Anda di halaman 1dari 13

KESULITAN BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR

“laporan ini dibuat sebagai tugas akhir semester”

Disusun oleh:
Teja Rianda (12060111703)

Dosen Pengampu:
Desma Husni, S. Pd. I., S. Psi., M.A.

FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UIN SUSKA RIAU

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. i


I. Identitas Pribadi ………………………………………………………………………. 1
II. Identitas Orang Tua ………………………………………………………………….. 1
III. Keluhan ………………………………………………………………………........... 1
IV. Hasil Perolehan Data ……………………………………………………………….. 1
A. Hasil Observasi ……………………………………………………………… 1
B. Hasil Wawancara ……………………………………………………………. 2
V. Teori …………………………………………………………………………………. 3
VI. Analisa ……………………………………………………………………………… 3
VII. Kesimpulan ……………………………………………………………………...…. 4
VIII. Saran ……………………………………………………………………………..... 4
IX. Daftar Pustaka ………………………………………………………………….…… 5
X. Lampiran ………………………………………………………………………..……. 6
A. Inform Consent ………………………………………………………....……. 6
B. Panduan Observasi ……………………………………………………..…….. 7
C. Panduan Wawancara ………………………………………………….....…… 7
D. Jadwal Pengambilan Data …………………………………………….....…… 8
E. Dokumentasi ………………………………………………………….....……. 9

i
I. Identitas Pribadi
A. Identitas Anak
Nama: Abyan Alifiandra Bintang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : 4

II. Identitas Orang Tua: -

III. Keluhan: Anak sulit untuk konsentrasi di kelas

IV. Hasil Perolehan Data


A. Hasil Observasi
1. Observasi kondisi fisik subjek
Subjek dalam kondisi fisik yang baik, perawakannya sama seperti kondisi
anak pada umumnya. Dapat dilihat dari kondisi kulit dan tubuhnya yang bersih
menampilkan kalau anak tersebut terawat dengan baik.
Pakaiannya tidak terlalu rapi dan cenderung urakan. Bahkan pernah hanya
memakai kaos kaki sebelah saja. Saat memakai baju berwarna putih, terdapat
noda-noda kusam yang tampaknya sulit untuk dihilangkan. Saat memaki peci juga
tidak dikenakan dengan posisi yang baik.
2. Observasi interaksi subjek dengan teman
Subjek biasanya mengajak temannya bersenda gurau saat proses belajar
mengajar berlangsung. Beberapa dari temannya ada yang merespon dan adapula
yang tidak meresponnya.
Terdapat beberapa orang teman yang tidak disukai subjek. Subjek tidak
menyukainya dikarenakan temannya tersebut menjelek-jelekkan sesuatu yang
subjek suka. Adapun seorang lainnya suka mengatur-atur subjek.
Subjek mengatakan bahwa teman sebangku dari subjek yang biasa
membantunya saat ada pelajaran yang menurutnya susah untuk dipahami.
3. Observasi subjek dalam PBM
Subjek sulit untuk duduk tenang di kursinya saat proses belajar mengajar
berlangsung. Subjek juga susah untuk fokus pada saat diberikan tugas oleh guru
yang mengajar. Subjek sering sengaja menjawab pertanyaan yang melenceng dari
jawaban benar dari pertanyaan yang diajukan ke seluruh siswa di kelas.
Subjek sering ketinggalan saat guru mendikte jawaban dari kuis. Subjek
cenderung bermain daripada fokus menyimak pelajaran, bahkan lebih sibuk
berdiri daripada duduk tertib di kursinya.
4. Observasi kondisi kelas
Kelas selalu dalam keadaan rapi dan bersih. Semua benda-benda tertata
dengan rapi. Bahkan rak sepatu juga tak terlihat ada yang berserakan. Banyak
dekorasi yang membuat kesan kelas menjadi ramai sehingga memungkinkan
1
menjadi penambah semangat siswa. Suasana kelas berubah-ubah sesuai dengan
instruksi dari guru yang mengajar. Ada saatnya siswa bersemangat menjawab
pertanyaan, adapula saatnya hening saat diberikan kuis.
5. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa subjek ini memang memiliki kesulitan
berkonsentrasi saat proses belajar mengajar berlangsung. Itu terlihat jelas saat
dilakukannya observasi selama 4 hari saat observer membersamai kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas.
Pakaian subjek cenderung urakan, akan tetapi kondisi fisiknya terlihat
sangat baik. Suasana kelas sepertinya tidak terlalu berpengaruh secara langsung
kepada subjek.
B. Hasil Wawancara
1. Wawancara dengan subjek
Subjek mengaku terkendala saat pelajaran matematika dan terus menerus
mengaku IQ matematikanya sangat rendah. Mata pelajaran yang disukai subjek
merupakan Ilmu Pengetahuan Alam, yang mana subjek mengatakan suka tentang
makhluk hidup.
Subjek tidak mengulang pelajaran dirumah. Ia hanya belajar saat akan
menghadapi ujian saja. Orangtua subjek menyuruh subjek untuk belajar dirumah,
akan tetapi tidak terlalu dipaksa, jadi seperlunya saja.
Subjek mengatakan bahwa kesulitan belajar yang ia hadapi merupakan
teman-temannya yang tidak disukainya seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya. Cara subjek mengatasi temannya tersebut adalah dengan
membiarkannya bicara sendiri sampai lelah.
Subjek berkata alasannya susah untuk duduk tertib dikelas adalah kakinya
cenderung pegal jika ia duduk diam, oleh karenanya ia sering berdiri dan jalan
kesana kemari. Subjek mengatakan bahwa hal yang membuatnya tertarik belajar
ialah hal-hal baru saat mempelajari sesuatu. Subjek juga menyukai permainan
yang diselingi saat belajar yang mana menghilangkan rasa bosannya saat belajar.
2. Wawancara dengan wali kelas
Menurut wali kelas, nilai subjek berada pada nilai standar. Bahkan subjek
juga mengungguli beberapa teman sekelasnya. Wali kelas juga mengatakan
subjek lebih suka menggambar dan mengarang cerita dimana hal tersebut ada
ekstrakurikulernya tersendiri.
Menurut wali kelas subjek, subjek tetap berperilaku seperti biasanya
meskipun ia dipasangkan dengan teman sebangku baik itu laki-laki maupun
perempuan. Wali kelas subjek juga mengakui kalau subjek cenderung berperilaku
tidak acuh saat proses belajar mengajar berlangsung.

2
Wali kelas subjek mengatakan bahwa subjek memiliki sifat temperamen,
yang mana itu merupakan sifat bawaan subjek sendiri. Wali kelas subjek
membenarkan bahwa subjek lamban dalam mengerjakan tugas. Wali kelas juga
mengatakan bahwa orang tua dari subjek sendiri sangat peduli pada subjek.
3. Kesimpulan
Subjek tidak menyadari bahwa ia susah untuk konsentrasi dalam proses
belajar mengajar dikelas. Ia hanya berpikir kesulitannya berasal dari teman-teman
yang menganggunya dan kakinya yang pegal jika dibwa duduk tertib.
Wali kelas subjek mengatakan bahwa subjek harus belajar secara privat
dan tak bisa sekaligus beramai jika ingin serius. Wali kelas subjek juga
mengatakan bahwa subjek kurang dalam inisiatif diri sendiri dan cenderung
bersikap masa bodoh.

V. Teori
Kemampuan memahami materi pelajaran diperoleh karena memperhatikan apa yang
diajarkan guru maupun dari hasil upaya belajar mandiri, ditentukan oleh kemampuan konsentrasi
(Mulyana et al., 2013). Konsentrasi adalah usaha untuk memusatkan perhatian terhadap objek
yang dibutuhkan dengan mengabaikan stimulus lain yang tidak diperlukan (Sukri & Purwanti,
2016).
Kesulitan menjaga konsentrasi belajar juga semakin bertambah jika peserta didik terpaksa
mempelajari materi pelajaran yang tidak disukainya (Ikawati, 2015). Apabila kondisi peserta
didik tidak mampu memaksimalkan konsentrasi belajar terus dibiarkan, maka dampaknya pada
nilai dan hasil pembelajaran yang tidak maksimal (Mindari & Supriyo, 2015).
Siswa yang tidak dapat memfokuskan pikiran terhadap materi pembelajaran disebabkan
oleh beberapa hal misalnya: guru yang mengajar dengan metode pembelajaran klasikal atau
kelompok menyebabkan siswa dianggap memiliki kemampuan berpikir yang sama; kurangnya
keterampilan guru di dalam mengelola kelas sehingga metode pembelajaran yang diberikan
bersifat monoton dan kurang bervariasi sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif dan hanya
mengandalkan guru; dan ditambah suasana di kelas yang panas, sesak, dan terkadang bising yang
memunculkan gangguan suara sehingga suasana di kelas menjadi sangat tidak nyaman dan
kondusif untuk belajar (Aviana & Hidayah, 2015).

VI. Analisa
Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan diatas, terbukti benar adanya bahwa subjek
mengalami kesulitan konsentrasi dalam belajar. Subjek tidak bisa memusatkan perhatiannya
dengan mengabaikan gurunya saat menjelaskan dan sibuk bermain sendiri.
Subjek juga mengaku tidak bisa serius saat belajar mata pelajaran yang tidak disukainya,
yaitu matematika. Meskipun menurut wali kelas subjek nilai matematika subjek sendiri sudah
mencukupi standar.

3
Subjek yang tidak bisa memaksimalkan konsentrasi belajar maka berdampak pada subjek
sendiri yang tidak mau menyimak pelajaran. Subjek mengatakan bahwa ia akan semangat jika ia
mempelajari hal baru dan cara belajarnya diselingi dengan permainan yang menurutnya menarik.

VII. Kesimpulan
Teori yang sudah dipaparkan terkait dengan analisa yang sudah dilakukan observer sudah
terbukti adanya. Dari teori tersebut dapat ditarik analisa yang berhubungan secara langsung dari
pengalaman observer selama 4 hari membersamai subjek dalam proses belajar mengajar.

VIII. Saran
Usaha untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa dapat dilakukan melalui bimbingan
klasikal. Bimbingan klasikal atau bimbingan kelompok adalah jenis layanan yang ada pada
konseling dengan menggunakan dinamika kelompok untuk membahas permasalahan yang
dialami peserta didik. Melalui diskusi maka diharapkan peserta didik memperoleh pemahaman
masalah sehingga mampu bertindak secara tepat. Pada bimbingan kelompok setiap anggota
berhak mengemukakan pengalaman dan pendapatnya sehingga menambah wawasan anggota
(Maiseptian et al., 2017). Selain itu, melalui bimbingan kelompok, siswa juga dapat mengurangi
sikap negatif siswa seperti pemalu, suka memotong pembicaraan orang lain, dan perilaku tidak
menghargai pendapat lain, serta menimbulkan sikap percaya, memahami, melatih kemampuan
berkomunikasi, memecahkan konflik melalui cara konstruktif antar peserta didik (Erlangga,
2017). Secara khusus, metode diskusi yang digunakan yakni cooperative learning.
Pembelajaran dengan pendekatan kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok. Peserta didik berkelompok kecil yang terdiri dari 4 orang untuk memahami konsep
materi pelajaran yang akan dibimbing oleh guru. Dalam membentuk kelompok-kelompok kecil
ini harus memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai tempat bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang
bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Penerapan pembelajaran kooperatif
akan memberikan hasil yang efektif kalau memperhatikan dua prinsip inti berikut. Yang pertama
adalah adanya saling ketergantungan yang positif dan yang kedua adalah setiap anggota
kelompok memiliki rasa tanggung jawab pribadi (individual accountability) untuk memiliki
kontribusi aktif dalam bekerja sama (Sulikatin, 2017).
Cooperative learning memiliki berbagai macam jenis kegiatan, misalnya: Team Assisted
Individualization (TAI), Talking Stick, Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC),
Jigsaw, dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Dalam kegiatan ini dipilih jenis kegiatan
cooperative learning tipe Jigsaw. Tipe Jigsaw, dimana teknik ini merupakan suatu pembelajaran
yang berorientasi pada proses, membuat pembelajaran lebih bermakna dan meningkatkan
pemahaman materi sehingga meningkatkan prestasi belajar dan kepercayaan diri siswa. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil yakni
sekitar empat sampai enam orang secara heterogen dan bekerja sama, bertanggungjawab secara

4
mandiri, suasana gotong royong, dan mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan ketrampilan berkomunikasi (Hijrihani & Wutsqa, 2015).

IX. Daftar Pustaka


Aviana, R., & Hidayah, F. (2015). Pengaruh Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Terhadap
Daya Pemahaman Materi Pada Pembelajaran Kimia Di Sma Negeri 2 Batang.
Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang,
Erlangga, E. (2017). Bimbingan Kelompok Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Siswa. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1), 149–156.
Hijrihani, C. P., & Wutsqa, D. U. (2015). Keefektifan Cooperative Learning Tipe Jigsaw
dan STAD Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Kepercayaan Diri Siswa.
Ikawati, M. P. D. (2015). Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa KMS (Kartu
Menuju Sejahtera) Menggunakan Konseling Kelompok Bagi Siswa.
Psikopedagogia Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 4(2), 158.
Maiseptian, F., -, M., & -, Y. (2017). Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam
Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa. Jurnal Penelitian Bimbingan
Dan Konseling, 2(2), 1–8.
Mindari, T., & Supriyo. (2015). Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok dengan Teknik Permainan. Indonesian Journal of
Guidance and Counseling, 4(2), 65–71.
Sukri, A., & Purwanti, E. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Brain Gym.
Jurnal Edukasi Matematika Dan Sains, 1(1), 50.
Sulikatin. (2017). Upaya Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ipa Materi Usaha Dan
Energi Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Kooperatif Bagi Siswa Kelas
VIII a Smp Negeri 4 Bae Kudus. Jurnal Profesi Keguruan, 3(1), 129– 133.

5
X. Lampiran
A. Inform Consent

6
B. Panduan Observasi
PEDOMAN OBSERVASI

Dalam pengamatan yang dilakukan adalah mengamati partisipasi warga


sekolah dalam pelaksanaan program pendidikan inklusif di SD Islam Al-Azhar 54
Pekanbaru.
A. Tujuan : Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi
proses pelaksanaan belajar mengajar di SD Islam Al-Azhar 54 Pekanbaru.
B. Aspek yang diamati :
1. Alamat/lokasi sekolah
2. Lingkungan fisik sekolah pada umumnya
3. Ruang Kelas
4. Sarana belajar
6. Suasana akademik dan sosial
7. Proses kegiatan belajar mengajar di kelas
8. Siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan program pembelajaran

C. Panduan Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA

Tujuan : Untuk mengetahui kendala apa yang dialami anak terkait


gangguan belajar yang akan di observasi di kelas 4 Madinah SD Islam Al-Azhar 54
Pekanbaru.
1. Pertanyaan penelitian subjek
1) Apa kendala kamu saat belajar?
2) Apakah kamu mengulang pelajaran sekolah saat di rumah?
3) Apa kesulitan yang kamu hadapi saat belajar?
4) Bagaimana kamu mengatasi kesulitan tersebut?
5) Apakah ada seseorang yang membantumu bila kamu kesulitan dengan materi
belajar?
6) Kapan kamu merasa bahwa kamu merasa kesulitan saat belajar?
7) Mengapa kamu kesulitan saat belajar?
8) Dimana kamu mendapatkan ide atau inspirasi saat belajar?
9) Apakah kebosanan membuatmu kesulitan saat belajar?
10) Apakah gurumu mengetahui kamu merasa kesulitan saat belajar bersamanya?

2. Pertanyaan penelitian wali kelas


1) Apa hobi atau minat yang dimiliki oleh subjek?
2) Apakah subjek kesusahan dalam menghitung atau menulis?

7
3) Apakah subjek tetap berkelakuan seperti biasa saat teman sebangkunya diganti?
4) Bagaimana nilai dan prestasi subjek?
5) Apakah ada mata pelajaran yang disukai oleh subjek?
6) Apa benar subjek memiliki sifat tak acuh?
7) Bagaimana sifat emosional subjek?
8) Apakah subjek lamban dalam mengerjakan tugas?
9) Apakah subjek sering terlambat dalam mengumpulkan tugas?
D. Jadwal Pengambilan Data

Hari/Tanggal Tujuan Kegiatan

Senin, 28 November 2022 Menciptakan suasana 1. Memberikan salam


santai dan menjalin pembukaan dan
keakraban di antara para perkenalan.
peserta didik. 2. Menyampaikan Tujuan
Umum dan Tujuan
Khusus kegiatan.

Selasa, 29 November Meningkatkan 1. Observasi tingkah laku


2022 pemahaman observer subjek dari awal hingga
tentang bagaimana akhir pembelajaran.
konsentrasi belajar bagi
peserta didik.

Rabu. 30 November 2022 Memperdalam hubungan 1. Melakukan ice


dengan peserta didik dan breaking. Ice breaking
mengetahui karakteristik berupa permainan terkait
peserta didik melalui uji fokus dan ketangkasan
angket. Ucapan terima sebagai langkah awal
kasih melalui pemberian melihat konsentrasi
reward. mereka dalam mengikuti
kegiatan.
2. Pembagian angket
untuk mengetahui
karakteristik subjek lebih
lanjut
3. Pemberian reward
kepada peserta didik
sebagai rasa terima kasih
atas partsipasinya sebagai

8
peserta observasi.

Kamis, 1 Desember 2022 Mengetahui lebih lanjut 1. Mewawancara subjek


mengenai subjek dan secara berhadapan.
bagaimana kesulitan Peneliti lalu
belajar menurut menyimpulkan kegiatan
pandangannya sendiri. yang telah dilakukan
bahwa konsentrasi belajar
sangat penting untuk
kegiatan proses belajar-
mengajar terutama bagi
peserta didik.

E. Dokumentasi

9
9
10

Anda mungkin juga menyukai