KONSEP PENGENDALIAN
Disusun oleh :
Kelompok 2
Lara Claudya 1711311029
Ovitra Mulyawati 1711311031
Mutya Amal Dwi Safura 1711311033
Wulandari Astagina 1711312001
Fadhil Akbar 1711312003
Fara Annisa 1711312005
Syafrida Wulandari 1711312007
Sri Dinda Andrifa 1711312009
Ilda Yunanda 1711312011
Adzkia Pinta Dano 1711312013
Makhda Nurfatmala Lubis 1711312017
Vinny Darma Fajri 1711312019
Ulfa Putri Rahmi 1711312021
Siti Rahma 1711312023
Sinthya 1711312025
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, Makalah ini selesai disusun. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas kelompok 2 dalam mata kuliah manajemen keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata. Namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal
tersebut, penulis mengucapkan terima kasih.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman
kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan maaf jika ada
kesalahan dalam karya tulis ini.
Akhir kata penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi tujuan
karya tulis ini. Amin.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian.....................................................................................................
2.2 Manifestasi Klinis........................................................................................
2.3 Komplikasi...................................................................................................
2.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
2.5 Penatalaksanaan Keperawatan.....................................................................
2.6 Pengkajian....................................................................................................
2.7 Pemeriksaan Fisik........................................................................................
2.8 Asuhan Keperawatan...................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Proses pengendalian terdiri atas tiga langkah yang meliputi mengukur kinerja
sebenarnya, membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar, dan mengambil
tindakan material untuk membetulkan penyimpangan atau standar yang tidak
memadai.
1. Detector (Pelacak)
Elemen ini berguna untuk mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang
sedang dikendalikan.
2. Assessor (Penilai)
Elemen ini berguna untuk menentukan signifikansi dari peristiwa aktual dengan cara
membandingkannya dengan standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
3. Effector
Elemen ini berguna untuk mengubah perilaku proses yang sedang dikendalikan
jika assessor mengindikasikan adanya kebutuhan untuk melakukan perubahan tersebut.
4. Communication network
Elemen ini berguna sebagai sarana untuk menyalurkan informasi antara elemen-elemen yang
ada dan proses yang sedang dikendalikan.
Berikut ini adalah bagan yang menerangkan interaksi antara elemen-elemen yang ada dan
proses yang sedang dikendalikan:
1) Setting standar
2) Measuring Perform
3) Reporting Result
4) Corrective Action
5) Redirection
1. Operasional
a. Jumlah Pasien yang Dilayani Per Bulan: Melacak jumlah individu yang menerima
perawatan setiap bulan. Ini membantu fasilitas kesehatan memahami keseluruhan
volume layanan yang diberikan, yang merupakan metrik dasar untuk bagaimana
mengelola kualitas dalam organisasi.
b. Lama Rawat Inap: Menunjukkan seberapa cepat staf medis dapat mendiagnosis dan
meresepkan pengobatan; juga membantu menciptakan standar mengenai alokasi
waktu untuk jenis perawatan yang berbeda.
c. Jumlah Masuk Kembali: Menilai kualitas perawatan dengan jumlah pasien yang
masuk kembali ke rumah sakit atau klinik untuk kondisi yang sama dengan mereka
sebelumnya dirawat dan kemudian dipulangkan. Tindakan ini juga dapat membantu
menentukan komplikasi yang terabaikan.
d. Tingkat Pemanfaatan Peralatan: Memantau jumlah hari peralatan benar-benar
tersedia, dibandingkan dengan hari peralatan diharapkan tersedia. Masalah peralatan
sering kali berkorelasi dengan kualitas perawatan yang lebih rendah atau terhambat.
e. Lembur Staf: Menunjukkan jumlah waktu anggota staf bekerja di luar jam kerja
normal mereka, yang dapat menunjukkan apakah fasilitas memiliki terlalu banyak
atau terlalu sedikit sumber daya staf. Ini sering dilacak dengan ukuran kinerja terkait
di organisasi perawatan kesehatan, seperti rasio staf-pasien.
2. Keuangan
a. Total Pengeluaran (Semua Sumber): Akun untuk jumlah total uang yang dibelanjakan
organisasi. Bergantung pada ukuran rumah sakit atau klinik Anda, jumlah ini dapat
dibagi berdasarkan produk dan layanan, atau ditampilkan sebagai jumlah total.
b. Margin Operasi Total: Mengukur keuntungan rumah sakit, setelah mengeluarkan
biaya. Ini menunjukkan efektivitas strategi penetapan harga rumah sakit dan
keseluruhan operasi. Ini juga menunjukkan berapa banyak dana yang tersedia untuk
menutupi biaya non-operasional.
c. Biaya Rata-Rata Per Discharge: Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk seluruh
pasien tinggal, yang dapat mengungkap area pengeluaran yang berlebihan. Ukuran ini
juga dapat dijadikan tolok ukur terhadap fasilitas serupa untuk membantu menilai
kinerja.
d. Utang Macet: Menghitung selisih antara jumlah yang ditagih kepada pasien dan
jumlah yang sebenarnya dibayarkan oleh pasien. Ini juga disebut perawatan tanpa
kompensasi dan memengaruhi pendapatan rumah sakit secara keseluruhan.
3. Komunikasi
a. Kepuasan Rawat Inap / Rawat Jalan Dengan Dokter: Mengkomunikasikan tingkat
kepuasan di antara pasien yang dirawat (atau menerima perawatan tanpa dirawat) ke
fasilitas kesehatan. Ini adalah bagian dari pengukuran kinerja kualitas yang melacak
kepuasan pasien secara keseluruhan.
b. Tingkat Perputaran Karyawan: Menunjukkan kestabilan tenaga kerja. Perputaran yang
tinggi dapat mempengaruhi tingkat perawatan dan efektivitas fasilitas.
c. Kepuasan Karyawan: Mengukur tingkat kepuasan karyawan, yang dapat
memengaruhi tingkat pergantian karyawan dan karena itu juga memengaruhi tingkat
perawatan.
d. Persentase Catatan Kesehatan Elektronik (EHR): Menunjukkan tingkat kemajuan
teknologi organisasi. Persentase EHR yang rendah dapat menyebabkan inkonsistensi
atau disparitas dalam kualitas perawatan, serta menunjukkan bahwa fasilitas tersebut
tidak sesuai dengan mandat federal.
e. Tingkat Retensi Pasien: Menunjukkan berapa banyak pasien yang kembali ke fasilitas
untuk kunjungan lain yang tidak terkait, yang biasanya sejalan dengan kepuasan
pasien.
f. Kualitas Perawatan: Menilai apakah pasien puas dengan tingkat perawatan yang
mereka terima dari perawat selama berada di fasilitas. Tujuannya adalah untuk
melihat lebih dekat kinerja dari satu kategori staf.
g. Angka Kematian: Melacak jumlah pasien yang diamati
2.8 Indikator mutu asuhan keperawatan berdasarkan akreditasi SNARS
1. SKP (Sasaran Keselamatan Pasien)
Maksud dan tujuan Sasaran Keselamatan Pasien adalah untuk mendorong rumah sakit
agar melakukan perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien termasuk perawat. Sasaran ini
menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan rumah sakit dan menjelaskan
bukti serta solusi dari konsensus para ahli atas permasalahan ini. Sistem yang baik akan
berdampak pada peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan keselamatan pasien.
Terdiri dari:
a. Mengientifikasi pasien dengan benar
Ada 2 (dua) maksud dan tujuan standar ini: pertama, memastikan ketepatan pasien
yang akan menerima layanan atau tindakan dan kedua, untuk menyelaraskan layanan
atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien. Proses identifikasi yang digunakan di
rumah sakit mengharuskan terdapat paling sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga) bentuk
identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik, atau bentuk
lainnya (misalnya, nomor induk kependudukan atau barcode). Nomor kamar pasien
tidak dapat digunakan untuk identifikasi pasien. Dua bentuk identifikasi ini digunakan
di semua area layanan rumah sakit seperti di rawat jalan, rawat inap, unit darurat,
kamar operasi, unit layanan diagnostik, dan lainnya.
b. Meningkatkan Komunikasi yang efektif
Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua
(ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi yang bertujuan mengurangi
kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
c. Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai (high alern
medication)
Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan pasien, bahkan
bahayanya dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pasien, terutama obat-obat
yang perlu diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung
risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian
besar pada pasien.
d. Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan
kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi
pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan
infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator.
Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah
dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan
(hand hygiene) tersedia dari World Health Organization (WHO).
e. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat
mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Ini disebabkan oleh operasi dan/atau
anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan.
Banyak pasien memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Rumah
sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang dianggap berisiko
tinggi jatuh.
Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang ke unit rawat jalan
dengan ambulans dari fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriksaan radiologi.
Pasien ini berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar ke meja periksa radiologi, atau
waktu berubah posisi sewaktu berada di meja sempit tempat periksa radiologi.
Maksud dan tujuan adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan
yang sudah tersedia di rumah sakit, mengoordinasikan pelayanan, kemudian
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Hasibuan, Malayu S.P. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta:
Penerbit PT Bumi Aksara
Sitorus, Ratna. (2006) Model Praktek Keperawatan Profesional, Edisi pertama, Jakarta ,
EGC.
Abdurrahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,
Jakarta, 2006, hlm. 172
Robert L. Mathis, & John H. Jackson , Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat,
Jakarta, hlm. 314