaan dan kegemaran yang mendorong bentuk tubuh kurus, seperti modeling dan atletik elit,
juga dikaitkan dengan peningkatan risiko.

Genetic and physiological. Ada peningkatan risiko anoreksia nervosa dan bulimia nervosa di
antara kerabat biologis tingkat pertama individu dengan gangguan tersebut. Peningkatan risiko
gangguan bipolar dan depresi juga telah ditemukan di antara kerabat tingkat pertama individu
dengan anoreksia nervosa, terutama kerabat individu dengan tipe pesta makan/pembuangan
makanan. Tingkat kesesuaian untuk anoreksia nervosa pada kembar monozigot secara signifikan
lebih tinggi daripada kembar dizigotik.

Culture-Related Diagnostic Issues

Anoreksia nervosa terjadi pada populasi yang beragam secara budaya dan sosial,
meskipun bukti yang ada menunjukkan variasi lintas budaya dalam kejadian dan penyajiannya.
Anoreksia nervosa mungkin paling umum di negara-negara berpenghasilan tinggi pasca-industri
seperti di Amerika Serikat, banyak negara Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Jepang, tetapi
kejadiannya di sebagian besar negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak pasti.
Sementara prevalensi anoreksia nervosa tampak relatif rendah di antara orang Latin, Afrika
Amerika, dan Asia di Amerika Serikat, dokter harus menyadari bahwa pemanfaatan layanan
kesehatan mental di antara individu dengan gangguan makan secara signifikan lebih rendah pada
kelompok etnis ini dan bahwa tingkat yang rendah mungkin mencerminkan bias kepastian.
Presentasi masalah berat badan di antara individu dengan gangguan makan dan makan bervariasi
secara substansial di seluruh konteks budaya. Tidak adanya rasa takut yang intens terhadap
kenaikan berat badan, kadang-kadang disebut sebagai "fobia lemak", tampaknya relatif lebih
umum pada populasi di Asia, di mana alasan pembatasan diet umumnya terkait dengan keluhan
yang lebih sesuai dengan budaya seperti ketidaknyamanan gastrointestinal. . Di Amerika Serikat,
presentasi tanpa rasa takut yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan mungkin relatif lebih
umum di antara kelompok Latin.

Diagnostic Markers

Kelainan laboratorium berikut dapat diamati pada anoreksia nervosa; kehadiran mereka dapat
berfungsi untuk meningkatkan kepercayaan diagnostik.

14
Hematology. Leukopenia sering terjadi, dengan hilangnya semua jenis sel tetapi biasanya
dengan limfositosis yang jelas. Anemia ringan dapat terjadi, serta trombositopenia dan, jarang,
masalah perdarahan.

Serum chemistry. Dehidrasi dapat dicerminkan oleh peningkatan kadar nitrogen urea darah.
Hiperkolesterolemia sering terjadi. Tingkat enzim hati mungkin meningkat. Hipomagnesemia,
hipozincemia, hipofosfatemia, dan hiperamilasemia kadang-kadang diamati. Muntah yang
diinduksi sendiri dapat menyebabkan alkalosis metabolik (peningkatan bikarbonat serum),
hipokloremia, dan hipokalemia; penyalahgunaan pencahar dapat menyebabkan asidosis
metabolik ringan.

Endocrine. Kadar tiroksin (T4) serum biasanya dalam kisaran normal-rendah; kadar
triiodothyronine (T3) menurun, sedangkan kadar reverse T3 meningkat. Wanita memiliki kadar
serum estrogen yang rendah, sedangkan pria memiliki kadar testosteron serum yang rendah.

Electrocardiography.Sinus bradikardia adalah umum, dan, jarang, aritmia dicatat. Perpanjangan


yang signifikan dari interval QTc diamati pada beberapa individu.

Bone mass.Kepadatan mineral tulang yang rendah, dengan area tertentu dari osteopenia atau
osteoporosis, sering terlihat. Risiko patah tulang meningkat secara signifikan.

Electroencephalography.Abnormalitas difus, mencerminkan ensefalopati metabolik, dapat


terjadi akibat gangguan cairan dan elektrolit yang signifikan.

Resting Energy Expenditure. Sering ada pengurangan yang signifikan dalam pengeluaran
energi istirahat.

Physical signs and symptoms. Banyak tanda dan gejala fisik anoreksia nervosa disebabkan oleh
kelaparan. Amenore umumnya hadir dan tampaknya menjadi indikator disfungsi fisiologis. Jika
ada, amenore biasanya merupakan konsekuensi dari penurunan berat badan, tetapi pada sebagian
kecil individu, amenore sebenarnya dapat mendahului penurunan berat badan. Pada wanita
prapubertas, menarche mungkin tertunda. Selain amenore, mungkin ada keluhan sembelit, sakit
perut, intoleransi dingin, lesu, dan kelebihan energi.

15
Suicide Risk

Resiko bunuh diri meningkat pada anoreksia nervosa, dengan angka yang dilaporkan 12 per
100.000 per tahun. Evaluasi komprehensif individu dengan anoreksia nervosa harus mencakup
penilaian ide dan perilaku terkait bunuh diri serta faktor risiko lain untuk bunuh diri, termasuk
riwayat upaya bunuh diri.

Functional Consequences of Anorexia Nervosa

Individu dengan anoreksia nervosa mungkin menunjukkan berbagai keterbatasan fungsional


yang terkait dengan gangguan tersebut. Sementara beberapa individu tetap aktif dalam fungsi
sosial dan profesional, yang lain menunjukkan isolasi sosial yang signifikan dan/atau kegagalan
untuk memenuhi potensi akademik atau karir.

Differential Diagnosis

Kemungkinan penyebab lain dari berat badan yang rendah secara signifikan atau penurunan berat
badan yang signifikan harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding anoreksia nervosa,
terutama bila gambaran yang muncul atipikal (misalnya, onset setelah usia 40 tahun).

Medical conditions (e.g., gastrointestinal disease, hyperthyroidism, occult malignancies,


and acquired immunodeficiency syndrome [AIDS]). Penurunan berat badan yang serius dapat
terjadi dalam kondisi medis, tetapi individu dengan gangguan ini biasanya juga tidak
menunjukkan gangguan dalam cara mengalami berat badan atau bentuk tubuh mereka atau
ketakutan yang intens terhadap kenaikan berat badan atau bertahan dalam perilaku yang
mengganggu kenaikan berat badan yang sesuai.

Major depressive disorder. Pada gangguan depresi mayor, penurunan berat badan yang parah
dapat terjadi, tetapi sebagian besar individu dengan gangguan depresi mayor tidak memiliki
keinginan untuk menurunkan berat badan yang berlebihan atau ketakutan yang berlebihan untuk
menambah berat badan.

Schizophrenia. Individu dengan skizofrenia mungkin menunjukkan perilaku makan yang aneh
dan kadang-kadang mengalami penurunan berat badan yang signifikan, tetapi mereka jarang

16
menunjukkan rasa takut akan kenaikan berat badan dan gangguan citra tubuh yang diperlukan
untuk diagnosis anoreksia nervosa.

Substance use disorders. Individu dengan gangguan penyalahgunaan zat mungkin mengalami
berat badan rendah karena asupan gizi yang buruk tetapi umumnya tidak takut bertambahnya
berat badan dan tidak menunjukkan gangguan citra tubuh. Individu yang menyalahgunakan zat
yang mengurangi nafsu makan (misalnya, kokain, stimulan) dan yang juga mendukung rasa takut
akan kenaikan berat badan harus dievaluasi dengan hati-hati untuk kemungkinan komorbiditas
anoreksia nervosa, mengingat bahwa penggunaan zat dapat mewakili perilaku persisten yang
mengganggu penambahan berat badan ( Kriteria B).

Social anxiety disorder (social phobia), obsessive-compulsive disorder, and body


dysmorphic disorder. Beberapa ciri anoreksia nervosa tumpang tindih dengan kriteria fobia
sosial, OCD, dan gangguan dismorfik tubuh. Secara khusus, individu mungkin merasa terhina
atau malu terlihat makan di depan umum, seperti pada fobia sosial; mungkin menunjukkan
obsesi dan kompulsi yang berhubungan dengan makanan, seperti pada OCD; atau mungkin
disibukkan dengan cacat yang dibayangkan dalam penampilan tubuh, seperti pada gangguan
dismorfik tubuh. Jika individu dengan anoreksia nervosa memiliki ketakutan sosial yang terbatas
pada perilaku makan saja, diagnosis fobia sosial tidak boleh dibuat, tetapi ketakutan sosial yang
tidak terkait dengan perilaku makan (misalnya, ketakutan berlebihan berbicara di depan umum)
mungkin memerlukan diagnosis tambahan fobia sosial. Demikian pula, diagnosis tambahan OCD
harus dipertimbangkan hanya jika individu menunjukkan obsesi dan kompulsi yang tidak
berhubungan dengan makanan (misalnya, ketakutan berlebihan terhadap kontaminasi), dan
diagnosis tambahan gangguan dismorfik tubuh harus dipertimbangkan hanya jika distorsi tidak
terkait dengan tubuh. bentuk dan ukuran (misalnya, keasyikan bahwa hidung seseorang terlalu
besar).

Bulimia nervosa. Individu dengan bulimia nervosa menunjukkan episode berulang dari pesta
makan, terlibat dalam perilaku yang tidak pantas untuk menghindari penambahan berat badan
(misalnya, muntah yang diinduksi sendiri), dan terlalu peduli dengan bentuk dan berat badan.
Namun, tidak seperti individu dengan anoreksia nervosa, tipe binge-eating/purging, individu
dengan bulimia nervosa mempertahankan berat badan atau di atas tingkat minimal normal.

17
Avoidant/restrictive food intake disorder. Individu dengan gangguan ini mungkin
menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan atau kekurangan gizi yang signifikan, tetapi
mereka tidak memiliki rasa takut untuk menambah berat badan atau menjadi gemuk, mereka juga
tidak memiliki gangguan dalam cara mereka mengalami bentuk dan berat badan mereka.

Comorbidity

Gangguan bipolar, depresi, dan kecemasan biasanya terjadi bersamaan dengan anoreksia
nervosa. Banyak individu dengan anoreksia nervosa melaporkan adanya gangguan kecemasan
atau gejala sebelum timbulnya gangguan makan mereka. OCD dijelaskan pada beberapa individu
dengan anoreksia nervosa, terutama mereka dengan tipe restriktif. Gangguan penggunaan
alkohol dan gangguan penggunaan zat lainnya juga dapat menjadi komorbiditas dengan
anoreksia nervosa, terutama di antara mereka dengan tipe pesta makan/pembersihan.

BULIMIA NERVOSA

Diagnostic Criteria

A. Mengenai kecanduan makan dicirikan oleh kedua hal berikut:

1. Makan, dalam periode waktu yang berbeda (misalnya, dalam periode 2 jam), jumlah makanan
yang pasti lebih besar dari apa yang kebanyakan orang akan makan dalam waktu yang lama.
Periode waktu yang sama dalam situasi yang sama.

2. Perasaan tidak dapat mengontrol makan selama episode tersebut (misalnya, perasaan bahwa
seseorang tidak dapat berhenti makan atau mengontrol apa atau berapa banyak yang dia makan).

B. Perilaku kompensasi yang tidak pantas berulang untuk mencegah penambahan berat badan,
seperti muntah yang diinduksi sendiri; penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau obat lain;
puasa; atau olahraga berlebihan.

18
C. Pola makan dan perilaku kompensasi yang tidak tepat terjadi, rata-rata, setidaknya sekali
seminggu selama 3 bulan.

D. Evaluasi diri terlalu dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan.

E. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama terjadinya anoreksia nervosa.

Diagnostic Features

Ada tiga fitur penting dari bulimia nervosa: Mengenai pola makan yang berlebihan (Kriteria A),
perilaku kompensasi yang tidak tepat diulang untuk mencegah penambahan berat badan (Kriteria
B), dan evaluasi diri yang terlalu dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan (Kriteria D ).
Untuk memenuhi syarat dalam diagnosis, pola makan dan perilaku kompensasi yang tidak tepat
harus terjadi, rata-rata, setidaknya sekali seminggu selama 3 bulan (Kriteria C).

Sebuah "episode of being eating" didefinisikan sebagai makan dalam periode waktu
tertentu, jumlah makanan yang pasti lebih besar daripada kebanyakan individu akan makan
dalam periode waktu yang sama dalam keadaan yang sama (Kriteria Al). Konteks di mana
makan terjadi dapat mempengaruhi estimasi klinisi apakah asupannya berlebihan. Misalnya,
jumlah makanan yang mungkin dianggap berlebihan untuk makanan biasa mungkin dianggap
normal selama jamuan makan malam atau perayaan. "Periode waktu terpisah" mengacu pada
periode terbatas, biasanya kurang dari 2 jam. Satu episode dari being eating tidak perlu dibatasi
pada satu pengaturan. Sebagai contoh, seorang individu mungkin memulai pesta makan di
restoran dan kemudian melanjutkan makan saat kembali ke rumah. Ngemil terus menerus dalam
jumlah kecil walau dilakukan setiap hari tidak akan dianggap sebagai pesta makan.

Terjadinya konsumsi makanan yang berlebihan harus disertai dengan rasa kurang
terkontrol (Kriteria A2) untuk dianggap sebagai episode binge eating. Indikator hilangnya
kendali adalah ketidakmampuan untuk menahan diri dari makan atau berhenti makan setelah
dimulai.

Jenis makanan yang dikonsumsi selama binge-eating bervariasi baik antar individu
maupun untuk individu tertentu. Being eating tampaknya lebih dicirikan oleh kelainan dalam
jumlah makanan yang dikonsumsi daripada keinginan untuk nutrisi tertentu. Namun, selama
being eating, individu cenderung makan makanan yang seharusnya mereka hindari.

19
Ciri penting lainnya dari bulimia nervosa adalah penggunaan berulang dari perilaku kompensasi
yang tidak tepat untuk mencegah penambahan berat badan, secara kolektif disebut sebagai
perilaku pembersihan atau pembersihan (Kriteria B). Banyak individu dengan bulimia nervosa
menggunakan beberapa metode untuk mengimbangi makan berlebihan. Muntah adalah perilaku
kompensasi yang tidak pantas yang paling umum. Efek langsung dari muntah termasuk kelegaan
dari ketidaknyamanan fisik dan pengurangan rasa takut akan kenaikan berat badan.

Individu dengan bulimia nervosa dapat menggunakan berbagai metode untuk


menginduksi muntah, termasuk penggunaan jari atau instrumen untuk merangsang refleks
muntah. Individu umumnya menjadi mahir mendorong muntah dan akhirnya bisa muntah sesuka
hati. Jarang, individu mengkonsumsi sirup ipecac untuk menginduksi muntah. Perilaku
pembersihan lainnya termasuk penyalahgunaan obat pencahar dan diuretik. Sejumlah metode
kompensasi lainnya juga dapat digunakan dalam kasus yang jarang terjadi. Individu dengan
bulimia nervosa dapat menyalahgunakan enema setelah episode pesta makan, tetapi ini jarang
satu-satunya metode kompensasi yang digunakan. Individu dengan gangguan ini dapat
mengambil hormon tiroid dalam upaya untuk menghindari penambahan berat badan. Individu
dengan bulimia nervosa dapat berpuasa selama satu hari atau lebih atau berolahraga secara
berlebihan dalam upaya untuk mencegah penambahan berat badan. Olahraga dapat dianggap
berlebihan ketika secara signifikan mengganggu aktivitas penting, ketika itu terjadi pada waktu
yang tidak tepat atau dalam pengaturan yang tidak tepat, atau ketika individu terus berolahraga
meskipun cedera atau komplikasi medis lainnya. Individu dengan bulimia nervosa menempatkan
penekanan berlebihan pada bentuk tubuh atau berat badan dalam evaluasi diri mereka, dan
faktor-faktor ini biasanya sangat penting dalam menentukan harga diri (Kriteria D).

Individu dengan gangguan ini mungkin sangat mirip dengan mereka yang menderita
anoreksia nervosa, dalam ketakutan mereka untuk menambah berat badan, dalam keinginan
mereka untuk menurunkan berat badan, dan dalam tingkat ketidakpuasan dengan tubuh mereka.
Namun, diagnosis bulimia nervosa tidak boleh diberikan bila gangguan hanya terjadi selama
episode anoreksia nervosa (Kriteria E).

20
Associated Features Supporting Diagnosis

Individu dengan bulimia nervosa biasanya berada dalam kisaran berat badan normal atau
kelebihan berat badan(indeks massa tubuh [BMI] <?: 18,5 dan <30 pada orang dewasa).
Gangguan ini terjadi tetapi jarang terjadi pada individu obesitas. Di antara makan berlebihan,
individu dengan bulimia nervosa biasanya membatasi konsumsi kalori total mereka dan lebih
memilih makanan rendah kalori("diet") sambil menghindari makanan yang mereka anggap
menggemukkan atau cenderung memicubeing eating.

Ketidakteraturan menstruasi atau amenore sering terjadi pada wanita dengan bulimia
nervosa; tidak pasti apakah gangguan tersebut terkait dengan fluktuasi berat badan, defisiensi
nutrisi, atau tekanan emosional. Gangguan cairan dan elektrolit akibat perilaku pembersihan
kadang-kadang cukup parah untuk menimbulkan masalah medis yang serius. Komplikasi yang
jarang namun berpotensi fatal termasuk robekan esofagus, ruptur lambung, dan aritmia jantung.
Miopati jantung dan tulang yang serius telah dilaporkan di antara individu setelah penggunaan
berulang sirup ipecac untuk menginduksi muntah. Individu yang menyalahgunakan pencahar
secara kronis dapat menjadi tergantung pada penggunaannya untuk merangsang buang air besar.

Prevalence

Prevalensi bulimia nervosa selama 12 bulan di antara wanita muda adalah sekitar 1%-
1,5%. Prevalensi titik tertinggi di antara orang dewasa muda sejak gangguan memuncak pada
remaja yang lebih tua dan dewasa muda. Kurang diketahui tentang prevalensi titik bulimia
nervosa pada laki-laki, tetapi bulimia nervosa jauh lebih jarang terjadi pada laki-laki daripada
perempuan, dengan rasio sekitar 10:1 perempuan - laki-laki.

Development and Course

Perjalanan Bulimia nervosa biasanya dimulai pada masa remaja atau dewasa muda. Onset
sebelum pubertas atau setelah usia 40 jarang terjadi. Being eating sering dimulai selama atau
setelah episode diet untuk menurunkan berat badan. Mengalami beberapa peristiwa kehidupan
yang penuh tekanan juga dapat memicu timbulnya bulimia nervosa. CMR (angka kematian
kasar) untuk bulimia nervosa hampir 2% per dekade.

Persilangan diagnostik dari bulimia nervosa awal ke anoreksia nervosa terjadi pada
sebagian kecil kasus (10% -15%). Individu yang mengalami crossover ke anoreksia nervosa
21
biasanya akan kembali ke bulimia nervosa atau memiliki beberapa kejadian crossover antara
gangguan ini. Sebagian individu dengan bulimia nervosa terus makan berlebihan tetapi tidak lagi
terlibat dalam perilaku kompensasi yang tidak pantas, dan oleh karena itu gejala mereka
memenuhi kriteria untuk gangguan makan berlebihan atau gangguan makan tertentu lainnya.
Diagnosis harus didasarkan pada presentasi klinis saat ini (yaitu, 3 bulan terakhir).

Risk and Prognostic Factors

Temperamental. Kekhawatiran berat badan, harga diri rendah, gejala depresi, gangguan
kecemasan sosial, dan gangguan kecemasan berlebihan pada masa kanak-kanak dikaitkan
dengan peningkatan risiko pengembangan bulimia nervosa.

Environmental. Internalisasi ideal tubuh kurus telah ditemukan meningkatkan risiko


mengembangkan masalah berat badan, yang pada gilirannya meningkatkan risiko pengembangan
bulimia nervosa. Individu yang mengalami pelecehan seksual atau fisik pada masa kanak-kanak
berada pada peningkatan risiko untuk mengembangkan bulimia nervosa.

Genetic and physiological. Obesitas anak dan pematangan pubertas dini meningkatkan risiko
bulimia nervosa. Penularan keluarga bulimia nervosa mungkin ada, serta kerentanan genetik
untuk gangguan tersebut.

Course modifiers. Keparahan komorbiditas psikiatri memprediksi hasil jangka panjang yang
lebih buruk dari bulimia nervosa.

Culture-Related Diagnostic Issues

Bulimia nervosa telah dilaporkan terjadi dengan frekuensi yang hampir sama di sebagian besar
negara industri, termasuk Amerika Serikat, Kanada, banyak negara Eropa, Australia, Jepang,
Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Dalam studi klinis bulimia nervosa di Amerika Serikat,
individu yang mengalami gangguan ini terutama berkulit putih. Namun, gangguan tersebut juga
terjadi pada kelompok etnis lain dan dengan prevalensi yang sebanding dengan perkiraan
prevalensi yang diamati pada sampel kulit putih.

22
Gender-Related Diagnostic Issues

Bulimia nervosa jauh lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Laki-laki sangat kurang
terwakili dalam sampel pencarian pengobatan, karena alasan yang belum diperiksa secara
sistematis.

Diagnostic Markers

Tidak ada tes diagnostik khusus untuk bulimia nervosa saat ini. Namun, beberapa kelainan
laboratorium dapat terjadi sebagai akibat dari pembersihan dan dapat meningkatkan kepastian
diagnostik. Ini termasuk kelainan cairan dan elektrolit, seperti hipokalemia (yang dapat memicu
aritmia jantung), hipoglikemia, dan hiponatremia. Hilangnya asam lambung melalui muntah
dapat menghasilkan alkalosis metabolik (peningkatan serum bikarbonat), dan induksi diare atau
dehidrasi yang sering melalui penyalahgunaan pencahar dan diuretik dapat menyebabkan
asidosis metabolik. Beberapa individu dengan bulimia nervosa menunjukkan sedikit peningkatan
kadar amilase serum, mungkin mencerminkan peningkatan isoenzim saliva.

Pemeriksaan fisik biasanya tidak menghasilkan temuan fisik. Namun, inspeksi mulut
dapat mengungkapkan hilangnya email gigi secara signifikan dan permanen, terutama dari
permukaan lingual gigi depan karena muntah berulang. Individu yang menginduksi muntah
dengan merangsang refleks muntah secara manual dapat mengembangkan kapalan atau bekas
luka pada permukaan punggung tangan dari kontak berulang dengan gigi. Miopati jantung dan
tulang yang serius telah dilaporkan di antara individu setelah penggunaan berulang sirup ipecac
untuk menginduksi muntah.

Suicide Risk

Resiko bunuh diri meningkat pada bulimia nervosa. Evaluasi komprehensif individu dengan
gangguan ini harus mencakup penilaian ide dan perilaku terkait bunuh diri serta faktor risiko lain
untuk bunuh diri, termasuk riwayat upaya bunuh diri.

Functional Consequences of Bulimia Nervosa

Individu dengan bulimia nervosa mungkin menunjukkan berbagai keterbatasan fungsional yang
terkait dengan gangguan tersebut. Sebagian kecil individu melaporkan gangguan peran yang
parah, dengan domain kehidupan sosial yang paling mungkin dipengaruhi oleh bulimia nervosa.
23
Differential Diagnosis

Anoreksia nervosa, binge-eating/purging type. Individu yang memiliki perilaku makan


berlebihan hanya terjadi selama episode anoreksia nervosa diberikan diagnosis anoreksia
nervosa, jenis pesta makan/pembersihan, dan tidak boleh diberikan diagnosis tambahan

Bulimia nervosa. Untuk individu dengan diagnosis awal anoreksia nervosa yang binge and
purging tetapi persentasenya tidak lagi memenuhi kriteria penuh untuk anoreksia nervosa, tipe
binge-eating/purging (misalnya, ketika berat badan normal), diagnosis bulimia nervosa harus
diberikan hanya ketika semua kriteria bulimia nervosa telah terpenuhi setidaknya selama 3
bulan.

Binge-eating disorder. Beberapa individu pesta makan tetapi tidak terlibat dalam perilaku
kompensasi yang tidak pantas secara teratur. Dalam kasus ini, diagnosis gangguan makan
berlebihan harus dipertimbangkan.

Kleine-Levin Syndrome. Dalam kondisi neurologis atau medis tertentu lainnya, seperti sindrom
Kleine-Levin, ada perilaku makan yang terganggu, tetapi ciri-ciri psikologis bulimia nervosa,
seperti perhatian berlebihan terhadap bentuk dan berat badan, tidak ada.

Major depressive disorder, with atypical features. Makan berlebihan sering terjadi pada
gangguan depresi mayor, dengan ciri-ciri atipikal, tetapi individu dengan gangguan ini tidak
terlibat dalam perilaku kompensasi yang tidak sesuai dan tidak menunjukkan perhatian yang
berlebihan terhadap bentuk tubuh dan karakteristik berat badan bulimia nervosa. Jika kriteria
untuk kedua gangguan terpenuhi, kedua diagnosis harus diberikan.

Borderline personality disorder. Perilaku makan berlebihan termasuk dalam kriteria perilaku
impulsif yang merupakan bagian dari definisi gangguan kepribadian ambang. Jika kriteria untuk
gangguan kepribadian ambang dan bulimia nervosa terpenuhi, kedua diagnosis harus diberikan.

Comorbidity

Komorbiditas dengan gangguan mental umum terjadi pada individu dengan bulimia
nervosa, dengan sebagian besar mengalami setidaknya satu gangguan mental lainnya dan banyak
yang mengalami beberapa komorbiditas. Ada peningkatan frekuensi gejala depresi (misalnya,

24
harga diri rendah) dan gangguan bipolar dan depresi (terutama gangguan depresi) pada individu
dengan bulimia nervosa. Pada banyak individu, gangguan mood dimulai pada saat yang sama
atau mengikuti perkembangan bulimia nervosa, dan individu sering menganggap gangguan
mood mereka sebagai bulimia nervosa. Namun, pada beberapa individu, gangguan mood jelas
mendahului perkembangan bulimia nervosa.

Mungkin juga ada peningkatan frekuensi gejala kecemasan (misalnya, ketakutan akan
situasi sosial) atau gangguan kecemasan. Gangguan mood dan kecemasan ini sering hilang
setelah pengobatan bulimia nervosa yang efektif. Prevalensi seumur hidup penggunaan zat,
terutama alkohol atau penggunaan stimulan, setidaknya 30% di antara individu dengan bulimia
nervosa. Penggunaan stimulan sering dimulai dalam upaya untuk mengendalikan nafsu makan
dan berat badan. Sebagian besar individu dengan bulimia nervosa juga memiliki ciri kepribadian
yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih gangguan kepribadian.

BINGE-EATING DISORDER
Diagnostic Criteria

A. Binge eating ditandaidengan kedua hal berikut:

1. Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya, dalam periode 2 jam), sejumlah

makanan yang pasti lebih besar dari apa yang kebanyakan orang makan dalam periode yang
sama dan waktu dalam keadaan yang serupa.

2. Perasaan tidak dapat mengontrol makan selama episode tersebut (misalnya, perasaan tidak
bisa berhenti makan atau mengontrol atau berapa banyak yang dimakan).

B. Binge eating berhubungan dengan tiga (atau lebih) hal berikut:

1. Makan jauh lebih cepat dari biasanya.


2. Makan sampai merasa kenyang yang berlebihan.
3. Makan makanan dalam jumlah besar saat tidak merasa lapar secara fisik.
4. Makan sendiri karena merasa malu dengan banyaknya yang dimakan.
5. Merasa jijik dengan diri sendiri, depresi, atau sangat bersalah setelahnya.

25
C. Distress yang nyata terkait dengan binge eating.

D. Binge eatingterjadi rata-rata, setidaknya sekali seminggu selama 3 bulan.

E. Binge eatingtidak berhubungan dengan penggunaan kompensasi yang tidak tepat secara
berulang-ulang perilaku seperti pada bulimia nervosa dan tidak terjadi secara eksklusif selama
kursus bulimia nervosa atau anoreksia nervosa.

Tentukan jika :

In partial remission: Setelah kriteria penuh untuk binge-eating berlebihan sebelumnya


terpenuhi, binge-eating terjadi pada frekuensi rata-rata kurang dari satu episode per minggu
selama periode waktu yang berkelanjutan.

In full remission: Setelah kriteria lengkap untuk gangguan makan berlebihan sebelumnya
terpenuhi, tidak ada kriteria telah terpenuhi untuk jangka waktu yang berkelanjutan.

Tentukan tingkat keparahan saat ini:

Tingkat keparahan minimum didasarkan pada frekuensi episode binge-eating. Tingkat keparahan
dapat ditingkatkan untuk mencerminkan gejala dan derajat lainnya dari kecacatan fungsional.

Ringan: 1-3 episode binge-eating per minggu.

Sedang: 4-7 episode binge-eating per minggu.

Parah : 8-1 3 episode binge-eating per minggu.

Ekstrim: 14 atau lebih episode binge-eating per minggu.

Associated Features Supporting Diagnosis

Gangguan binge-eating terjadi pada individu dengan berat badan normal/kelebihan berat badan
dan obesitas. Ini secara andal dikaitkan dengan kelebihan berat badan dan obesitas pada individu
yang mencari pengobatan. Namun, gangguan binge-eating berbeda dari obesitas. Kebanyakan
orang gemuk tidak terlibat dalam binge-eating. Selain itu, dibandingkan dengan indeks obesitas
yang sesuai dengan berat badan individu tanpa gangguan binge-eating, mereka yang mengalami
gangguan mengkonsumsi lebih banyak kalori dalam studi laboratorium tentang perilaku makan

26
dan memiliki gangguan fungsional yang lebih besar, kualitas yang lebih rendah, penderitaan
yang lebih subjektif, dan komorbiditas kejiwaan yang lebih besar.

Development and Course

Sedikit yang diketahui tentang perkembangan gangguan binge-eating. Baik binge-eating


kehilangan kontrol makan tanpa konsumsi berlebihan secara objektif terjadi pada anak-anak dan
dikaitkan dengan peningkatan lemak tubuh, penambahan berat badan, dan peningkatan gejala
psikologis. Binge-eating sering terjadi pada sampel remaja dan usia kuliah.

Diet mengikuti perkembangan binge eating pada banyak individu dengan binge eating.
(Hal ini berbeda dengan bulimia nervosa, di mana pola makan yang disfungsional biasanya
mendahului timbulnya binge eating.) Gangguan makan berlebihan biasanya dimulai pada remaja
atau dewasa muda tetapi dapat dimulai pada masa dewasa akhir.

ELIMINATION DISTRESS
ENURESIS

A. Pembuangan urin berulang kali ke tempat tidur atau pakaian, baik disengaja atau tidak
disengaja.

B. Perilaku signifikan secara klinis seperti yang dimanifestasikan oleh salah satu frekuensi
setidaknya dua kali seminggu selama minimal 3 bulan berturut-turut atau adanya penderitaan
yang signifikan secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, akademik (pekerjaan), atau
fungsi penting lainnya.

C. Usia kronologis minimal 5 tahun (atau tingkat perkembangan yang setara).

D. Perilaku tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya, diuretik, obat antipsikotik)
atau kondisi medis lain (misalnya, diabetes, spina bifida, gangguan kejang).

Tentukan apakah:

Nocturnal only: Pengeluaran urin hanya saat tidur malam.

Diurnal only: Keluarnya urin selama jam bangun.

27
Nocturnal and diurnal: Kombinasi dari dua subtype diatas.

Associated Features Supporting Diagnosis

Selama nocturnal enuresis, terkadang buang air kecil terjadi saat tidur dengan gerakan mata
yang cepat (REM), dan anak mungkin mengingat mimpi yang melibatkan tindakan buang air
kecil. Selama diurnal enuresis, anak tersebut menahan buang air kecil sampai terjadi
incontinence, kadang karena keengganan untuk menggunakan toilet sebagai akibat kecemasan
sosial atau keasyikan dengan aktivitas sekolah atau bermain. Kejadian enuretic paling sering
terjadi pada sore hari di hari sekolah.

ENCROPESIS

A. Pengeluaran kotoran berulang kali ke tempat yang tidak semestinya (misalnya, pakaian,
lantai), baik yang tidak disengaja atau disengaja.

B. Setidaknya satu peristiwa tersebut terjadi setiap bulan selama minimal 3 bulan.

C. Usia kronologis minimal 4 tahun (atau tingkat perkembangan yang setara).

D. Perilaku tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya, Obat pencahar) atau
kondisi medis lain kecuali melalui mekanisme yang melibatkan sembelit.

Tentukan apakah:

With consti pation and overflow incontinence:Ada bukti terjadinya sembelit

Without constipation and overflow incontinence: Tidak ada bukti sembelit

pada pemeriksaan fisik atau berdasarkan riwayat.

Associated Features Supporting Diagnosis

Anak dengan encopresis sering merasa malu dan mungkin ingin menghindari situasi (mis.,
perkemahan sekolah) yang mungkin menyebabkan rasa malu. Ganggiuan berdampak pada self-
esteem anak, pengucilan sosial oleh teman sebaya, kemarahan, hukuman, dan penolakan dari
pihak pengasuh.

28
Development and Course

Encopresis tidak didiagnosis sampai seorang anak telah mencapai usia kronologis minimal 4
tahun (atau untuk anak-anak dengan keterlambatan perkembangan, usia mental minimal 4
tahun). Tidak memadai, pelatihan toilet yang tidak konsisten dan stres psikososial (misalnya,
memasuki sekolah, kelahiran saudara kandung) mungkin merupakan faktor predisposisi. Ada dua
tipe course: jenis "primer", dimana individu tidak pernah mampu menahan tinja
(ketidakmampuan untuk mengendalikan gerakan usus sehingga tinja bocor secara tidak terduga
dari rektum), dan "sekunder", di mana gangguan berkembang setelah masa fecal continence yang
mapan. Encopresis dapat bertahan selama bertahun-tahun.

DISRUPTIVE, IMPULSIVE, CONTROL AND CONDUCT DYSPHORIA

Disruptive, impulsive-control, dan conduct disorder termasuk kondisi yang melibatkan


masalah dalam pengendalian diri dan emosi dan perilaku. Sementara gangguan lain di DSM V
mungkin juga melibatkan masalah dalam regulasi emosi dan perilaku. Penyebab yang mendasari
masalah dalam pengendalian emosi dan juga perilaku sangat bervariasi di sebuah gangguan yang
akan dibahas dan juga diantara individu-individu dalam kategori diagnostic tertentu.

Pembahasan pada bab ini membahas tentang Oppositional Defiant Disorder, gangguan
eksplosif intermiten, conduct disorder, antisocial personality disorder , pyromania, kleptomania,
other specified and unspecified disruptive. Meskipun semua gangguan pada pembahasan
kedepannya melibatkan masalah baik secara emosional dan regulasiperilaku, sumber variasi
diantara gangguan adalah penekanan relatifpada masalah dalam dua jenis pengendalian diri.

Contohnya, kriteria untuk conduct disorder sebagian besar berfokus pada perilaku yang
tidak terkontrol dengan baik yang melanggar hak orang lain atau yang melanggar norma-norma
social. Banyak gejala perilaku (agresi) dapat menjadi akibat dari emosi yang tidak terkontrol
dengan baik seperti kemarahan pada ekstream yang lain, kriteria gangguan eksplosif intermiten
sebagai besar berfokus pada emosi yang tidak terkontrol dengan baik, ledakan kemarahan yang
tidak proposional dengan provokasi interpersonal atau lainnya atau stressor psikososial lainnya.

29
Dampak pada kedua gangguan iniadalah gangguan pemberontakan oposisi, dimana kriteria ini
lebih merata di antara emosi dan perilaku.

Pyromania, kleptomania adalah diagnosis yang kurang umum digunakan dan ditandai
dengan adanya control implus yang buruk dengan perilaku tertentu yang mengandalkan
ketegangan internal.Gangguan tertentu lainnya, yaitu control implus dan gangguan perilaku
adalah kategori untuk kondisi dimana ada gejala gangguan tingkah laku, gangguan menantang
oposisi atau gangguan lainnya.Kontrol implus, dan gangguan perilaku lainnya, tetapi jumlah
gejala tidak memenuhi ambang diagnostik. Dalam bab ini ada bukti gangguan kritis yang
signifikan terkait dengan gejala. Gangguan yang mengganggu control implus dan perilaku
cenderung lebih umum didapatkan pada laki-laki daripada perempuan, meskipun tingkatannya
relative lebih dominan pada laki-laki mungkin berbeda jika pada keduanya ada gangguan lainnya
dan dalam gangguan pada usia yang berbeda. Gangguan yang ada pada bab ini cenderung
memiliki serangan awal pada masa kanak-kanak. Faktanya sangat jarang terjadi pada conduct
disorder atau Oppositional Defiant Disorder muncul dimasa dewasa ada hubungna
perkembangan antara oppositional defiant disorder dan conduct disorder, bahwa sebagian besar
kasus pada conduct disorder sebelumnya akan memenuhi kriteria untuk oppositional defiant
disorder, setidaknya dalam kasus-kasus dimana gangguan perilaku muncul sebelum masa remaja.
Namun, kebanyakan anak-anak dengan oppositional defiant disorder akhirnya mengembangkan
masalah lain selain pada conduct disorder, termasuk anxiety dan depresi. Banyak gejala yag
menentukan gangguan control implus dan gangguan perilaku adalah yang dapat terjadi pada
tertentu temasuk pada individu yang sedang dalam masa perkembangan.

Dengan demikian, sangat penting bahwa frekuensi, ketentuan, keluasam diperlukan


dalam seluruh situasi.Dan gangguan yang terkait dengan perilaku yang menunjukkan diagnosis
dianggap relative dengan normative uasia, jenis kelamin, dan budaya seseorang ketika
menentukan apakah mereka mengalami seuatu gejala kelainan. Gangguan control implus dan
perilaku telah dikaitkan dengan spectrum eksternalisasi yang terkait dengan dimensi teori yang
telah diberi label sebagai disinbihition dan kendala pada tingkat lebih rendah, dan emosi yang
negative.

30
OPPOSITIONAL DEFIANT DISORDER
Specifiers

Tidak jarang individu dengan oppositional defiant disorder menunjukkan gejala hanya di rumah
dan hanya dengan anggota keluarga.Namun, meluasnya gejala merupakan indikator tingkat
keparahan gangguan.

Diagnostic Features

Fitur penting dari gangguan pembangkangan oposisi adalah pola yang sering dan
persistensuasana hati yang marah atau mudah tersinggung, perilaku argumentatif / menantang,
atau balas dendam.Bukan hal yang aneh bagi individu dengan oppositional defiant disorder
untuk menunjukkan ciri-ciri perilaku dari gangguan tersebut tanpa masalah suasana hati yang
negatif.Namun, individu dengan gangguan yang menunjukkan gejala mood marah / mudah
tersinggung biasanya menunjukkan fitur perilaku juga.

Individu yang menunjukkan gejala yang cukup untuk bertemu ambang diagnostik,
bahkan jika itu hanya di rumah, dapat secara signifikan terganggu dalam fungsi sosial. . Namun,
dalam kasus yang lebih parah, gejala gangguan hadir dalam beberapa pengaturan.Mengingat
bahwa meluasnya gejala merupakan indikator dari tingkat keparahan gangguan, sangat penting
bahwa perilaku individu dinilai di berbagai pengaturan dan hubungan. Karena perilaku ini umum
di antara saudara kandung, mereka harus diamati selama interaksi dengan orang lain selain
saudara kandung. Juga, karena gejala gangguan biasanya lebih jelas dalam interaksi dengan
orang dewasa atau teman sebaya yang dikenal baik oleh individu, mereka mungkin tidak terlihat
selama pemeriksaan klinis.

Gejala pada oppositional defiant disorder dapat terjadi sampai tingkat tertentu pada
individu tanpa gangguan ini. Ada beberapa pertimbangan utama untuk menentukan apakah
perilaku tersebut merupakan gejala dari oppositional defiant disorder .Pertama, ambang
diagnostic dari empat atau lebih gejala dalam 6 bulan sebelumnya harus dipenuhi. Kedua,
kegigihan dan frekuensi gejala harus melebihi apa yang normatif untuk usia, jenis kelamin, dan
budaya individu.

31
Gejala pada gangguan ini sering merupakan bagian dari pola interaksi yang bermasalah
dengan orang lain. Selain itu, individu dengan gangguan ini biasanya tidak menganggap diri
mereka sendiri sebagai marah, oposisi, atau menantang.Sebaliknya, mereka sering membenarkan
perilaku mereka sebagai respons terhadap tuntutan atau keadaan yang tidak masuk akal. .
Dengan demikian, mungkin sulit untuk menguraikan kontribusi relatif individu dengan gangguan
terhadap interaksi bermasalah yang dia alami dia mengalami.

Associated Features Supporting Diagnosis

Pada anak-anak dan remaja, oppositional defiant disorder lebih sering terjadi pada
keluarga di pengasuhan anak mana yang terganggu oleh pengasuh yang berbeda atau dalam
keluarga di mana praktik pengasuhan anak yang keras, tidak konsisten, atau lalai adalah hal
biasa.Dua dari yang paling kondisi umum yang terjadi bersama dengan gangguan menentang
oposisi adalah defisit perhatian / gangguan hiperaktif (ADHD) dan gangguan perilaku (lihat
bagian "Komorbiditas" untuk gangguan ini).Gangguan menentang oposisi telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko percobaan bunuh diri, bahkan setelah gangguan komorbiditas dikendalikan.

Prevalence

Prevalensi oppositional defiant disorder berkisar dari 1% hingga 11%, dengan rata-rata
perkiraan prevalensi sekitar 3,3%. Tingkat gangguan pemberontak oposisi dapat bervariasi
tergantung pada usia dan jenis kelamin anak. Gangguan itu tampaknya agak lebih prevalen pada
laki-laki daripada perempuan (1,4:1) sebelum masa remaja. Dominasi pria ini adalah tidak secara
konsisten ditemukan pada sampel remaja atau orang dewasa.

Development and Course

Gejala pertama pada oppositional defiant disorder biasanya muncul selama masa prasekolah dan
jarang lebih lambat dari masa remaja awal. Oppositional defiant disorder gangguan sering
mendahului perkembangan pada conduct disorder, Namun, banyak anak-anak dan remaja dengan
pembangkangan oposisi gangguan tidak kemudian berkembang menjadi gangguan perilaku.
Oppositional defiant disorder juga menyampaikan risiko perkembangan gangguan kecemasan
dan gangguan depresi mayor,bahkan tanpa adanya gangguan perilaku.Gejala menantang,

32
argumentatif, dan pendendam membawa sebagian besar risiko gangguan perilaku, sedangkan
gejala mood marah-marah membawa sebagian besar risiko pada conduct disorder.

Manifestasi gangguan di seluruh perkembangan tampak konsisten.Anak-anak dan remaja


dengan oppositional defiant disorder berada pada peningkatan risiko untuk sejumlah masalah
dalam penyesuaian sebagai orang dewasa, termasuk perilaku antisosial masalah kontrol impuls,
penyalahgunaan zat, kecemasan, dan depresi.

Banyak perilaku yang terkait dengan oppositional defiant disorder meningkat


frekuensinya selama periode prasekolah dan pada masa remaja.Dengan demikian, sangat penting
selama periode perkembangan ini bahwa frekuensi dan intensitas perilaku ini menjadi dievaluasi
terhadap tingkat normatif sebelum diputuskan bahwa mereka adalah gejala dari oppositional
defiant disorder.

Risk and Prognostic Features

Temperamental: Faktor temperamental yang terkait dengan masalah dalam regulasi emosional
telah menjadi prediktif dari gangguan tersebut.

Environmental (lingkungan): Praktik pengasuhan anak yang keras, tidak konsisten, atau lalai
sering terjadi di keluarga anak-anak dan remaja dengan oppositional defiant disorder, dan praktik
pengasuhan ini memainkan peran penting dalam banyak teori kausal gangguan tersebut.

Genetic and physiological: Sejumlah penanda neurobiologis telah dikaitkan dengan


oppositional defiant disorder. Namun, sebagian besar penelitian belum memisahkan anak-anak
dengan gangguan pemberontak oposisi dari mereka yang memiliki gangguan perilaku. Jadi, tidak
jelas apakah ada penanda khusus untuk oppositional defiant disorder.

Culture-Related Diagnostic Issues

Prevalensi gangguan pada anak-anak dan remaja relatif konsisten di seluruh negara yang
berbeda ras dan suku

Functional Consequences of Oppositional Defiant Disorder

Ketika oppositional defiant disorder menetap sepanjang perkembangan, , individu dengan


gangguan tersebut sering mengalami konflik dengan orang tua, guru, supervisor, teman sebaya,

33
dan pasangan romantic. Masalah seperti itu sering mengakibatkan gangguan yang signifikan
dalam penyesuaian emosional, sosial, akademik, dan pekerjaan individu.

Differential Diagnosis

Conduct disorder: Gangguan perilaku dan oppositional defiant disorder keduanya terkait untuk
melakukan masalah yang membawa individu dalam konflik dengan orang dewasa dan otoritas
lainnya angka. Perilaku oppositional defiant disorder biasanya bersifat kurang parah daripada
conduct disorder dan tidak termasuk agresi terhadap orang atau hewan, perusakan properti, atau
pola pencurian atau penipuan. Lebih lanjut, oppositional defiant disorder mencakup masalah
disregulasi emosional yang tidak termasuk dalam definisi conduct disorder.

Attention-deficit/hyperactivity disorder: ADHD sering disetai sakit dengan oppositional


defiant disorder. Untuk membuat diagnosis tambahan oppositional defiant disorder, penting
untuk menentukan bahwa kegagalan individu untuk menyesuaikan diri dengan permintaan orang
lain tidak semata-mata dalam situasi yang menuntut upaya dan perhatian yang berkelanjutan atau
menuntut agar individu duduk diam.

Depressive and bipolar disorders: Gangguan depresif dan bipolar sering melibatkan afek
negatif dan iritabilitas. Akibatnya, diagnosis oppositional defiant disorder harus tidak dilakukan
jika gejalanya terjadi secara eksklusif selama perjalanan gangguan mood.

Disruptive mood dysregulation disorder: Opposition defiant disorder berbagi dengan


gangguan disregulasi suasana hati yang mengganggu gejala suasana hati dan emosi negatif
kronis ledakan. Namun, tingkat keparahan, frekuensi, dan kronisitas ledakan amarah lebih
banyak parah pada individu dengan gangguan disregulasi mood yang mengganggu dibandingkan
pada mereka dengan oppositional defiant disorder. Dengan demikian, hanya sebagian kecil anak-
anak dan remaja yang gejala memenuhi kriteria untuk opposition defiant disorder juga akan
didiagnosis dengan gangguan disregulasi suasana hati yang mengganggu. Ketika gangguan mood
cukup parah untuk bertemu kriteria untuk gangguan disregulasi mood yang mengganggu,
diagnosis opposition defiant disorder tidak diberikan, bahkan jika semua kriteria untuk
opposition defiant disorder terpenuhi.

34
Intermittent explosive disorder: Gangguan eksplosif intermiten juga melibatkan tingkat
kemarahan. Namun, individu dengan gangguan ini menunjukkan agresi yang serius terhadap lain
yang bukan bagian dari definisi opposition defiant disorder.

Intellectual disability (intellectual developmental disorder): Pada individu dengan disabilitas


intelektual, diagnosis gangguan pembangkangan oposisi diberikan hanya jika perilaku
oposisional secara nyata lebih besar daripada yang biasa diamati di antara individu dengan
disabilitas intelektual. usia mental yang sebanding dan dengan tingkat kecacatan intelektual yang
sebanding.

Language disorder: Oppositional defiant disorder juga harus dibedakan dari kegagalan untuk
mengikuti petunjuk yang merupakan hasil dari gangguan pemahaman bahasa.

Social anxiety disorder (social phobia): Opposition defiant disorder juga harus dibedakan dari
pembangkangan karena takut akan evaluasi negatif yang terkait dengan kecemasan social
kekacauan.

INTERMITTENT EXPLOSIVE DISORDER


Diagnostic Features

Outbursts agresif impulsif (atau berbasis kemarahan) pada intermittent explosive


disordermemiliki onset yang cepat dan, biasanya, sedikit atau tidak ada periode prodormal.
Ledakan biasanya berlangsung kurang dari 30 menit dan biasanya terjadi sebagai respons
terhadap provokasi kecil oleh orang yang dekat atau rekan.Individu dengan gangguan eksplosif
intermiten sering memiliki serangkaian serangan fisik verbal dan/atau tidak merusak, tidak
merusak, atau tidak melukai (Kriteria A1) di antara episode destruktif/menyerang yang lebih
parah (Kriteria A2).Kriteria A1 mendefinisikan outburstsagresif yang sering (yaitu, dua kali
seminggu, rata-rata, untuk jangka waktu 3 bulan) yang ditandai dengan amarah, omelan,
argumen verbal atau perkelahian, atau penyerangan tanpa merusak objek atau tanpa melukai
hewan atau individu lain.Kriteria A2 mendefinisikan outburstsagresif impulsif yang jarang
(yaitu, tiga kali dalam 1 tahun) yang ditandai dengan merusak atau menghancurkan suatu objek,

35
terlepas dari nilai nyatanya, atau dengan menyerang/ menyerang atau dengan cara lain
menyebabkan cedera fisik pada hewan atau individu lain.

Outburstsagresif umumnya impulsif dan/ atau berbasis kemarahan, bukan direncanakan


atau instrumental (Kriteria C) dan terkait dengan penderitaan yang signifikan atau gangguan
fungsi psikososial (Kriteria D).Diagnosa intermittent explosive disordertidak boleh diberikan
kepada individu yang lebih muda dari 6 tahun, atau tingkat perkembangan yang setara (Kriteria
E), atau untuk individu yang ledakan agresifnya lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain
(Kriteria F).intermittent explosive disorder tidak boleh diberikan kepada individu dengan mood
yang mengganggu gangguan disregulasi atau individu yang outburstsagresif impulsifnya
disebabkan oleh kondisi medis lain atau efek fisiologis suatu zat (Kriteria F).Selain itu, anak-
anak usia 6--18 tahun tidak boleh menerima diagnosis ini ketika outbursts agresif impulsif
terjadi dalam konteks gangguan penyesuaian (Kriteria F).

Associated Features Supporting Diagnosis

Gangguan mood (unipolar), gangguan kecemasan, dan gangguan penggunaan zat terkait
denganintermittent explosive disorder , meskipun onset gangguan ini biasanya lebih lambat
daripadaintermittent explosive disorder.

Prevalence

Data prevalensi satu tahun untuk intermittent explosive disordedi Amerika Serikat adalah
sekitar 2,7% (definisi sempit). Intermittent explosive disorder lebih umum di antara individu
yang lebih muda (misalnya, lebih muda dari 35-40 tahun), dibanding kan dengan individu
yang lebih tua (lebih dari 50 tahun), dan pada individu dengan pendidikan sekolah menengah
atau kurang.

Development and Course

Timbulnya perilaku agresif impulsif yang berulang, bermasalah, paling sering terjadi
pada usia lanjut masa kanak-kanak atau remaja dan jarang dimulai untuk pertama kalinya setelah
usia 40 tahun. Inti fiturintermittent explosive disorder, biasanya, persisten dan berlanjut selama
banyak bertahun-tahun.

36
Perjalananintermittent explosive disorder, dengan periode ledakan agresif impulsif yang
berulang.Intermittent explosive disorder tampaknya mengikuti perjalanan kronis dan persisten
selama bertahun-tahun.Itu juga tampaknya cukup umum terlepas dari kehadirannya atau tidak
adanya gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD) atau gangguan, kontrol impuls, dan
perilaku yang mengganggu (misalnya, gangguan perilaku, gangguan menentang oposisi).

Risk and Prognostic Factors

Environmental: Individu dengan riwayat trauma fisik dan emosional selama dua dekade pertama
kehidupan berada pada peningkatan risiko Intermittent explosive disorder.

Genetic and physiological: tingkat pertama dari individu Intermittent explosive disorderberada
pada peningkatan risiko untuk gangguan eksplosif intermiten, dan studi kembar telah
menunjukkan pengaruh genetik yang substansial untuk agresi impulsif.

Penelitian memberikan dukungan neurobiologis untuk adanya kelainan serotonergik, secara


global dan di otak, khususnya di area sistem limbik (anterior cingulate) dan korteks orbitofrontal
pada individu dengan gangguan eksplosif intermiten.Amigdala respons terhadap rangsangan
kemarahan, selama pemindaian pencitraan resonansi magnetik fungsional, adalah lebih besar
pada individu dengan gangguan eksplosif intermiten dibandingkan dengan individu yang sehat.

Culture-Related Diagnostic Issues

Prevalensi Intermittent explosive disorderyang lebih rendah di beberapa wilayah (Asia,timur)


atau negara (Rumania, Nigeria), dibandingkan dengan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa
informasi tentang berulang, bermasalah, perilaku agresif impulsif baik tidak diperoleh pada
pertanyaan atau kurang mungkin untuk hadir, karena faktor budaya.

Gender-Related Diagnostic Issues

Dalam beberapa penelitian, prevalensi Intermittent explosive disorder lebih besar pada laki-laki
daripada pada wanita (rasio odds = 1,4-2,3); penelitian lain tidak menemukan perbedaan gender

Functional Consequences of Intermittent Explosive Disorder

Sosial (misalnya, kehilangan teman, kerabat, ketidakstabilan perkawinan), pekerjaan (misalnya,


penurunan pangkat, kehilangan pekerjaan), keuangan (misalnya, karena nilai benda yang

37
dihancurkan), dan hukum (misalnya, perdata gugatan sebagai akibat dari perilaku agresif
terhadap orang atau properti; tuntutan pidana untuk penyerangan) masalah sering berkembang
sebagai akibat dari Intermittent explosive disorder.

Differential Diagnosis

DiagnosisIntermittent explosive disorder tidak boleh dibuat jika Kriteria A1 dan/ atau A2 hanya
terpenuhi selama episode gangguan mental lain (misalnya, depresi berat) gangguan, gangguan
bipolar, gangguan psikotik), atau ketika ledakan agresif impulsive disebabkan oleh kondisi medis
lain atau efek fisiologis suatu zat atau obat-obatan.

Disruptive mood dysregulation disorder.

Berbeda denganIntermittent explosive disorder, gangguan disregulasi suasana hati yang


mengganggu ditandai dengan keadaan suasana hati yang terus-menerus negative (yaitu, lekas
marah, marah) hampir setiap hari, di antara ledakan agresif impulsif. Diagnosis gangguan
disregulasi suasana hati yang mengganggu hanya dapat diberikan ketika timbulnya ledakan
agresif yang berulang, bermasalah, dan impulsif sebelum usia 10 tahun. Akhirnya, diagnosis
gangguan disregulasi suasana hati yang mengganggu tidak boleh dibuat untuk pertama kalinya
setelah usia 18 tahun.

Antisocial personality disorder or borderline personality disorder.

Individu dengan gangguan kepribadian antisosial atau gangguan kepribadian ambang sering
menunjukkan gejala berulang,ledakan agresif impulsif bermasalah. Namun, tingkat agresi
impulsive pada individu dengan gangguan kepribadian antisosial atau gangguan kepribadian
ambang adalah lebih rendah dari pada individu denganIntermittent explosive disorder .

Delirium, major neurocognitive disorder, and personality change due to another medical
condition, gressive type.

Diagnosis Intermittent explosive disorder seharusnya tidak dibuat ketika ledakan agresif dinilai
sebagai akibat dari efek fisiologis dari kondisi medis lain yang dapat didiagnosis (misalnya,
cedera otak yang terkait dengan perubahan kepribadia ditandai dengan ledakan agresif; epilepsi
parsial kompleks). Abnormalitas nonspesifik pada pemeriksaan neurologis (misalnya, "tanda-
tanda lunak") dan elektroensefalografik nonspesifik perubahan sesuai dengan Intermittent
38
explosive disorder kecuali ada kondisi medis yang dapat didiagnosis yang lebih menjelaskan
outbursts agresif impulsif.

Substance intoxication or substance withdrawal.

Diagnosis Intermittent explosive disorder tidak boleh dibuat ketika ledakan agresif impulsif
hampir selalu dikaitkan dengan keracunan dengan atau penarikan dari zat (misalnya, alkohol,
phencyclidine, kokain dan stimulan lainnya).

Attention-deficit/hyperactivity disorder, conduct disorder, oppositional defiant disorder, or


autism spectrum disorder

Individu dengan salah satu gangguan awal masa kanak-kanak ini mungkin menunjukkan
outbursts agresif impulsif.Individu dengan ADHD biasanya impulsif dan, sebagai hasilnya,
mungkin juga menunjukkan ledakan agresif impulsif.Sementara individu dengan gangguan
perilaku dapat menunjukkan ledakan agresif impulsif, bentuk agresi yang ditandai dengan
kriteria diagnostik adalah proaktif dan predator. . Agresi dalam gangguan menentang oposisi
biasanya ditandai dengan amarah dan argumen verbal dengan figur otoritas, sedangkan ledakan
agresif impulsif di Intermittent explosive disorder sebagai respons terhadap rangkaian provokasi
yang lebih luas dan termasuk gangguan fisik menyerang. . Tingkat agresi impulsif pada individu
dengan riwayat satu atau lebih gangguan ini telah dilaporkan lebih rendah daripada individu
yang sebanding yang gejala juga memenuhi kriteria gangguan eksplosif intermiten A sampai E.
Dengan demikian, jika: kriteria A sampai E juga terpenuhi, dan ledakan agresif impulsif
memerlukan perhatian klinis independen, diagnosis gangguan eksplosif intermiten dapat
diberikan.

Comorbidity

Gangguan depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan penggunaan zat adalah yang paling
umum komorbiditas denganIntermittent explosive disorder s. Selain itu, individu dengan
antisosial gangguan kepribadian atau gangguan kepribadian ambang, dan individu dengan
riwayat gangguan dengan perilaku mengganggu (misalnya, ADHD, gangguan perilaku,
pembangkangan gangguan), berada pada risiko yang lebih besar untuk gangguan eksplosif
intermiten komorbiditas.

39
CONDUCT DISORDER
Diagnostic Criteria

A.Pola perilaku yang berulang dan terus-menerus di mana hak-hak dasar orang lain atau norma
atau aturan sosial yang sesuai dengan usia dilanggar, seperti yang dimanifestasikan oleh
kehadiran setidaknya tiga dari 15 kriteria berikut dalam 12 bulan terakhir dari salah satu kategori
di bawah ini, dengan setidaknya satu kriteria hadir dalam 6 bulan terakhir:

Agresi terhadap Manusia dan Hewan

1. Seringkali mengintimidasi, mengancam, atau mengintimidasi orang lain.

2. Sering memulai perkelahian fisik.

3. Telah menggunakan senjata yang dapat menyebabkan cedera fisik serius pada orang lain
(misalnya, kelelawar, batu bata, botol pecah, pisau, pistol).

4. Secara fisik kejam terhadap orang

5. Telah secara fisik kejam terhadap hewan

6. Telah mencuri saat berhadapan dengan korban (misalnya, penjambretan, perampasan dompet,
pemerasan, perampokan bersenjata).

7. Telah memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual

Penghancuran Properti

8. Telah dengan sengaja terlibat dalam pengaturan kebakaran dengan tujuan menyebabkan
kerusakan serius

9. Telah dengan sengaja memusnahkan milik orang lain (selain dengan cara dibakar).

Penipuan atau Pencurian

10. Telah membobol rumah, gedung, atau mobil orang lain.

11. Sering berbohong untuk mendapatkan barang atau bantuan atau untuk menghindari
kewajiban (yaitu, "merugikan" orang lain)

40
12. Telah mencuri barang-barang bernilai nontrivial tanpa menghadapi korban (misalnya,
pencurian di toko, tapi tanpa melanggar dan masuk; pemalsuan).

Pelanggaran Aturan Serius

13. Sering keluar malam meskipun ada larangan orang tua, dimulai sebelum usia 13 tahun

14. Telah melarikan diri dari rumah dalam semalam setidaknya dua kali saat tinggal di rumah
orang tua atau pengganti orang tua, atau sekali tanpa kembali untuk waktu yang lama.

15. Sering membolos dari sekolah, dimulai sebelum usia 13 tahun.

B. Gangguan perilaku menyebabkan gangguan yang signifikan secara klinis dalam fungsi sosial,
akademik, atau pekerjaan.

C. Jika individu berusia 18 tahun atau lebih, kriteria tidak terpenuhi untuk kepribadian antisosial
kekacauan

Subtypes

Tiga subtipe gangguan perilaku diberikan berdasarkan usia ketika gangguan terjadi. Onset
paling akurat diperkirakan dengan informasi dari kedua remaja dan pengasuh: perkiraan sering
dua tahun lebih lambat dari onset yang sebenarnya. Kedua subtipe dapat terjadi dalam bentuk
ringan, sedang, atau berat. Subtipe onset yang tidak ditentukan ditunjuk ketika ada informasi
yang tidak cukup untuk menentukan usia saat onset.

Pada gangguan perilaku onset masa kanak-kanak, individu laki-laki biasanya, sering
menunjukkan agresi fisik terhadap orang lain, telah mengganggu hubungan teman sebaya,
mungkin memiliki gangguan menentang selama masa kanak-kanak, dan biasanya memiliki
gejala yang memenuhi kriteria penuh untuk gangguan perilaku sebelum pubertas. . Banyak anak
dengan subtipe ini juga memiliki attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau kesulitan
perkembangan saraf lainnya. Individu dengan tipe onset masa kanak-kanak lebih mungkin untuk
memiliki gangguan perilaku persisten hingga dewasa dibandingkan dengan tipe onset remaja.
Dibandingkan dengan individu dengan tipe onset masa kanak-kanak, individu dengan gangguan
perilaku onset remaja cenderung tidak menampilkan perilaku agresif dan cenderung memiliki
hubungan teman sebaya yang lebih normatif (walaupun mereka sering menampilkan masalah

41
perilaku di perusahaan orang lain). Orang-orang ini cenderung memiliki gangguan perilaku yang
berlanjut hingga dewasa. Rasio pria dan wanita dengan gangguan perilaku lebih seimbang untuk
tipe onset remaja daripada tipe onset masa kanak-kanak.

Specifiers

Sebagian kecil individu dengan gangguan perilaku menunjukkan karakteristik yang memenuhi
syarat untuk penentu "dengan emosi prososial terbatas". Indikator penentu ini adalah mereka
yang sering dicap sebagai sifat tidak berperasaan dan tidak emosional dalam penelitian. Ciri-ciri
kepribadian lainnya, seperti pencarian sensasi, keberanian, dan ketidakpekaan terhadap
hukuman, juga dapat membedakan mereka dengan karakteristik yang dijelaskan dalam
spesifikasi. Individu dengan karakteristik yang dijelaskan dalam penentu ini mungkin lebih
mungkin daripada individu lain dengan gangguan perilaku untuk terlibat dalam agresi yang
direncanakan untuk keuntungan instrumental. Individu dengan gangguan perilaku subtipe atau
tingkat keparahan apa pun dapat memiliki karakteristik yang memenuhi syarat untuk penentu
"dengan emosi prososial terbatas", meskipun individu dengan penentu lebih cenderung memiliki
tipe onset masa kanak-kanak dan peringkat penentu keparahan.

Meskipun validitas laporan diri untuk menilai keberadaan penentu telah didukung dalam
beberapa konteks penelitian, individu dengan gangguan perilaku dengan penentu ini mungkin
tidak mudah mengakui ciri-ciri dalam wawancara klinis. Jadi, untuk menilai kriteria penentu,
diperlukan banyak sumber informasi. Juga, karena indikator penentu adalah karakteristik yang
mencerminkan pola khas individu dari fungsi interpersonal dan emosional, penting untuk
mempertimbangkan laporan oleh orang lain yang telah mengenal individu untuk waktu yang
lama dan di seluruh hubungan dan pengaturan (mis. , guru, rekan kerja, anggota keluarga besar,
teman sebaya).

Diagnostic Features

Fitur penting dari gangguan perilaku adalah pola perilaku yang berulang dan terus-menerus di
mana hak-hak dasar orang lain atau norma atau aturan sosial utama yang sesuai dengan usia
dianut (Kriteria A). Perilaku ini terbagi dalam empat kelompok utama: perilaku agresif yang
menyebabkan atau mengancam bahaya fisik pada orang atau hewan lain (Kriteria Al-A7):
perilaku non agresif yang menyebabkan kerugian atau kerusakan properti (Kriteria A8-A9);
42
penipuan atau pencurian (Kriteria A10-A12); dan pelanggaran aturan yang serius (Kriteria A13-
A15). Tiga atau lebih karakteristik perilaku harus ada selama 12 bulan terakhir, dengan
setidaknya satu perilaku hadir dalam 6 bulan terakhir. Gangguan perilaku menyebabkan
gangguan yang signifikan secara klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan (Kriteria
B). Pola perilaku biasanya hadir dalam berbagai setting, seperti di rumah, di sekolah, atau di
masyarakat. Karena individu dengan gangguan perilaku cenderung meminimalkan masalah
perilaku mereka, dokter sering kali harus bergantung pada informan tambahan. Namun,
pengetahuan informan tentang masalah perilaku individu mungkin terbatas jika mereka tidak
cukup mengawasi individu atau individu telah menyembunyikan gejala perilaku.

Mereka mungkin menampilkan perilaku bullying, mengancam, atau mengintimidasi


(termasuk bullying melalui pesan di media sosial berbasis web) (Kriteria A1); sering memulai
perkelahian fisik (Kriteria A2); menggunakan senjata yang dapat menyebabkan cedera fisik
yang serius (misalnya batu bata, pecahan botol, pisau, pistol) (Kriteria A3); kejam secara fisik
terhadap orang (Kriteria A4) atau hewan (Kriteria A5); mencuri saat berhadapan dengan korban
(mis., penjambretan, pemerasan perampasan dompet, perampokan bersenjata) (Kriteria A6); atau
memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual (Kriteria A7). Kekerasan fisik dapat berupa
pemerkosaan, penyerangan, atau, dalam kasus yang jarang terjadi, pembunuhan. Penghancuran
properti orang lain dengan sengaja dapat mencakup pembakaran yang disengaja dengan tujuan
menyebabkan kerusakan serius (Kriteria A8) atau perusakan properti orang lain dengan sengaja
dengan cara lain (misalnya, menghancurkan jendela mobil, merusak properti sekolah) (Kriteria
A9). Tindakan penipuan atau pencurian dapat mencakup membobol rumah, gedung, atau mobil
orang lain (Kriteria A10); sering berbohong atau melanggar janji untuk mendapatkan barang
atau bantuan atau untuk menghindari hutang atau kewajiban (misalnya, "menipu" individu lain)
(Kriteria A11); atau mencuri barang-barang yang tidak bernilai sepele tanpa menghadapi korban
(misalnya, mengutil, pemalsuan, penipuan) (Kriteria A12).

Individu dengan gangguan perilaku juga sering melakukan pelanggaran serius terhadap
aturan (misalnya, sekolah, orang tua, tempat kerja). Anak-anak dengan gangguan perilaku sering
memiliki pola, dimulai sebelum usia 13 tahun, keluar larut malam meskipun ada larangan orang
tua (Kriteria A13). Anak-anak juga dapat menunjukkan pola kabur dari rumah dalam semalam
(Kriteria A14). Untuk dianggap sebagai gejala gangguan perilaku, pelarian harus terjadi
43
setidaknya dua kali (atau hanya sekali jika individu tidak kembali untuk waktu yang lama).
Episode pelarian yang terjadi sebagai akibat langsung dari kekerasan fisik atau seksual biasanya
tidak memenuhi syarat untuk kriteria ini. Anak-anak dengan gangguan perilaku mungkin sering
membolos dari sekolah, dimulai sebelum usia 13 tahun (Kriteria A15).

Associated Features Supporting Diagnosis

Terutama dalam situasi ambigu, individu agresif dengan gangguan perilaku sering salah
mengartikan niat orang lain sebagai lebih bermusuhan dan mengancam daripada kasusnya dan
merespons dengan agresi yang kemudian mereka rasa masuk akal dan dibenarkan. Ciri-ciri
kepribadian dari sifat emosionalitas negatif dan pengendalian diri yang buruk, termasuk toleransi
frustrasi yang buruk, lekas marah, ledakan amarah, kecurigaan, ketidakpekaan terhadap
hukuman, pencarian sensasi, dan kecerobohan, sering terjadi bersamaan dengan gangguan
perilaku. Penyalahgunaan zat sering menjadi ciri yang terkait, terutama pada remaja putri. Ide
bunuh diri, usaha bunuh diri, dan bunuh diri lengkap terjadi pada tingkat yang lebih tinggi dari
yang diperkirakan pada individu dengan gangguan perilaku.

Prevalence

Perkiraan prevalensi populasi satu tahun berkisar dari 2% hingga lebih dari 10%, dengan median
4%. Prevalensi gangguan perilaku tampaknya cukup konsisten di berbagai negara yang berbeda
dalam ras dan etnis. Tingkat prevalensi meningkat dari masa kanak-kanak hingga remaja dan
lebih tinggi di antara laki-laki daripada di antara perempuan. Beberapa anak dengan gangguan
perilaku yang merusak menerima pengobatan.

Development and Course

Onset gangguan tingkah laku dapat terjadi sedini tahun-tahun prasekolah, tetapi gejala pertama
yang signifikan biasanya muncul selama periode dari masa kanak-kanak pertengahan hingga
remaja pertengahan. Gangguan menentang oposisi adalah prekursor umum untuk jenis gangguan
perilaku onset masa kanak-kanak. Gangguan perilaku dapat didiagnosis pada orang dewasa,
namun, gejala gangguan perilaku biasanya muncul pada masa kanak-kanak atau remaja, dan
onset jarang terjadi setelah usia 16 tahun. Pada sebagian besar individu, gangguan tersebut
hilang pada masa dewasa. Banyak individu dengan gangguan perilaku terutama mereka dengan

44
tipe onset remaja dan mereka dengan gejala yang sedikit lebih ringan dan mencapai penyesuaian
sosial dan pekerjaan yang memadai sebagai orang dewasa. Namun, tipe onset dini memprediksi
prognosis yang lebih buruk dan peningkatan risiko perilaku kriminal, gangguan perilaku, dan
gangguan terkait zat di masa dewasa. Individu dengan gangguan perilaku berisiko mengalami
gangguan mood di kemudian hari, gangguan kecemasan, gangguan stres pasca trauma, gangguan
kontrol impuls, gangguan psikotik, gangguan gejala somatik, dan gangguan terkait zat saat
dewasa.

Gejala gangguan bervariasi dengan usia sebagai individu mengembangkan peningkatan


kekuatan fisik, kemampuan kognitif, dan kematangan seksual. Gejala perilaku yang muncul
lebih dulu cenderung kurang serius (misalnya berbohong, mengutil), sedangkan masalah perilaku
yang muncul terakhir cenderung lebih parah (misalnya, pemerkosaan, pencurian saat berhadapan
dengan korban). Namun, ada perbedaan besar di antara individu, dengan beberapa terlibat dalam
perilaku yang lebih merusak pada usia dini (yang merupakan prediksi prognosis yang lebih
buruk). Ketika individu dengan gangguan perilaku mencapai usia dewasa, gejala agresi,
perusakan properti, penipuan, dan pelanggaran aturan, termasuk kekerasan terhadap rekan kerja,
pasangan, dan anak-anak, dapat diperlihatkan di tempat kerja dan rumah, sehingga gangguan
kepribadian antisosial dapat dipertimbangkan.

Risk and Prognostic Factors

Temperamental. Faktor risiko temperamental termasuk temperamen bayi yang sulit


dikendalikan dan kecerdasan yang lebih rendah dari rata-rata, terutama yang berkaitan dengan IQ
verbal.

Environmental. Faktor risiko tingkat keluarga termasuk penolakan dan pengabaian orang tua,
praktik pengasuhan anak yang tidak konsisten, disiplin yang keras, kekerasan fisik atau seksual,
kurangnya pengawasan, kehidupan institusional awal, seringnya pergantian pengasuh, ukuran
keluarga besar, kriminalitas orang tua, dan jenis psikopatologi keluarga tertentu (misalnya,
gangguan terkait zat). Faktor risiko di tingkat komunitas termasuk penolakan teman sebaya,
asosiasi dengan kelompok teman sebaya yang nakal, dan keterpaparan lingkungan terhadap
kekerasan. Kedua jenis faktor risiko cenderung lebih umum dan parah di antara individu dengan
subtipe gangguan perilaku onset masa kanak-kanak.

45
Genetic and physiological. Gangguan tingkah laku dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Risiko meningkat pada anak-anak dengan orang tua biologis atau angkat atau
saudara kandung dengan gangguan perilaku. Gangguan ini juga tampaknya lebih umum pada
anak-anak dari orang tua biologis dengan gangguan penggunaan alkohol yang parah, gangguan
depresi dan bipolar, atau skizofrenia atau orang tua biologis yang memiliki riwayat ADHD atau
gangguan perilaku. Riwayat keluarga secara khusus mencirikan individu dengan subtipe
gangguan perilaku onset masa kanak-kanak. Denyut jantung istirahat yang lebih lambat telah
dicatat secara andal pada individu dengan gangguan perilaku dibandingkan dengan mereka yang
tidak mengalami gangguan, dan penanda ini bukan merupakan karakteristik dari gangguan
mental lainnya. Pengkondisian ketakutan otonom yang berkurang, terutama konduktansi kulit
yang rendah, juga didokumentasikan dengan baik. Namun, temuan psikofisiologis ini tidak
diagnostik gangguan. Perbedaan struktural dan fungsional di area otak yang terkait dengan
regulasi pengaruh dan pemrosesan, khususnya koneksi frontotemporal-limbik yang melibatkan
korteks prefrontal ventral otak dan amigdala, telah secara konsisten dicatat pada individu dengan
gangguan perilaku dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami gangguan. Namun,
temuan neuroimaging tidak diagnostik gangguan tersebut.

Course modifiers. Kegigihan lebih mungkin untuk individu dengan perilaku yang memenuhi
kriteria untuk subtipe onset masa kanak-kanak dan memenuhi syarat untuk penentu "dengan
emosi prososial terbatas". Risiko bahwa gangguan perilaku akan bertahan juga meningkat
dengan terjadinya ADHD dan penyalahgunaan zat.

Culture-Related Diagnostic Issues

Diagnosis gangguan perilaku terkadang berpotensi disalahgunakan untuk individu dalam


pengaturan di mana pola perilaku mengganggu dipandang mendekati normatif (misalnya, di
daerah yang sangat mengancam, dengan tingkat kejahatan tinggi atau zona perang). Oleh karena
itu, konteks di mana perilaku yang tidak diinginkan telah terjadi harus dipertimbangkan.

Gender-Related Diagnostic Issues

Pria dengan diagnosis gangguan perilaku sering menunjukkan masalah perkelahian, pencurian,
vandalisme, dan disiplin sekolah. Wanita dengan diagnosis gangguan perilaku lebih cenderung
menunjukkan kebohongan, pembolosan, melarikan diri, penggunaan narkoba, dan prostitusi.
46
Sedangkan laki-laki cenderung menunjukkan agresi fisik dan agresi relasional (perilaku yang
merugikan hubungan sosial orang lain), perempuan cenderung menunjukkan agresi relatif lebih
relasional.

Functional Consequences of Conduct Disorder

Perilaku gangguan perilaku dapat menyebabkan suspensi atau pengusiran sekolah, masalah
dalam penyesuaian kerja, kesulitan hukum, penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak
direncanakan, dan cedera fisik akibat kecelakaan atau perkelahian. Masalah-masalah ini
mungkin menghalangi kehadiran di sekolah biasa atau tinggal di panti asuhan atau panti asuhan.
Gangguan perilaku sering diasosiasikan dengan perilaku seksual awal, penggunaan alkohol,
merokok tembakau, penggunaan zat ilegal, dan tindakan sembrono dan pengambilan risiko.
Tingkat kecelakaan tampaknya lebih tinggi di antara individu dengan gangguan perilaku
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki gangguan. Konsekuensi fungsional dari
gangguan perilaku ini dapat memprediksi kesulitan kesehatan ketika individu mencapai usia
paruh baya. Tidak jarang individu dengan gangguan perilaku berhubungan dengan sistem
peradilan pidana karena terlibat dalam perilaku ilegal. Gangguan perilaku adalah alasan umum
untuk rujukan pengobatan dan sering didiagnosis di fasilitas kesehatan mental untuk anak-anak,
terutama dalam praktik forensik. Hal ini terkait dengan gangguan yang lebih parah dan kronis
daripada yang dialami oleh anak-anak rujukan klinik lainnya.

Differential Diagnosis

Oppositional defiant disorder. Gangguan perilaku dan gangguan pembangkangan oposisi


keduanya terkait dengan gejala yang membawa individu dalam konflik dengan orang dewasa dan
figur otoritas lainnya (misalnya, orang tua, guru, pengawas kerja). Perilaku gangguan
pembangkangan oposisi biasanya bersifat kurang parah dibandingkan individu dengan gangguan
perilaku dan tidak termasuk agresi terhadap individu atau hewan, perusakan properti, atau pola
pencurian atau penipuan. Selanjutnya, gangguan menentang oposisi termasuk masalah
disregulasi emosional (yaitu, suasana hati marah dan mudah tersinggung) yang tidak termasuk
dalam definisi gangguan perilaku. Ketika kriteria terpenuhi untuk kedua gangguan
pembangkangan oposisi dan gangguan perilaku, kedua diagnosis dapat diberikan.

47
Attention-deficit/hyperactivity disorder.Meskipun anak-anak dengan ADHD sering
menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif yang mungkin mengganggu, perilaku ini tidak
dengan sendirinya melanggar norma-norma sosial atau hak-hak orang lain dan karena itu
biasanya tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perilaku. Ketika kriteria terpenuhi untuk
ADHD dan gangguan perilaku, kedua diagnosis harus diberikan.

Depressive and bipolar disorders. Iritabilitas, agresi, dan masalah perilaku dapat terjadi pada
anak-anak atau remaja dengan gangguan depresi mayor, gangguan bipolar, atau gangguan
disregulasi mood yang mengganggu. Masalah perilaku yang terkait dengan gangguan mood ini
biasanya dapat dibedakan dari pola masalah perilaku yang terlihat pada gangguan perilaku
berdasarkan perjalanannya. Secara khusus, orang dengan gangguan perilaku akan menunjukkan
tingkat masalah perilaku agresif atau non-agresif yang substansial selama periode di mana tidak
ada gangguan mood, baik secara historis (yaitu, riwayat masalah perilaku sebelum timbulnya
gangguan mood) atau secara bersamaan. (yaitu, tampilan beberapa masalah perilaku yang
direncanakan dan tidak terjadi selama periode gairah emosional yang intens). Dalam kasus di
mana kriteria untuk gangguan perilaku dan gangguan mood terpenuhi, kedua diagnosis dapat
diberikan.

Intermittent explosive disorder. Baik gangguan perilaku maupun gangguan eksplosif


intermiten melibatkan tingkat agresi yang tinggi. Namun, agresi pada individu dengan gangguan
eksplosif intermiten terbatas pada agresi impulsif dan tidak direncanakan, dan tidak dilakukan
untuk mencapai beberapa tujuan nyata (misalnya, uang, kekuasaan, intimidasi). Juga, definisi
gangguan eksplosif intermiten tidak termasuk gejala gangguan perilaku non-agresif. Jika kriteria
untuk kedua gangguan terpenuhi, diagnosis gangguan eksplosif intermiten harus diberikan hanya
jika ledakan agresif impulsif berulang memerlukan perhatian klinis independen.

Adjustment disorders.Diagnosis gangguan penyesuaian (dengan gangguan perilaku atau


dengan gangguan campuran emosi dan perilaku) harus dipertimbangkan jika masalah perilaku
yang signifikan secara klinis yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan spesifik lain
berkembang dalam hubungan yang jelas dengan awitan stresor psikososial dan tidak sembuh
dalam waktu 6 bulan setelah penghentian stresor (atau konsekuensinya). Gangguan perilaku

48
didiagnosis hanya ketika masalah perilaku menunjukkan pola berulang dan persisten yang
dikaitkan dengan gangguan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.

Comorbidity

ADHD dan gangguan menentang oposisi keduanya umum pada individu dengan gangguan
perilaku, dan presentasi komorbiditas ini memprediksi hasil yang lebih buruk. Individu yang
menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang terkait dengan gangguan kepribadian antisosial sering
melanggar hak-hak dasar orang lain atau melanggar norma-norma sosial utama yang sesuai
dengan usia, dan akibatnya pola perilaku mereka sering memenuhi kriteria untuk gangguan
perilaku. Gangguan perilaku juga dapat terjadi bersamaan dengan satu atau lebih gangguan
mental berikut: gangguan belajar spesifik, gangguan kecemasan, gangguan depresif atau bipolar,
dan gangguan terkait zat. Prestasi akademik, khususnya dalam membaca dan keterampilan
verbal lainnya, sering kali di bawah tingkat yang diharapkan berdasarkan usia dan kecerdasan
dan dapat membenarkan diagnosis tambahan gangguan belajar tertentu atau gangguan
komunikasi.

ANTISOCIAL PERSONALITY DISORDER


Kriteria dan teks untuk gangguan kepribadian antisosial dapat ditemukan di bab "Gangguan
Kepribadian". Karena gangguan ini terkait erat dengan spektrum gangguan perilaku
"mengeksternalisasi" dalam bab ini, serta gangguan dalam bab berikutnya "Gangguan Terkait
Zat dan Gangguan Kecanduan", maka di sini dikodekan ganda serta di bab "Gangguan
Kepribadian."

PYROMANIA
Kriteria Diagnostik 312.33 (F63.1)

A. Pembakaran yang disengaja dan disengaja pada lebih dari satu kesempatan.
B. Ketegangan atau gairah afektif sebelum bertindak.
C. Ketertarikan, ketertarikan, keingintahuan tentang, atau ketertarikan pada api dan
konteks situasionalnya (misalnya, perlengkapan, kegunaan, konsekuensi).
D. Kesenangan, kepuasan, atau kelegaan ketika membakar atau ketika menyaksikan
atau berpartisipasi dalam akibatnya.

49
E. Pembakaran tidak dilakukan untuk keuntungan moneter, sebagai ekspresi ideologi
sosial politik, untuk menyembunyikan aktivitas kriminal, untuk mengekspresikan
kemarahan atau balas dendam, untuk memperbaiki keadaan hidup seseorang, sebagai
tanggapan terhadap delusi atau halusinasi, atau sebagai akibatnya dari gangguan
penilaian (misalnya, pada gangguan neurokognitif utama, cacat intelektual [gangguan
perkembangan intelektual], keracunan zat).
F. Kebakaran tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan tingkah laku,
episode manik, atau gangguan kepribadian antisosial.

Diagnostic Features

Fitur penting dari pyromania adalah adanya beberapa episode pengaturan api yang disengaja dan
bertujuan (Kriteria A). Individu dengan gangguan ini mengalami ketegangan atau gairah afektif
sebelum menyalakan api (Kriteria B). Ada ketertarikan, ketertarikan, keingintahuan tentang,
atau ketertarikan pada api dan konteks situasionalnya (misalnya, perlengkapan, kegunaan,
konsekuensi) (Kriteria C). Individu dengan gangguan ini sering menjadi "pengamat" kebakaran
di lingkungan mereka, dapat memicu alarm palsu, dan memperoleh kesenangan dari institusi,
peralatan, dan personel yang terkait dengan kebakaran. Mereka mungkin menghabiskan waktu
di pemadam kebakaran setempat, membakar untuk berafiliasi dengan pemadam kebakaran, atau
bahkan menjadi petugas pemadam kebakaran. Individu dengan gangguan ini mengalami
kesenangan, kepuasan, atau kelegaan saat menyalakan api, menyaksikan efeknya, atau
berpartisipasi setelahnya (Kriteria D). Pembakaran tidak dilakukan untuk keuntungan moneter,
sebagai ekspresi ideologi sosial politik, untuk menyembunyikan kegiatan kriminal, untuk
mengekspresikan kemarahan atau balas dendam, untuk memperbaiki keadaan hidup seseorang,
atau sebagai tanggapan terhadap delusi atau halusinasi (Kriteria E). Pengaturan api tidak
dihasilkan dari penilaian yang terganggu (misalnya, pada gangguan neurokognitif utama atau
kecacatan intelektual [gangguan perkembangan intelektual]). Diagnosis tidak dibuat jika
pengaturan api lebih baik dijelaskan oleh gangguan perilaku, episode manik, atau gangguan
kepribadian antisosial (Kriteria F).

Associated Features Supporting Diagnosis

Individu dengan pyromania dapat membuat persiapan awal yang cukup untuk menyalakan api.
Mereka mungkin acuh tak acuh terhadap konsekuensi terhadap kehidupan atau harta benda yang
disebabkan oleh kebakaran, atau mereka mungkin memperoleh kepuasan dari kehancuran harta
50
benda yang diakibatkannya. Perilaku tersebut dapat menyebabkan kerusakan properti,
konsekuensi hukum, atau cedera atau hilangnya nyawa bagi pembuat api atau orang lain.
Individu yang secara impulsif membakar (yang mungkin atau mungkin tidak memiliki
pyromania) sering memiliki riwayat gangguan penggunaan alkohol saat ini atau masa lalu.

Prevalence

Prevalensi populasi pyromania tidak diketahui. Prevalensi kebakaran seumur hidup, yang hanya
merupakan salah satu komponen pyromania dan tidak cukup untuk diagnosis itu sendiri,
dilaporkan sebagai 1,13% dalam sampel populasi, tetapi komorbiditas yang paling umum adalah
gangguan kepribadian antisosial, gangguan penggunaan zat, gangguan bipolar. gangguan, dan
perjudian patologis (gangguan perjudian). Sebaliknya, pyromania sebagai diagnosis utama
tampaknya sangat jarang. Di antara sampel orang yang mencapai sistem kriminal dengan
pengaturan api berulang, hanya 3,3% yang memiliki gejala yang memenuhi kriteria penuh untuk
pyromania.

Development and Course

Ada data yang tidak cukup untuk menetapkan usia khas saat timbulnya pyromania. Hubungan
antara pengaturan api di masa kanak-kanak dan pyromania di masa dewasa belum
didokumentasikan. Pada individu dengan pyromania, insiden kebakaran bersifat episodik dan
frekuensinya dapat meningkat dan berkurang. Arah longitudinal tidak diketahui. Meskipun
pengaturan api adalah masalah utama pada anak-anak dan remaja (lebih dari 40% dari mereka
yang ditangkap karena pelanggaran pembakaran di Amerika Serikat lebih muda dari 18 tahun),
pyromania di masa kanak-kanak tampaknya jarang terjadi. Pengaturan api remaja biasanya
dikaitkan dengan gangguan perilaku, gangguan perhatian-defisit/hiperaktivitas, atau gangguan
penyesuaian.

Gender-Related Diagnostic Issues

Pyromania lebih sering terjadi pada pria, terutama mereka yang memiliki keterampilan sosial dan
kesulitan belajar yang lebih rendah.

51
Differential Diagnosis

Penyebab lain dari pengaturan api yang disengaja. Penting untuk menyingkirkan penyebab
lain dari pengaturan api sebelum memberikan diagnosis pyromania. Pengaturan api yang
disengaja dapat terjadi untuk keuntungan, sabotase, atau balas dendam; untuk menyembunyikan
kejahatan; untuk membuat pernyataan politik (misalnya, tindakan terorisme atau protes); atau
untuk menarik perhatian atau pengakuan (misalnya, menyalakan api untuk mengetahuinya dan
menyelamatkan hari). Pengaturan api juga dapat terjadi sebagai bagian dari eksperimen
perkembangan di masa kanak-kanak (misalnya, bermain dengan korek api, korek api, atau api).
Gangguan jiwa lainnya. Diagnosis terpisah dari pyromania tidak diberikan ketika kebakaran
terjadi sebagai bagian dari gangguan perilaku, episode manik, atau gangguan kepribadian
antisosial, atau jika terjadi sebagai respons terhadap delusi atau halusinasi (misalnya, pada
skizofrenia) atau pada - disebabkan oleh efek fisiologis dari kondisi medis lain (misalnya,
epilepsi). Diagnosis pyromania juga tidak boleh diberikan ketika pembakaran terjadi akibat
gangguan penilaian yang terkait dengan gangguan neurokognitif utama, cacat intelektual, atau
keracunan zat.

Comorbidity

Tampaknya ada gangguan penggunaan zat, gangguan judi, depresi dan gangguan bipolar, dan
gangguan lain yang mengganggu, kontrol impuls, dan perilaku dengan pyromania.

KLEPTOMANIA
Diagnostic Criteria312.32 (F63.3)

A. Kegagalan berulang untuk menahan impuls untuk mencuri objek yang tidak
diperlukan untuk penggunaan pribadi atau untuk nilai uangnya.
B. Meningkatkan rasa tegang sesaat sebelum melakukan pencurian.
C. Kesenangan, gratifikasi, atau keringanan pada saat melakukan pencurian.
D. Pencurian tidak dilakukan untuk mengekspresikan kemarahan atau balas dendam
dan bukan sebagai respons terhadap delusi atau halusinasi.
E. Mencuri tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan perilaku, episode manik, atau
gangguan kepribadian antisosial.

52
Diagnostic Features

Fitur penting dari kleptomania adalah kegagalan berulang untuk menahan impuls untuk mencuri
barang meskipun barang tersebut tidak diperlukan untuk penggunaan pribadi atau untuk nilai
moneternya (Kriteria A). Individu mengalami peningkatan ketegangan subjektif sebelum
pencurian (Kriteria B) dan merasakan kesenangan, kepuasan, atau kelegaan ketika melakukan
pencurian (Kriteria C). Pencurian tidak dilakukan untuk mengekspresikan kemarahan atau balas
dendam, tidak dilakukan sebagai respons terhadap delusi atau halusinasi (Kriteria D), dan tidak
lebih baik dijelaskan oleh gangguan perilaku, episode manik, atau gangguan kepribadian
antisosial (Kriteria E). Benda-benda itu dicuri meskipun faktanya mereka biasanya tidak
berharga bagi individu, yang mampu membayarnya dan sering memberikannya atau
membuangnya. Kadang-kadang individu tersebut dapat menimbun barang-barang yang dicuri
atau secara diam-diam mengembalikannya. Meskipun individu dengan gangguan ini umumnya
akan menghindari pencurian ketika kemungkinan akan ditangkap segera (misalnya, dalam
pandangan penuh dari seorang petugas polisi), mereka biasanya tidak merencanakan pencurian
atau sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan penangkapan. Pencurian dilakukan tanpa
bantuan dari, atau kerjasama dengan, orang lain.

Associated Features Supporting Diagnosis

Individu dengan kleptomania biasanya berusaha menahan dorongan untuk mencuri, dan mereka
sadar bahwa tindakan itu salah dan tidak masuk akal. Individu sering takut ditangkap dan sering
merasa tertekan atau bersalah tentang pencurian. Jalur neurotransmiter yang terkait dengan
kecanduan perilaku, termasuk yang terkait dengan sistem serotonin, dopamin, dan opiat,
tampaknya juga berperan dalam kleptomania.

Prevalence

Kleptomania terjadi pada sekitar 4% -24% individu yang ditangkap karena mengutil.
Prevalensinya pada populasi umum sangat jarang, sekitar 0,3%-0,6%. Wanita melebihi jumlah
pria dengan rasio 3:1.

53
Development and Course

Usia saat timbulnya kleptomania bervariasi, tetapi gangguan ini sering dimulai pada masa
remaja. Namun, gangguan dapat dimulai pada masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa, dan
dalam kasus yang jarang terjadi pada akhir masa dewasa. Ada sedikit informasi sistematis
tentang perjalanan kleptomania, tetapi tiga perjalanan khas telah dijelaskan: sporadis dengan
episode singkat dan periode remisi yang lama; episodik dengan periode pencurian yang
berkepanjangan dan periode remisi; dan kronis dengan beberapa derajat fluktuasi. Gangguan ini
dapat berlanjut selama bertahun-tahun, meskipun beberapa kali dihukum karena mengutil.

Risk and Prognostic Factors

Genetic and physiological. Tidak ada studi riwayat keluarga terkontrol tentang kleptomania.
Namun, kerabat tingkat pertama individu dengan kleptomania mungkin memiliki tingkat
gangguan obsesif-kompulsif yang lebih tinggi daripada populasi umum. Tampaknya juga ada
tingkat gangguan penggunaan zat yang lebih tinggi, termasuk gangguan penggunaan alkohol,
pada kerabat individu dengan kleptomania daripada populasi umum.

Differential Diagnosis

Pencurian Biasa. Kleptomania harus dibedakan dari tindakan pencurian atau mengutil biasa.
Pencurian biasa (baik direncanakan atau impulsif) disengaja dan dimotivasi oleh kegunaan objek
atau nilai moneternya. Beberapa individu, terutama remaja, mungkin juga mencuri pada
tantangan, sebagai tindakan pemberontakan, atau sebagai ritus peralihan. Diagnosis tidak
ditegakkan kecuali ada ciri khas lain dari kleptomania. Kleptomania sangat jarang, sedangkan
mengutil relatif umum.

Berpura-pura. Dalam berpura-pura, individu dapat mensimulasikan gejala kleptomania untuk


menghindari tuntutan pidana.

Gangguan Kepribadian Antisosial Dan Gangguan Perilaku. Gangguan kepribadian


antisosial dan gangguan perilaku dibedakan dari kleptomania dengan pola umum perilaku
antisosial.

54
Episode Manik, Episode Psikotik, Dan Gangguan Neurokognitif Utama. Kleptomania harus
dibedakan dari pencurian yang disengaja atau tidak disengaja yang mungkin terjadi selama
episode manik, sebagai respons terhadap delusi atau halusinasi (seperti pada, misalnya,
skizofrenia), atau sebagai akibat dari gangguan neurokognitif utama.

Comorbidity

Kleptomania mungkin berhubungan dengan pembelian kompulsif serta dengan gangguan


depresif dan bipolar (terutama gangguan depresi mayor), gangguan kecemasan, gangguan makan
(terutama bulimia nervosa), gangguan kepribadian, gangguan penggunaan zat (terutama
gangguan penggunaan alkohol) , dan gangguan lainnya, gangguan kontrol impuls, dan perilaku.

OTHER SPECIFIED DISRUPTIVE, IMPULSE-CONTROL, AND CONDUCT


DISORDER

Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala yang khas dari gangguan, kontrol impuls,
dan perilaku yang mengganggu yang menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan
secara klinis dalam sosial, pekerjaan , atau area fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak
memenuhi kriteria penuh untuk salah satu gangguan dalam kelas diagnostik gangguan
mengganggu, kontrol impuls, dan perilaku. Kategori gangguan gangguan, kontrol impuls, dan
perilaku tertentu lainnya digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk
mengomunikasikan alasan spesifik bahwa presentasi tidak memenuhi kriteria untuk gangguan,
kontrol impuls, dan perilaku tertentu. kekacauan. Ini dilakukan dengan merekam "gangguan
tertentu lainnya, kontrol impuls, dan gangguan perilaku" diikuti dengan alasan spesifik
(misalnya, "ledakan perilaku berulang dengan frekuensi yang tidak mencukupi").

UNSPECIFIED DISRUPTIVE, IMPULSE-CONTROL, AND CONDUCT DISORDER

Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala yang khas dari gangguan, kontrol impuls,
dan perilaku yang mengganggu yang menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan
secara klinis dalam sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak
memenuhi kriteria penuh untuk salah satu gangguan dalam kelas diagnostik gangguan
55
mengganggu, kontrol impuise, dan perilaku. Kategori gangguan yang tidak ditentukan, kontrol
impuls, dan gangguan perilaku digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk tidak
menentukan alasan bahwa kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan tertentu, kontrol impuls, dan
perilaku, dan termasuk presentasi di mana tidak ada informasi yang cukup untuk membuat
diagnosis yang lebih spesifik (misalnya, dalam pengaturan ruang gawat darurat).

56
DAFTAR PUSTAKA

Association, A. P. (2013). DIAGNOSTIC AND STATISTICAL MANUAL OF MENTAL


DISORDERS. 5 th ed. Washington DC: American Psychiatric Publishing.

57
TABEL KONTRIBUSI

NO NAMA NIM KONTRIBUSI

1 Melati Sukma Sihombing 171301049 1. Mengerjakan bagian Binge-


Eating Disorder.
2. Mengrjakan bagian
Elimination Disorder.
3. Mengerjakan bagian Enuresis.
4. Mengerjakan bagian
Encropesis.

2 Audy Cabila Faranada 191301010 1. Mengerjakan bagian Anorexia


Sinukaban Nervosa.
2. Mengerjakan bagian Bulimia
Nervosa.
3. Mengerjakan bagian
Functional Consequences of
Bulimia Nervosa.
4. Menyatukan dan menyusun
makalah.

3 Zahra Hanifah Lubis 191301011 1. Mengerjakan bagian


Disruptive, Impulse-Control,
and Conduct Disorder.
2. Mengerjakan bagian
Oppositional Defiant Disorder
3. Mengerjakan bagian
Intermittent Explosive
Disorder.
4. Mengerjakan bagian Conduct
Disorder.

4 Veronika Rotua Sinaga 191301012 1. Mengerjakan bagian Feeding


and eating disorder.
2. Mengerjakan bagian PICA.
3. Mengerjakan bagian
Rumination Disorder.
4. Mengerjakan bagian
Avoidant/Restrictive Food
Intake Disorder.

58
5 Rizka Azmi Unisa 191301013 1. Mengerjakan bagian
Antisocial Personality
Disorder.
2. Mengerjakan bagian
Pyromania dan Kleptomania
3. Mengerjakan bagian Other
specified disruptive, impulse-
control, and conduct disorder
dan Unspecified disruptive,
impulse-control, and conduct
disorder.
4. Menyatukan dan menyusun
PPT.

59

Anda mungkin juga menyukai