Nama Kelompok:
1. Wiwik Widyaningsih
2. Wulan Fatmasari
3. Yulvina Inanda S W
4. Yuni Kartika
5. Yusuf Bahtiyar
1. Kasus I
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda
hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai
rata-rata (mean). Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami
pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang
perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal.
Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan.
Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta
didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan
peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.
• Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal
dengan baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan
soal)?
Menurut pendapat kami, dilihat dari kasus tersebut peserta didik mampu
mengerjakan soal dengan baik pada percobaan kedua karena peserta didik telah
mampu mengerjakan soal sebelumnya yang diberikan oleh guru dengan benar,
karena peserta didik terbantu dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru sehingga peserta didik dapat menerima dengan baik materi yang
disampaikan oleh guru. Dan juga proses penyampaian guru yang tidak panjang
dan berbelit sehingga peserta didik mampu menerima pembelajaran yang
disampaikan.
• Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di
atas dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang
berkaitan.
2. Kasus II
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum
bisa berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk
membantu setiap peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.
• Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya
sesuai dengan tahapan perkembangan usia?
Menurut pendapat kami, yang dapat dilakukan oleh Rina untuk membantu
peserta didiknya yang belum bisa berhitung dengan lancar yaitu dengan cara
metode menghitung secara sederhana menggunakan tangan, atau menggunakan
alat bantu seperti lidi atau batu dan lain sebagainya. Siswa kelas 1 SD rata-rata
berada pada usia memasuki tahap operasional konkrit sehingga bisa mulai
diarahkan ke tahap dalam proses mengingat.
3. Kasus III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah
Bali. Ia mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan
materi teks deskripsi pada peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi
panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks deskripsi menceritakan
tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan
memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk
memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai
dan makanan khas di Bali.
• Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda
dengan menyertakan teori yang berkaitan
Menurut kami, berdasarkan kasus tersebut prinsip yang Made gunakan sesuai
dengan prinsip fleksibilitas. Pembelajaran hendaknya memang memiliki sifat
fleksibel atau lentur. Dalam pelaksanaan kurikulum, memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi suatu wilayah, waktu dan
kemampuan serta latar belakang (Setiyadi dkk, 2020).
Jika berdasarkan teori belajar, hal yang Made lakukan mengacu pada teori
belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Vygotsky. Vygotsky berpendapat
bahwa menggunakan alat berfikir akan menyebabkan terjadinya perkembangan
kognitif dalam diri seseorang. Inti dari teori belajar konstruktivistik ini adalah
penggunaan alat berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
lingkungan sosial budayanya. Vygotsky juga menyatakan bahwa hal terpenting
yang berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan seorang anak adalah
budaya dan lingkungan sosialnya (Agustyaningrum dkk, 2022). Lagu, Bahasa,
permainan dan kesenian dapat menjadi sarana belajar bagi anak-anak. Melalui
interaksi dan kerjasama dengan orang lain dan lingkungannya sehingga budaya
berpengaruh terhadap proses belajar anak-anak. Vygotsky menyakini bahwa cara
berpikir seseorang dipahami berdasarkan latar sosial budaya dan sejarahnya. Oleh
sebab itu, Vygotsky menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi
perkembangan belajar seseorang.