OLEH:
AGUS RIZKY MAULANA
NPM. 1614201110063
Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli- buli
sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi.Uretra
pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra
posterior dibagi menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra
anterior dibagi menjadi meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam
keadaan normal lumen uretra laki-laki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm
maka lumen uretra laki-laki 7,2 mm dan wanita 9 mm.
B. Definisi
1. Striktur uretra adalah kondisi dimana suatu bagian dari uretra menyempit.
Berbeda dengan obstruksi pada uretra yang disebabkan oleh batu, striktur
uretra merupakan adanya oklus dari dari meatus uretralis karena adanya
jaringan yang fibrotik dengan hipertrofi. Jaringan fibrotik yang tumbuh
dengan abnormal akan menutupi/mempersempit meatus uretralis, sehingga
aliran urine (urine flow) akan menurun. (Prabowo & Pranata, 2014: 144)
2. Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada
dindingnya. Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami
fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus
spongiosum. (Purnomo, 2011: 153).
3. Striktur uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari lumen urethra akibat
adanya osbtruksi. Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas
uretra yang disebabkan oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat yang
kemudian mengerut menyebabkan jaringan lumen uretra mengecil. (long,
1996).
C. Etiologi
D. Patofisiologi
1. Residu urine yang sedikit mungkin akan menimbulkan gangguan, namun jika
banyak dan melebihi batas kapasitas vesika memungkinan terjadinya refluks
dan jika berlangsung kronis kemungkinan menimbulkan hidronephrosis.
Selain itu, stagnansi urine yang lama menimbulkan sedimentasi sehingga
kemungkinan akan terjadi urolithiasis. Hal yang paling kompleks dari dampak
striktur adalah terjadinya gagal ginjal. Hal ini dikarenakan refluks pada ginjal
akan memperberat kerja ginjal untuk melakukan fungsinya.
2. Tubuh manusia memiliki banyak cara untuk mengatasi masalah, begitu pula
dengan akumulasi urine yang semakin bertambah dengan adanya striktur.
Urine yang bersifat asam/ basa akan berusaha mencari jalan baru sebgai
saluran dengan meningkatkan iritabilitas pada mukosa jaringan sekitar dan
terbentukla fistel. (Prabowo & Pranata, 2014: 147-149)
3. Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan
terbentuknya jaringan sikatrik pada uretra. Jaringan sikatriks pada lumen
uretra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi urine. Aliran urine
yang terhambat tersumbat mencari jalan keluar di tempat lain (di sebelah
proksimal striktura) dan akhirnya mengumpul di rongga periuretra. Jika
terinfeksi menimbulkan abses periuretra yang kemudian pecah membentuk
fistula uretrokutan. Pada keadaan tertentu dijumpai banyak sekali fistula
sehingga disebut sebagai fistula seruling. (Purnomo, 2011: 144)
4. Trauma yang menyebabkan striktura uretra adalah trauma tumpul pada
selangkangan (straddle injury) dan fraktur tulang pelvis. Proses radang akibat
trauma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan terbentuknya jaringan
sikatriks pada uretra. Jaringan sikatriks pada lumen uretra menimbulkan
hambatan aliran urine hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat
mencari jalan keluar di tempat lain (di sebelah proksimal striktura) dan
akhirnya mengumpul di rongga periuretra. Jika terinfeksi menimbulkan abses
periuretra yang kemudian pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadaan
tertentu banyak dijumpai fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling.
Jaringan parut
Peningkatan tekanan
Refluk urine VU
Hidroureter
Penebalan dinding Nyeri akut
VU
Hidronefrosis
Penurunan kontraksi
Pyelonefritis otot VU
Defisiensi
Retensi urine
pengetahuan
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi
Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
2. Radiologi
Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan
besarnya penyempitan uretra. Teknik pemeriksaan uretrogram adalah pemeriksaan
radiografi ureter dengan bahan kontras uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap
mengenai panjang striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi
dengan cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara
retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui
sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk penderita Striktur Uretra adalah dengan
menggunakan penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis.
1. Terapi Farmakologis
a) Bougie (Dilatasi)
Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau
lurus ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya. Dilatasi dengan
bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar tambah
akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang
bertugas di pusat kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk
memasukkan bougie. Penyulit dapat mencakup trauma dengan perdarahan dan
bahkan dengan pembentukan jalan yang salah (false passage). Perkecil
kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic dengan
tindakan asepsis dan dengan penggunaan antibiotik.
b) Uretrotomi interna
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur
uretra anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang
tidak lebih dari 2 cm serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2- 3 hari
pasca tindakan. Setelah pasien dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu
selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan dan tiap 6 bulan
sekali seumur hidup. Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmetri,
bila pancaran urinnya < 10 ml/det dilakukan bouginasi.
c) Uretrotomi eksterna
Stadium II: beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak,
dilakukan pembuatan uretra baru.
d) Uretroplasty
Dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau
dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi
Sachse. Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah
daerah striktur di eksisi, uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis
dan dengan free graft atau pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari
kulit preputium/kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.
Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka
otot kalau diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat
kemudian akan melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula
akan menebal terjadi trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fase
dekompensasi timbul sakulasi dan divertikel. Perbedaan antara sakulasi dan
divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih di dalam otot
buli sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel buli-buli
adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.
b) Residu urine
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak
timbul residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu
adalah keadaan dimana setelah kencing masih ada urine dalam kandung
kencing.Dalam keadaan normal residu ini tidak ada.
Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-
buli melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika
yang meninggi maka akan terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari
buli-buli akan masuk kembali ke ureter bahkan sampai ginjal.
Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara
tubuh mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan
setiap saat mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan
dekompensasi maka akan timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah
terkena infeksi. Adanya kuman yang berkembang biak di buli-buli dan
timbul refluks, maka akan timbul pyelonefritis akut maupun kronik yang
akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.
H. Pengkajian Keperawatan
Pemeriksaan fisik
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Pre Operasi
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic
2. Nyeri akut berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
J. Intervensi Keperawatan
Brunner dan Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info Media.
Purnomo, B.B. 2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ke 3. Jakarta: CV. Agung Seto.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.