Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Pembentukan Membran Sel, Misel dan Emulsi

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Biokimia yang Dibimbing Oleh Yayuk Kustiningsih, SKM.,M.Kes

Oleh:

Annisa Salsabella Aura Azizah

NIM :

P07134121007

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN


PROGRAM PENDIDIKAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta rahmat-Nya
sehingga Saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “ Pembentukan
Membran Sel, Misel dan Emulasi ’’ dengan baik dan dalam bentuk yang sederhana.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk menambah wawasan tentang
Pembentukan Membran Sel, Misel dan Emulasi.
Harapan Saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dasar mengenai
Pembentukan Membran Sel, Misel dan Emulasi , walaupun Saya menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyajian makalah ini karena ilmu yang Saya miliki masih sangat
kurang.
Akhir kata, Saya sampaikan terima kasih kepada semua pembaca, Saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk pembuatan makalah berikutnya,
terimakasih.

Banjarbaru, 9 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
2.1 Proses Pembentukan Membran Sel.......................................................................................2
2.2 Proses Pembentukan Misel....................................................................................................3
2.3 Proses Pembentukan Emulsi..................................................................................................4
BAB III....................................................................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................6
3.2 Saran......................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lipid merupakan zat – zat gizi yang memiliki fungsi – fungsi biologis untuk
membantu metabolisme tubuh.Lipid ( Minyak atau Lemak )  merupakan komponen
bahan makanan yang penting. Istilah minyak atau lemak sebenarnya tergantung apakah
pada suhu kamar bahan tersebut dalam keadaan cair atau padat.Bila pada suhu kamar
dalam keadaan cair, maka disebut minyak, sebaliknya bila dalamkeadaan
padatdisebut lemak.Lipid atau lipida lebih merupakan istilah ilmiah, yang mencakup baik
minyak maupun lemak.Dalam pustaka asing, lipida yang kita makan umumnya
disebutditery fat, yang dapat kita terjemahkan lemak pangan.Lemak secara kimiawi
tersusun oleh sekelompk senyawa yang berbeda.Dalam bahan makanan lemak dapat
terdiri dari dua bentuk, yaitu yang tampak (visible) dan yang tidak tampak
(invisible).Lemak yang tampak misalnya mentega, margarin, minyak goreng dan
sebagainya. Lemak yang tidak tampak misalnya yang terdapat dalam berbagai bahan
makanan seperti daging, kacang tanah, susu, telur,dan sebagainya.

Istilah lipid meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang
umum dikenal didalam makanan seperti fosfolipid, sterol dan ikatan lain sejenis yang
terdapat didalam makanan dan tubuh manusia. Lipid mempunyai sifat yang sama, yaitu
larut dalam pelarut nonpolar seperti etanol, eter, kloroform, dan benzene.

Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai
sumber energi yang utama untuk proses metabolism tubuh. Lemak yang beredar di dalam
tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang
biasadisimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan makanan.Lipid yang kita peroleh
sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara
gliserol dengan 3 asam lemak).Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam
lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid.Karena larut
dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati.Asam-asam lemak
rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pembentukan membran sel ?
2. Bagaimana proses pembentukan misel ?
3. Bagaimana proses pembentukan emulsi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembentukan membran sel.
2. Untuk mengetahui proses pembentukan misel.
3. Untuk mengetahui proses pembentukan emulsi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembentukan Membran Sel


Membran Sel petunjuk pertama yang mengisyaratkan bahwa membran sel dalam
tubuh organisme hidup tersusun dari molekul molekul lipid dalam dua lapisan berasal
dari percobaan yang dilakukan dalam tahun 1925. Lipid yang diekstraksi dengan aseton
dari membran sel darah merah yang ditempati oleh selapis molekul lipid mempunyai luas
dua kali permukaan sel darah merah. Kesimpulan percobaan tersebut sangat
mempengaruhi konsep biologi sel pada saat itu, sehingga sebagian besar model struktur
membran sel berdasarkan asumsi tersusun oleh molekul lipid dalam dua lapisan dapat
diterima jauh sebelum struktur sebenarnya dapat dipastikan kebenarannya.

Membran Sel selanjutnya pada pengkajian dengan difraksi sinar-X pada berbagai
membran organisme hidup menunjukkan bahwa molekul molekul lipid tersusun dalam
dua lapisan. Kesimpulan ini didukung pula oleh kenyataan bahwa membran sel tersebut
dapat dibelah secara mekanik melalui bidang tengahnya menjadi dua lembar lapisan
tunggal, apabila membran sel tersebut dibekukan lebih dahulu.

Membran Sel tersusun molekul molekul lipid dalam dua lapisan tersebut, tidak lain
disebabkan oleh sifat-sifat khusus dari molekul lipid itu sendiri. Molekul fosfolipid
terdiri atas dua bagian; bagian hidrofilik yang dekat dengan air dan hidrofobik yang
menjauhi air. Untuk melindungi bagian hidrofobik bersentuhan dengan air terbentuklah 2
lapisan, sehingga bagian hidrofilik terpapar kepada air. Molekul lipid sebenarnya tidak
larut dalam air, melainkan dapat larut dalam berbagai pelarut organik. Dari sebagian
lapisan lipid sebuah sel hewan seluas 1 mikrometer kali 1 mikrometer, dapat diperoleh
sebanyak 5 x 10 pangkat 6 molekul lipid atau sebanyak 10 pangkat 6 molekul apabila
diambil dari seluruh permukaan sel.

Molekul molekul lipid dari membran sel ternyata tersusun, dari 3 jenis yaitu:

1. Fosfolipid, yang terbanyak

2. Kolesterol

3. Glikolipid

Ketiga jenis lipid tersebut bersifat amfipotik, artinya molekulnya memiliki ujung
hidrofobik atau nonpolar (menjauhi air) dan ujung hidrofilik atau polar (menyenangi air).
Molekul fosfolipid digambarkan sebagai bentuk yang memiliki kepala (ujung polar) dan
dua ekor (ujung nonpolar).

Bentuk ekor tersebut berasal dari 2 molekul asam lemak yang terikat pada molekul
gliserol dengan 3 karbon dan bentuk kepala berasal dari ikatan molekul dengan asam
fosfat. Panjang ekor beragam dari 14-24 atom karbon, yang biasanya salah satunya
berasal dari gugus asam lemak jenuh, sedang ekor yang lain berasal dari gugus asam
lemak tidak jenuh. Adanya ikatan rangkap dua atom karbon menyebabkan
membengkoknya rantai gugus asam lemak.

Apabila molekul molekul lipid yang bersifat amfipotik tersebut dikitari oleh
lingkungan air, maka mereka cenderung akan menyusun diri sedemikian rupa sehingga
bagian ekor yang hidrofobik terlindung dari air.

Untuk melindungi bagian ekor dari lingkungan air dapat dilakukan melalui 2 cara:

1. Deretan molekul lipid membentuk bola-bola yang tidak mengandung air dengan
ekornya mengarah ke pusat bola

2. Deretan molekul lipid membentuk susunan dwi-lapisan sebagai dinding bola yang
mengandung air. Cara ini sesuai dengan susunan dwilapis lipid sebuah sel.

Informasi kedua cara tersebut dapat diperoleh dari percobaan in vitro. Keberadaan
susunan molekul dalam 2 lapisan ditunjukkan dengan membelah membran sel yang
dibekukan. Dari percobaan percobaan selanjutnya dapat dikenal adanya kemungkinan
gerakan gerakan molekul lipid dalam dwilapisan molekul, yaitu:

1. Molekul lipid pindah dari satu lapisan ke lapisan lain; gerakan yang dinamakan
“flip-flop” ini sangat jarang terjadi.

2. Difusi lateral, molekul lipid berpindah tempat dalam lapisannya sendiri

3. Gerakan rotasi, molekul lipid berputar pada sumbu molekul

4. Ekor rantai molekul lipid dapat mengadakan gerakan fleksi.

Dengan adanya gerakan demikian, lapisan lipid papda membran sel bukanlah merupakan
struktur lapisan yang kaku, melainkan merupakan struktur yang mempunyai sifat
fluiditas seperti cairan. Semakin banyak rantai asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap (rantai tidak jenuh), makin besar sifat fluiditasnya.

Sifat fluiditas tersebut selain dipengaruhi oleh struktur kimia bagian hidrofobik, juga
dipengaruhi oleh keberadaan molekul kolesterol di antara molekul fosfolipid. Pada
membran sel eukariotik perbandingan molekul kolesterol dengan molekul fosfolipid
adalah 1:1. Makin banyak molekul kolesterol, membran sel bersifat makin kurang cair.
Molekul kolesterol selain berpengaruhi terhadap fluiditas membran air, juga akan
mengurangi permeabilitas molekul molekul kecil yang larut dalam air.

Kecairan sebuah membran sel yang memberi sifat lentur, sangat membantu dalam
mempermudah fungsi sel bersangkutan. Fungsi-fungsi tersebut di antaranya endositosis,
eksositosis, serta dimungkinkan terjadinya fusi antara 2 sel yang bersentuhan.

2.2 Proses Pembentukan Misel


Misel merupakan sebuah kumpulan molekul surfaktan yang terdispersi dalam
koloidcair. Sifat khas misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan
kepala gugushidrofilik bersinggungan dengan solven yang mengelilinginya,
mengasingkan ekor gugushidrofobik didalam pusat misel. Misel biasanya berbentuk
globular dan secara garis besar berbentuk speris, akan tetapi dapat pula berbentuk
elipsoida, silinder, dan bilayer. Bentuk danukuran misel merupakan fungsi dari geometri
molekular dari molekul surfaktan tersebut dankondisi larutan seperti konsentrasi
surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan misel disebut
sebagai miselisasi.

Misel hanya terbentuk ketika konsentrasi surfaktan lebih besar dari konsentrasi
kritismisel (CMC), dan suhu sistem lebih besar dari temperatur kritis misel, atau
temperatur Krafft.Pembentukan misel dapat dipahami menggunakan termodinamika:
misel dapat terbentuk secara spontan karena keseimbangan antara entropi dan entalpi.
Dalam air, efek hidrofobik adalah kekuatan pendorong untuk pembentukan misel,
meskipun fakta bahwa perakitanmolekul surfaktan bersama-sama mengurangi entropi
mereka. Pada konsentrasi yang sangatrendah lemak, hanya monomer yang hadir dalam
larutan sejati. Sebagai konsentrasi lipidmeningkat, tercapai suatu titik di mana
pertimbangan entropi yang tidak menguntungkan,yang berasal dari ujung hidrofobik
molekul, menjadi dominan. Pada titik ini, rantaihidrokarbon lipid sebagian dari lipid
harus diasingkan jauh dari air. Oleh karena itu, lipidmulai membentuk misel. Secara
garis besar, di atas CMC, hukuman entropis perakitanmolekul surfaktan kurang dari
hukuman entropis kandang monomer surfaktan denganmolekul air. Juga penting adalah
pertimbangan enthalpic, seperti interaksi elektrostatik yangterjadi antara bagian
bermuatan surfaktan

2.3 Proses Pembentukan Emulsi


Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti
minyak dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang
dapat membantu dua cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil . Menurut
farmakope edisi IV Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan
dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).

 Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat dijelaskan:


1. Metode gom kering atau metode continental
Zat pengemulsi ( gom arab ) dicampur dengan minyak, kemudian tambahkan
air untuk pembentukan corpus emulsi, baru di encerkan dengan sisa air yang
tersedia.
2. Metode gom basah atau metode Inggris
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air ( zat pengemulsi umumnya larut )
agar membentuk suatu mucillago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan
untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
3. Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah ( kurang kental ). Minyak dan serbuk gom
dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup
botol kemudian campuran tersebut dikocok kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi
sedikit sabil dikocok.

 Komponen Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :


1. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri
atas:
- Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu zat cair yang terbagi-bagi
menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
- Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
- Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi. Emulgator Alam seperti : Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab,
tragachan, agar-agar, chondrus), Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein,
dan adeps lanae), Tanah dan mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium
Silikat). Emulgator Buatan: Sabun, Tween (20,40,60,80), Span (20,40,80).

2. Komponen Tambahan
Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik, antara lain :
- Corrigen : Corigen actionis ( memperbaiki kerja obat), Corigen saporis
(memperbaiki rasa obat), corrigen odoris (memperbaiki bau obat), corrigen
colouris ( memperbaiki warna obat), corigen solubilis (memperbaiki
kelarutan obat)
- Preservative (pengawet) : Preservative yang digunakan Antara lain metil
dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan
klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.
- Anti oksidan. Antioksidan yang digunakan Antara lain asam askorbat, a-
tocopherol, asam sitrat, propil gallat, asam gallat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Pembentukan Membran Sel :
Beberapa lipid (fosfolipid, Sfingolipid) mempunyai guguspolar, sehingga bersifat
amfipatik (bersifat hidrofilik dan hidrofobik), bagian hidrofobik terdapat pada fase
minyak dan bagian hidrofilik berada pada pase air sehingga membentuk lapisan ganda
membran.
 Pembentukan Misel
Bila bagian polar dari lipid mencapai konsentrasi tertentu yang terdapat pada medium
berair, maka akan terbentuk misel, Garam empedu mempermudah terbentuknya misel,
sehingga akan mempermudah pencernaan/penyerapan lemak.
 Pembentukan Emulsi :
Emulsi adalah campuran homogin/sempurna antara dua cairan yang tidak saling
campur (minyak dan air ). Emulsi dapat dari lipid non polar dalam fase air, untuk
menstabilkan emulsi dipakai emulgator ( Lesitin, PGA, Tragakan dll).

3.2 Saran
Makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisannya karena
kurangnya pengetahuan dan wawasan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hauner,Ines.M, et al.”The Dynamic Surface Tension of Water”. The Journal of


Physical Chemistry Letters (2017).

Fingas.M.F. “Water-in-Oil Emulsion :Formation and Prediction” The Journal of


Petroleum Science Research. (2014).vol 3:40-43.

Harian, C. (2016, february). Membran Sel: Struktur, Penyusun, Sifat , dan Fungsi
Membran Sel. p. 3.

Wulan Susanti, N. W. (2011). KELARUTAN LIPID SERTA PENGARUH


EMULGATOR T ERHADAPKELARUTAN LIPID. Jurnal BIOKIMIA
PRAKTIKUM, 1-4

Anda mungkin juga menyukai