Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Coping Keluarga Terhadap Masalah Merokok Pada Anak Usia Remaja Di Desa

Kaiwatu, Kecamatan Moa Lakor Kabupaten Maluku Barat Daya

Disusun oleh

Nama : Silvia Saiselar

Npm :

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merokok merupakan kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan tubuh.
Banyak penyakit yang sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok.Yang telah
diketahui merokok bukanlah hal yang asing lagi, apalagi dizaman sekarang penikmat
rokok tidak hanya dinikmati oleh kalangan orang dewasa saja, kalangan remaja pun
sudah ikut menikmati rokok bahkan dikalangan anak-anak yang masih sangat muda
belia sudah menikmati rokok (Hamdan, 2015).
Merokok berbahaya bagi kesehatan dan beresiko terkena penyakit bahkan
mengakibatkan seseorang meninggal dunia akibat dari efek rokok itu sendiri. World
Health Organization ( WHO ) menyatakan tembakau menyebabkan kematian lebih
dari 5 juta orang per tahun dan prediksikan akan menyebabkan kematian 10 juta
orang sampai tahun 2020. Data WHO menyebutkan,dinegara berkembang jumlah
perokoknya 800 juta orang,hampir 3 kali lipat dinegara maju. Besarnya jumlah
perokok tersebut menyebabkan angka kematian akibat merokok adalah 4 juta jiwa
setiap tahun,yang berarti terdapat sekitar 1 kematian dalam setiap 8 menit
(Trisnolerah dkk, 2016 ).
Penelitian Global Youth Tobbaco Survey (GYTS 2014) menyatakan bahwa
20,3% anak sekolah merokok. Sementara itu, menurut data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas), Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi perokok usia 15
tahun ke atas yaitu 36,3% (Riskesdas 2013). Indonesia menempati peringkat kedua
terbanyak di dunia (Kemenkes RI, 2012). Beberapa penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa kebanyakan orang mulai merokok ketika duduk di bangku
Sekolah Menengah Pertama atau kurang lebih pada usia 12 tahun. Indonesia
merupakan salah satu negara yang masih mengalami pertumbuhan dalam sektor
industri. Pertanian tembakau dan industri pengolahan tembakau dinilai dapat
meningkatkan sektor perindustrian nasional din Indonesia khususnya dalam
penggunaan produk tembakau,dalam hal ini adalah rokok. Berdasarkan riset nasional
dasar kesehatan 2013, prevalensi merokok di Indonesia yang berusia 15 tahun ke
atas meningkat dari 34,7% di tahun 2010 menjadi 36,3 % pada tahun 2013.
Presentasi memulai menggunakan tembakau dalam setiap kelompok usia adalah 5-9
tahun = 0,7 %, 10-14 tahun = 9,5 %, 15- 19 tahun = 50,3 %, 20-24 tahun = 26,7 %,
25-29 tahun = 7,6 %, >30 = 5,2 %. Merokok masih menjadi salah satu masalah
terbesar kesehatan yang dapat menyebabkan kematian. Pada tahun 2015 > 1,1 milyar
orang merokok dengan bahan utama tembakau. Prevalensi merokok di Indonesia
adalah 67 % atau 57,6 juta penduduk laki-laki dan 2,7 % atau 2,3 juta penduduk
perempuan (Diba dkk, 2016).
Manusia mengalami beberapa tahap perkembangan mulai dari lahir hingga
dewasa. Remaja adalah salah satu tahap yang akan dilalui seseorang,tahap ini
ditandai dengan pematangan secara seksual dan berakhir pada matangnya usia secara
hukum. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa dengan
ditandai adanya perubahan dari aspek fisik, psikis dan psikososial. Masa remaja
berlangsung antara 12 atau 13 tahun. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan
konflik dan tekanan baik dari dalam diri maupun dari luar individu tersebut sehingga
menimbulkan perubahan. Remaja mengalami pergolakan yang diwarnai konflik dan
perubahan suasana hati,karena pada masa ini mereka memliki keinginan sendiri
untuk menentukan masa depan. Keinginan untuk bebas berekspresi dan mencoba
sesuatu yang baru akan melibatkan remaja pada perilaku yang beresiko seperti
merokok ( Septiyani, 2017 ).
Salah satu dampak pengaruh lingkungan yang terjadi pada anak usia remaja
adalah perilaku merokok. Perilaku merokok adalah aktifitas seseorang yang
merupakan respon terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi sesorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.
Sedangkan merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap isinya baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Selain rangsangan dari luar,
remaja yang merokok diakibatkan karena kurangnya perhatian dari orang tua. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya peran keluarga agar dapat
membimbing, mengatur, mengarahkan serta mencegah perilaku merokok yang
membahayakan anak usia remaja maka, perlu adanya fungsi keluarga dalam
melakukan perawatan keluargayaitu dengan cara menggunakan strategi coping.
Coping merupakan tindakan mental dan fisik untuk mengontrol, mengatur,
mengurangi atau membuat pengaruh stress baik dari eksternal dan internal (Ammang
dkk, 2017).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “
Pengaruh Coping Keluarga terhadap masalah merokok pada anak usia remaja di desa
Kaiwatu, Kecamatan Moa Lakor Kabupaten Maluku Barat Daya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah ada pengaruh coping keluarga terhadap masalah merokok pada anak
usia remaja di desa Kaiwatu, Kecamatan Moa Lakor Kabupaten Maluku Barat
Daya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh coping
kelurga terhadap masalah merokok pada anak usia remaja di desa Kaiwatu,
Kecamatan Moa Lakor Kabupaten Maluku Barat Daya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui akibat dari perilaku merokok pada anak usia remaja di desa
Kaiwatu, Kecamatan Moa Lakor, Kabupaten Maluku Barat Daya.
b. Mengetahui respon keluarga terhadap perilaku merokok anak usia remaja di
desa Kaiwatu, Kecamatan Moa Lakor, Kabupaten Maluku Barat Daya.
c. Mengetahui pengaruh coping keluarga terhadap perilaku merokok pada anak
usia remaja di desa Kaiwatu, Kecamatan Moa Lakor, Kabupaten Maluku Barat
Daya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Merokok


1. Pengertian Perilaku
Menurut kamus Besar bahasa Indonesia Perilaku adalah tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangasangan dan lingkungan. Sedangakn menurut ensiklopedia
Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu reaksi dan reaksi mekanisme terhadap
lingkungannya. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada
manusia itu sendiri.perilaku manusia merupakan reaksi individu yang diwujudkan
dengan tindakan atau aktivitas terhadap rangsangan tertentu. Dalam hal ini
rangsangan tersebut adalah rokok. Kebiasaan merokok bukanlah hal baru. Bahkan
sejak tan 600 sebelum Masehi tanaman tembakau menjadi populer setelah
Columbus melihat orang-orang India menghisap tembakau dalam upacara tertentu
sebagai lambing keramah-tamahan. Sejak saat kebiasaan merokok semakin menjadi
populer di Eropa, tidak ada yang memungkiri adanya dampak negative dari perilaku
merokok tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan
yang fenomenal. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negative merokok tetapi
jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia
merokok semakin bertambah muda (Cahyono, 2015).
2. Proses Adopsi Perilaku
Proses adopsi perilaku menurut Notoadmojo (2015) sebelum seseorang
mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut erjadi suatu proses yang berurutan
yaitu :
a. Awereness (Kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.
b. Interest (Tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (Menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang baik
dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial (Mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap
dan kesadarannya terhadap stimulus.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Perilaku merupakan resultan dari berbagai macam aspek internal dan eksternal,
fisik dan fisiologis. Perilaku tidak berdiri sendiri, akan tetapi selalu berkaitan
dengan faktor-faktor lain. Maulana (2016) menjelaskan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
a. Faktor predisposing
Adalah faktor yang ada dalam diri individu, yang termasuk didalamnya adalah
sikap ini, nilai, pengetahuan, budaya, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan dan
faktor sosio-demografi.
b.Faktor Reinforcing
Faktor ini merupakan konsekuensi positif dari perilaku, seperti penerimaan
kelompok, atau konsekuensi negatif seperti sanksi sosia
c. Faktor Enabling
Faktor ini adalah kondisi lingkungan yang secara umu memungkinkan
suatu perilaku dilakukan atau menghalangi perilaku tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hamper semua perilaku berasal
dari tiga faktor tersebut. Pada perilaku merokok, pengaruhnya pada individu
yang merokok atau berhenti merokok dalam predisposing faktor termasuk
sikap tentang merokok, kepercayaan, dan pengetahuan tentang efek kesehatan
akibat merokok. Reinforcing faktor secara sosial termasuk dukungan sosial,
pengaruh kelompok dan iklan rokok. Sedangakan pada enabling faktor
termasuk ketersediaan dan harga rokok. Hal inilah yang menimbulkan adanya
perilaku merokok pada individu.
4. Pengertian perilaku merokok
Perilaku merokok merupakan kebiasaan yang sudah membudaya di
Negara Indonesia. Konsumsi rokok terus meningkat setiap tahun dengan total
perokok aktif di Indonesia pada tahun 2016 adalah sekitar 70% dari total
penduduk. Oleh karena itu, bukanlah suatu yang mencengangkan jika setiap
saat dijumpai orang yang merokok di tempat-tempat umum, seperti pasar,
angkot, jalan-jalan, bahkan rumah sakit, tidak terkecuali lingkungan
pendidikan sperti sekolah dan kampus (Wibisono, 2016).
Perilaku merokok dilakukan oleh orang dari berbagai lapisan masyarakat, dari
yang tua sampai muda, juga tidak mengenal perbedaan jenis kelamin dan status
sosial yang amat sangat lumrah ditemui dilingkungan sekolah (Arum, 2016).
Menurut Komasari dan Alvin (2015) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok
sehingga menjadi perokok, yaitu :
a. Tahap Preparatory
Seseorang mendapat gambaran yang menyenangkan mengenai merokok
dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini yang dapat
menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan
ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari
maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap Maintenace of smoking
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri
(selfregulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis
Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
Seseorang akan menderita penyakit akibat rokok atau tidak tergantung pada
lama dan jumlah rokok yang dihisap. Semakin lama dan semakin banyak yang
dikonsumsi semakin tinggi resikonya.
5. Klasifikasi Perokok
Perwitasari (2016) mengungkapkan bahwa tingkatan merokok setiap orang
berbeda-beda tergantung dari seberapa sering seseorang merokok, jumlah
rokok yang dihisapnya dan lamanya merokok.namun sebelumnya perlu
diketahui bahwa seseorang dikatakan sebagai perokok jika ia memiliki
kebiasaan merokok minimal 4 batang setiap hari dan telah menghisap 100
batang rokok dalam hidupnya.
WHO (2013) mengelompokkan perokok menjadi beberapa tipe, sebagai
berikut :
a. Perokok berat yaitu perokok yang merokok lebih dari 20 batang rokok
dalam sehari.
b. Perokok sedang yaitu perokok yang menghabiskan rokok 11-20 batang
rokok dalam sehari.
c. Perokok ringan yaitu menghabiskan rokok 1-10 batang rokok dalam
sehari.
6. Dampak perilaku merokok
a. Dampak diri sendiri
Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan
resiko timbulnya berbagai penyakit, seperi penyakit jantung dan gangguan
pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker
eksofagus, bronchitis, hipertensi, impotensi, gangguan kehamilan dan cacat
pada janin.
b. Dampak keluarga
selain berdampak pada diri sendiri, merokok berdampak pada kehidupan
keluarga khususnya keluarga dibidang ekonomi. Dampak yang ditimbulkan
akibat kebiasaan merokok adalah :
1) Berkurangnya dana untuk membeli keperluan rumah tangga.
2) Menurunnya pendapatan karena pencarian nafkah dan sakit akibat
rokok.
3) Kerugian terhadap investasi biaya sumber daya manusia, yaitu biaya
pendidikan.
c. Dampak lingkungan
Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari dirumah, kantor, sekolah,
angkutan umum, dan dijalan-jalan. Dampak yang ditimbulkan adalah
terjadinya polusi akibat rokok, dan menjadikan sesorang menjadi perokok
pasif. Dari diri sendiri sampai lingkungan, merokok hanya berdampak buruk.
Saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya menyuarakan kawasan tanpa
asap rikok, akan tetapi masih saja ada orang yang belum peduli bahkan acuh
terhadapnya. Merokok adalah perilaku yang sangat merugikan dari segala
aspek kehidupan sehingga harus di batasi bahkan ditinggalkan untuk kualitas
hidup yang lebih baik (Lekatompessy, 2018).

B. Tinjauan Umum Tentang Remaja

C. Tinjauan Pustaka Tentang Coping Keluarga


D. Kerangka Konsep
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

C. Populasi dan Sampel

D. Variabel Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Amang dkk

Cahyono. 2015. Perokok usia muda sasaran empuk industry rokok.

Diba C. M., Bany Z. U., & Sumanti. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dampak Rokok

Terhadap Kesehatan Rongga Mulut Dengan Status Kebersihan Rongga Mulut.

Journal Caninus Denstristing, Vol 1 No 4.

Hamdan, S.R. 2015. Pengaruh Peningkatan Bahaya Rokok Bergambar Pada Insiensi

Berhenti Rokok. Jakarta EGC.

Komasari dan Alvin. 2015. Jurnal Psikologi Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok

Pada Remaja. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Press.

Lekatompessy F. L. 2018. Skripsi Hubungan Perilaku Merokok Dan Konsumsi Alkohol

Dengan Kenaikan Tekanan Darah Pada Laki-Laki Dewasa Di Desa Amahusu.

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan UKIM.

Maulana. 2012. Buku Predisposing faktor pada remaja merokok. Jakarta : Salemba Medika.
Septiyani Risma. 2017. Jurnal riset Mahasiswa Bimbingan dan konseling Volume 3,Nomor 4

Strategi coping stres pada remaja menikah dini di desa Tangkisan Gantiwarno

Klaten. Program Studi Bimbingan dan Konseling. Universitas Negeri Yogyakarta.

Trisnolerah Dkk.2016. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.5 Nomor 2 Hubungan Antara Tingkat Stres

Dan Pola Asuh Orangtua Dengan Kebiasaan Merokok Pada Siswa Kelas X Dan

Kelas XI Di Smk Negeri 2 Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Samratulangi Manado.

Triatanti, I. 2015 . Remaja dan perilaku merokok. Jakarta : Salemba medika.

Wibisono. 2016. Buku Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai