Anda di halaman 1dari 4

RUANG KOLABORASI

PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TOPIK 1

Nama Kelompok:

1. Wiwik Widyaningsih
2. Wulan Fatmasari
3. Yulvina Inanda S W
4. Yuni Kartika
5. Yusuf Bahtiyar

Tugas 1.1 Memberikan Tanggapan terhadap Kasus di Ruang Kelas

Bacalah kasus-kasus berikut ini. Lalu, jawablah pertanyaan-pertanyaan yang


diajukan dengan berdiskusi bersama kelompok. Gunakan bekal pengetahuan anda
mengenai konsep yang telah dipelajari untuk memberikan jawaban yang
informatif dan solutif.

1. Kasus I

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda
hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai
rata-rata (mean). Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami
pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang
perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal.
Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan.
Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta
didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan
peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.

• Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal
dengan baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan
soal)?

Menurut pendapat kami, dilihat dari kasus tersebut peserta didik mampu
mengerjakan soal dengan baik pada percobaan kedua karena peserta didik telah
mampu mengerjakan soal sebelumnya yang diberikan oleh guru dengan benar,
karena peserta didik terbantu dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru sehingga peserta didik dapat menerima dengan baik materi yang
disampaikan oleh guru. Dan juga proses penyampaian guru yang tidak panjang
dan berbelit sehingga peserta didik mampu menerima pembelajaran yang
disampaikan.

• Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di
atas dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang
berkaitan.

Metode yang sesuai dengan kasus tersebut adalah menggunakan model


pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dengan model
pembelajaran tersebut peserta didik mampu mahir dalam memecahkan masalah
dan memiliki kecakapan dalam berpartisipasi dalam tim. Model pembelajaran
tersebut cocok dengan materi yang sesuasi di dalam kasus yaitu tentang “Mean
(rata-rata)” Widiasworo (2018:149) berpendapat bahwa model pembelajaran
berbasis masalah merupakan proses pembelajaran yang menyuguhkan masalah
kontekstual sehingga peserta didik terangsang untuk belajar. Teori yang menjadi
landasan pengembangan model pembelajaran berbasis masalah atau Problem
Based Learning (PBL) adalah Teori Perkembangan Pieget, Teori Belajar Sosial-
Konstruktivisme Vygotsky, Teori Burner dan Discovery Learning, dan teori John
Dewey.

2. Kasus II

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum
bisa berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk
membantu setiap peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.

• Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya
sesuai dengan tahapan perkembangan usia?

Menurut pendapat kami, yang dapat dilakukan oleh Rina untuk membantu
peserta didiknya yang belum bisa berhitung dengan lancar yaitu dengan cara
metode menghitung secara sederhana menggunakan tangan, atau menggunakan
alat bantu seperti lidi atau batu dan lain sebagainya. Siswa kelas 1 SD rata-rata
berada pada usia memasuki tahap operasional konkrit sehingga bisa mulai
diarahkan ke tahap dalam proses mengingat.

• Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan


menyertakan teori yang berkaitan.

Teori humanistik sangat relevan untuk memecahkan permasalahan yang sedang


dihadapi oleh Rina, karena melalui teori humanistik ini, seorang guru
mengidentifikasikan kemampuan peserta didik terlebih dahulu dan membuat
pengelompokan. Setelah itu, peserta didik akan diberi dorongan untuk memahami
makna dalam suatu proses pembelajaran. Contohnya yaitu cara berhitung
sederhana menggunakan jari maupun menggunakan alat bantu seperti lidi, batu
dan lain sebagainya. Dengan menggunakan alat bantu ini, dapat membantu peserta
didik untuk belajar berhitung dengan baik dan mudah dipahami, karena peserta
didik mengalami suatu proses kegiatan belajar yang diharapkan dapat mengasah
kemampuan otak peserta didik untuk mengingat cara berhitung. Salah satu contoh
cara yang berhitung sederhana yaitu menggunakan lidi sebagai media berhitung,
menggunakan bantuan lidi untuk memvisualisasikan mengapa satu di tambah satu
sama dengan dua. Dari proses tersebut, peserta didik diharapkan dapat memahami
dan menerapkan metode belajar ini dalam menghitung.

3. Kasus III

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah
Bali. Ia mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan
materi teks deskripsi pada peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi
panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks deskripsi menceritakan
tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan
memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk
memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai
dan makanan khas di Bali.

• Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai?


Mengapa demikian?

Menurut pendapat kami, pertimbangan dan keputusan Made mengganti contoh


dari teks deskripsi dari bangunan pencakar langit di Ibu Kota menjadi makanan
dan pantai sudah khas Bali sudah sangat tepat. Memang sudah seharusnya sebagai
seorang guru harus mempertimbangkankan latar belakang dari para peserta didik.
Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, karena Made mengajar di Bali otomatis
peserta didik tentunya akan lebih paham apabila materi yang disampaikan
dikaitkan dengan lingkungan sekitarnya yaitu Bali. Dikarenakan mereka akan jauh
lebih mengenal lingkungannya, dibandingkan lingkungan yang lain seperti Ibu
Kota, yang akan membuat mereka merasa asing, sehingga akan sulit menerima
atau memahami materi yang disampaikan oleh guru. Jadi dapat dikatakan
pemilihan contoh konkrit dari Made sangat relevan dengan tempat tinggal peserta
didik yakni Bali. Contoh yang diberikan Made merupakan sesuatu yang sangat
dekat dengan kehidupan peserta didiknya, karena Bali sangat terkenal dengan
makanan dan pantainya, yang akan memudahkan pamahaman peserta didik
memahami materi. Berbeda halnya jika tetap memaksakan tetap memberikan
contoh bangunan pencakar langit di Ibu Kota, peserta didik akan merasa asing,
karena tidak tinggal, tidak terbiasa, ataupun jarang menemui contoh yang
disajikan, disebakan adanya perbedaan dengan yang ditemui di lingkungannya.

• Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda
dengan menyertakan teori yang berkaitan

Menurut kami, berdasarkan kasus tersebut prinsip yang Made gunakan sesuai
dengan prinsip fleksibilitas. Pembelajaran hendaknya memang memiliki sifat
fleksibel atau lentur. Dalam pelaksanaan kurikulum, memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi suatu wilayah, waktu dan
kemampuan serta latar belakang (Setiyadi dkk, 2020).

Jika berdasarkan teori belajar, hal yang Made lakukan mengacu pada teori
belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Vygotsky. Vygotsky berpendapat
bahwa menggunakan alat berfikir akan menyebabkan terjadinya perkembangan
kognitif dalam diri seseorang. Inti dari teori belajar konstruktivistik ini adalah
penggunaan alat berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
lingkungan sosial budayanya. Vygotsky juga menyatakan bahwa hal terpenting
yang berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan seorang anak adalah
budaya dan lingkungan sosialnya (Agustyaningrum dkk, 2022). Lagu, Bahasa,
permainan dan kesenian dapat menjadi sarana belajar bagi anak-anak. Melalui
interaksi dan kerjasama dengan orang lain dan lingkungannya sehingga budaya
berpengaruh terhadap proses belajar anak-anak. Vygotsky menyakini bahwa cara
berpikir seseorang dipahami berdasarkan latar sosial budaya dan sejarahnya. Oleh
sebab itu, Vygotsky menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi
perkembangan belajar seseorang.

Anda mungkin juga menyukai