Anda di halaman 1dari 21

PAPER PENGAWASAN (CONTROLLING)

TUGAS PENGANTAR MANAJEMEN


DOSEN : JULI ISMANTO S.KM.,M.M

Oleh :

1. ANISA FITRI 211011200263

2. DINI ROSA R 211011200728

3. FARADINA JULIA P 211011200974

4. ZAHRITA 211011200678

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1

UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana No.1, Pamulang Bar., Kec. Pamulang,
Kota Tangerang Selatan, Banten 15417
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan paper
Pengantar Manajemen yang berjudul Pengawasan (controlling) pada tepat waktu.

Penyusunan paper ini semaksimal mungkin kami upayakan dan di dukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancak penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan paper ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik bagi segi bahasa,dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca
yang ingin saran ataupun kritik untuk memperbaiki paper ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari Paper sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapt menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain pada paper selanjutnya.

Jakarta, 08 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2
1.4 Lingkup Pembahasan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengawasan (controlling) ......................................... 3
2.2 Tujuan Pengawasan (controlling) ................................................ 4
2.3 Fungsi Pengawasan (controlling) ................................................. 6
2.4 Prinsip-prinsip Pengawasan (controlling) .................................... 7
2.5 Jenis Pengawasan (controlling) .................................................... 8
2.6 Proses Pengawasan (controlling) ................................................. 9
2.7 Tahap-tahap Pengawasan (controlling) ........................................ 10
2.8 Tipe-tipe Pengawasan (controlling) ............................................. 13
2.9 Pentingnya Pengawasan (controlling) .......................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 16
3.2 Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Ada banyak alasan untuk menentukan penyebab kegagalan suatu organisasi atau
keberhasilan organisasilainnya. Tetapi masalah selalu berulang dalam semua
organisasi, yang gagal adalah tidak atau kurang adanya pengawasan yang
memadai. Agar suatu organisasi tidak banyak mengalami kegagalan maka suatu
organisasi harus mempelajari dulu dasar-dasar pengawasan dan pada bab ini akan
diuraikan berbagai teknik dan metode pengawasan yang dapat digunakan agar
fungsi pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Pengawasan sebenarnya mengandung arti menjaga stabilitas atau equilibrium.


Untuk mencapai keseimbangan, bagaimana pun juga seorang manajer harus
mengubah apa yang dikerjakan atau merubah standar yang digunakan sekarang
untuk mengukur pelaksanaan. Dan teknik-teknik serta metode-metode pengawasan
hendaknya digunakan secara simultan, tidak berdiri sendiri. Pengawasan ialah
untuk mempermudah pelaksanaan dalam merealisasikan tujuan agar sesuai dengan
urutan pelaksanaan.

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam paper ini adalah :

1. Apa pengertian Pengawasan (controlling)?


2. Apa tujuan dari pengawasan (controlling)?
3. Apa fungsi pengawasan (controlling)?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam pengawasan (controlling)?
5. Sebutkan jenis Pengawasan (controlling)?
6. Bagaimana proses pengawasan (controlling)?
7. Sebutkan tahap-tahap pengawasan (controlling)?

1
8. Sebutkan tipe-tipe pengawasan (controlling)?
9. Apakah penting pengawasan (controlling) dalam organisasi?

1. 3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pengawasan (controlling)
2. Mengetahui tujuan pengawasan (controlling)
3. Mengetaui fungsi pengawasan (controlling)
4. Mengetahui Prinsip-prinsip Pengawasan (controlling)
5. Mengetahui jenis Pengawasan (controlling)
6. Mengetaui proses pengawasan (controlling)
7. Mengetahui tahap-tahap pengawasan (controlling)
8. Mengetahui apa saja tipe-tipe pengawasan (controlling)
9. Mengetahui pentingnya pengawasan (controlling) dalam organisasi

• Lingkup Pembahasan
Berdasarkan permasalahan dan tujuan tersebut, maka pembahasan dalam paper ini
meliputi :
1. Pengertian Pengawasan (controlling)
2. Tujuan Pengawasan (controlling)
3. Fungsi Pengawasan (controlling)
4. Prinsip-prinsip Pengawasan (controlling)
5. Jenis Pengawasan (controlling)
6. Proses Pengawasan (controlling)
7. Tahap-tahap Pengawasan (controlling)
8. Tipe-tipe Pengawasan (controlling)
9. Pentingnya Pengawasan (controlling)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengawasan (controlling)

Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar visi,
misi, tujuan dan rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai sebagaimana
mestinya. Pengertian pengawasan sebagaimana dikemukakan oleh beberapa pakar
berikut ini.

1. Hendry Fayol mendefinisikan bahwa pengawasan mencangkup upaya


memeriksa apakah semua terjadi sesuai degan rencana yang ditetapkan,
perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksud untuk
mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya
dikemudian hari.
2. Ducan (1975) mendefinisikan pengawasan sebagai tindakan dalam
menentukan apakah rencana tercapai atau tidak.
3. Sujamto (1986) mendefinisikan pengawasan merupakan segala usaha dan
kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan apakah sesuai dengan yang
semestinya atau tidak.
4. Fahmi, (2016:151) Pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai
cara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta
lebih jauh mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi.
5. Terry dalam Fahmi (2016:151) Pengawasan dapat didefinisikan sebagai
proses penentuan apa yang harus dicapai (standart), apa yang
dilaksanakan (pelaksanaan), menilai pelaksanaan tersebut kemudian
apabila perlu dilakukan perbaikan agar pelaksanaannya sesuai dengan
apa yang direncanakan dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
oleh perusahaan atau organisasi.

3
Kutipan diatas memberikan arti bahwa pengawasan merupakan suatu usaha
sistematik dengan terlebih daulu menetapkan standar pencapaian tujuan metode
yang digunakan untuk mengukur hasil yang dicapai dan upaya yang harus
dilakukan jika terjadi penyimpangan terhadap tujuan yang telah ditetapkan secara
bersama dan pengawasan adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh
serangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan
diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun
sebagai perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis yang dihadapi.

Pengawasan (controlling) dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan organisasi


sudah sesuai dengan rencana sebelumnya. Fungsi pengawasan (controlling)
mencakup empat kegiatan, yaitu:
1. menentukan standar prestasi;
2. mengukur prestasi yang telah dicapai selama ini;
3. membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan standar prestasi; dan
4. melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan dari standar prestasi
yang telah ditetapkan.

2.2 Tujuan Pengawasan (controlling)

Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan, Menurut Sule dan Saefullah


(2005 : 318-319) ada empat tujuan pengawasan tersebut adalah adaptasi
lingkungan, meminimumkan kegagalan, meminimumkan biaya, dan
mengantisipasi kompleksitas dari organisasi.

Adaptasi lingkungan, adalah agar perusahaan dapat terus menerus beradaptasi


dengan perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan, baik lingkungan yang
bersifat internal maupun lingkungan eksternal. Meminimumkan kegagalan,
adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan produksi misalnya perusahaan
berharap agar kegagalan seminimal mungkin.

4
Meminimumkan biaya, adalah ketiga perusahaan mengalami kegagalan dan
Antisipasi komplesitas organisasi, adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi
berbagai kegiatan organisasi yang kompleks. Menurut Husnaini (2001 : 400),
tujuan pengawasan adalah sebagai berikut :
1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.
2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan,
danhambatan.
3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan. Melakukan tindakan
koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kerja yang
baik.
Soekamo (1986) yang menyatakan bahwa tujuan pengendalian atau pengawasan
adalah:
1. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang
telah digariskan;
2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan
instruksi serta asas-asas yang telah ditetapkan;
3. Untuk mengetahui kesulitankesulitan, kelemahan-kelemahan serta
kekurangankekurangan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan
pekerjaan;
4. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan secara efisien;
5. Untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpa, kesulitan-kesulitan,
kelemahan kelemahan atau kegagalan kearah perbaikan.
Sedangkan Atmosudirdjo (1982) mengatakan bahwa, tujuan dan hakekat dari pada
controlling itu adalah membuat penyelenggaraan (performace) dan hasilnya
(result, finish) sesuai dengan rencana (in accordance with plans). Akan tetapi
disamping itu di dalam praktek, terdapat pula pengawasan yang tujuan dan
sifatnya adalah problem solving (memecahkan sesuatu masalah), misalnya :
meningkatkan keamanan atau security (kalau terlampau banyak pencurian,
kerusakan, gangguan, dsb), meningkatkan disiplin, meningkatkan kebersihan, dan
meningkatkan higiene.

5
Lebih lanjut dijelaskan oleh Handayaningrat (1988), bahwa tujuan pengawasan
adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien)
dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuan dari pengawasan pada dasarnya adalah untuk menjamin bahwa segala
aktivitas yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi diharapkan sejalan
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.3 Fungsi Pengawasan (controlling)


Sebagai suatu pengendalian manajemen yang bebas dalam menyelesaikan
tanggung jawabnya secara efektif maka fungsi pengawasan adalah :
1. Untuk menilai apakah pengendalian manajemen telah cukup memadai
dan dilaksanakan secara efektif.
2. Untuk menilai apakah laporan yang dihasilkan telah menggambarkan
kegiatan yang sebenarnya secara cermat dan tepat.
3. Untuk menilai apakah setiap unit telah melakukan kebijaksanaan dan
prosedur yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Untuk meneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara efisien.
5. Untuk meneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara efektif yaitu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian fungsi pengawasan adalah membantu seluruh manajemen dalam
menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif dengan melaksanakan analisa,
penilaian, rekomendasi dan penyampaian laporan mengenai kegiatan yang
diperiksa. Oleh karena itu internal audit harus dapat memberikan pelayanan
kepada manajemen, sehingga manajemen dapat mengetahui apakah system
pengendalian yang telah diterapkan berjalan dengan baik dan efektif untuk
memperoleh keadaan sesungguhnya.

6
2.4 Prinsip-prinsip Pengawasan (controlling)
Untuk memungkinkan adanya suatu sistem pengawasan yang efektif dan agar
pengawasan itu dapat terarah, maka perlu dipenuhi beberapa, prinsip pengawasan
sebagai berikut :
a. Obyektif dan menghasilkan fakta; Pengawasan harus bersifat obyektif
dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan
dan berbagai faktor yang mempengaruhinya;
b. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan; Untuk mengetahui dan
menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan.
Pengawasan harus berpangkal tolak dari keputusan pimpinan, yang
tercermin dalam :
1. Tujuan yang ditetapkan.
2. Rencana kerja yang telah ditentukan.
3. Kebijakan dan pedoman kerja yang telah digariskan.
4. Perintah yang telah diberikan.
5. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
c. Preventif Karena pengawasan pada dasarnya adalah untuk menjamin
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif,
maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi
kesalahankesalahan, berkembangnya dan terulangnya kesalahankesalahan.
d. Bukan tujuan tetapi sarana. Pengawasan hendaknya tidak dijadikan tujuan,
tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pencapaian tujuan organisasi.
e. Efisiensi Pengawasan haruslah dilakukan secara efisien, bukan justru
menghambat efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
f. Apa yang salah; Dalam pengawasan janganlah mencari siapa yang salah,
tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya sifat kesalahan itu.
g. Membimbing dan Mendidik; Manajemen merupakan pengembangan
manusia dan benda. Fungsi pengawasan harus bersifat membimbing dan
mendidik supaya pelaksana atau pegawai meningkatkan kemampuannya
dan dedikasinya untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan.

7
Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa pengawasan yang baik harus
menggunakan yang dapat dijadikan standar, dan dalam usaha bawahan
melaksanakan pekerjaan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh
pimpinan, maka instruksi yang diberikan harus jelas dan tegas. Dengan instruksi
yang tegas, bawahan akan dapat mempedomani apa yang dimaksud atasan dan
bawahan tidak mempunyai keraguan dalam melaksanakan tugasnya. Atas dasar
inilah pengawasan dilaksanakan.
Agar suatu pengawasan dapat berjalan baik, mau tidak mau prinsip-prinsip
pengawasan yang telah dikemukakan itu haruslah mendapat perhatian
sebagaimana mestinya.

2.5 Jenis Pengawasan (controlling)


Menurut Maringan (2004 : 62), Pengawasan terbagi 4 yaitu:
a. Pengawasan dari dalam perusahaan Pengawasan yang dilakukan oleh
atasan untuk mengumpul data atau informasi yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran perusahaan.
b. Pengawasan dari luar perusahaan Pengawasan yang dilakukan oleh unit
diluar perusahaan . Ini untuk kepentingan tertentu.
c. Pengawasan Preventif Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu
dilaksakaan. Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya
kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.
d. Pengawasan Represif Pengawasan Yang dilakukan setelah adanya
pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Menurut Ernie dan Saefullah (2005 : 327), jenis pengawasan terbagi atas 3 yaitu:
1. Pengawasan Awal Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya
pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan perkerjaan.
2. Pengawasan Proses Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses
pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan tengah

8
berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan
sesuai dengan tujuan ang ditetapkan.
3. Pengawasan Akhir Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses
pengerjaan pekerjaan. Fakor-faktor yang mempengaruhi

2.6 Proses Pengawasan (controlling)


Menurut Manulang (2006:185) Proses pengawasan terdiri atas :
6. Mengadakan penilaian yaitu membandingkan hasil pekerjaan bawahan
dengan alat ukur standart yang sudah ditentukan dengan demikian jelas
untuk dapat melaksanakan tugas yang diberikan.
7. Menetapkan alat pengukur (standart) yaitu alat pengukur atau standart
bagi hasil pekerjaan bawahan pada umumnya terdapat baik pada rencana
keseluruhan ataupun rencana-rencana bagian. Dengan kata lain dalam
rencana itulah pada umumnya terdapat standart bagi pelaksana pekerjaan,
agar alat penilai itu diketahui benar oleh bawahan maka alat penilai itu
harus dikemukakan secara jelas kepadanya.
8. Mengadakan tindakan perbaikan yaitu tindakan yang diambil untuk
menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai
dengan standart atau rencana telah ditentukan sebelumnya.
Proses pengawasan menurut Joseph A. Maciarello (1994) mencangkup empat hal
yaitu:
1. Expectation, merumuskan apa yang diinginkan dari kekayaan yang
dimiliki.
2. Allocation, mengalokasikan sumber yang ada untuk mencapai tujuan
yang diinginkan tersebut.
3. Monitoring, performance, mencatat dan monitor hasil kegiatan.
4. Corrective Actions, melakukan tindakan koreksi jika hasil kegiatan
berbeda dengan tujuan yang ditetapkan.

9
Sedangkan Robert N. Antony dan John Deaden mengemukakan bawa pengawasan
mempunyai empat elemen, yaitu:
1. Detector, alat ukur untuk mengetahui apa yang terjadi terhadap
parameter yang dikontrol.
2. Selector, alat untuk menilai apa yang dicapai dengan cara
membandingkan apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi.
3. Effector, alat untuk merubah perilaku jika perlu untuk mencapai apa yang
diinginkan .
4. Communication, menyampaikan informasi tentang semua hal yang
dicapai dan yang belum di capai dan upaya untuk mencapainya.

2.7 Tahap-tahap Pengawasan (controlling)


Proses pengawasan biasanya terdiri paling sedikit lima tahap :
1. Penetapan standar pelaksanaan. Tahap pertama dalam pengawasan
adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai
suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai “patokan” untuk
penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat
digunakan sebagai standar. Bentuk standar yang lebih khusus antara lain
target penjualan, anggaran, bagian pasar , marjin keuntungan,
keselamatan kerja, dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar yang umum adalah :
• Standar-standar phisik, mungkin meliputi kuantitas barang atau jasa,
jumlah langganan, atau kualitas produksi.
• Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dan mencakup
biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya.
• Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu
pekerjaan harus diselesaikan. Setiap tipe standar tersebut dapat
dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil yang dapat dihitung. Ini
memungkinkan manajer untuk mengkomunikasikan pelaksanaan kerja
yang diharapkan kepada para bawahan secara lebih jelas dan tahapan-
tahapan lain dalam proses perencanaan dapat ditangani dengan lebih

10
efektif. Standar harus ditetapkan secara akurat dan diterima mereka
yang bersangkutan. Standar-standar yang tidak dapat dihitung juga
memainkan peranan penting dalam proses pengawasan. Memang,
pengawasan dengan standar kualitatif lebih sulit dicapai, tetapi hal ini
tetap penting untuk mencoba mengawasinya. Misal, standar kesehatan
personalia, promosi karyawan yang terbaik, sikap kerjasama, dan
berpakaian yang pantas dalam bekerja
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan. Penetapan standar
pengukuran dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan
kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah
menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. Misalkan
timbul beberapa pertanyaan yang penting berikut ini dapat digunakan :
Berapa kali (how aften) pelaksana seharusnya diukur setiap jam, harian,
mingguan, dan bulanan?. Dalam bentuk apa (what form) pengukuran
akan dilakukan-laporan tertulis, inspeksi visual, melalui telephone?.
Siapa (who) yang akan terlibat-manajer, staf depatemen? Pengukuran ini
sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat diterapkan
kepada para karyawan.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan. Setelah frekuensi pengukuran dan
sistem monitoring ditentukan, pemgukuran pelaksanaan dilakukan
sebagai proses yang berulangulang dan terus menerus.
Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu :
• Pengamatan (observasi)
• Laporan-laporan , baik lisan dan tertulis.
• Metode-metode otomatis.
• Inspeksi dan pengujian (test), atau dengan pengambilan sempel.
Banyak perusahaan sekarang mempergunakan pemeriksa intern (in-ternal
auditor) sebagai pelaksana pengukuran.

11
4. Pembandingan Pelaksanaan dengan standart evaluasi. Tahap kritis dari
proses pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat
terjadi pada saat mengimplementasikan adanya penyimpangan (deviasi).
Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan
mengapa standar tidak dapat dicapai. Hal ini menunjukkan bagaimana
pentingnya bagi pembuat keputusan untuk menidemtifikasi penyebab-
penyebab terjadinya penyimpangan.
5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan. Bila hasil analisa
menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil
dalam berbagai bentuk. Standar mungkin ditambah, pelaksanaan
diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan. Ada beberapa tindakan
koreksi yang mungkin terjadi :
• Mengubah standar mula-mula, barangkali terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
• Mengubah pengukuran pelaksanaan, inspeksi terlalu sering
frekuensinya atau kurang atau bahkan mengganti sistem pengukuran
itu sendiri.
• Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan
penyimpangan-penyimpangan.
Agar dalam pengawasan bisa terarah dan sesuai dengan perencanaan maka
diperlukan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Obyek pengawasan harus ditetapkan agar kita mengetahui sasaran yang
akan diawasi.
b. Titik-titik strategi pengawasan harus ditentukan, agar pelaksanaan
pengawasan lebih ditujukan kepada yang benar-benar penting.
c. Tolok ukur kriteria kaidahkaidah harus ditegaskan agar hasil yang
dicapai dapat diukur, sehingga dapat diketahui apakah pekerjaan sesuai/
berhasil atau masih jauh di bawah ukuran yang dinginkan.

12
d. Prosedur, metode dan teknik pengawasan harus ditentukan agar sesuai
dengan lingkungan/tugas pekejaan.
e. Sebab-sebab penyimpangan harus dianalisa agar penyimpangan yang
sama tidak akan terulang lagi.
f. Tindak lanjut harus diadakan, karena pengendalian tanpa tindak lanjut
koreksi tidak ada artinya dan hanya akan membuangbuang biaya.
g. Penilaian akhir (evaluasi) harus diadakan untuk keperluan di masa
mendatang sebagai masukan untuk perencanaan berikutnya dan untuk
melaku- kan pengawasan selanjutnya.

2.8 Tipe-Tipe Pengawasan (controlling)


Ada tiga tipe dasar pengawasan, yaitu :
1. Pengawasan pendahuluan (feedforward control), dirancang untuk
mengantisipasi masalahmasalah atau penyimpanganpenyimpangan dari
standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu
tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan pengawasan ini
lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan
mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi.
Pengawasan ini akan lebih efektif hanya bila manajer mampu
mendapatkan informasi akurat dan tepat pada waktunya tentang
perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang perkembangan
terhadap tujuan yang diinginkan.
2. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
(concurrent control), pengawasan ini sering disebut “Ya-Tidak”,
screening control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatu kegiatan
berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek
tertentu dengan dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat
tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan,
atau menjadi semacam peralatan “double-check” yang lebih menjamin
ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.

13
3. Pengawasan umpan balik (feedback control), dikenal juga sebagai past-
action control, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah
diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar
ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan
serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat historis,
pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

Bentuk-bentuk pengawasan tersebut sangat berguna bagi manajemen, pengawasan


pendahuluan dan “berhentiterus”’ cukup memadai untuk memungkinkan
menajemen membuat tindakan koreksi dan tetap dapat mencapai tujuan. Tetapi
ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan disamping kegunaan dua bentuk
pengawasan itu. Pertama, biaya keduanya mahal. Kedua, banyak kegiatan tidak
memungkinkan dirinya dimonitor secara terus menerus. Ketiga, pengawasan yang
berlebihan akan menjadikan produktifitas berkurang. Oleh karena itu manajemen
harus menggunakan sistem pengawasan yang paling sesuai bagi situasi tertentu.

14
2.9 Pentingnya Pengawasan (controlling)
Ada beberapa faktor yang membuat pengawasan sangat diperlukan oleh setiap
organisasi, faktor-faktor tersebut adalah :
1. Perubahan lingkungan organisasi, Berbagai perubahan lingkungan
organisasi terjadi terusmenerus dan tak dapat dihindari, seperti
munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan
baku baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi
perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga
mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang
diciptakan perubahan yang terjadi.
2. Peningkatan kompleksitas organisasi, Semakin besar organisasi, makin
memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis
produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap
terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan
lebih efisien dan efektif.
3. Kesalahan-kesalahan, Bila para bawahan tidak membuat kesalahan,
manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi
kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem
pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut
sebelum menjadi kritis.
4. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang, Bila manajer
mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan
itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menen-
tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan
mengimplementasikan sistem penga-wasan.
Memang kata “pengawasan” sering mempunyai konotasi yang tidak
menyenangkan, karena dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi
pribadi. Padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin
tercapainya tujuan. Sehingga tugas manajer adalah menemukan kesimbangan
antara pengawasan organisasi dan kebebasan pribadi atau mencari tingkat
pengawasan yang tepat.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terry dalam Fahmi (2016:151) Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses
penentuan apa yang harus dicapai (standart), apa yang dilaksanakan
(pelaksanaan), menilai pelaksanaan tersebut kemudian apabila perlu dilakukan
perbaikan agar pelaksanaannya sesuai dengan apa yang direncanakan dan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi.

Kutipan diatas memberikan arti bahwa pengawasan merupakan suatu usaha


sistematik dengan terlebih daulu menetapkan standar pencapaian tujuan metode
yang digunakan untuk mengukur hasil yang dicapai dan upaya yang harus
dilakukan jika terjadi penyimpangan terhadap tujuan yang telah ditetapkan secara
bersama dan pengawasan adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh
serangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan
diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun
sebagai perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis yang dihadapi.

Fungsi pengawasan (controlling) mencakup empat kegiatan, yaitu: menentukan


standar prestasi, mengukur prestasi yang telah dicapai selama ini,
membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan standar prestasi, dan
melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan dari standar prestasi yang telah
ditetapkan. Prinsip-prinsip Pengawasan (controlling) Untuk memungkinkan
adanya suatu sistem pengawasan yang efektif dan agar pengawasan itu dapat
terarah, maka perlu dipenuhi beberapa, prinsip pengawasan sebagai berikut :
Obyektif dan menghasilkan fakta; Pengawasan harus bersifat obyektif dan harus
dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor
yang mempengaruhinya, Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan, Untuk
mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan.

16
Preventif Karena pengawasan pada dasarnya adalah untuk menjamin tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka pengawasan
harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahankesalahan,
berkembangnya dan terulangnya kesalahankesalahan.

Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa pengawasan yang baik harus


menggunakan yang dapat dijadikan standar, dan dalam usaha bawahan
melaksanakan pekerjaan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh
pimpinan, maka instruksi yang diberikan harus jelas dan tegas.

Jenis Pengawasan (controlling) Menurut Maringan (2004 : 62), yaitu: Pengawasan


dari dalam perusahaan Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpul
data atau informasi yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan
kemunduran perusahaan.

3.2 Saran
Pengawasan dirasa sangat dibutukan dalam suatu organisasi. Karena jika tidak ada
pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan-
kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan.

Pengawasan menjadi sangat dibutukan karena dapat membangun suatu


komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi.
Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam
merumuskan suatu masalah.

Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin organisasi.


Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam
suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin karena dapat
merubah suatu lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Marhawati, Besse. 2018. Pengantar Pengawasan Pendidikan. Yogyakarta:


Deepublish.
Sarinah, dan Mardalena. 2017. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Deepublish.
Mulyono, Sri, dkk. 2021. Pengantar Manajemen. Ningrum, Harini Fajar, editor.
Bandung : Media Sains Indonesia.
Dewi, Nuning Nurma. 2021. Pengantar Manajemen. Surabaya : Scopindo Media
Pustaka.
Takaendengan, Dormina. (2018). Analisis Fungsi Pengawasan Inspektorat
Sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kinerja Perangkat Daerah di Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Utara.Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen , 6(3), 298.
Remus, Sahat Parulian. (2017). Analisis Sistem Pengawasan Terhadap Kinerja
Karyawan Pada Pt. Bank Mandiri Cabang Krakatau Medan . Jurnal Ilmiah
Methonomi, 3(2), 28-29.
Budiharto, Priyo. (2018). Analisis Kebijakan Pengawasan Melekat Di Badan
Pengawas Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Administrasi Dan Kebijakan
Publik, 47-50.
Iswandir. (2019). Dasar-Dasar Proses Pengawasan Dalam Organisasi. Jurnal
Manajemen , 3(2), 68-71.
Suhariyanto, Dony, dan Tanto Askriyandoko Putro. (2018). Analisis Pengawasan
dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan CV Tiga Putra. Jurnal Penelitian
Manajemen Terapan (PENATARAN), 3(1), 81-92.
Batlajery, Semuel. (2016). Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Aparatur
Pemerintahan Kampung Tambat Kabupaten Merauke. Jurnal Ilmu Ekonomi &
Sosial,7(2), 6.
Hamdi. (2020). Penerapan Fungsi Manajemen Pada Kantor Kelurahan Rantau
Kiwa Kecamatan Tapin Utara Kabupaten Tapin. Jurnal Ekonomi Bisnis, 6(2), 3.

18

Anda mungkin juga menyukai