Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CANCER ENDOMETRIUM
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS

Oleh:
Agung Subakti Nuzulullail, S.Kep
(G3A022024)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
A. DEFINISI KANKER ENDOMETRIUM
Endometrium merupakan jaringan yang melapisi dinding bagian
dalam uterus. Lapisan ini mengikuti proses perubahan siklus menstruasi
selama masa subur kehidupan seorang wanita. Sebagian besar kanker yang
terjadi pada uterus adalah kanker endometrium, terutama adenokarsinoma
(Young B, 2007). Karsinoma endometrium didefinisikan sebagai tumor
epitel ganas primer, biasanya dengan diferensiasi kelenjar, yang berpotensi
menginvasi ke dalam myometrium dan menyebar ke lokasi yang jauh
(Silverberg et al, 2003). Prognosis karsinoma endometrium sebenarnya
cukup baik apabila dijumpai pada stadium dini dan ditangani secara tepat,
tetapi beberapa karsinoma endometrium telah menyebar atau telah
bermetastasis saat didiagnosis pertama kali. Hal ini mungkin disebabkan
karena karsinoma endometrium tidak mempunyai gejala yang khas dan
belum ada metode deteksi dininya (Nurseta et al., 2008; Milam
et al., 2012; Werner et al., 2013).

B. STADIUM KANKER ENDOMETRIUM


1. STADIUM KANKER
a. IA :Tumor terbatas pada uterus tidak atau menginvasi
b. IB :Tumor terbatas pada uterus menginvasi >1/2 miometrium
c. II :Tumor menginvasi stroma serviks tapi belum keluar dari
uterus
d. IIIA :Tumor melibatkan serosa dan atau adneksa (penyebaran
langsung atau metastase) dan atau sel kanker dalam cairan asites
atau bilasan peritoneum
e. IIIB :Keterlibatan vagina (penyebaran langsung atau metastase)
f. IIIC1 :Metastase ke KGB pelvis
g. IIIC2 :Metastase ke KGB para aorta
h. IVA :Tumor menginvasi mukosa kandung kemih dan atau
rektum
i. IVB :Metastase jauh (metastase KGB intra abdomen selain
abdomen selain KGB para aorta dan inguinal)
2. TIPE I
Tumor tipe ini biasanya berkembang pada Wanita perimenopause
dengan hiperestrogenisme
a. Adenocarcinoma
Adenokarsinoma endometrium cenderung tumbuh lambat dan oleh
karena perdarahan abnormal merupakan gejala awal, lesi
cenderung didiagnosis pada tahap awal dan terbatas pada fundus
rahim dengan infiltrasi miometrium yang sangat terbatas. Tumor
tersebut dapat berkembang sebagai massa polipoid local atau
mungkin melibatkan seluruh permukaan endometrium secara difusi
(Shepherd, 1985).
b. Adenocanthoma
Ketika perubahan karakteristik dari adenokarsinoma berdampingan
dengan sel epitel skuamosa jinak, lesi dikatakan sebagai
adenoacanthoma. Unsur skuamosa dapat terlokalisasi secara merata
pada seluruh lesi. Sel skuamosa dapat mencerminkan berbagai
derajat diferensiasi yang diamati dalam epitel yang metaplasia pada
uterus. Lesi pada komponen kelenjar ini biasanya tergolong
memiliki prognosis yang lebih baik (Shepherd, 1985).
c. Adenosquamous Carcinoma
denosquamous atau mixed adenosquamous carcinoma pada
endometrium memiliki kelenjar yang ganas dan komponen
skuamosa. Sekitar 85% dari komponen kelenjar yang ganas
merupakan moderately atau poorly differentiated dan keduanya
dapat bermetastasis. Lesi ini cenderung dimiliki pada
pasien yang telah mengalami menopause dan prognosisnya
tergantung pada derajat diferensiasi dari komponen kelenjar dan
lebih buruk pada pure adenocarcinoma daripada adenoacanthoma
(Shepherd, 1985).
3. TIPE II
Merupakan suatu neoplasma yang sangat agresif yang tidak berkaitan
dengan stimulasi estrogen yang biasanya muncul pada perempuan
yang lebih tua pascamenopause. Endometrial carcinoma tipe II
merupakan jenis high-grade tumours (Nucci MR, 2009).
a. Clear Cell Carcinoma
Karsinoma sel jernih endometrium tercatat sekitar 4,3-7,5% dari
karsinoma endometrium. Elemen sel jernih dapat berupa fokal atau
umum. Lesi berasal dari Mullerian terdiri dari sel jernih atau
komponen paku sepatu.22 Rata-rata lesi ini disajikan pada
perempuan yang 10 tahun lebih tua pada adenocarcinoma
murni dan diagnosisnya pada tahap klinis lebih maju. Prognosis
dari lesi ini tampaknya sangat buruk (Christopherson W.M, 2001).
b. Mucinous Carcinoma
Suatu karsinoma endometrial dimana >50% dari neoplasma terdiri
dari sel mucinous. Mucinous carcinoma diperkirakan terhitung 1-
9% dari karsinoma endometrium. Memiliki gambaran glandular
ataupun villoglandular, mucinous, columnar dengan stratifikasi
yang minimal. Biasanya terdapat diferensiasi skuamosa dan
nuklear atipik terdiri dari ringan sampai sedang serta aktifitas
mitotic yang rendah (RJ, 2014).
c. Serous Carcinoma
Serous carcinoma memiliki karakteristik papilar yang kompleks
dan atau gambaran kelenjar dengan difusi pleomorfik nuclear (RJ,
2014).
d. Mixed Carcinoma
Suatu karsinoma endometrium yang terdiri dari dua atau lebih
gambaran histologi yang berbeda, setidaknya salah satunya
merupakan kategori tipe ke-II (RJ, 2014).
e. Undifferentiated dan dedifferentiated carcinoma
Karsinoma tanpa diferensiasi merupakan suatu keganasan epitel
neoplasma tanpa diferensiasi. Sedangkan dediferensiasi karsinoma
terdiri dari karsinoma tanpa diferensiasi dengan suatu komponen
kedua dari FIGO derajat I atau II karsinoma endometrium (RJ,
2014).
C. ETIOLOGI
1. Obesitas
Obesitas berhubungan dengan terjadinya peningkatan risiko kanker
endometrium sebesar 20-80%. Wanita yang mempunyai kelebihan
berat badan 11-25 kg mempunyai peningkatan risiko 3 kali dan 10 kali
pada Wanita yang mempunyai kelebihan berat badan >25 kg.
2. Diabetes mellitus
Peningkatan risiko sebesar 2,8 kali
3. Hipertensi
4. Paritas nullipara
Peningkatan risiko sebesar 2-3 kali
5. Menopause
Pada Wanita menopause yang mengonsumsi estrogen akan terjadi
peningkatan risiko kanker sebesar 4,5-13,9

D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar kanker endometrium timbul sebagai massa polipoid
yang menjalar seperti fungus di dalam rongga endometrium. Uterus
seringkali membesar secara tidak simetris. Invasi ke dalam miometrium
terjadi secara dini (Chandrasoma, 2006). Adanya hubungan antara pajanan
estrogen dengan kanker endometrium telah diketahui selama lebih dari 50
tahun. Satu faktor resiko yang paling sering dan paling terbukti untuk
adenokarsinoma uterus adalah obesitas. Jaringan adiposa memiliki enzim
aromatase yang aktif. Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi
estrogen di dalam jaringan adipose pada individu yang obesitas. Estrogen
yang baru disintesis ini juga memiliki bioavaibilitas yang sangat baik
karena perubahan metabolik yang berhubungan dengan obesitas
menghambat produksi globulin pengikat hormon seks oleh hati. Individu
yang obesitas mungkin mengalami peningkatan drastis pada estrogen
bioavailable yang bersirkulasi dan pajanan ini dapat menyebabkan
penumbuhan hiperplastik pada endometrium (Sofian, 2006).
Mutasi lainnya yang ditemukan pada kanker endometrium adalah
mutase K-ras. Mutasi K-ras diidentifikasi pada 10% sampai 30% dari
kanker endometrium tipe I. K-ras merupakan onkogen yang berlokasi pada
12p12.1 yang mengkode anggota protein dari superfamily GTPase. Proses
ini mengakibatkan translokasi MAP kinase ke nucleus dimana hal ini
mempromosikan transkripsi gen yang terlibat pada proliferasi sel.
Insidensi mutasi K-ras pada kanker endometrium sebesar 14 sampai 36%.
Mutasi K-ras terjadi dini pada karsinogenesis endometrium, sebagai
mutasi yang teridentifikasi pada fokal hiperplasia atipikal kompleks yang
menjadi kanker endometrium (Bansal, 2009)
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Terjadinya perdarahan di luar masa haid
2. Keluarnya caira vagina yang tidak normal yang dapat berbentuk encer,
ada sedikit darah atau berwarna kecokelatana, dan bau yang tidak
sedap
3. Nyeri panggul
4. Massa panggul yang membesar
5. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan
6. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual, terjadi perdarahan setelah
berhubungan seksual
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi
Pemindaian ultrasonografi menggunakan gelombang suara
berfrekuensi tinggi untuk menciptakan gambara-gambar dari organ-
organ ginekologis. Sebuah alat berbentuk seperti tingkat yang disebut
sebagai transduser dimasukkan ke dalam vagina.
2. Histeroskopi
Dengan memasukkan pipa kecil yang tipis dan dilengkapi cahaya
melalui vagina dan serviks ke dalam Rahim. Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan dalam sehingga dapat diketahui ada kelainan
pada serviks dan Rahim.
3. Biopsi endometrium
Pengambilan jaringan dari lapisan Rahim untuk dianalisis. Tindakan
yang sama dengan biopsy yaitu kuretase dilatasi atau bertingkat.

G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Pembedahan
a. Insisi mediana
b. Bilasan peritoneum (sitologi)
c. Eksplorasi secara menyeluruh hati, kavum douglas, dan adneksa,
palpasi KGB pelvis dan paraaorta
d. Prosedur standar pembedahan kanekr endometrium stadium I
adalah histerektomi total ekstrafasial disertai salfingooforektomi
bilateral. Pembedahan kanker endometrium stadium II adalah
histerektomi radikal
e. Limfadenektomi dilakukan pada setiap KGB yang membesar, bila
invasi melebihi ½ tebal myometrium, grade 3, invasi ke serviks,
jenis sel serous skuamosa, clear cell atau sel-sel dengan
diferensiasi buruk.
2. Terapi Radiasi
Radiasi yang diberikan meliputi radiasi eksternal dan brakiterapi. Pada
pasien kanker endometrium I dan II yang non-operabel dapat diberi
terapi radiasi dengan angka ketahanan hidup 5 tahun menurun 20-30%
disbanding pasien dengan tindakan operasi.
3. Terapi Hormonal
Tumor dengan reseptor estrogen dan progesterone yang positif akan
memberikan hasil yang baik bila diterapi dengan terapi hormonal.
Preparat hormonal yang dipergunakan:
a. Depo provera 400 mg IM setiap minggu
b. Provera 200 mg per oral
c. Tamoksifen 20 mg per oral
d. Megestrol asetat 800 mg per oral

H. PENCEGAHAN
1. Mempertahankan berat badan ideal dan sehat
2. Sering berolahraga
3. Melakukan pemeriksaan secara rutin seperti pap smear pada organ
reproduksi
4. Berkonsultasi tentang manfaat dan risiko pemilihan alat kontrasepsi
yang tepat

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Infeksi
2. Risiko perdarahan
3. Hipertermia
4. Risiko deficit nutrisi

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN
1. Risiko Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi:
 Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
 Monitor adanya demam
Terapeutik:
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik
N DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi:
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
 Anjurkan meningkatka asupan
nutrisi dan caira
 Ajarkan cara memeriksa
adanya kondisi infeksi
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian produk
darah
 Kolaborasi pemberian anti
infeksi

2. Risiko Perdarahan Pencegahan perdarahan (I.02067)


Observasi:
 Monitor tanda dan gejala
perdarahan
 Monitor nilai hematokrit dan
hemoglobin
 Monitor koagulasi (PT, PTT)
Terapeutik:
 Pertahankan bed rest
 Batasi tindakan invasif
Edukasi:
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
 Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin
K
 Anjurkan segera melapor jika
terjadi perarahan
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian produk
darah
3. Hipertermia Manajemen Hipertermia (I.15506)
Observasi
 Identifkasi penyebab
hipertermi (mis. dehidrasi
terpapar lingkungan panas
N DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN
penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang
dingin
 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
4. Risiko deficit nutrisi Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang
disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
 Monitor asupan makanan
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Edukasi
N DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
REFERENSI

Bansal, N. (2009). The Molecular Biology of Endometrial Cancers and the


Implications for Pathogenesis, Classification, and Targeted Therapies.
Cancer Control, 8-14.
Chandrasoma. (2006). Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta: EGC.
Christopherson W.M, A. R. (2001). Carcinoma of the endometrium III Analysis
of 865 cases of adenocarcinoma and adeno-acanthoma. Obstetric
Gynecology, 59,569.
Nucci MR, O. E. (2009). Endometrial Neoplasia. Gynecologic Pathology, 233-
258.
Reiza, Yaumil. 2020. “Kanker Endometrium.” Kankere, no. 65.
https://kankere.com/article/content/kanker-endometrium-23. Sofian A.
Kanker endometrium. In: Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB, editors.
Onkologi ginekologi (1st ed). Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2010; p. 456-67. Silitonga NL. Hubungan antara kategori
usia menopause dengan kejadian strok [Tesis]. Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2014
RJ, K. (2014). WHO Classification of tumour of female reproductive organs. 122-
133.
Shepherd, J. d. (1985). Crcinoma of the uterine body, Clinical Gynecological
Oncolagy.
Sofian. (2006). Kanker Endometrium. In Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi (pp. 456-467). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai