Anda di halaman 1dari 7

Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran SD

Laporan Pengamatan Observasi Siswa


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran SD

Dosen Pengampu:
Tika Aprillia
Disusun Oleh :
Vila Suvia Ramadzani (19108244018)
Kelas : 3F

PENDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
Daftar Isi
A. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Identifikasi karakteristik siswa perlu dilakukan berdasarkan landasan yuridis dan teoretik.
Pertama Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa
pengembangan pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan, dan
kepentingan siswa: ( Peraturan Pemerintah. Standar Nasional Pendidikan. 2005.)
Kedua secara teoretik siswa berbeda dalam banyak hal yang meliputi perbedaan fitrah individual:
(Salim Bhreisy. Riyadus Sholihin, Bandung: Al Ma'arif,1978:22). Disamping perbedaan latar belakang
keluarga, sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Jadi setiap pembelajaran guru diwajibkan memenuhi
kebutuhan siswa yang memiliki karakter berbeda-beda dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
dan lingkungan teman sebaya.
Dalam kegiatan belajar memiliki sebuah ciri-ciri yaitu interaksi yang terjadi antara pendidik dan
peserta didik yang mempunyai tugas saling mendukung untuk keberhasilan tujuan yang akan dicapai.
Pendidik bertugas mendampingi atau membantu peserta didik, dan peserta didik bertugas belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran khusus dan tujuan pembelajaran umum.
Setiap satuan kelas memiliki karakteristik yang berbeda. Heterogenitas kelas menjadi salah satu
masalah yang harus dihadapai guru. Sebagai pendesain pembelajaran guru harus menjadikan karakteristik
siswa sebagai salah satu tolak ukur bagi perencaan dan pengelolaan proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar di sekolah dasar memiliki corak yang berbeda dengan proses belajar mengajar di
sekolah menengah.
Karakteristik siswa itu sesuai dengan tahap tahap perkembangan siswa. Misalnya, keberhasilan
dalam bidang akademik di sekolah dasar menjadi hal utama sebagai salah satu pencapaian keberhasilan
seorang siswa, oleh karenanya penghargaan terhadap mereka yang memiliki kemampuan akademis tinggi
akan sangat dirasakan. Sebaliknya bagi mereka yang duduk di bangku sekolah menengah, mulai memiliki
pergesaran paradigma terhadap makna keberhasilan belajar. Perkembangan siswa akan berjalan lurus
dengan kompleksitas masalah yang dihadapi oleh guru.
b. Tujuan Observasi
Untuk mengetahui karakteristik siswa Sekolah Dasar kelas 3 SD MUHAMMADIYAH
MLANGI.
c. Sasaran Observasi
 Nama Siswa : Muhammad Agha Akbar Almeikata
 Kelas : 3 SD
 Umur : 10 Tahun
 Asal SD : SD MUHAMMADIYAH MLANGI
 Pekerjaan Orang Tua :
 Ciri Fisik : Tinggi 136 cm , Kulit Sawo Matang, Rambut Hitam Ikal, Ras Jawa.
d. Pelaksanaan Observasi
 Hari , Tanggal : Minggu , 4 Oktober 2020
 Tempat : Sawahan Mlangi, Nogotirto , Gamping, Sleman.
 Waktu : Pukul 19.00 WIB
B. Hasil Observasi
a. Table Data Hasil Pengamatan

No Aspek Deskripsi

(Wawancara dengan Siswa atau Orang tua Siswa)

1. Cara siswa merespon materi saat BDR  Terkadang sangat antusias dan terkadang juga
biasa saja bahkan malas untuk mengerjakan tugas
yang diberikan guru.
 Bertanya saat ada materi yang sulit.

2. Aktivitas siswa saat pembelajaran  Diam dan memeperhatikan saat diberi materi yang
daring/luring di rumah disampaikan orang tua.
 Bertanya saat tidak paham.

3. Kendala siswa saat BDR  Terburu buru saat belajar karena terkadang
terganggu dengan lingkungan di rumah.
 Terkadang malas dan tidak mau belajar Ketika
berhadapan dengan materi yang sulit dan tidak
disukai.

4. Cara siswa bertanya menyampaikan  Langsung bertanya Ketika tidak paham terhadap
gagasan atau ide ke orang tua suatu materi.

5 Cara siswa menyelesaikan tugas atau  Dibantu oleh orang tua.


menyelesaikan masalah dari guru  Bertanya pada saudara jika orang tua tidak tahu.
 Mencari di Google.

6 Cara siswa merespon atau menanggapi  Terkadang antusias.


sesuatu yang baru (menurut  Terkadang biasa saja.
mereka/siswa)  Terkadang juga tidak ingin tahu dan tidak mau
mendengarkan.
 Tanggapan siswa tergantung pada apa yang
mereka ingin terima.

b. Deskripsi Wawancara
Dari hasil wawancara dengan siswa dapat diambil beberapa kesimpulan dan jawaban dari siswa. Pada
saat waktu senggang siswa menggunakan waktunya untuk bermain. Di sekolah, aktifitas yang paling
disukai oleh siswa adalah olahraga. Siswa senang karena saat olahraga siswa bisa bermain sambil belajar
dengan teman temannya. Gaya belajar yang digunakan siswa di rumah adalah dengan gaya kinestetik
yaitu si anak senang bergerak dengan aktif kesana kemari sambal belajar. Siswa juga senang dengan
beberapa kegiatan seperti menggambar, bermain music, kerja kelompok, belajar menggunakan angka,
olahraga, menari, bergerak saat belajar, dan menggunakan teknologi. Hal yang terkadang yang siswa
kurang senang yaitu menulis atau berbicara, menyelesaikan masalah, berpikir sesuatu dan saat siswa
menjadi pemimpin dia merasa biasa saja , tidak ada rasa tertarik ataupun senang.
C. Pembahasan
Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya.
Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan pemahaman guru tentang karakteristik siswa
dan juga hakikat pembelajaran. Untuk menciptkan proses belajar yang efektif, hal yang harus dipahami
guru adalah fungsi dan peranannya dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai pembimbing,
fasilitator, narasumber, atau pemberi informasi. Proses belajar yang terjadi tergantung pada pandangan
guru terhadap makna belajar yang akan mempengaruhi aktivitas siswa-siswanya. Dengan demikian,
proses belajar perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Untuk mendukung hal tersebut,
diperlukan pemahaman para guru mengenai karakteristik siswa dan proses pembelajaran, khususnya di
SD kelas rendah.
Siswa Sekolah Dasar merupakan anak yang paling banyak mengalami perubahan sangat dratis baik
mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6-12 tahun menurut Seifert dan Haffung
memiliki tiga jenis perkembangan yaitu perkembangan fisik, kognitif dan psikososial. Sebagai akibat dari
perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih
dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Terjadi perubahan-perubahan yang berarti
dalam kehidupan sosial dan emosional mereka.
Anak SD yang berada di kelas rendah adalah anak yang berada pada rentang usia dini. Masa usia dini
ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi masa yang sangat penting bagi
kehidupannya, oleh karena itu seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong agar potensi anak akan
berkembang secara optimal.
Perkembangan dan karakteristik anak pada usia SD berbeda-beda, antara anak yang satu dengan anak
yang lainnya, karakter anak pada masa kelas rendah berbeda dengan karakter anak pada kelas tinggi, hal
ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran anak. Usia sekolah dasar utamanya yang ada di kelas rendah
belum dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya secara penuh.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuan dan
pemahamannya mengenai realitas. Anak yang lebih berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi
yang diperoleh melalui pengalaman. Piaget percaya bahwa anak-anak berkembang berdasarkan periode-
periode yang terus bertambah kompleks. Menurut tahapan Piaget, setiap individu akan melalui
serangkaian perubahan kualitatif. Perubahan ini terjadi karena tekanan bilogis untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berpikir.
masing-masing anak punya gaya yang belum tentu sama. Oleh karena itu, jangan buru-buru
menudingnya malas belajar bila nilainya di sekolah menurun. Mungkin penyebabnya karena dia
"dipaksa" belajar dengan cara yang bukan gayanya.
1. GAYA BELAJAR AUDITORI (pendengaran) Kaitannya dengan proses belajar menghafal,
matematika dalam hal mengerjakan soal cerita, membaca, dan mengerti isi bacaan. Ciri pada anak: -
Mudah ingat dari apa yang didengarnya, mudah mengingat apa yang didiskusikan. - Tak bisa belajar
dalam suasana berisik atau ribut. - Senang dibacakan atau mendengarkan. - Lebih suka menuliskan
kembali sesuatu, senang membaca dengan suara keras, dan pandai bercerita. - Bisa mengulangi apa yang
didengarnya, baik nada, irama, dan lainnya. - Lebih suka humor lisan ketimbang baca buku. - Senang
diskusi, bicara atau menjelaskan panjang lebar. - Menyenangi seni musik. Kendala pada anak: Sering lupa
apa yang dijelaskan guru, sering lupa membuat tugas yang diinstruksikan guru secara lisan, kerap keliru
mengerjakan seperti yang diperintahkan guru, dan kesulitan mengekspresikan apa yang dipikirkan.
2. GAYA BELAJAR VISUAL (penglihatan) Berkaitan dengan proses belajar, seperti matematika
(geometri), serta bahasa Mandarin dan Arab atau yang berkaitan erat dengan simbol dan letak-letak
simbol. Perbedaan letak simbol bisa berpengaruh karena terjadi perbedaan bunyi. Ciri pada anak: - Lebih
mudah ingat dengan cara melihat. - Tidak terganggu oleh suara ribut saat belajar. - Lebih suka membaca.
- Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada menjelaskan. - Tahu apa yang harus dikatakan tapi tak
bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. - Tertarik pada seni seperti lukis, pahat, gambar daripada seni
musik. - Sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain. Kendala pada anak:
Utamanya dalam visual motor, seperti terlambat menyalin pelajaran di papan tulis, dan tulisan tangannya
berantakan sehingga tak terbaca.
3. GAYA BELAJAR KINESTETIK (gerak) Kaitannya dengan proses belajar yang membutuhkan
banyak gerak, semisal pelajaran olahraga dan percobaan-percobaan sains. Ciri pada anak: - Lebih banyak
menggunakan bahasa tubuh. - Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan secara fisik. -
Ketika membaca, menunjuk kata-katanya dengan jari tangan. - Kalau menghafal sesuatu dengan cara
berjalan atau melihat langsung. - Belajar melalui praktik langsung atau dengan manipulasi (trik, peraga). -
Banyak gerak fisik dan punya perkembangan otot yang baik. - Menanggapi perhatian fisik. Kendala pada
anak: Anak cenderung tidak bisa diam. Anak dengan gaya belajar seperti ini tidak bsia belajar di sekolah-
sekolah yang bergaya konvensional di mana guru menjelaskan dan anak duduk diam. Anak akan lebih
cocok dan berkembang bila di sekolah dengan sistem active learning, di mana anak banyak terlibat dalam
proses belajar.
Teori kecerdasan majemuk pertama kali dilontarkan oleh Howard Gardner, profesor dan psikolog
dari Universitas Harvard, dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple
Intelligences. Dalam buku tersebut, Gardner mengemukakan bahwa setiap manusia memiliki delapan
kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara berinteraksi dengan dunia. Satu jenis kecerdasan
ditambahkan kemudian.
Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan majemuk verbal-linguistik melibatkan kemampuan berbahasa melalui membaca, menulis,
berbicara, memahami urutan dan makna dari kata-kata, serta menggunakan bahasa dengan benar. Anak
yang memiliki kecerdasan ini kuat dalam bidang bahasa, mudah mengingat informasi verbal dan tertulis,
suka menulis dan membaca, jago debat dan pidato, suka melontarkan humor, dan bisa menjelaskan
sesuatu dengan baik.
Anda dapat merangsang kecerdasan majemuk ini pada anak dengan membacakan dongeng, mengajarkan
kata-kata baru, meminta Si Kecil mengarang cerita, menulis dan membacakan puisi, menulis buku harian,
atau berbincang tentang apa yang ia lakukan di sekolah.

Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan dalam mengolah angka, matematika, dan logika untuk menemukan dan memahami berbagai
pola, seperti pola pikir, pola visual, pola jumlah, atau pola warna. Untuk memicu kecerdasan logis-
matematis pada buah hati, latih Si Kecil dengan permainan analisis, berhitung, pergi ke museum ilmu
pengetahuan dan sains, misalnya planetarium.
Kecerdasan Spasial-Visual
Anak dengan tipe kecerdasan majemuk ini mengandalkan imajinasi dan senang dengan bentuk, gambar,
pola, desain, serta tekstur. Kemampuan spasial-visual Si Kecil dapat diasah dengan menggambar,
melukis, membangun sesuatu, bermain warna, bermain puzzle, dan bermain lilin-lilinan. Kemampuan
spasial-visual dimiliki oleh arsitek, pelukis, seniman, dan desainer. Penelitian menunjukkan bahwa, anak
yang dilatih untuk mengembangkan spasial-visual memiliki kemampuan mengingat (memori) dan
penalaran logika yang baik.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Kecerdasan ini melibatkan kemampuan dalam koordinasi anggota tubuh dan keseimbangan. Anak yang
memiliki kecerdasan ini senang melakukan berbagai aktivitas fisik, seperti naik sepeda, menari, atau
olahraga. Ia juga mungkin merasa sulit duduk diam dalam waktu lama dan mudah bosan. Anda dapat
membantu mengajari kecakapan ini dengan memasukkannya ke dalam les tari, klub olahraga, bermain
lempar dan tangkap benda, menjaga keseimbangan saat berjalan, atau bermain teater.
Kecerdasan Musikal
Tidak hanya dapat memainkan alat musik atau mendengarkan lagu. Mereka yang memiliki kecerdasan ini
juga mampu memahami dan membuat melodi, irama, nada, vibrasi, suara, dan ketukan menjadi sebuah
musik. Kecerdasan musikal dapat diasah dengan memberi anak berbagai pilihan jenis musik,
menganalisis perbedaan suara orang dalam berbicara, mendengarkan suara alam, atau bermain
menciptakan lagu.
Kecerdasan Intrapersonal
Ini merupakan kecerdasan introspektif di mana Si Kecil mampu memahami diri sendiri, mengetahui
kekuatan, kelemahan, dan motivasi diri. Jika kecerdasan ini menonjol pada diri anak, dia bijaksana dan
bisa mengendalikan keinginan serta perilakunya, juga mampu membuat rencana dan keputusan.
Kecerdasan ini dimiliki oleh penulis, ilmuwan, dan filsuf.
Kecerdasan Interpersonal
Selain intrapersonal, kecerdasan interpersonal atau keterampilan sosial juga diperlukan. Kecakapan ini
merupakan kemampuan untuk bermasyarakat serta memahami dan berinteraksi dengan orang lain.
Mereka yang mempunyai kecerdasan ini mampu bekerja, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang
lain, suka bekerja sebagai tim, memiliki banyak teman, menunjukkan empati kepada orang lain, sensitif
terhadap perasaan dan ide-ide orang lain, memediasi konflik, dan mengemukakan kompromi.
Kecerdasan interpersonal pada anak dapat diasah dengan mengajak anak bermain dengan teman sebaya,
mengunjungi acara komunitas, dan pertemuan sosial.

Kecerdasan Naturalis
Ini adalah kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman, hewan, dan benda-benda lain di
alam, serta tertarik mempelajari spesies makhluk hidup. Kecerdasan majemuk naturalis pada anak dapat
dipupuk dengan mengajarkannya nama-nama hewan, tanaman, alam semesta; mengoleksi serangga, daun,
batu, atau kerang; mengajak anak ke alam terbuka; mengamati hewan-hewan; dan memelihara binatang
peliharaan.
Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial yang merupakan salah satu dari majemuk ini memampukan anak mampu
mengajukan dan mencari jawaban pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia, seperti ‘Apa arti
hidup?’, ‘Mengapa kita mati?”, atau ‘Apa peran kita di dunia?’. Kecerdasan eksistensial lebih mengarah
ke bidang filsafat. Beberapa pakar juga mengaitkan antara kecerdasan eksistensial ini dengan tipe
kecerdasan spiritual.
Mengenali berbagai kecerdasan majemuk pada anak dapat membantu orang tua untuk merangsang
dan meningkatkan perkembangan diri anak. Anda dapat lebih mengasah satu atau beberapa jenis
kecerdasan majemuk yang tampak lebih dominan pada Si Kecil, sehingga ia dapat mencapai potensi
maksimalnya.
D. Sumber Referensi
https://www.kompasiana.com/raisnaoval/5dbfb61c097f3624f709d052/pentingnya-
mengidentifikasi-dan-memahami-karakteristik-setiap-peserta-didik-di-sd Diakses pada 5
Oktober 2020, pukul 01:43
https://www.kompasiana.com/ratihkurnia/5dbe7159097f362b176ab4f2/karakteristik-
peserta-didik-di-sekolah-dasar?page=all Diakses pada 6 Oktober 2020, pukul 00:43
https://nasional.kompas.com/read/2008/12/12/16242989/3.gaya.belajar.anak Diakses pada 6
Oktober 2020, pukul 00:47
https://www.alodokter.com/9-kecerdasan-majemuk-pada-anak-yang-perlu-diketahui
Diakses pada 6 Oktober 2020, pukul 01:04
E. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai