Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

PERDARAHAN KEHAMILAN LANJUT


PADA PASIEN RUPTUR UTERI

DISUSUN OLEH :
INTAN ANGRAINI PAPUTUNGAN
(01808010017)

STIKES GRAHA MEDIKA


KOTA – KOTAMOBAGU
TAHUN AJARAN 2020
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    DEFINISI
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya
regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal )
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam
persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral. ( Obstetri dan Ginekologi )

ROBEKNYA RAHIM RUPTUR UTERI

B.     ETIOLOGI
 Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
 Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
 Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ( Helen,
2001 )

C.    TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinis ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
1.      Dramatis
 Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
 Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
 Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
 Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan
nafas pendek ( sesak )
 Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
 Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
 Bagian janin lebih mudah dipalpasi
 Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan
DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
 Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin
seperti berada diluar uterus ).
2.      Tenang
 Kemungkinan terjadi muntah
 Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
 Nyeri berat pada suprapubis
 Kontraksi uterus hipotonik
 Perkembangan persalinan menurun
 Perasaan ingin pingsan
 Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
 Perdarahan vagina ( kadang-kadang )Tanda-tanda syok progresif
 Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin
tidak dirasakan
 DJJ mungkin akan hilang

D. KLASIFIKASI
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
1.       Menurut waktu terjadinya
a) Ruptur Uteri Gravidarum
1)      Waktu sedang hamil
2)      Sering lokasinya pada korpus
a) Ruptur Uteri Durante Partum
1)      Waktu melahirkan anak
2)      Ini yang terbanyak
2.       Menurut lokasinya

a) Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi
seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi
b) Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak
maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri
yang sebenarnya
c) Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsipal atau versi dan
ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap
d) Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan vagina
3.       Menurut robeknya peritoneum
a. Ruptur uteri Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya
( perimetrium ) ; dalam hal ini terjadi hubungan langsung antara rongga perut dan
rongga uterus dengan bahaya peritonitis
b. Ruptru Uteri Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek peritoneumnya.
Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke ligamentum latum
4.       Menurut etiologinya
a.       Ruptur uteri spontanea

Menurut etiologinya dibagi menjadi dua :


1)      Karena dinding rahim yang lemah dan cacat
 Bekas seksio sesar
 Bekas miomectomia
 Bekas perforasi waktu keratase
 Bekas histerorafia
 Bekas pelepasan plasenta secara manual
 Pada gravida dikornu yang rudimenter dan graviditas interstitialis
 Kelainan kongenital dari uterus
 Penyakit pada rahim
 Dinding rahim tipis dan regang ( gemelli & hidramnion )

2)      Karena peregangan yang luar biasa dari rahim


 pada panggul sempit atau kelainan bentuk dari panggul
 janin yang besar
 kelainan kongenital dari janin
 kelainan letak janin
 malposisi dari kepala
 adanya tumor pada jalan lahir
 rigid cervik
 retrofleksia uteri gravida dengan sakulasi
 grandemultipara dengan perut gantung ( pendulum )
 pimpinan partus salah
 Ruptur uteri violent
Karena tindakan dan trauma lain :
 Ekstraksi forsipal
 Versi dan ekstraksi
 Embriotomi
 Braxton hicks version
 Sindroma tolakan
 Manual plasenta
 Kuretase
 Ekspresi kristeller atau crede
 Trauma tumpul dan tajam dari luar
 Pemberian piton tanpa indikasi dan pengawasan

E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi ruptur uteri adalah pemisahan jaringan uterus dengan jaringan serosa secara
spontan atau karena penyebab iatrogenik dan traumatik. Hal ini menyebabkan isi rahim keluar
dari rongga uteri dan masuk ke rongga peritoneum. Ketika ada robekan, darah dan isi dari rahim
akan mengisi ruang peritoneum sehingga menyebabkan aliran darah ke fetal menjadi terganggu. 

  
F. PATWHAY RUPTUR UTERI

Inpartum Riwayat operasi (sc Kecelakaan


myelekomi,dll)

Terputusnya salah satu /lebih


jaringan penunjang uteri

Jalan lahir
terlambat
SBR tertarik keatas dan
menyebabkan dinding uterus
bertambah tegang dan tipis Bayi sudah lahir
1
lingkaran bendl meningkat
.
Prokonge labour

Robekan pada SBR Diapnosis berlebihan pada ibu

Mulut kering badan cowong haus


Ruptur uteri badan panas

dehidrasi
Perdarahan Tindakan
Nyeri akut pembedahan Syok hipovolemik
Kontraksi uterus
Nadi meningkat TD menurun bertambah Post SC
akreal dingin
Terputusnya jaringan
Robekan pada
kulit
jaringan kulit untuk
Syok kulit
hipovolemik Regangan abdomen menekan
post op
diafragma
Peningkatan
Syok hipovolemik postaglandin pada
Jahitan operasi
Apex paru tertekan jaringan kulit yang
terputus
Resiko terinvasi
Expansi dada terganggu bakteri
Terangsangnya saraf
fre nerve ending
Resiko infeksi

2
Nafas dangkal ,cepat RR >20 X / 2
MENIT

Peningkatan respon
Pola nafas tidak efektif
nyeri

Nyeri akut

Ibu merasah gelisah

Mengungkapkan
kecemasan secara
verbal

Ansietas
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan umum
Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan darah akut, biasanya perdarahan
eksterna dan perdarahan intra abdomen

2.      Pemeriksaan Abdomen.


Sewaktu persalinan, kontur uterus yang abnormal atau perubahan kontur uterus yang tiba-tiba
dapat menunjukkan adanya ekstrusi janin. Fundus uteri dapat terkontraksi dan erat dengan
bagian-bagian janin yang terpalpasi dekat dinding abdomen diatas fundus yang berkontraksi.
Kontraksi uterus dapat berhenti dengan mendadak dan bunyi jantung janin tiba-tiba menghilang.
Sewaktu atau segera melahirkan, abdomen sering sangat lunak, disertai dengan nyeri lepas
mengindikasikan adanya perdarahan intraperitoneum

3.      Pemeriksaan pelvis


Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui
vagina bila janin telah mengalami ekstrusi ke dalam rongga peritoneum. Perdarahan pervaginam
mungkin hebat.

4.      Laparoscopy : untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan bentuk panggul / pelvis.

5.      Pemeriksaan laboratorium.


a.       HB dan hematokrit untuk mengetahui batas darah HB dan nilai hematikrit untuk
menjelaskan banyaknya kehilangan darah. HB < 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan
anemia berat.
6.Urinalisis : hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.

H.      PENATALAKSANAAN
tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan
pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan umum
mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi :
1. Berikan segera cairan isotonic(ringer lakta atau garam fisiologi) 500ml dalam 15-20
menit dan siapkan laparatomy.
2. Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta.
3. Bila konservasi uterus masih di perlukan dan kondisi jaringan memungkinkan,lakukan
reprarasi uterus
4. Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkawatirkan lakukan
histerektomi
5. Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drai dari kavum abdomen
6. Anti biotic dan serum anti tetanus, Bila terdapat tanda-tanda
infeksi(demam,mengigil,darah)

I.    MANAJEMEN
1. Segera hubungi dokter, konsultan, ahli anestesi, dan staff kamar operasi
2. Buat dua jalur infus intravena dengan intra kateter no 16 : satu oleh larutan elektrolit,
misalnya oleh larutan rimger laktat dan yang lain oleh tranfusi darah. ( jaga agar jalur ini
tetap tebuka dengan mengalirkan saline normal, sampai darah didapatkan ).
3. Hubungi bank darah untuk kebutuhan tranfusi darah cito, perkiraan jumlah unit dan
plasma beku segar yang diperlukan
4. Berikan oksigen
5. Buatlah persiapan untuk pembedahan abdomen segera ( laparatomi dan histerektomi )
6. Pada situasi yang mengkhawatirkan berikan kompresi aorta dan tambahkan oksitosin
dalam cairan intra vena.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat
dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi /
eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia,
perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus
precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II
dan III.
4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
5. Pengkajian fisik :
 Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
 Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
 Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
 Suhu : Normal/ meningkat
 Kesadaran : Normal / turun
 Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi
 Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill memanjan
 Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
 Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN


 Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
 Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
 Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
 Resiko infeksi b/d perdarahan
 Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan
 Nyeri akut b/d pusing dan lemas
C.     INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O
1. Kekurangan 1. Mencegah 1. Tidurkan 1. Dengan kaki
volume cairan disfungsion pasien lebih tinggi
b/d perdarahan al bleeding dengan akan
pervaginam dan posisi kaki meningkatkan
memperbai lebih tinggi venous return
ki volume sedangkan dan
cairan badannya memungkinka
tetap n darah keotak
terlentang dan organ
lain.
2. Monitor 2. Perubahan
tanda tanda tanda vital
vital terjadi bila
perdarahan
semakin hebat
3. Perubahan
3. Monitor output
intake dan merupakan
output setiap tanda adanya
5-10 menit gangguan
fungsi ginjal

4. Evaluasi 4. Kandung
kandung Kemih yang
kemih penuh
menghalangi
kontraksi
uterus

5. Lakukan 5. Massage
masage uterus
uterus merangsang
dengan satu kontraksi
tangan serta uterus dan
tangan membantu
lainnya pelepasan
diletakan placenta, satu
diatas tangan diatas
simpisis. simpisis
mencegah
terjadinya
inversio uteri
6. Batasi 6. rauma yang
pemeriksaan terjadi pada
vagina dan daerah vagina
rectum serta rektum
meningkatkan
terjadinya
perdarahan
yang lebih
hebat, bila
terjadi laserasi
pada serviks /
perineum atau
terdapat
hematom
Bila tekanan
darah semakin
turun, denyut
nadi makin
lemah, kecil
dan cepat,
pasien merasa
mengantuk,
perdarahan
semakin hebat,
segera
kolaborasi.

7. Berikan infus
atau cairan
intravena 7. Cairan
intravena
dapat
meningkatkan
8. Berikan volume
uterotonika intravascular
( bila
perdarahan
karena atonia
uteri )
8. Uterotonika
merangsang
kontraksi
uterus dan
9.   Berikan mengontrol
antibiotic perdarahan
9. Antibiotik
mencegah
infeksi yang
mungkin
terjadi karena
perdarahan

2. Gangguan tujuan: Tanda vital 1. Monitor 1. Perubahan


perfusi dan gas darah tanda vital perfusi
jaringan b/d dalam batas tiap 5-10 jaringan
perdarahan normal menit menimbulkan
pervaginam perubahan
pada tanda
vital
2. Catat 2. Dengan
perubahan vasokontriksi
warna kuku, dan hubungan
mukosa keorgan vital,
bibir, gusi sirkulasi di
dan lidah, jaingan perifer
suhu kulit berkurang
sehingga
menimbulkan
cyanosis dan
suhu kulit
yang dingin
3. Kaji ada 3. Perfusi yang
/tidak adanya jelek
produksi ASI menghambat
produksi
prolaktin
dimana
diperlukan
4. Berikan dalam
terapi produksi ASI
oksigen 4. mencegah
( Oksigen hipoksia
diperlukan
untuk
memaksimal
kan
transportasi
sirkulasi
jaringan ).
3. Cemas/ketakut Tujuan : Klien 1. Kaji respon 1. Persepsi klien
an b/d dapat psikologis mempengaruh
perubahan mengungkapkan klien i intensitas
keadaan atau secara verbal rasa terhadap cemasnya
ancaman cemasnya dan perdarahan
kematian mengatakan paska
perasaan cemas persalinan
berkurang atau 2. Kaji respon 2. Perubahan
hilang. fisiologis tanda vital
klien menimbulkan
( takikardia, perubahan
takipnea, pada respon
gemetar ) fisiologis
3. Memberikan
3. Perlakukan dukungan
pasien secara emosi
kalem,
empati, serta
sikap
mendukung
4. Informasi
4. Berikan yang akurat
informasi dapat
tentang mengurangi
perawatan cemas dan
dan takut yang
pengobatan tidak
diketahui
5. Bantu klien
mengidentifi 5. Ungkapkan
kasi rasa perasaan dapat
cemas mengurangi
cemas

6. Kaji 6. Cemas yang


mekanisme berkepanjanga
koping yang n dapat
digunakan dicegah
klien dengan
mekanisme
koping yang
tepat.

4. Resiko infeksi tujuan : Tidak 1. Pemantauan 1. Perubahan


sehubungan terjadi infeksi perubahan tanda vital
dengan (lokea tidak berbau tanda vital ( suhu )
perdarahan dan TV dalam merupakan
batas normal) indikasi
terjadinya
infeksi
2. Catat adanya 2. Tanda-tanda
tanda lemas, tersebut
kedinginan, merupakan
anoreksia, indikasi
kontraksi terjadinya
uterus yang bakterimia,
lembek, dan shock yang
nyeri tidak
panggul terdeteksi
3. Monitor 3. Infeksi uterus
involusi menghambat
uterus dan involusi dan
pengeluaran terjadi
lochea pengeluaran
lokea yang
berkepanjanga
n
4. Perhatikan 4. Infeksi di
kemungkina tempat lain
n infeksi di memperburuk
tempat lain, keadaan
misalnya
infeksi
saluran
nafas,
mastitis dan
saluran
kemih 5. embalut yang
5. Berikan terlalu basah
perawatan menyebabkan
perineal,dan kulit iritasi dan
pertahankan dapat menjadi
agar media untuk
pembalut pertumbuhan
jangan bakteri,peningka
sampai tan
terlalu basah resiko infeksi.

5. Resiko shock TUJUAN: Tidak 1. Anjurkan 1. Peningkatan


hipovolemik terjadi shock(tidak pasien untuk intake cairan
b/d perdarahan terjadi penurunan banyak dapat
kesadaran minum meningkatkan
dan tanda-tanda volume
dalam batas intravascular
normal) sehingga
dapat
meningkatkan
volume
intravascular
yang dapat
meningkatkan
perfusi
2. Observasi jaringan.
tanda-tanda 2. Perubahan
vital tiap 4 tanda –tanda
jam vital dapat
merupakan
indikator
terjadinya
dehidrasi
3. Observasi secara dini
terhadap 3. Dehidrasi
tanda-tanda merupakan
dehidrasi. terjadinya
shock bila
dehidrasi tidak
ditangani
4. Observasi secara baik.
intake cairan 4. Intake cairan
dan output. yang adekuat
dapat
menyeimbang
i pengeluaran
cairan yang
5. Kolaborasi berlebihan.
dalam : - 5. Cairan
Pemberian intravena
cairan infus / dapat
transfuse meningkatkan
volume
intravaskular
yang dapat
meningkatkan
perfusi
jaringan
sehingga
6. Pemberian dapat
koagulantia mencegah
dan terjadinya
uterotonika. shock.
6. Koagulan
membantu
dalam proses
pembekuan
darah dan
uterotonika
merangsang
kontraksi
uterus dan
mengontrol
perdarahan

6. Nyeri akut TUJUAN : 1. Observasi 1. Mengetahui


berhubungan Setelah dilakukan TTV setiap perubahan
dengan pusing tindakan 1x24 jam jam keadaan
lemas Kebutuhan rasa klien
nyaman
terpenuhi /nyeri
berkurang 2. Edukasi 2. Mengetahui
manajeme skala nyeri
KH: n nyeri

 Skala nyeri 3. Anjurkan 3. Membantu


0-3 dari 1- latihan memperkua
10 pernafasan t otot
 Klien diafragma
tampak rilex 4. Pemberian dan
 Kemajuan obat oral kantong
persalinan udara
baik didalam
paru-paru

4. Untuk
menghilang
kan rasa
nyeri

7. pola nafas TUJUAN 1. Kaji dan 1. Perubahan


tidak efektif Setelah dilakukan pantau seperti
berhubungan asuhan keperawatan frekuensi takipnea,di
dengan selama 3X24 jam pernafasan spnea
hipoksia diharapkan klien kedalaman ,penggunaa
jaringan dapat mengurangi dan irama n otot
dissstres pernafasan aksesoris
dapat
KH bergindikas
ikan
 Mempertaha berlanjutan
nkan pola keterlibatan
pernafasan /pengaruh
normal/efekt pernafasan
if yang
membutuhk
an upaya
intervensi

2. Tempatkan 2. Memaksim
klien pada alkan
posisi yang ekspansi
nyaman paru,
menurunka
n kerja
pernafasan
dan
menurunka
n resiko
aspirasi .

3. bantu 3. Membantu
dengan meningkatk
teknik nafas an difusi
dalam gas dan
ekspansi
jalan nafas
kecil.

D.    EVALUASI
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
1.       Tanda vital dalam batas normal :
a.       Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
b.      Denyut nadi : 70-80 x/menit
c.       Pernafasan : 20 – 24 x/menit
d.      Suhu : 36 – 37 oc
2.       Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
3.       Gas darah dalam batas normal
4.       Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan
pengobatan yang dilakukan
5.       Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan
psikologis dan emosinya
6.       Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
7.       Klien tidak merasa nyeri
8.       Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya

BAB 3
LAPORAN KASUS
RUPTUR UTERI PADA KEHAMILAN TRIMESTER DUA
PASKA LAPAROSKOPI MIOMEKTOMI

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien :
Nama pasien : Ni Luh Raka Suci
Umur : 32 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan Pasien : Pedagang
Agama : Hindu
Alamat : Br. Silayukti Kerobokan
MRS Tanggal : 13/5/2015 Pkl. 20:10:51 Wita
No. RM : 15026469

Anamnesa
Pasien datang membawa pengantar dari dr. Sp.OG dengan diagnosis Susp. Kehamilan
Intra ekstra uterin + IUFD dengan saran evaluasi lebih lanjut di RSUP Sanglah. Pasien
datang dengan keluhan nyeri perut (+) sejak 2 hari sebelum MRS, riwayat perdarahan
flek pervaginam (+), buangair besar maupun buang air kecil dikatakan normal. Riwayat
telat haid (+)

HPHT : 11/12/14
TP : 18/9/15

Riwayat Menstruasi
 Menarche umur 13 tahun
 Volume ± 50cc
 Siklus 28 hari, teratur, lama 3-5 hari
 Keluhan saat haid tidak ada

Riwayat Pemakaian alat kontrasepsi tidak ada

Riwayat Obstetri : 1. Ini

Riwayat Penyakit :
•Kista endometrioma duplek
•Mioma uteri + adenomiosis

Riwayat Operasi :
•Operasi kistektomi bilateral ec kista endometrioma
duplek (13/10/2012)
•Operasi laparoskopi miomektomi ec mioma uteri (17/0
1/2014)

→didapatkan mioma uteri di korpus anterior Ø 1,5 cm


dilakukan miomektomi

→hasil PA (20/01/2014) : tampak sel otot polos miom


etrium hiperplasia, dengan diantaranya menunjukkan fokus-f
okus kelenjar serta stroma endometrium, kesan Leimyoma Uteri

Riwayat alergi disangkal

Pemeriksaan fisik
Status Present
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tensi : 110/70 mmHg
Respirasi : 20 kali per menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu Axila/Rektal : 36,7 / -
BB/TB : 83 kg/165 cm (BMI : 30,5)

Status General
Mata : anemis -/-
Thorak : cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Po : ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : Status obstetri
Ekstremitas : Hangat +/++/+

Status obstetri
Tinggi Fundus uteri : setinggi pusat (± 20cm)
DJJ (-), HIS (-)

Pemeriksaan dalam
PØ (-) Kesan Kepala

Pemeriksaan penunjang
oLab
oUSG

Hasil Lab Darah Lengkap 13/5/2015 Pkl. 22:58 wita

WBC 11,2 RBC 3.64


NEU 9,79 HGB 10,2
LYM .8,17 HCT 31,8
MONO .450 MCV 87.4
EOS .128 MCH 28.1
BASO .043 MCHC 32.1
PLT 331 MPV 6.24

Hasil Lab Kimia Darah 13/5/2015 Pkl. 22:58 wita


SGOT 11,4
SGPT 14
Albumin 3,73
BS acak 100
BUN 4
Creatinin 0,46
Natrium 143
Kalium 3.75
Parameter hematologi 13/5/2015 Pkl.22:58 wita
PPT
PPT 9.1
INR 0.85
KONTROL PPT 9.6

APTT
KONTROL APPT 30.9
APTT 27.7

USG :
Tampak gambaran fetus intra uterin, FHB(-), FM(-)
Tampak gambaran fetus ekstra uterin (cavum abdomen) FHB (-), F(-)
FL~21 minggu
Tampa gambaran massa bulat ukuran 16x7mm, hiperechoic, whore like
appereance (+) vaskularisasi (+), kesan mioma uteri.

HASIL USG di IRD (1)


Gambar 2.2 Hasil USG di IRD (2)

Gambar 2.3 hasil USG di IRD (3)

Gambar 2.4 Hasil USG di IRD (4)

DIAGNOSIS KERJA /DIAGNOSIS BANDING


G1P0000 21-22 Mg.susp kehamilan heterotopik IUFD/IUFD + Mioma uteri
Evaluasi oleh divisi fetomaternal

Kesimpulan USG
1. Ruptur di anterior abdominal pregnancy
2. Uterus duplex + septus
3. Abdominal pregnancy

Gambar 2.5 Hasil USG Evaluasi Fetomaternal (1)

Gambar 2.6 Hasil USG Evaluasi Fetomaternal (2)

Rencana Intervensi o Pro laparotomi (17/5/2015)


Telah dilakukan laparotomi pada tanggal 17/5/2015 :

LAPORAN OPERASI

o Spinal epidural anasthesi


o Antiseptik lapangan operasi dengan betadine alkohol – persempit dengan duk
steril
o Insisi kulit midline sampai peritoneum
o Tampak fetus single IUFD di cavum abdomen, clot (+), stoll cell (+) dengan
perlengketan - Dilakukan adhesiolisis → berhasil
o Tampak ruptur uterus di korpus anterior dimana kepala fetus masih di dalam
uterus → fetus dengan IUFD, maserasi grade II, berat 300 gr
o Evaluasi uterus : besar ~ 18-20 mg, mioma (-), septus (-), uterus duplex (-) -
Keluarkan placenta, kesan di korpus anterior → tidak komplit → dilakukan
kuretase → perdarahan aktif tidak ada - Tampak jaringan nekrotik disekitar
daerah ruptur uteri → dilakukan debridement - Dilakukan repair uterus →
dilakukan penjahitan pada kedua lapisan uterus dengan penjahitan satu – satu
dengan monocyn 0 → perdarahan aktif (-)
o Cuci cavum abdomen dengan nacl 0,9 % ~ sampai jernih
o Tutup dinding abdomen lapis demi lapis :
o Jahit peritoneum dengan chromic 2.0
o Jahit fascia dengan monocyn 0
o Jahit lemak dengan chromic 2.0
o Jahit kulit subcuticuler dengan monocyn 3.0
o Tutup luka operasi dengan kassa steril – hypafix – operasi selesai
o Perdarahan : 300 cc
Gambar 2.7 Fetus Yang Dikeluarkan Saat Operasi
Gambar 2.10 fetus dan plasenta
BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ruptur Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal ) dimana yang menjadi penyebabnya adalah riwayat pembedahan terhadap fundus
atau korpus uterus, induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama serta
presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ) ( Helen, 2001 )
dengan Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut waktu terjadinya,
Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum, Menurut etiologinya, dan Menurut simtoma
klinik

B.     SARAN
1.      Untuk Akademi
Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang dapat
menunjang perkuliahan, khususnya mata kuliah Keperawatan Maternitas dan mata kuliah
lainnya.
2.      Untuk mahasiswa
Untuk dapat membaca dan memberikan masukan tentang makalah ini serta dapat
mempergunakan makalah ini sebagai bahan penunjang materi pembelajaran.
3.      Untuk pembaca
Agar dapat membaca makalah dan menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan yang
bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.     Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot
Company, Pholadelpia.
2.     Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
3.     Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book,
Philadelpia.
4.     Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.
5.     RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR,
Surabaya
6.     Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung
7.     Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai