CANCER ENDOMETRIUM
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS
Oleh:
Agung Subakti Nuzulullail, S.Kep
(G3A022024)
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar kanker endometrium timbul sebagai massa polipoid
yang menjalar seperti fungus di dalam rongga endometrium. Uterus
seringkali membesar secara tidak simetris. Invasi ke dalam miometrium
terjadi secara dini (Chandrasoma, 2006). Adanya hubungan antara pajanan
estrogen dengan kanker endometrium telah diketahui selama lebih dari 50
tahun. Satu faktor resiko yang paling sering dan paling terbukti untuk
adenokarsinoma uterus adalah obesitas. Jaringan adiposa memiliki enzim
aromatase yang aktif. Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi
estrogen di dalam jaringan adipose pada individu yang obesitas. Estrogen
yang baru disintesis ini juga memiliki bioavaibilitas yang sangat baik
karena perubahan metabolik yang berhubungan dengan obesitas
menghambat produksi globulin pengikat hormon seks oleh hati. Individu
yang obesitas mungkin mengalami peningkatan drastis pada estrogen
bioavailable yang bersirkulasi dan pajanan ini dapat menyebabkan
penumbuhan hiperplastik pada endometrium (Sofian, 2006).
Mutasi lainnya yang ditemukan pada kanker endometrium adalah
mutase K-ras. Mutasi K-ras diidentifikasi pada 10% sampai 30% dari
kanker endometrium tipe I. K-ras merupakan onkogen yang berlokasi pada
12p12.1 yang mengkode anggota protein dari superfamily GTPase. Proses
ini mengakibatkan translokasi MAP kinase ke nucleus dimana hal ini
mempromosikan transkripsi gen yang terlibat pada proliferasi sel.
Insidensi mutasi K-ras pada kanker endometrium sebesar 14 sampai 36%.
Mutasi K-ras terjadi dini pada karsinogenesis endometrium, sebagai
mutasi yang teridentifikasi pada fokal hiperplasia atipikal kompleks yang
menjadi kanker endometrium (Bansal, 2009)
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Terjadinya perdarahan di luar masa haid
2. Keluarnya caira vagina yang tidak normal yang dapat berbentuk encer,
ada sedikit darah atau berwarna kecokelatana, dan bau yang tidak
sedap
3. Nyeri panggul
4. Massa panggul yang membesar
5. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan
6. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual, terjadi perdarahan setelah
berhubungan seksual
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi
Pemindaian ultrasonografi menggunakan gelombang suara
berfrekuensi tinggi untuk menciptakan gambara-gambar dari organ-
organ ginekologis. Sebuah alat berbentuk seperti tingkat yang disebut
sebagai transduser dimasukkan ke dalam vagina.
2. Histeroskopi
Dengan memasukkan pipa kecil yang tipis dan dilengkapi cahaya
melalui vagina dan serviks ke dalam Rahim. Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan dalam sehingga dapat diketahui ada kelainan
pada serviks dan Rahim.
3. Biopsi endometrium
Pengambilan jaringan dari lapisan Rahim untuk dianalisis. Tindakan
yang sama dengan biopsy yaitu kuretase dilatasi atau bertingkat.
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Pembedahan
a. Insisi mediana
b. Bilasan peritoneum (sitologi)
c. Eksplorasi secara menyeluruh hati, kavum douglas, dan adneksa,
palpasi KGB pelvis dan paraaorta
d. Prosedur standar pembedahan kanekr endometrium stadium I
adalah histerektomi total ekstrafasial disertai salfingooforektomi
bilateral. Pembedahan kanker endometrium stadium II adalah
histerektomi radikal
e. Limfadenektomi dilakukan pada setiap KGB yang membesar, bila
invasi melebihi ½ tebal myometrium, grade 3, invasi ke serviks,
jenis sel serous skuamosa, clear cell atau sel-sel dengan
diferensiasi buruk.
2. Terapi Radiasi
Radiasi yang diberikan meliputi radiasi eksternal dan brakiterapi. Pada
pasien kanker endometrium I dan II yang non-operabel dapat diberi
terapi radiasi dengan angka ketahanan hidup 5 tahun menurun 20-30%
disbanding pasien dengan tindakan operasi.
3. Terapi Hormonal
Tumor dengan reseptor estrogen dan progesterone yang positif akan
memberikan hasil yang baik bila diterapi dengan terapi hormonal.
Preparat hormonal yang dipergunakan:
a. Depo provera 400 mg IM setiap minggu
b. Provera 200 mg per oral
c. Tamoksifen 20 mg per oral
d. Megestrol asetat 800 mg per oral
H. PENCEGAHAN
1. Mempertahankan berat badan ideal dan sehat
2. Sering berolahraga
3. Melakukan pemeriksaan secara rutin seperti pap smear pada organ
reproduksi
4. Berkonsultasi tentang manfaat dan risiko pemilihan alat kontrasepsi
yang tepat
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Infeksi
2. Risiko perdarahan
3. Hipertermia
4. Risiko deficit nutrisi
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN
1. Risiko Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi:
Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
Monitor adanya demam
Terapeutik:
Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptik
N DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi:
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Anjurkan meningkatka asupan
nutrisi dan caira
Ajarkan cara memeriksa
adanya kondisi infeksi
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian produk
darah
Kolaborasi pemberian anti
infeksi