Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP PENGENDALIAN

Disusun oleh :
Kelompok 2
Lara Claudya 1711311029
Ovitra Mulyawati 1711311031
Mutya Amal Dwi Safura 1711311033
Wulandari Astagina 1711312001
Fadhil Akbar 1711312003
Fara Annisa 1711312005
Syafrida Wulandari 1711312007
Sri Dinda Andrifa 1711312009
Ilda Yunanda 1711312011
Adzkia Pinta Dano 1711312013
Makhda Nurfatmala Lubis 1711312017
Vinny Darma Fajri 1711312019
Ulfa Putri Rahmi 1711312021
Siti Rahma 1711312023
Sinthya 1711312025

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, Makalah ini selesai disusun. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas kelompok 2 dalam mata kuliah manajemen keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata. Namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal
tersebut, penulis mengucapkan terima kasih.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman
kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan maaf jika ada
kesalahan dalam karya tulis ini.
Akhir kata penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi tujuan
karya tulis ini. Amin.

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..............................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian.....................................................................................................
2.2 Manifestasi Klinis........................................................................................
2.3 Komplikasi...................................................................................................
2.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
2.5 Penatalaksanaan Keperawatan.....................................................................
2.6 Pengkajian....................................................................................................
2.7 Pemeriksaan Fisik........................................................................................
2.8 Asuhan Keperawatan...................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengendalian


Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
(1998) mendefinisikan pengontrolan adalah “Pemeriksaan apakah segala sesuatu yang
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan”.
Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan
agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui
fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspons dengan cepatdengan
cara duduk bersama.
Menurut Mockler ( 1984 ), pengendalian dalam manajemen adalah usaha
sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan
perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan
prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan
apakah ada deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan
yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang
efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan.
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan
adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin
mutu serta evaluasi kinerja.
2.2 Tujuan pengendalian
 Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf dalam
kurun waktu tertentu.
 Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang
melaksanakan tugas
 Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah digunakan
dengan tepat dan efisien
 Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
 Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)
2.3 Fungsi
2.4 Proses Pengendalian
Proses pengendalian manajemen adalah sebuah proses di mana semua
tingkatan manajer menjamin bahwa orang-orang yang mereka pimpin telah
menjalankan strategi yang mereka maksud. Proses pengendalian manajemen
memerlukan perencanaan secara sadar (tidak otomatis) dan melibatkan interaksi di
antara individu-individu.

Proses pengendalian terdiri atas tiga langkah yang meliputi mengukur kinerja
sebenarnya, membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar, dan mengambil
tindakan material untuk membetulkan penyimpangan atau standar yang tidak
memadai.

Gambar Proses Pengendalian (Stephen P. Robbins, Op.Cit, hlm. 236-237)


Bagan Proses Pengendalian

 Menetapkan standar dan metode pengukurannya


- Harus ditetapkan lebih dulu
- Standar dirumuskan secara jelas dan dapat diukur
 Melakukan Pengukuran Prestasi
- Harus dilakukan berulang tergantung situasinya
- Harus dilakukan pada saat yang tepat
 Membandingkan apakah prestasi yang dicapai sesuai dengan standarnya
- Merupakan langkah yang relatif mudah dibanding dua langkah sebelumnya
 Melakukan Perbaikan-Perbaikan yang diperlukan
- Dilakukan jika prestasi yang dicapai lebih rendah dari standar yang ditetapkan
Dapat melibatkan beberapa aktivitas sekaligus, meliputi perubahan cara bekerja dan
perubahan standar prestasi yang telah ditetapkan.
2.5 Prinsip Pengendalian
Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan berhasil bila
mengandung beberapa karakteristik seperti di bawah ini:
 Menggambarkan kegiatan sebenarnya
 Melaporkan kesalahan dengan tepat
 Berpandangan ke depan
 Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis dan penting
 Bersifat obyektif
 Bersifat fleksibel
 Menggambarkan pola kegiatan organisasi
 Bersifat ekonomis
 Bersifat mudah dimengerti
 Menunjukkan kegiatan perbaikan

2.6 Jenis pengendalian


Menurut Hasibuan, jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:

a. Pengendalian karyawan (Personnel control)


Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan
kegiatan karyawan.

b. Pengendalian keuangan (Financial control)


Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan,
tentang pemasukan dan pengelauaran, biaya-biaya perusahaan termasuk
pengendalian anggarannya.

c. Pengendalian produksi (Production control)


Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi
yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.

d. Pengendalian waktu (Time control)


Pengendalian ini ditujukan kepada pengguna waktu, artinya apakah waktu
untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.

e. Pengendalian teknis (Technical control)


Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang
berhubungan degan tindakan dan teknis pelaksanaan.
f. Pengendalian kebijaksanaan (Policy control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah
kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang
telah digariskan,

g. Pengendalian penjualan (Sales control)


Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apalah produksi atau jasa yang
dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan
2.7 Elemen/komponen
Setiap sistem memiliki elemen-elemen yang menjadi penyusun dalam sistem itu sendiri.
Sistem pengendalian mempunyai beberapa elemen sebagai berikut ini:

1. Detector  (Pelacak)
Elemen ini berguna untuk mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang
sedang dikendalikan.

2. Assessor  (Penilai)
Elemen ini berguna untuk menentukan signifikansi dari peristiwa aktual dengan cara
membandingkannya dengan standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.

3. Effector
Elemen ini berguna untuk mengubah perilaku proses yang sedang dikendalikan
jika assessor mengindikasikan adanya kebutuhan untuk melakukan perubahan tersebut.

4. Communication network
Elemen ini berguna sebagai sarana untuk menyalurkan informasi antara elemen-elemen yang
ada dan proses yang sedang dikendalikan.

Berikut ini adalah bagan yang menerangkan interaksi antara elemen-elemen yang ada dan
proses yang sedang dikendalikan:

Komponen Pengawasan dan Pengendalian adalah :

1) Setting standar

2) Measuring Perform
3) Reporting Result

4) Corrective Action

5) Redirection

Pemeriksaan kesehatan tidak hanya untuk orang — bahkan sistem perawatan


kesehatan itu sendiri dapat memperoleh manfaat dari evaluasi rutin. Tetapi rumah sakit
dan klinik harus melakukan evaluasi ini sambil terus menghadapi tantangan baru, seperti
meningkatnya permintaan akan perawatan, perubahan kebijakan, dan undang-undang
yang tidak pasti. Melacak pengukuran kualitas di fasilitas perawatan kesehatan adalah
cara terbaik untuk mengembangkan model bisnis karena pengukuran ini:

- Gunakan data untuk menilai peningkatan dan kemajuan, sambil meminta


pertanggungjawaban fasilitas untuk tujuan tertentu
- Menumbuhkan keputusan yang lebih baik dan lebih strategis berdasarkan informasi
kuantitatif dan kualitatif.
- Libatkan dan aktifkan kepemimpinan senior secara lebih efektif dalam proses
perencanaan strategis.
- Tentukan departemen, tim, atau individu yang perlu meningkatkan kualitas
kinerjanya.
- Menyediakan metode yang lebih mudah untuk mengukur kinerja dan membandingkan
tingkat layanan.

Contoh pengukuran kualitas dalam perawatan kesehatan yang dapat membuat


perbedaan besar untuk strategi organisasi

1. Operasional
a. Jumlah Pasien yang Dilayani Per Bulan: Melacak jumlah individu yang menerima
perawatan setiap bulan. Ini membantu fasilitas kesehatan memahami keseluruhan
volume layanan yang diberikan, yang merupakan metrik dasar untuk bagaimana
mengelola kualitas dalam organisasi.
b. Lama Rawat Inap: Menunjukkan seberapa cepat staf medis dapat mendiagnosis dan
meresepkan pengobatan; juga membantu menciptakan standar mengenai alokasi
waktu untuk jenis perawatan yang berbeda.
c. Jumlah Masuk Kembali: Menilai kualitas perawatan dengan jumlah pasien yang
masuk kembali ke rumah sakit atau klinik untuk kondisi yang sama dengan mereka
sebelumnya dirawat dan kemudian dipulangkan. Tindakan ini juga dapat membantu
menentukan komplikasi yang terabaikan.
d. Tingkat Pemanfaatan Peralatan: Memantau jumlah hari peralatan benar-benar
tersedia, dibandingkan dengan hari peralatan diharapkan tersedia. Masalah peralatan
sering kali berkorelasi dengan kualitas perawatan yang lebih rendah atau terhambat.
e. Lembur Staf: Menunjukkan jumlah waktu anggota staf bekerja di luar jam kerja
normal mereka, yang dapat menunjukkan apakah fasilitas memiliki terlalu banyak
atau terlalu sedikit sumber daya staf. Ini sering dilacak dengan ukuran kinerja terkait
di organisasi perawatan kesehatan, seperti rasio staf-pasien.

2. Keuangan
a. Total Pengeluaran (Semua Sumber): Akun untuk jumlah total uang yang dibelanjakan
organisasi. Bergantung pada ukuran rumah sakit atau klinik Anda, jumlah ini dapat
dibagi berdasarkan produk dan layanan, atau ditampilkan sebagai jumlah total.
b. Margin Operasi Total: Mengukur keuntungan rumah sakit, setelah mengeluarkan
biaya. Ini menunjukkan efektivitas strategi penetapan harga rumah sakit dan
keseluruhan operasi. Ini juga menunjukkan berapa banyak dana yang tersedia untuk
menutupi biaya non-operasional.
c. Biaya Rata-Rata Per Discharge: Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk seluruh
pasien tinggal, yang dapat mengungkap area pengeluaran yang berlebihan. Ukuran ini
juga dapat dijadikan tolok ukur terhadap fasilitas serupa untuk membantu menilai
kinerja.
d. Utang Macet: Menghitung selisih antara jumlah yang ditagih kepada pasien dan
jumlah yang sebenarnya dibayarkan oleh pasien. Ini juga disebut perawatan tanpa
kompensasi dan memengaruhi pendapatan rumah sakit secara keseluruhan.

3. Komunikasi
a. Kepuasan Rawat Inap / Rawat Jalan Dengan Dokter: Mengkomunikasikan tingkat
kepuasan di antara pasien yang dirawat (atau menerima perawatan tanpa dirawat) ke
fasilitas kesehatan. Ini adalah bagian dari pengukuran kinerja kualitas yang melacak
kepuasan pasien secara keseluruhan.
b. Tingkat Perputaran Karyawan: Menunjukkan kestabilan tenaga kerja. Perputaran yang
tinggi dapat mempengaruhi tingkat perawatan dan efektivitas fasilitas.
c. Kepuasan Karyawan: Mengukur tingkat kepuasan karyawan, yang dapat
memengaruhi tingkat pergantian karyawan dan karena itu juga memengaruhi tingkat
perawatan.
d. Persentase Catatan Kesehatan Elektronik (EHR): Menunjukkan tingkat kemajuan
teknologi organisasi. Persentase EHR yang rendah dapat menyebabkan inkonsistensi
atau disparitas dalam kualitas perawatan, serta menunjukkan bahwa fasilitas tersebut
tidak sesuai dengan mandat federal.
e. Tingkat Retensi Pasien: Menunjukkan berapa banyak pasien yang kembali ke fasilitas
untuk kunjungan lain yang tidak terkait, yang biasanya sejalan dengan kepuasan
pasien.
f. Kualitas Perawatan: Menilai apakah pasien puas dengan tingkat perawatan yang
mereka terima dari perawat selama berada di fasilitas. Tujuannya adalah untuk
melihat lebih dekat kinerja dari satu kategori staf.
g. Angka Kematian: Melacak jumlah pasien yang diamati
2.8 Indikator mutu asuhan keperawatan berdasarkan akreditasi SNARS
1. SKP (Sasaran Keselamatan Pasien)
Maksud dan tujuan Sasaran Keselamatan Pasien adalah untuk mendorong rumah sakit
agar melakukan perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien termasuk perawat. Sasaran ini
menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan rumah sakit dan menjelaskan
bukti serta solusi dari konsensus para ahli atas permasalahan ini. Sistem yang baik akan
berdampak pada peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan keselamatan pasien.
Terdiri dari:
a. Mengientifikasi pasien dengan benar
Ada 2 (dua) maksud dan tujuan standar ini: pertama, memastikan ketepatan pasien
yang akan menerima layanan atau tindakan dan kedua, untuk menyelaraskan layanan
atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien. Proses identifikasi yang digunakan di
rumah sakit mengharuskan terdapat paling sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga) bentuk
identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik, atau bentuk
lainnya (misalnya, nomor induk kependudukan atau barcode). Nomor kamar pasien
tidak dapat digunakan untuk identifikasi pasien. Dua bentuk identifikasi ini digunakan
di semua area layanan rumah sakit seperti di rawat jalan, rawat inap, unit darurat,
kamar operasi, unit layanan diagnostik, dan lainnya.
b. Meningkatkan Komunikasi yang efektif
Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua
(ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi yang bertujuan mengurangi
kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
c. Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai (high alern
medication)
Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan pasien, bahkan
bahayanya dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pasien, terutama obat-obat
yang perlu diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung
risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian
besar pada pasien.
d. Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan
kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi
pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan
infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator.
Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah
dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan
(hand hygiene) tersedia dari World Health Organization (WHO).
e. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat
mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Ini disebabkan oleh operasi dan/atau
anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan.
Banyak pasien memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Rumah
sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang dianggap berisiko
tinggi jatuh.
Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang ke unit rawat jalan
dengan ambulans dari fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriksaan radiologi.
Pasien ini berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar ke meja periksa radiologi, atau
waktu berubah posisi sewaktu berada di meja sempit tempat periksa radiologi.

2. Standar Pelayanan Berfokus Pasien

Maksud dan tujuan adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan
yang sudah tersedia di rumah sakit, mengoordinasikan pelayanan, kemudian
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya.

a. Hak pasien dan keluarga (HPK)


Ada regulasi bahwa rumah sakit bertanggung jawab dan mendukung hak pasien
dan keluarga selama dalam asuhan.
Maksud dan Tujuannya Kepemimpinan (leadership) rumah sakit bertanggung
jawab bagaimana memperlakukan pasiennya dan pimpinan perlu mengetahui serta
memahami hak pasien dan keluarga juga tanggung jawabnya seperti ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan.
Pimpinan rumah sakit memberikan arahan kepada kelompok staf medis (KSM)
dan staf klinis lainnya di unit pelayanan untuk memastikan semua staf di rumah sakit
ikut bertanggung jawab melindungi hak-hak ini.
Rumah sakit menghormati hak dan kewajiban pasien, serta dalam banyak hal
menghormati keluarga pasien, terutama hak untuk menentukan informasi apa saja
yang dapat disampaikan kepada keluarga atau pihak lain terkait asuhan pasien.
Sebagai contoh, pasien tidak ingin diagnosis dirinya disampaikan kepada keluarga.
b. Asesmen Pasien (AP)
Tujuan asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang
kebutuhan asuhan, pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan pengobatan
berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika
kondisi pasien berubah. Proses asesmen pasien adalah proses yang terus menerus dan
dinamis yang digunakan pada sebagian besar unit kerja rawat inap dan rawat jalan.
Asuhan pasien di rumah sakit diberikan dan dilaksanakan berdasarkan konsep
Pelayanan berfokus pada pasien (Patient/Person Centered Care).
Pola ini dipayungi oleh konsep WHO: Conceptual framework integrated
peoplecentred health services. (WHO global strategy on integrated people-centred
health services 2016-2026, July 2015).
c. Pelayanan dan asuhan pasien (PAP)
Tanggung jawab rumah sakit dan staf yang terpenting adalah memberikan asuhan
dan pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan komunikasi yg
efektif, kolaborasi, dan standardisasi proses untuk memastikan bahwa rencana,
koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan
unik pasien dan target.
Asuhan tersebut dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau rehabilitatif
termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif, atau kombinasinya,
yang berdasar atas asesmen dan asesmen ulang pasien.
2.9 Strategi
Analisis Jurnal

 Judul : Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dalam Pengendalian Mutu


Keperawatan
 Penulis : Nurdiana, Rr. Tutik Sri Hariyati, Siti Anisah
 Nama jurnal : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia
 Volume dan Nomor : Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018
 Tujuan penelitian :
Pengendalian mutu keperawatan di ruang rawat, pada umumnya telah dilaksanakan
terutama pada rumah sakit yang akan dan sedang dilakukan akreditasi. Pelaksanaan
fungsi pengendalian mutu keperawatan yang belum berjalan optimal ini kemungkinan
juga dipengaruhi oleh struktur di rumah sakit. Permasalahan terkait fungsi pengendalaian
mutu keperawatan yang merupakan salah satu fungsi penting dalam manajemen
keperawatan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
masalah terkait pelaksanaan pengendalian mutu keperawatan di ruang rawat dan
mengembangkan solusi pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan proses 5
fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan
pengendalian.
 Hasil Pembahasan :

Fungsi pengendalian mutu keperawatan belum dilaksanakan optimal pada tahap


perencanaan, pemantauan dan tindak lanjut masalah. Implementasi penyelesaian dalam
bentuk sosialisasi dan workshop yaitu panduan, prosedur, kamus dan instrumen
pemantauan indikator mutu keperawatan. Hasil evaluasi menunjukkan Kepala Ruangan
meningkat pengetahuannya tentang pengendalian mutu dengan rata-rata skor pre-post
test meningkat 1,33 poin dari 6,10 menjadi 7,43. Survei pasca implementasi
menghasilkan persepsi yang baik dari 86,67% Kepala Ruangan mengenai pengendalian
mutu keperawatan. Program pengendalian mutu merupakan salah satu fungsi utama
kepala ruangan. Rumah sakit telah memiliki program pengendalian mutu yang
dipersyaratkan standar akreditasi rumah sakit, namun kepatuhan penerapannya masih
perlu dipertahankan. Rumah sakit dipersyaratkan untuk dapat mempertahankan
kepatuhan dan kesinambungan pengendalian mutu guna mengevaluasi proses kerja
secara berkelanjutan. Perlu dilakukannya sosialisasi mengenai penerapan pengendalian
mutu keperawatan yang cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan kepala ruangan
dan tentang program mutu yang dipersyaratkan akreditasi rumah sakit. Pimpinan rumah
sakit perlu memberi pengakuan, dukungan, dan motivasi bagi kepala ruangan dalam
penerapan pengendalian mutu keperawatan di ruangan rawat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Dengan ditulisnya makalah "Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Post


Kraniotomi" ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami materi
tersebut dan dapat diaplikasikan di dunia pekerjaan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT. 2017. STANDAR NASIONAL AKREDITASI


RUMAH SAKIT EDISI 1

Hasibuan, Malayu S.P. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta:
Penerbit PT Bumi Aksara

Sitorus, Ratna. (2006) Model Praktek Keperawatan Profesional, Edisi pertama, Jakarta ,
EGC.

Mariono, (2001). Materi kuliah ketenagaan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas


Indonesia Jakarta

Swamburg, Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta :


EGC

Departemen Kesehatan RI (2002) Standar tenaga keperawatan di Rumah sakit, Jakarta,


Departemen Kesehatan RI

Abdurrahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,
Jakarta, 2006, hlm. 172

Robert L. Mathis, & John H. Jackson , Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat,
Jakarta, hlm. 314

Anda mungkin juga menyukai