MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Phsycological Nutrition
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Ulfa Anggraini M.
125070300111007
125070300111016
125070300111026
125070300111043
Rani Ilminawati
125070301111004
125070301111010
125070301111019
Atika Audini
125070301111030
125070306111003
Dhea Ramareta
125070307111010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eating disorder terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kebiasaan makan yang
parah, seperti pengurangan intake makanan yang ekstrim atau kelebihan makan yang
ekstrim, atau perasaan khawathir yang berlebihan mengenai berat badan atau bentuk
badannya. Dua tipe utama dari eating disorder adalah anorexia nervosa dan bulimia
anorexia (National Institute of Mental Health, tanpa tahun).
Anorexia nervosa merupakan masalah health care utama dan telah menjadi penyakit
kronis diantara wanita muda saat ini (Touyz & Beumont: 2001). Anorexia ditandai
dengan penurunan berat badan, keinginan yang kuat untuk tidak mempertahankan bert
badn normalnya serta ketakutan akan naiknya berat badan dan merupakan gangguan
kebiasaan makan yang ekstrim. Orang- orang dengan anorexia kehilangan berat
bandannya dengan cara diet dan latihan secara berlebih (National Institute of Mental
Healt, tanpa tahun).
Bulimia nervosa ditandai dengan kebiasaan makan dalam jumlah besar dan perasaan
mengontrol makan yang rendah. Ketidak mampuan untuk mengontrol nafsu makan ini
diikuti dengan perilaku kompnsasi dengan cara memuntahkan makanannya secra paksa
atau dengan menyalah gunakan penggunaan obat pencahar ataupun diuretic, berpuasa,
ataupun melakukan latihan secara berlebihan. Sama seperti anorexia, orang dengan
bulimia takut dengan peningkatan berat badan, sangat ingin menurunkan berat badan, dan
tidak senang dengan ukuran serta bentuk tubuh mereka. Biasanya, kebiasaan bulimia ini
dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena diikuti dengan perasaan malu.
Eating disorder sering muncul pada remaja atau masa dewasa awal. Wanita lebih
berisiko mengalami Eating disorder dibanding pria.
1.2 Rumusan Masalah
- Anorexia Nervosa
1. Apa yang di maksud dengan Anorexia Nervosa?
2. Bagaimana prevalensi terjadinya Anorexia Nervosa?
3. Bagaimana penanganan seseorang yang mengalami Anorexia Nervosa?
4. Apa saja etiologi dari Anorexia Nervosa?
5. Bagaimana ciri-ciri seseorang yang mengalami Anorexia Nervosa?
6. Apa saja komplikasi medis yang terjadi pada seseorang yang mengalami
Anorexia Nervosa?
7. Apa saja gangguan psikologis yang dapat terjadi pada seseorang yang mengalami
-
Anorexia Nervosa?
Bulimia Nervosa
1. Apa yang dimaksud dengan Bulimia Nervosa?
2.
3.
4.
5.
6.
Nervosa?
7. Apa saja gangguan psikologis yang dapat terjadi pada seseorang yang mengalami
Bulimia Nervosa?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui gambaran umum dari Anorexia nervosa mulai dari prevalensi, cara
penanganan, etiologi, ciri-ciri, komplikasi medis dan gangguan psikologis yang terjadi
pada seseorang yang mengalami Anorexia Nervosa.
2. Mengetahui gambaran umum dari Bulimia nervosa mulai dari prevalensi, cara
penanganan, etiologi, ciri-ciri, komplikasi medis dan gangguan psikologis yang terjadi
pada seseorang yang mengalami Bulimia Nervosa.
1.4 Manfaat
Kita dapat mengetahui apa saja jenis-jenis dari eating disorder dan gambarannya.
Sehingga kita sebagai ahli gizi jika menemui seseorang atau pasien dengan kelainan
tersebut dapat melakukan intervensi terkait gizi yang tepat terhadap pasien tersebut.
BAB II
ISI
2.1 Anoreksia Nervosa
2.1.1 Definisi Anorexia Nervosa
Anoreksia nervosa merupakan sutau kebiasaan keengganan untuk mempertahankan
berat badan normal atau sehat, dan distorsi citra tubuh yang sangat mempengaruhi perilaku
makan secara ektrim. Menurut Wardlaw et al dalam Nurhayati (2012), anoreksia adalah
aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja
dan melalui kontrol yang ketat karena ketakutan akan kegemukan dan bertambahnya berat
badan.
Beberapa cara penurunan berat badan yang dilakukan pada orang yang mengalami
anoreksia diantaranya dengan diet dan berolahraga secara berlebihan, penginduksian untuk
muntah, menyalahgunakan obat pencahar, diuretik, atau enema. Namun banyak orang
dengan anoreksia melihat bahwa diri mereka mengalami kelebihan berat badan, padahal
terlihat jelas bahwa mereka mengalami kelaparan atau malnutrisi. Biasanya orang yang
mengalami anoreksia menimbang berat badannya secara berulang kali, memorsi
makanannya dengan hati-hati dan dengan kuantitas makan yang sangat kecil.
Anoreksia dapat sembuh dengan menjalani pengobatan tertentu, namun apabila
kambuh gangguan makan seperti ini justru akan memperburuk kesehatan dan lebih
kejadian yang muncul akan jauh lebih kronis daripada sebelumnya.
2.1.2 Prevalensi Anorexia Nervosa
Menurut Holmes (2006) dan Lee (2005) dalam Tantiani (2012), prevalensi
penderita anoreksia nervosa di Amerika adalah sebesar 0,5% pada perempuan, prevalensi
di Jepang adalah sebesar 0,025%-0,030% sementara itu di Cina menurut suatu studi
prevalensi penderita anoreksia nervosa adalah sebesar 0,01%.
Sedangkan di Indonesia, 12-22% wanita berusia 15-29 tahun menderita defisiensi
energi kronis (IMT <18,5) di beberapa kawasan. Apakah defisiensi ini disebabkan oleh
gangguan makan atau hal lain tidaklah dijelaskan secara rinci (Atmarina, dalam Sofyani
2011).
Kekurusan
Selalu ingin tampak lebih kurus dari keadaanya sekarang
Enggan mempertahankan berat badan normal atau sehat
Memiliki pencitraan terhadap tubuh yang mennyimpang
Sangat takut dengan kenaikan berat badan
Tidak mengalami menstruasi
Mengalami gangguan perilaku makan
Diet dan olah raga secara berlebihan
Membuat dirinya sendiri agar mengalami muntah
Menyalahgunakan obat pencahar, diuretik, atau enema
Penipisan tulang (osteopenia atau osteoporosis)
Rambur dan kuku rapuh
Kulit kering dan kekunigan
Pertumbuhan rambut halus diatas tubuh (lanugo)
Anemia ringan
Otot lemah dan hilang
Sembelit parah
Tekanan darah rendah, memperlambat pernapasan dan denyut nadi
Penurunan suhu tubuh
letargi
kerusakan otak
kerusakan banyak organ
infertilitas
Perkembangan sosial budaya
Sikap budaya terhadap standart daya tarik fisik
Penolakan untuk mempertahankan berat badan pada atau di atas minimal yang normal
Berat untuk usia dan tinggi (misalnya, penurunan berat badan yang mengarah
kepemeliharaan berat badan kurang dari 85% dari yang diharapkan, atau kegagalan
untuk membuat berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan,
menstruasi berturut-turut.
bingeeating (yaitu, self-induced muntah atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik,
atau enema)
Purging Type: orang yang telah secara teratur terlibat dalam bingeeating yaitu,
diinduksi diri sendiri untuk muntah atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau
enema
sendiri
Selalu menganggap dirinya gemuk
Sering membicarakan makanan
Membuat rencana makanan setiap hari
Penyalahgunaan obat pencahar
Perfeksionis
Gejala lain :
-
Pusing
Kedinginan
Sembelit
Pembengkakan sendi
Temperatur turun karena kurang lemak
Tekanan darah menurun drastis
Nafas melemah
Faktor biologis
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan kimiawi. Fungsi tiroid menjaadi tertekan.
Pada beberapa penelitian tomografi menemukan pembesaran rongga cairan
serebrosinalis(pembesaran sulkus dan ventrikel) pada penderita anoreksia nevosa
selama kelaparan. Metabolisme nukleus kaudatus lebih tinggi pada keadaan anoreik
makan
Faktor psikologis
Karena timbulnya kelaparan yang diciptakan diri sendiri. Memiliki dorongan yang
tidak dapat diterima dan dapat secara proyektif mengingkarinya
Faktor penyebab Anorexia Nervosa (menurut Gunn, dkk, dalam Santrock . 1995, h. 29-30)
-
Faktor sosial
Mendorong seseorang melaparkan diri
Faktor psikologis
Motivasi untuk menarik perhatian, keinginan akan individualitas, penolakan
seksualitas, dan cara mengatasi kekangan orang tua. Karena ketidakmampuan memenuhi
standart orang tua yang tinggi. Karena tidak mampu mengendalikan kehdupn sendiri.
2.1.4 Penanganan Anorexia Nervosa
Tiga komponen dalam menangani Anoreksia adalah :
1. Mengembalikan seseorang pada berat badan normal
2. Memberikan perlakuan psikologi yang dihubungkan dengan gangguan makan
3. Menurunkan atau mengeliminasi kebiasaan gangguan makannya selama ini dan
mencegah kambuh kembali
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengunaan obat-obatan seperti
antidepresan, antipsikotik atau stabilisator dapat secara efektif dalam mengobati pasien
dengan anoreksia dengan membantu memperbaiki mood dan rasa kecemasan.
2.2 Bulimia
2.2.1 Definisi Bulimia
Bulimia berasal dari bahasa Yunani bous yang artinya sapi atau kerbau, dan limos
yang artinya rasa lapar. Gambaran dari istilah tersebut adalah makan yang terus menerus,
seperti sapi yang memamah biak. Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang
melibatkan episode berulang-ulang dari tindakan makan berlebihan (binge) tak terkontrol
yang diikuti dengan tindakan kompensatoris untuk mengenyahkan makanan itu (Durand
dan Balow, 2007).
Menurut Siswono, bulimia nervosa dan anorexia nervosa merupakan penyakit atau
gangguan pada kebiasaan atau pola makan. Dalam DSM-IV-TR disebutkan bahwa
bulimia terbagi menjadi 2, yaitu purging type dan non-purging type. Purging type adalah
penderita bulimia yang menggunakan cara langsung seperti memuntahkan atau dengan
memakai obat pencahar, serta non-purging type adalah penderita bulimia yang
menggunakan olahraga yang ketat atau puasa sebagai cara untuk mempertahankan berat
badannya.
Kasus bulimia nervosa dapat dipandang dari beberapa perspektif psikologi,
diantaranya adalah:
1. Psikoanalisa
Psikoanalisa memandang suatu gangguan merupakan dari alam bawah sadarnya.
Gangguan yang terjadi merupakan tabrakan dari keinginan-keinginan tak sadarnya
dengan keinginan-keinginan sadarnya (Gerungan, 2004). Psikoanalisa membagi jiwa
manusia menjadi tiga yaitu id, ego dan super ego. Keinginan untuk makan individu
merupakan id dari individu tersebut. Akan tetapi id yang muncul merupakan keinginan
untuk makan secara terus-menerus (binge). Kemudian muncul keinginan untuk
mengikuti norma masyarakat (superego) yaitu individu merasa bentuk tubuhnya harus
terlihat ideal atau seperti orang lain atau bahkan lebih baik. Kemudian dari pertentangan
tersebut muncul gangguan jiwa seseorang. Ego yang fungsinya sebagai penyeimbang
tidak bisa menyeimbangkannya. Maka dari gejala tersebut individu tersebut akan terusmenerus makan akan tetapi individu tersebut ingin tubuhnya tetap terlihat ideal yang
dimanifestasikan dengan mengeluarkan makanan tersebut atau dengan cara yang lain
agar bentuk tubuhnya tetap ideal.
2. Behavioral
Substansi dari teori skinner adalah teori belajar, pengkajian mengenai bagaimana
proses individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih tahu, dan menjadi lebih
trampil. Menurut Skinner (dalam Alwisol, 2006), kehidupan terus menerus dihadapkan
dengan situasi eksternal yang baru dan organisme harus belajar merespon situasi baru itu
memakai respon lama atau memakai respon yang baru dipelajari.
Menurut Skinner juga kelainan tingkah laku adalah kegagalan belajar membuat
seperangkat respon yang tepat. Merespon secara salah (inapropriate set of response)
terkait dengan ketidakmampuan mengenali penanda spesifik suatu stimulus, individu
akhirnya mengembangkan respon yang salah karena justru respon itu yang mendapat
penguatan. Dalam teori ini, manusia cenderung akan mengulangi perbuatan yang
mendapat penguatan. Dalam hal ini individu yang mengalami gangguan bulimia nervosa
adalah seorang individu yang salah dalam belajarnya. Individu belajar bagaimana cara
agar tubuhnya tidak gemuk atau tetap ideal. Akan tetapi respon yang muncul adalah
dengan mengeluarkan makanan tersebut atau dengan olahraga secara berlebihan. Dari
respon tersebut individu merasa mendapat penguatan yaitu tubuhnya tetap ideal.
Penguatan-penguatan itulah yang menjadikan individu selalu melakukan tindakan
tersebut.
3. Kognitif
Persepsi adalah proses mengetahui / mengenali objek dan kejadian objektif dengan
bantuan indera (Zulaifah, et.al, 2008). Terkadang individu bisa salah mempersepsi
sesuatu termasuk dalam mempersepsi diri. Kesalahan mempersepsi dapat menyebabkan
masalah yang muncul akibat hal tersebut. Sternberg (1999) membedakan masalah ke
dalam 2 tipe, yaitu:
a. Well-structured problems, ciri-ciri :
i. Masalah terstruktur dengan baik.
ii. Biasanya terdapat pada soal-soal ujian seperti yang terdapat di lingkungan sekolah.
Ex :matematika, sejarah, geografi.
iii. Tujuan :memperoleh jawaban.
iv. Penilaian benar dan salah.
b. Ill structured problems, ciri-ciri:
juga
tetap
makan
makanan
yang
individu
tersebut
inginkan.
Individu merasa bahwa dengan mengeluarkan makanan secara langsung atau dengan
olahraga yang berat agar tidak terjadi timbunan lemak adalah hal yang paling baik
dilakukan agar tubuhnya tetap ideal dimatanya maupun orang lain. Serta dari persepsi
inilah individu merasa aman jika makan terus-menerus atau dalam jumlah yang
banyak sekalipun. Persepsi inilah yang menjadi sumber utama gangguan bulimia
tersebut.
2.2.2
Prevalensi Bulimia
Makan berlebihan pada penderita bulimia biasanya muncul diam diam dan
biasanya di rumah pada siang atau sore hari (Drewnowski, 1997; Guertin, 1999). Makan
berlebihan biasanya berlangsung selama 30 sampai 60 menit dan ditujukan untuk
mengkonsumsi makanan yang harusnya dihindari seperti makanan yang manis dan kaya
lemak. Penderita biasanya merasa kurang dapat mengontrol kebiasaan makan berlebihan
dan dapat mengkonsumsi 5000 sampai 10000 kalori sekaligus.
Prevalensi individu yang mengalami gangguan bulimia adalah 90%-95% atau
sebagian besar adalah perempuan yang berkulit putihdan berasal dari kaum menengah ke
atas, sedangkan sisanya 5%-10% adalah laki-laki dimana umur onset untuk gangguan ini
sedikit lebih tua dan banyak diantaranya adalah kaum biseksual atau homoseksual
(Rothblum, 2002). Schlundt dan Johnson (1990) merangkum sejumlah besar survei dan
mengatakan bahwa 6%-8% perempuan muda terutama mahasiswi, memenuhi kriteria
bulimia nervosa.
Studi yang paling penting adalah yang dilaporkan oleh Kendler dan rekan-rekan
sejawatnya (1991). Dalam studi ini, 2163 orang kembar (lebih dari 1000 pasangan kebar
2 atau lebih) diwawancarai. Prevalensi seumur-hidup bulimia ditemukan 2,8% atau bisa
menjadi 5,3% jika gejala bulimia yang tidak memenuhi kriteria juga diambil.
Dalam sebuah penelitian tentang perjalanan hidup bulimia, dari 102 perempuan
yang mengalami bulimia dan mengikuti 92 orang diantaranya secara prospektif selama 5
tahun, sekitar sepertiga diantaranya mengalami perbaikan sampai ke titik di mana setiap
tahunnya mereka tidak lagi memenuhi kriteria diagnostiknya.
2.2.3 Etiologi dan Ciri - Ciri Bulimia
Penyebab Fisiologi Bulimia Nervosa (Lister, 2005):
- Serum Lipid
Pada orang bulimia memiliki kadar kolesterol yang tinggi, hal ini memberikan
bukti untuk gaya hidup yang sudah tidak sehat. Kadar kolesterol abnormal
menunjukkan peran dalam gejala yang muncul dalam beberapa gangguan psikologis
seperti impulsif, agresi, permusuhan, depresi dan kecenderungan bunuh diri.
Kolesterol menyebabkan masalah perilaku dan gangguan psikologis dengan
mempengaruhi fluiditas membran sel, membuat proses pertukaran informasi yang
-
lebih sulit.
Hipotalamus 5_HT
Hipotalamus 5_HT menyebabkan peningkatan asupan karbohidrat dan penurunan
tingkat kenyang.
Ghrelin
Tingkat sirkulasi serum ghrelin penderita bulimia lebih tinggi daripada kontrol
normal. Penderita bulimia memiliki peningkatan tajam dalam tingkat ghrelin sebagai
akibat dari menahan makan. Ghrelin adalah hormon peptida gastrointestinal yang
mengatur perilaku makanan dengan merangsang nafsu makan dan asupan makanan
menjadi kurus
Orang tua yang memiliki masalah dengan citra tubuh
Beberapa penelitian tentang bulimia menyebutkan bahwa ada beberapa faktor
siap
bekerja
(Shafran,
Cooper,
dan
Fairburn,
2002).
J.C. Rosen dan H. Leitenberg (1985) melihat adanya kecemasan yang substansial
sebelum dan saat makan yang diredakan dengan purging. Mereka mengatakan
bahwa perilaku purging tersebut akan membuat mereka lega serta mereka akan
mengulangi perilaku yang membuat diri mereka menjadi senang atau bebas dari
cemas.
McKenzie, Williamson, dan Cubic (1993) menemukan bahwa perempuan
bulimik menilai ukuran tubuhnya lebih besar dan berat yang mereka anggap ideal
lebih ringan dibandingkan kelompok kontrol yang memiliki ukuran tubuh sama
dengan mereka. Bahkan, para perempuan penderita bulimia menilai tubuh mereka
bertambah besar setelah mereka makan sebatang permen dan minum sebotol
minuman ringan.
3. Faktor Biologi
Gangguan makan mengalir dalam suatu keluarga dan tampaknya memiliki
gangguan genetik (Strober, 2002). Hsu (1990) memiliki spekulasi bahwa cirri
kepribadian nonspesifik seperti ketidakstabilan emosi dan pengendalian impuls
buruk mungkin bersifat warisan. Kemudian Strober (2002) juga mengatakan
seseorang mungkin mewarisi kecenderungan untuk bersifat responsif secara
emosional terhadap hal-hal atau kejadian- kajadian yang stressful, dan sebagai
konsekuensinya, mungkin makan secara kompulsif sebagai usahanya untuk
mengurangi stres dan kecemasannya. Sampai sekarang para peneliti belum
menemukan penyebab yang pasti antara fungsi-fungsi neurobiologist terhadap
gangguan makan tersebut. Akan tetapi peneliti hanya menemukan gangguan yang
merupakan hasil atau akibat dari siklus makan tersebut.
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pada penderita bulimia yang parah,
kadar neurotransmiternya (pengantar kimia pada otak), terutama serotonin -- yang
berhubungan dengan depresi dan gangguan obsesif-kompulsif cenderung lebih
rendah. Bahan kimia tersebut mengontrol tubuh dalam pembuatan hormon.
Penderita bulimia memiliki kadar neurotransmitter serotonin dan norepinephrine
yang sangat rendah. Keduanya berperan penting dalam mendorong kelenjar pituitari
untuk membuat dan melepaskan hormon yang mengontrol sistem neuroendokrin
yang mengatur emosi, perkembangan fisik, ingatan dan detak jantung. Ketika
hormon tidak terbentuk, kerja beberapa fungsi tubuh tersebut menjadi terganggu.
Penelitian lain menemukan rendahnya kadar asam amino triptofan dalam darah.
Asam amino triptofan merupakan sejenis zat dalam makanan yang penting untuk
produksi serotonin, yang bisa menyebabkan depresi dan mendorong terjadinya
bulimia.
2.2.4
Penanganan
Terdapat berbagai macam terapi yang dapat digunakan dalam menangani kasus
bulimia tersebut, antara lain:
1. Terapi Kognitif Perilaku
Cooper dan kerabat (1994) menyebutkan bahwa mereka mendapatkan
pengurangan yang sangat kuat dalam frekuensi dari binge eating dan
memuntahkannya kembali setelah memakai panduan terapi self-help cognitive
behavior. Panduan tersebut termasuk enam sampai delapan sesi laporan yang
dipandu dengan terapis yang bukan spesialis yang menyediakan dukungan dan
dorongan dalam memakai panduan tersebut. Satu dari tiga penderita yang ditanya
setelah mengikuti terapi ini selama 8 minggu follow up menyebutkan bahwa
terdapat perubahan yang signifikan. Di dalam panduan self help tersebut berisi
tentang bagaimana cara membantu mereka dalam mengatasi masalah gangguan
makannya. Setelah membaca panduan tersebut, maka individu tersebut diminta
sambil mengamalkan atau menjalankan apa yang terdapat dalam buku tersebut.
Terapi ini menggunakan pendekatan kognitif perilaku yang mana individu diberikan
pengetahuan awal yang dapat mengubah pola pikirnya mengenai dampak buruk baik
makan berlebihan ataupun dampak purging atau mengeluarkan makanan tersebut
serta mngubah cara pandangnya tentang body image. Setelah itu individu merubah
pola makannya serta kebiasaan makannya.
2. Terapi Obat
Penderita bulimia dapat dibantu dengan obat-obatan walaupun belum terbukti
secara pasti efeknya (Wilson dan Fairburn, 2002). Ada penelitian yang menyebutkan
bahwa obat jenis Prozak mungkin efektif untuk mencegah kekambuhan penyakit
(Kaye,et.al,2001). Namun ada obat yang dipercaya paling efektif untuk bulimia yaitu
obat-obatan yang sama dengan obat anti-depresan yang efektif untuk gangguan
suasana perasaan dan gangguan kecemasan (Kaye,et.al, 1999). Dalam suatu
penelitian tentang obat anti-depresan dan prozak, para peneliti mendapatkan
Xerosis
Lanugo-rambut tubuh
Telogen effluvium( rambut rontok, uji kekuatan rambut positif)
Jerawat
Carotenedema( deposisi caroten pada jaringan dan kulit kekunungan akibat
D. CVD
1. aritmia
2. acrocyanosis
3. pneumomediastinum
E. Skeletal
1. bone mineral density rendah
Menurut beberapa penelitian , seubjek anoreksia beresiko meninggal sepuluh
kali lebih tinggi akibat penyakit dibandingkan dengan mereka yang tanpa adanya
eating disorder. Komplikasi yang paling sering menyebabkan kematian adalah
serangan jantung , gangguan keseimbangan elektrolit dan ketidakseimbangan cairan.
ANOREKSIA
Dalam anoreksia , komplikasi medis
BULIMIA
Dalam bulimia
merupakan
akibat
langsung
dari
gangguan
medis
METABOLIK
Metabolik
reefeding syndrom
plateau effect
dehidrasi
hiperkortisolemia
Ginjal
Kardiak
bradikardia
takikardia
cerebral
the QT question
GIT
Konstipasi
hipotensi
Esophageal rupture
GERD
Cathartic colon
GIT
gastroparesis
konstipasi
Sialadenitis
hepatitis
hipoglikemia
superior
syndrom
pancreatitis
Erosi dental
mesenteric
Kardiak
artery
Aritmia
Emetine cardiotoxicity
disfungsi elektrolit
hiponatremia
Endokrine
kontraksi volume
Kelebihan mineralokortikoid
endokrin
amenorea
Pulmonary mediastinal
osteoporosis
Aspirasi pneumonitis
pneumomediastinum
thyroid function
hematologi
pancytopenia
Keasyikan dengan kegiatan makan , makanan , bentuk tubuh dan berat badan
Sensitivitas terhadap komentar yang berkaitan dengan makanan , berat badan, bentuk
tubuh atau olahraga
Minder, merasa rendah diri dan perasaan malu , kebencian diri atau rasa bersalah ,
terutama setelah makan
Memiliki citra tubuh yang menyimpang ( misalnya melihat diri mereka sebagai lemak
bahkan jika mereka berada dikisaran berat badan yang ideal untuk usia dan tinggi
mereka)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anoreksia nervosa merupakan sutau kebiasaan keengganan untuk mempertahankan
berat badan normal atau sehat, dan distorsi citra tubuh yang sangat mempengaruhi perilaku
makan secara ektrim. prevalensi penderita anoreksia nervosa di Amerika adalah sebesar 0,5%
pada perempuan, prevalensi di Jepang adalah sebesar 0,025%-0,030% sementara itu di Cina
menurut suatu studi prevalensi penderita anoreksia nervosa adalah sebesar 0,01%. Tiga
komponen dalam menangani Anoreksia adalah :
1. Mengembalikan seseorang pada berat badan normal
2. Memberikan perlakuan psikologi yang dihubungkan dengan gangguan makan
3. Menurunkan atau mengeliminasi kebiasaan gangguan makannya selama ini dan
mencegah kambuh kembali
Terdapat beberapa system organ yang dipengaruhi oleh eating disorder, salah satunya
adalah gangguan anorexa nervosa dapat menyebabkan kematian dini. Swlain itu pada pasien
diabetes dengan gangguan anorexia nervosa beresiko tinggi terkena komplikasi diabetes.
Anorexia juga menyebabkan jantung lebih kecil dan kurang kuat. Pasien melakukan hal
tersebut diakibatkan beberapa faktor psikologis seperti sikap perfeksionis, merasa tidak
mandiri, perasaan rendah diri, pemahaman yang salah terhadap definisi kebahagiaan, merasa
tidak puas dengan diri sendiri, ketidakstabilan emosi, menganggap diri sendiri sebagai sebuah
masalah, ingin bebas dari kekangan orang tua serta kontrol terhadap makanan yang ketat dan
dibanggakan sehingga merasa takut kehilangan kontrol.
Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang melibatkan episode berulang-ulang
dari tindakan makan berlebihan (binge) tak terkontrol yang diikuti dengan tindakan
kompensatoris untuk mengenyahkan makanan itu. Schlundt dan Johnson (1990) merangkum
sejumlah besar survei dan mengatakan bahwa 6%-8% perempuan muda terutama mahasiswi,
memenuhi kriteria bulimia nervosa. Penanganan bulimia nervosa meliputi tiga hal yakni
terapi kognitif perilaku, terapi obat dan terapi keluarga.
Pasien dengan Eating disorder memiliki resiko komplikasi medis yang serius. Komplikasi
terparah biasanya terjadi pada pasien dengan anoreksia nervosa karena terjadi komplikasi saat
mengalami kelaparan
namun ada juga resiko komplikasi yang bisa terjadi pada pasien
dengan bulimia nervosa , terutama disebabkan oleh perilaku purging pasien bulimia. Mirip
dengan anoreksia, orang yang menderita bulimia juga mempunyai penyakit psikologis seperti
depresi, ansietas dan/atau permasalahan penyalahgunaan zat.
Daftar Pustaka
Botha, Derek. 2010. Anorexia Nervosa-The Female Phenomenon: Reposting the Males.
Counselling, Phsychotherapy, and Health.
Eating Disorders. National Institute of Mental Health
National Institutes of Mental Health. 2007. Eating Disorders. NIH Publication No. 07-4901
Tantiani, Trulyana. 2012. Perilaku Makan Menyimpang Pada Remaja Di Jakarta.
Deskripsidokumen:http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?
id=20341162&lokasi=lokal
Nurhayati, Ai. 2012. Status Gizi, Kebiasaan Makan, Dan Gangguan Makan (Eating Disorder)
Pada Remaja Di Sekolah Favorit dan Non-Favorit. Artikel Penelitian
Sofyani S. 2011. Gangguan Makan. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara
Braun, D.L., Sunday, S.R., Huang, A. & Halmi, K.A. (1999) More males seek
Treatment for eating disorders. International Journal of Eating Disorders, 25(4), 415-423.
Bulik, C.M., Sullivan, P. & Joyce, P. (1999) Temperament, character and suicide events in
anorexia nervosa, bulimia nervosa and major depression. Acta Psychiatra
Scandinavica, 100(1), 27-32.
Florence and Setright. 1994. The Handbook of Preventive Medicine: A Complete Guide to
Diet, Dietary Supplements anf Lifestile Factors in the Prevention of Disease.
Kingsclear Books, Australia.
Newton, T., Robinson, P. & Hartley, P. (1993) Treating for eating disorders in the United
Kingdom, Part II: Experiences of treatment: a survey of members of the eating
disorders association. European Eating Disorders Review, 1(1), 1-21.
Lister, Ryn. 2005. The Etiology of Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa. (Online)
http://webs.wofford.edu/pittmandw/psy451/fall05rl.pdf. Diakses 17 Oktober 2014
National Eating Disorder Collaboration. 2011. Bulimia Nervosa. (Online)
http://www.nedc.com.au/files/logos/0638_NEDC_FS_BN_v4.pdf. Diakses 18 Oktober
2014.
Mitchella E .James and Scott Crowb.2006.Medical complications of anorexia nervosa and
bulimia nervosa.)
Eating Disorders.National Institute Of Mental Health.2007.hal:10
Philip s. Mehler et al. 2004.Bulimia: Medical Complications. Journal of womens health
vol.13, no.6)
Mascolo.Margherita.Medical complications of Eating Disorders.Univ. Of Colorado:Denver
Health
S.Sofyani.2011.Universitas Sumatera Utara.
Bulimia Nervosa.2011.National Eating Disorders Collaboration