Anda di halaman 1dari 5

Tugas 2 Filsafat Pendidikan Matematika

MENGANALISIS PERSOALAN POKOK DALAM


MATEMATIKA MAUPUN PENDIDIKAN
MATEMATIKA

Dosen Pengajar :
Dr. Sutini, M.Si
Kelompok 1 :
1. Ashabul Kahfi (NIM. 06020422034)
2. Fauzan Putra Afandi (NIM. 06020422044)
3. Hana Faizatul Mufidah (NIM. 06020422045)
4. Irma Maulidia Sinatia Putri (NIM. 06020422046)
5. M. Zarkasyi Nurhasani (NIM. 06020422051)
6. Tsabitah Faizatul Adibah (NIM. 06020422058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022
MASALAH-MASALAH DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SLTP

Masalah-masalah dikelompokkan menurut komponen pembelajaran, antara lain :


A. Masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran
B. Masalah yang berkaitan dengan metode pembelajaran
C. Masalah yang berkaitan dengan media pembelajaran
D. Masalah yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran
E. Masalah yang berkaitan dengan pengelolaan kelas

A. Masalah yang Berkaitan dengan Materi Pembelajaran


1. Cenderung Memilih Penyelesaian Materi daripada Pemahaman
Guru dihadapkan kenyataan antara materi yang harus diselesaikan dan
pemahaman konsep pada siswanya. Sebagian besar, mereka akan memilih
menyelesaikan materi sehingga pemahaman siswa terhadap konsep dasar masih
belum dikuasai dengan baik.
Solusi yang dapat diberikan untuk permasalahan ini seperti pemberian kelas
tambahan bagi siswa di luar jam efektif sekolah serta memperbaiki komponen
pembelajaran.
2. Menghindari Soal Cerita dan Geometri
Alasan guru tidak memberikan soal cerita pada siswanya dikarenakan banyaknya
siswa yang sulit memahami soal cerita, mereka lebih suka tipe soal yang “to the
point” atau langsung pada inti soalnya serta untuk membahas soal cerita pun
memerlukan waktu yang lebih lama. Soal cerita biasanya berada diakhir bab sehingga
para guru pun mengejar target untuk menyelesaikan materi.
Soal geometri mengharuskan siswa untuk membuat gambar yang rumit dan
memerlukan tempat yang cukup luas. Seringkali para siswa malas untuk menggambar
bangun ruang.
Permasalah ini juga sering saya temui di sekitar, ketika mereka membuka soal dan
melihat itu adalah soal cerita atau soal geometri, mereka terlihat malas untuk
mengerjakan soal tersebut karena sudah terbiasa mendapatkan soal yang langsung
pada inti pertanyaannya.

B. Masalah yang Berkaitan dengan Metode Pembelajaran


1. Kurang Dikaitkan dengan Pengalaman Sehari-hari
Menurut teori sosio-kultural Vygotsky, pengetahuan (fungsi mental) dipengaruhi
oleh asal-usul, riwayat hidup, dan pengalaman1 seseorang (Taylor, 1993:3).1 Menurut
1
http://download.garuda.kemdikbud.go.id
teori asimilasi dan akomodasi Piaget, informasi akan menjadi pengetahuan baru bila
sesuai dengan sistem mental yang ada (pengalaman) atau sistem mental yang ada
disesuaikan dengan informasi yang ada.2
Konsep pengetahuan akan lebih mudah dipahami jika dikaitkan atau dihubungkan
dengan pengalaman sehari-hari. Pembelajaran matematika jika dihubungkan
pengalaman sehari-hari menjadikan siswa lebih menghargai matematika sebagai
“alat” penting dan bermanfaat dalam kehidupannya.
2. Keterangan Guru Terlalu Jelas
Sering sekali ketika para siswa ingin mencari bantuan guru dalam pemecahan
masalah, guru tidak berperan sebagai “penuntun”, tetapi guru akan menyelesaikan
masalah sendiri secara tuntas.
Pemberian “clue” atau pertanyaan menuntun saat siswa kesulitan dalam
memecahkan masalah adalah langkah yang bijaksana karena siswa akan merasa puas
ketika dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri.
3. Jarang Ada Guru yang Menerapkan Pembelajaran dengan Kerja Kelompok
Sebagian besar alasan guru tidak memberikan tugas kelompok pada siswanya
dikarenakan hanya satu atau dua siswa saja yang mengerjakan, sementara yang lain
tidak ikut membantu dalam penyelesaian tugas.
Berinteraksi dengan teman sebaya apalagi dengan yang lebih mampu akan
membantu siswa dalam penyelesaian masalah. Dengan pengaturan yang baik,
interaksi antarsiswa akan menjadi optimal dalam kerja kelompok.
4. Menekankan Drill dan Kurang Mengembangkan Daya Nalar
Menekankan drill (latihan) soal-soal yang terlalu banyak saat akan menghadapi
Ujian Nasinal (UN) dengan pertimbangan bahwa tiap tahunnya soal yang keluar pasa
Ujian Nasional (UN) memiliki tipe soal yang sama yakni soal pilihan ganda.
Pada tahun 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem
Makarim menghapus Ujian Nasional (UN) secara permanen dan menggantinya
dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter.3
Bentuk soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) terdiri dari dua bagian, yaitu
kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi) dan kemampuan bernalar
menggunakan matematika (numerasi). Bentuk soal Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) berupa pilihan ganda, menjodohkan, esai atau uraian, pilihan ganda
kompleks, dan isian atau jawaban singkat.4
Pada Asesmem Kompetensi Minimum (AKM) ini lebih banyak membutuhkan
kemmapuan menalar siswa karena bentuk soal yang berupa cerita panjang sementara
pilihannya sangat singkat.
5. Meminta Siswa Menghafal Rumus
Banyak guru yang mengharuskan siswanya untuk menghafal rumus. Padahal pada
pelajaran matematika, rumus akan lebih mudah diingat jika kita sering latihan soal.

2
http://download.garuda.kemdikbud.go.id
3
https://tirti.id
4
http://ditpsd.kemdikbud.go.id
Semakin banyak mengerjakan soal dengan rumus yang sama, maka seiring
berjalannya waktu, rumus itu pun akan terhafal oleh sendirinya.
Menurut Ausubel, hafalan bertentangan dengan prinsip belajar bermakna, karena
menghafal sebenarnya mendapatkan informasi yang terisolasi dengan struktur kognisi
siswa (Hudoyo, 1988:62).5 Dengan hafalan, sangat mungkin pemahaman yang
diperoleh tidak mantap. Pemahaman yang tidak mantap akan menyulitkan siswa
dalam menerapkan pada masalah sehari-hari.

C. Masalah yang Berkaitan dengan Media Pembelajaran


1. Penggunaan Alat Peraga oleh Siswa
Alat peraga digunakan untuk menjelaskan konsep atau materi pembelajaran.
Tetapi, sering kali siswa tidak diminta untuk mencoba sendiri melainkan mereka
hanya melihat bagaimana guru menggunakan alat peraga tersebut.
Menurut Bruner, intelektualis siswa berkembang menurut 3 tahap, yaitu tahap
enactive (bermain langsung), iconic (aktivitas mental dengan gambar objek), dan
simbolik (memanipulasi simbol).6

D. Masalah yang Berkaitan dengan Evaluasi Pembelajaran


1. Evaluasi yang Senantiasa Bersifat Konvergen
Kemampuan berfikir konvergen adalah cara berpikir fokus pada persoalan yang
sedang dihadapi, dan tidak terbiaskan oleh pendapat-pendapat subyektif yang tidak
terkait dengan persoalan tersebut. Sedangkan kemampuan berfikir divergen, yaitu
kemampuan untuk menemukan berbagai alternatif jawaban yang mungkin terhadap
suatu persoalan, berdasarkan informasi yang ada.7
Contoh penyelesaian soal di buku dan penjelasan guru di kelas dalam
memecahkan soal selalu menggunakan “satu cara dan satu jawaban” merupakan
contoh menonjolnya pengembangan berpikir secara konvergen. Adanya fakta dalam
pembelajaran matematika yang mengesampingkan berpikir secara divergen dan lebih
memilih berpikir secara konvergen menyebabkan kemempuan berpikir tidak
seimbang. Dan kontribusi pembelajaran matematika menjadi tidak optimal.
E. Masalah yang Berkaitan dengan Pengelolaan Kelas
1. Keberanian Bertanya Kurang (Pasif)
Sifat pasif menyebabkan kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa maupun
siswa dengan guru. Kesulitan memahami konsep akan lebih sulit diatasi karena
kurangnya keberanian siswa untuk bertanya.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan suasana belajar yang
mendukung dan saling membangun kepercayaan antara guru dengan siswa maupun
siswa dengan siswa.
2. Pengaturan Tempat Duduk dan Ruangan yang Formal

5
http://download.garuda.kemdikbud.go.id
6
http://download.garuda.kemdikbud.go.id
7
https://www.qubisa.com
Penataan bangku yang berderet di satu sisi menghadap papan dan meja guru
adalah suasana yang sangat umum terjadi. Suasana tersebut memberi kesan formal
dan secara tidak langsung akan menjaga jarak antara siswa dengan guru. Penataan
bangku yang berubah-ubah akan mengurangi timbulnya rasa bosen yang dihadapi
para siswa.

Anda mungkin juga menyukai