Anda di halaman 1dari 4

SKILLS LAB

KOMUNIKASI PADA PASIEN DALAM


FASE KEHILANGAN DAN BERDUKA
Oleh. Ns. Jumaini, Sp.Kep.J

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti skills lab ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengidentifikasi tahap berduka pasien
2. Melakukan role play komunikasi perawat-pasien pada fase kehilangan dan
berduka.

Tinjauan Teori
Tahap-tahap berduka menurut Kubler-Ross (1969) yaitu :
1. Menolak (Denial)
Pada tahap ini pasien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi dan
menunjukkan reaksi menolak.
2. Marah (Anger)
Kemarahan terjadi karena kondisi pasien mengancam kehidupannya dengan segala hal
yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
3. Menawar (Bargaining)
Pada tahap ini kemarahan biasanya mereda dan pasien dapat menimbulkan kesan sudah
dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4. Kemurungan (Depresi)
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak
menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang
sedang melalui masa sedihnya (sebelum meninggal).
5. Menerima atau Pasrah (Acceptance)
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh pasien dan keluarga tentang
kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat
membantu apabila pasien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang
terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat,
menulis surat wasiat.

Teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal dalam masa berduka atau kehilangan.
menurut Stuart & Sundeen (2009), adalah sebagai berikut :
a. Denial,
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
1) Listening
a) Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata dan observasi
komunikasi non verbal.
b) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan suasana
tenang.

1|Skills Lab Kep Paliatif


2) Silent
a) Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada pasien secara
non verbal.
b) Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari
situasi sesungguhnya.
3) Broad opening
a) Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.
b) Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.

b. Angger,
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi listening : perawat berusaha
dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan pasien lalu diklarifikasikan.
1) Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa yang akan
dan sedang terjadi pada mereka.
2) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
3) Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah.
Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan hal yang normal
dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila
kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan
rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga
membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.

c. Bargaining
1) Focusing
a) Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
b) Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna.
2) Sharing perception
a) Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk meluruskan
kerancuan.
b) Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.

d. Depresi
1) Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
2) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada salah pengertian harusnya
diklarifikasi.
3) Pada fase ini perawat selalu hadir di dekat pasien dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu
duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien
sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.

e. Acceptance
1) Informing Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang
sesuai dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
2) Broad opening Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan
harapan-harapannya.

2|Skills Lab Kep Paliatif


3) Focusing Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga
agar tujuan komunikasi tercapai.
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang dan damai. Kepada keluarga dan teman-
temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu
dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong
dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

Metode
1. Diskusi
2. Role play

Prosedur
1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil 3-4 orang dalam satu
kelompok.
2. Dosen pembimbing bersama mahasiswa membaca, memahami dan
mendiskusikan modul skill lab.
3. Mahasiswa dalam kelompok kecil latihan mandiri komunikasi perawat-
pasien/keluarga sesuai pembagian masing-masing skenario menggunakan
tahapan komunikasi terapeutik (fase orientasi, fase kerja, fase terminasi).
4. Peran perawat 1 orang, pasien 1 orang, dan jika perlu 1 orang sebagai keluarga,
serta 1 orang sebagai observer.
5. Bersama instruktur dan mahasiswa yang lain mendiskusikan penampilan (role
play), pembimbing memberikan feed back. .
6. Prosedur 3-5 dilakukan kembali untuk mahasiswa yang lain (bergantian).

Skenario 1
Komunikasi dengan seorang ibu (32 tahun) yang baru mengetahui bahwa anaknya (4
tahun) menderita leukemia setelah mendapat penjelasan dari dokter yang merawat
anaknya. Ibu dalam fase denial. Ibu mendatangi perawat dan mengatakan bahwa tidak
mungkin anaknya menderita leukemia, karena selama ini anaknya tidak peranah sakit
berat, tidak pernah di rawat di RS dan hanya sakit demam, batuk, pilek biasa. Ibu
menyatakan berulang-ulang bahwa dokter salah mendiagnosa, begitu juga denga
petugas laboratorium yang mungkin tertukar hasil pemeriksaan anaknya.

Skenario 2
Komunikasi dengan seorang pasien laki-laki (pekerja tambang)/perempuan (35 tahun)
yang didiagnosa menderita kanker paru stadium akhir/keguguran pada kehamilan
kedua yang berusia 8 minggu. Pasien dalam fase bargaining. Pasien menyatakan bahwa
tidak mungkin dirinya menderita kanker paru/keguguran karena selama ini pasien
selalu berhati-hati soal makanan, olahraga cukup teratur, dan kebiasaan hidup yang
lain/menjaga kehamilan dengan baik karena ini kehamilan yang sangat diharapkan,
anak pertama pasien sudah berusia 8 tahun. Namun disisi lain, pasien juga mulai
berfikir dan mengatakan mungkin benar bahwa dirinya mengalami kanker/keguguran

3|Skills Lab Kep Paliatif


karena punya paman/tante dengan penyakit yang sama, punya pekerjaan yang berisiko
(pekerja tambang), berada di usia berisiko , dll.

Skenario 3
Komunikasi dengan seorang pasien laki-laki, 57 tahun (mantan pekerja
tambang)/perempuan (55 tahun) yang didiagnosa menderita kanker paru/ keguguran
pada kehamilan kedua yang berusia 8 minggu. Pasien dalam fase Acceptance. Pasien
menyatakan sudah bisa menerima kondisi dirinya dan berusaha untuk ikhlas, karena mungkin
yang terjadi sudah merupakan takdir/garis hidupnya. Pasien menyatakan (akan menjalani sisa-
sisa usianya untuk lebih dekat lagi dengan keluarga, akan menyelesaikan urusan-urusan dengan
keluarga (wasiat/warisan), dan akan lebih banyak beraktivitas pada kegiatan social dan
keagamaan sesuai kemampuannya) (Allah/Tuhan punya rencana yang lebih baik, saya akan
merawat/menjaga anak pertama lebih baik lagi, dan jika Allah memberikan kepercayaan untuk
hamil lagi akan dijaga dengan lebih baik lagi, dll). Pasien menanyakan kepada perawat terkait
pola hidup yang harus dijalaninya dengan kondisinya saat ini.

4|Skills Lab Kep Paliatif

Anda mungkin juga menyukai